PS : All images credit and content copyright : TVN
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Ryan Gold
bersandar di bahu Duk Mi sambil memejamkan mata bertanya apakah kepalanya tak
terasa berat karena Sepertinya lengannya lelah. Duk Mi menyangkal kalau tak
berat sama sekali karena Kepala Ryan
lebih ringan dari yang dikira.
“Terima
kasih sudah berbagi rahasia saat kau sulit.” Ucap Duk Mi merasa jadi orang yang
dipercaya
“Aku juga
berterima kasih. Sudah jadi orang yang bisa kuajak bicara dengan nyaman. Itu
rahasia yang aku jaga untuk diri sendiri selama tiga tahun. Sesudah aku
keluarkan, rasanya sangat lega.” Ungkap Ryan. Duk Mi tak percaya mendengarnya.
“Aku akan
pinjamkan telingaku lagi setiap kali kau butuh.” Kata Duk Mi dengan senang hati
“Kau
sudah pinjamkan aku tanganmu, dan bahkan telingamu. Lalu Apa yang harus aku
pinjamkan?” ucap Ryan mengoda.
“Itu, aku
akan cari tahu. Bisa bukan kau tulis surat promes atau semacamnya?” kata Duk Mi
lalu berdiri.
Ryan
bertanya apakah Duk Mi akan pergi, Duk Mi menganguk. Keduanya berjalan keluar
dari ruangan dengan lukisan Lee Sol yang ada dalam ruangan seperti penuh
misteris. Duk Mi memberitahu Ryan akan
mengantarnya pulang malam ini.
“Bagaimana
kau akan mengantarku?” tanya Ryan. Duk Mi menjawab dengan mobil Ryan.
“Bagaimana
bisa itu kau sebut mengantarku? Aku akan mengendarai mobilku ke rumahku.” Ejek
Ryan.
Duk Mi
balas mengoda apakah Duk Mi tak mau, Ryan mengaku pasti mau lalu keduanya
berjalan sambil berpelukan.
[EPISODE 13: SELALU BERSAMAMU, BAHKAN SAAT KAU
SENDIRI]
Ryan
melihat Duk Mi ikut dengan berpikir kalau akan mengantarnya pulang dan mereka
sudah sampai parkiran. Duk Mi beralasan belum sampai didepan rumah, Ryan
mengoda kalau Duk Mi ingin mengantar Sampai pintu depan. Duk Mi pikir kalau
Ryan menyuruhnya akan pulang saja.
“Hari ini
mau main apa?” kata Ryan menahan Duk Mi untuk tak pergi
“Karena
kita sudah memainkan yang aku kuasai, malam ini giliranmu.” Kata Duk Mi
“Sesuatu
yang aku kuasai?” ucap Ryan mengoda dengan tatapan nakal. Duk Mi terlihat
Gugup.
Didalam
lift
Ryan
memastikan kalau Duk Mi sudah janji
memainkan sesuatu yang aku kuasai. Duk Mi menegaskan apa pun itu, tidak akan mudah mengalahkannya.
Ryan mengejek dengan pikiran Duk Mi. Saat itu Shi An akan naik lift menyapa Duk
Mi dan juga Ryan.
“Dia Ryan
Hyeong yang tinggal di lantai atas, dan pacarnya. Dia sangat menyukaiku.” Ucap
Shi Ah pada ibunya. Ryan langsung menatap sinis.
“Shi An
pasti sangat merepotkanmu.” Kata Ibu Shi An, Shi An pun memberitahu kalau
disampingnya itu adalah sang Ibu.
“Senang
bertemu denganmu. Aku Ryan Gold.” Ucap Ryan dan Duk Mi memperkenalkan namanya
juga.
“Shi An
mudah kesepian dan suka ditemani. Dia bukan orang aneh.” Kata Ibu Shi An
meminta pengertianya.
“Ibu, kau
membuatku terdengar seperti orang aneh.” Keluh Shi An pada ibunya lalu pamit
keluar lebih dulu.
“Cha Shi
An. Lukisan yang rusak sudah berhasil diperbaiki.” Kata Ryan sebelum pintu lift
ditutup. Ryan menganguk mengerti.
Duk Mi
masuk rumah merasa bahagia karena Sudah menduga. Ryan bertanya menduga apa
maksudnya. Duk Mi mengaku penasaran,
keturunan dari siapa Cha Shi An sampai setampan itu dan ternyata ibunya sangat
cantik jadi sudah menduga itulah kekuatan gen.
“Oh, kau
pasti datang ke sini untuk menemui Cha Shi An. Kenapa kau tidak mengikutinya
saja?” goda Ryan dengan nada cemburu.
“Apa aku boleh
melakukan?” kata Duk Mi bergegas keluar rumah. Ryan langsung menariknya dan
memeluk Duk Mi untuk masuk ke dalam rumah.
Shi An
memperlihatkan koleksi lukisan dan tahu kalau itu lukisan milik ibunya. Ibu Shi
Ah tak percaya kalau anaknya bisa ingat lukisan-lukisan ini. Shi An pikir pasti
karena ibunya sangat kesal. Ketika kakek menyingkirkan lukisan itu tanpa
pemberitahuan.
“Aku
ingin menemukan mereka semua, tapi tidak mudah. Aku menantikan untuk menemukan
sisanya sebelum pameran... Dan Ibu, kakak di lift itu adalah Direktur galeri.
Dia sangat terkenal dengan seleranya dalam seni. Dia merekomendasikanku duluan.
Dia bilang dia suka lukisanmu dan ingin memamerkannya.” Cerita Ryan penuh
semangat.
“Shi
An... Ibu benar-benar berterima kasih kau menemukan ini, tapi Ibu tidak mau
memamerkan lukisan-lukisan ini. Lukisan ini... Lukisan-lukisan ini...” ucap Ibu
Shi An terbata-bata
“Aku
tahu... Aku tahu, Ibu... Aku tahu apa yang akan Ibu katakan, tapi bisakah
Ibu... Bisakah Ibu sekali saja... Tidak bisakah Ibu egois sekali ini saja?”
ucap Shi An memohon.
“Tidak
bisa... Dan seharusnya tidak.” Kata Ibu Shi An. Shi An ingin tahu tentang
nasibnya sekarang.
“Bisakah
Ibu setidaknya memikirkannya demi aku?” kata Shi An. Ibu Shi Ah hanya diam
saja. Akhirnya Shi An mengajak ibunya makan saja karena terasa lapar.
“Aku akan
berada di luar.” Ucap Shi An membiarkan ibunya sendirian. Ibu Shi An menatap
lukisan dirinya hanya bisa menahan tangis.
Ryan
mengajak masuk ke ruangan lukisan Lee Sol, Duk Mi pikir akhirnya mengerti kenapa Ryan sangat marah
padanya ketika memasuki ruangan ini hari itu. Ryan mencoba menjelaskan, Duk Mi
merasa tidak menginginkan permintaan maaf.
“Aku
hanya ingin beri tahu bahwa aku bersyukur karena dapat kesempatan untuk
mengenal dan lebih memahamimu. Dan akulah yang berutang permintaan maaf padamu.
Maaf karena tanpa pertimbangan menilai lukisan ini di rumah lelang. Aku tidak
bersungguh-sungguh.” Kata Duk Mi
“Aku
paham... karena aku mengenalmu dengan baik kini. Dan Juga, kau tidak sepenuhnya
salah.” Ucap Ryan
“Apa
pendapatmu soal lukisan ini sebagai Direktur museum?” tanya Duk Mi
“Terlihat
sedih dan gugup. Gelembung itu bisa meledak kapan saja. Seolah sang seniman
mencoba menggambarkan realitas dirinya.” Kata Ryan
“Pendapatku...
Daripada gugup memikirkan gelembung itu mungkin pecah. Meskipun terlihat rapuh,
mereka terlihat seperti gelembung harapan yang bisa terbang kapan saja ke
langit. Lukisan dapat memiliki arti berbeda tergantung pada bagaimana orang
memandang mereka.” Komentar Duk Mi
“Kau juga
lebih baik bisa melihat lukisan itu seperti demikian suatu hari. Lalu, bisakah
aku melakukan sesuatu yang ingin kulakukan?” goda Ryan. Duk Mi binggung apa
yang akan dilakukan Ryan.
Tuan Sung
berjalan pulang dalam kegelapan merasakan ada orang yang mengikutinya, tapi tak
melihat siapapun. Ia akhirnya bergegas masuk saat masuk rumah, Eun Gi yang
menunggu didepan lift kaget melihat Ayah Duk Mi terengah-engah masuk lift.
“Eun Gi,
masuk. Cepat... Tutup pintunya.” Kata Tuan Sung. Eun Gi bertanya kenapa, apakah
ada masalah.
Saat itu
sebuah tangan menahan pintu lift, Eun Gi dan Tuan Sung kaget karena berpikir
orang jahat. Tapi ternyata Cindy datang menyapa keduanya. Eun Gi bingung
bertanya siapa wanita yang tiba-tiba menyapanya. Tuan Sung terlihat terjatuh sampai ketakutan.
Ryan
sibuk mengocok kartu Go Stop dengan wajah serius karena Orang-orang memanggilku
jenius atas semua yang dilakukan jadi akan membagikan kartu. Duk Mi seperti
sudah siap untuk bermain kartu Go Stop lagi dengan Ryan.
Sindy
makan dengan lahap di meja makan, Eun Gi menatap sinis. Ibu Duk Mi memberikan
obat untuk suaminya mengeluh pengecut seperti suaminya itu akhirnya kehilangan
semua uang dengan melakukan bisnis. Tuan Sung meminta air, istrinya pun
memberikan minum untuk suaminya.
“Ibu,
siapa anak ini?” tanya Eun Gi sinis. Ibu Duk Mi memberitahu kalau Cindy rekan
Duk Mi.
“Aku
tinggal disini. Ibu bilang, Ibu akan membiarkan aku menggunakan kamar Sung Kurator
jika aku lari dari rumah.”kata Sindy. Nyonya Sung hanya bisa melonggo
“Siapa
yang memberitahumu itu? Itu kamarku.”kata Eun Gi menolak. Sindy ingin tahu
berapa ahjussi Eun Gi membayarnya. Eun Gi kesal mendengarnya.
“Aku akan
bayar dua kali lipat.” Ucap Sindy, Eun Gi kesal mendengarnya. Saat itu Sindy
tiba-tiba meminta nambah nasi 3 sendok lagi.
Eun Gi
seperti tak bisa menolak akan mengambil 3 sendok lagi lalu tersadar kalau
seperti disuruh, akhirnya akan mengambil 4 sendok lagi.
Duk Mi
akhirnya sampai rumah mengeluh sambil meniup tangan kesakitan. Ryan melihat Duk
Mi akhirnya memberikan ciuman. Duk Mi mengelu kalau Sekarang baru melakukan dan
sudah terlambat. Ryan merasa bersalah tetap menciumnya.
“Kau
harus pulang, Tuan Ryan Kartu Hiu.” Kata Duk Mi mengejek. Duk Mi tak mengerti
maksudnya.
“Kartu
hiu... Tonton saja filmnya.”kata Duk Mi lalu bergegas pergi. Ryan terdiam
didalam mobil. Duk Mi akan naik tanggan tiba-tiba Ryan kembali datang memeluk
Duk Mi dan mengucapkan Terima kasih.
Duk Mi
akhirnya masuk rumah hanya bisa terdiam, saat itu Eun G menelp tapi Duk Mi tak
ingin mengangkatnya seperti hanya ingin menghindarinya. Akhirnya Eun Gi
mengirimkan pesan, Duk Mi kaget melihat Foto Eun Gi dalam kamarnya.
“Apa-apaan
ini? Kenapa Hyo Jin ada di sana?” tanya Duk Mi heran, Eun Gi pikir Duk Mi bisa
tanya sendiri dan sengaja menekan speaker.
Sindy pun menyapa Duk Mi lebih dulu.
“Hyo Jin,
kenapa kau di rumah orang tuaku bawa koper?” tanya Duk Mi heran
“Sebenarnya,
aku pulang ke rumah sesudah pulang kerja dan...” cerita Duk Mi
Flash Back
Sindy
pulang ke rumah kaget melihat ibunya yang berjalan seperti setan tanpa kaki,
tiba-tiba sudah ada didepanya. Nyonya Eom mengeluh karean Sindy berani melawan
perkataannya di depan Mr. Gold. Ia bertanya apakah Sindy masih menganggap
sebagai ibunya.
“Ibu,
tadi itu...” kata Sindy mencoba menjelaskan tapi Nyonya Eom pikir kalau tadi
Sangat mengesankan.
“Kau
adalah putriku, jadi wajar kalau semangatmu begitu tinggi. Tapi masalahnya
adalah kau menggunakan semangat itu untuk melawanku” sindir Nyonya Eom
“Ibu, itu
karena aku benar-benar ingin produkku menjadi hit besar untuk pameran koleksi perayaan
ulang tahun kelima.” Jelas Sindy.
“Jadi,
apa ini tidak ada hubungannya dengan Cha Shi An?” tanya Nyonya Eom tak percaya
“Benar.
Dia tidak ada hubungannya dengan ini.”akui Sindy, Nyonya Eom pun mempersilahkan
Sindy dapat melanjutkannya.
“Tapi sebaliknya,
kau harus hidup tanpa mobil dan kartu kredimu sampai pameran selesai. Baik, aku
akan melakukannya. Kau juga tidak boleh pulang.” Ucap Nyonya Eom. Sindy melotot
kaget.
Nyonya
Eom memanggil Sek Kim membawa sesuatu. Sindy makin kaget karena ada koper
didepanya. Nyonya Eom mendorong Sindy untuk keluar dari rumahnya.
“Itu
berarti kita akan dapat mengadakan pameran selebriti jika kau membiarkan aku
tinggal di sini.” Jelas Duk Mi
“Syukurlah
kita akan dapat mengadakan pameran selebriti, tapi kenapa kau memilih untuk
tinggal di rumah ibuku?” keluh Duk Mi
“Bukankah
itu pekerjaan kurator senior untuk memastikan pameran berjalan dengan baik?”
komentar Sindy, Duk Mi mengeluh mendengarnya.
“Lalu,...
Kau harus membiarkan aku tinggal di sini karena itu semua berkatku.” Kata
Sindy. Eun Gi langsung mengambil ponselnya.
“Aku tidak
berpikir kamar ini baik. Hanya orang gila yang datang ke sini.” Komentar Eun Gi
“Hei, kau
menggunakan kamar itu juga.” Komentar Duk Mi. Run Gi pikir dirinya tidak seburuk
Duk Mi. Duk Mi berteriak marah.
“Duk Mi.
Ibu ingin kau pulang pada hari ulang tahun kita.” Kata Eun Gi dengan wajah
gugup.
“Sepertinya
aku akan sibuk hari itu.” Balas Duk Mi seperti ingin bersama dengan Ryan. Eun
Gi terlihat sedikit kecewa.
“Baiklah
kalau begitu. Aku akan beri tahu Ibu.” Kata Eun Gi lalu menutup telpnya
walaupun terasa canggung.
“Ahjussi,
jam berapa kau berangkat kerja besok? Ini Dekat dengan galeri tempatku bekerja.”
Kata Sindy melihat selembaran milik Eun Gi
“Keberanianmu
ini sangat akrab. Dan Juga, jangan panggil aku "Ahjussi".” Kata Eun
Gi kesal. Sindy malah makin mengejeknya dengan membandingkan wajah Eun Gi yang
asli dengan yang di pamplet.
Duk Mi
menerima telp dari Kyung Ah ditengah malam, Kyung Ah meminta maaf karena menelepon
selarut ini. Duk Mi mengaku tak masalah dan ingin tahu kenapa menelpnya. Kyung
Ah menjelaskan Daftar karya seni perlu dicetak.
“Bagaimana
seharusnya kita memperkenalkan Seniman Lee Sol?” tanya Kyung Ah.
“Oh
itu... Untuk sekarang, biarkan... Apa kita akan merevisinya besok?” kata Duk Mi
“Ya,
maukah kau melakukannya sendiri?” tanya Kyung Ah,Duk Mi setuju.
“Dan
Juga, kita mengadakan penempatan untuk kesembilan karya Lee Sol. Bukankah harus
memiliki rencana darurat kalau-kalau kita tidak dapat menemukan semuanya? Tidak
mudah menemukan sisanya.” Kata Kyung Ah
“ Kita
masih memiliki waktu, jadi ayo terus berusaha. Aku akan melakukan sebisaku,
jadi, panggil galeri dan kolektor yang kau kenal juga.” Ucap Duk Mi
“Tentu,
aku akan melakukan yang terbaik.” Kata Kyung Ah
lalu menutup telp.
Duk Mi
terdiam mengingat yang dikatakan Ryan “Karena semuanya berawal dari lukisan Lee
Sol, jika aku mengumpulkan semua karyanya,</i> Aku mungkin menemukan
jawaban berbeda.”
“Apa yang
terjadi pada orang yang menciptakan karya seni yang indah? Ayo cepat dan
temukan sisanya.”ucap Duk Mi lalu menelp Nyonya Nam untuk mengajak bicara
besok.
“Di mana
kita harus bertemu?” tanya Duk Mi, Nyonya Nam pikir akan menghubunginya besok.
“Jika kau
tahu soal Seniman Lee Sol atau soal keberadaan lukisan seperti ini, tolong
hubungi aku.” Ucap Duk Mi
Ryan akan
pergi ke kantor tiba-tiba bel rumahnya berbunyi, Ibu Shi Ah tiba-tiba datang.
Ryan kaget melihat Ibu Shi An yang datang. Ibu Shi An pikir kalau kedatanganya
membuat kaget.
“Jika belum
sarapan, silakan makan ini. Aku buat lebih banyak saat memasak untuk Shi An.
Aku tidak berbakat di dapur, tapi sandwichku tidak buruk.” Ucap Ibu Shi An.
“Terima
kasih. Aku akan menikmatinya.” Ucap Ryan ramah, Ibu Shi An mengaku Ini
sebenarnya sebuah permintaan maaf.
“Menilai
dari kelakuan Shi An, aku bisa tahu kalau dia merepotkanmu.” Kata Ibu Shi An. Ryan
pikir Shi An tidak seburuk itu.
“Sekarang
dia tidak tinggal bersama rekan satu timnya, dia sedikit kesepian. Dia
memintaku datang ke Korea untuk menemuinya. Aku lega mengetahui bahwa dia punya
teman baik sepertimu sebagai tetangga, Terimakasih.” Ucap Ibu Shi An.
Ryan
pikir tak masalah, Ibu Shi An melihat Ryan yang
pasti sudah bersiap untuk bekerja jadi mempersilahkan. Ryan menganguk
lalu masuk ke rumah menatap sandwich buatan ibu Shi An untuknya.
Duk Mi
sedang bersiap-siap melihat Ryan menelpnya dengan wajah sumringah dan langsung
mengangkatnya. Ryan bertanya dimana, apakah Sudah berangkat kerja. Duk Mi
mengaku masih di rumah dan sedang dalam
perjalanan keluar.
“Cepat
keluar.” Kata Ryan. Duk Mi kaget bertanya dimana keberadaan sekarang lalu
bergegas keluar rumah, ternyata Ryan sudah ada didepan rumahnya.
“Syukurlah
kau masih di rumah.” Kata Ryan. Duk Mi berpikir kalau terjadi suatu masalah.
Ryan mengaku memang Ada masalah.
Duk Mi
binggung masalah apa lalu melihat diatas meja ada beberapa sandwich. Ryan
memberitahu kalau Ibu Cha Shi An membuatnya langsung. Duk Mi tak percaya dan
ingin tahu alasanya.
“Dia
Berterima kasih kepadaku karena berteman dengan putranya.” Kata Ryan bangga.
Duk Mi sangat sumringah meminta izin Ryan agar bisa mengambil roti sandwich
buatan ibu Shi An.
Duk Mi
menuruni tangga terus menatap Ryan disampingnya. Ryan binggung Ada apa dengan
semua ini. Duk Mi mengaku hanya melihat singa tampan miliknya. Ryan pikir itu
Karena sandwich yang dibuat oleh ibu Cha Shi An. Duk Mi mengelak tapi itu
karena Ryan memikirkannya ketika menerimanya.
“Terima
kasih.” Kata Duk Mi memberikan hadiah kecupan di pipi pacarnya. Ryan tersenyum,
Duk Mi malu karena lipstiknya menempel di pipi.
“Aku suka
sesuatu yang adil, buat agar adil.” Kata Ryan menyodorkan pipi yang lain. Duk
Mi menolak menurutnya Sekian untuk hari ini.
Keduanya
menaiki mobil, Duk Mi sumringah melihat nama [CHA SHI AN] Ryan hanya bisa tersenyum lalu
mengangkat telpnya, Shi An mengaku ingin meminta bantuan. Ryan mempersilahkan
karena Duk Mi dengan penuh semangat akan memperbolehkanya.
“Aku akan
dengarkkan terlebih dahulu.” Kata Ryan tak ingin gegabah.
“Aku
ingin mengunjungi galeri bersama ibuku, tapi orang mungkin mengenaliku jika
kita pergi selama jam kerja.” Ucap Shi An
“Jadi kau
ingin melihat sesudah kami tutup?” kata Ryan. Shi An memohon hanya sekali ini
saja.
“Aku akan
memikirkan...” ucap Ryan dan tiba-tiba Duk Mi memberikan hadiah kecupan di pipi
pacarnya.
Ryan tak
bisa berkata-kata karena bahagia, akhirnya memperbolehkan Sekali ini saja. Shi
An pun senang hati mengucapkan Terima kasih lalu menutup telpnya. Duk Mi pun
mengucapkan terimakasih karena sudah memperbolehkan Shi An.
“Aku
harus pulang lebih awal dari gudang cetak hari ini.” Ucap Duk Mi dengan penuh
semangat.
“Kau akan
jadi penggemar yang sukses hari ini..” ejek Ryan. Duk Mi pikir kalau memang
sudah seperti itu.
Duk Mi
melihat Kertas rendezvous sepertinya pilihan terbaik untuk karya ini dan
berpikir kalau suka dalam konsentrasi biru yang lebih tinggi dan dengan tone
yang lebih cerah. Nyonya Nam datang memanggil Duk Mi, Duk Mi tak enak karena
Nyonya Nam tidak harus datang ke percetakan tapi akan menuju ke kantornya.
“Tidak
apa-apa. Aku punya beberapa urusan di sini. Ulang tahunmu akan datang, apa yang
kau inginkan?” ucap Nyonya Nam
“Apa yang
harus aku minta?” kata Duk Mi berpikir. Nyonya Nam meminta Duk Mi mengatakan
saja.
“Keinginanmu
adalah perintah untukku. Tidak boleh yang terlalu mahal.” Kata Nyonya Nam
“Aku tahu
apa yang kuinginkan... Foto asli Direktur dari sampul majalahmu.” Ucap Duk Mi
penuh semangat. Nyonya Nam terlihat mencoba menutupi rasa kecewa.
“Kau pasti
sangat menyukai pria ini. Baiklah. Kau bahkan dapat memiliki yang tidak
dipotong.” Ucap Nyonya Nam. Duk Mi terlihat sangat senang mendengarnya.
“Apa ini
daftar karya seni untuk pameran?” tanya Nyonya Nam melihat yang ada ditangan
Duk Mi
“Ya...
Nyonya Nam, aku ingin bertanya. Apa mungkin, kau pernah mendengar soal seorang
pelukis bernama Lee Sol?” kata Duk Mi penasaran.
“Lee Sol?
Namanya unik, aku akan ingat jika pernah mendengar soal seniman ini.” Ucap
Nyonya Nam
“Lalu,
tahukah kau seorang seniman dengan gaya ini dan teknik-teknik ini? Kau
memeriksa pameran untuk seniman pemula, jadi kupikir kau akan tahu.” Ucap Duk
Mi memperlihatkan lukisan Lee Sol
“Tunggu
sebentar. Kupikir aku sudah melihat gaya ini sebelumnya.” Kata Nyonya Nam. Duk
Mi penuh semangat mendengarnya.
“Sebenarnya,
aku yakin. Aku pernah melihat lukisan seperti ini sebelumnya...Tapi Sial,
menopause.” Kata Nyonya Nam kesal. Duk Mi meminta agar memberitahu kalau
mengingatnya. Nyonya Nam berjanji.
Duk Mi
pergi ke sebuah perpustaakan, Nyonya Nam mengaku sudah ingat kalau selama tahun
senior di perguruan tinggi. Tapi Ia tidak ingat namanya, tapi ada mahasiswa
baru yang menarik perhatian semua profesor.
“Aku
dengar dia pergi untuk belajar di luar negeri sesudah lulus, tapi aku tidak
pernah dengar kabar soal debutnya. Ada desas-desus soal kelahirannya. Lukisan-lukisan
ini sepertinya mirip dengan miliknya. Apa kau bilang namanya adalah Lee Sol?”
Duk Mi
mencari buku dari hasil-hasil lukisan dan melihat gambar dengan teman yang
sama, lalu terlihat biodata dibagian bawah
[GONG EUN YEONG, MAHASISWA BARU
ANGKATAN 1982] Duk Mi kaget melihat wajah Ibu Shi An saat masih muda.
Seung Min
sedang duduk termenung ditaman bermain. Geon Woo tiba-tiba datang bertanya pada
Ayahnya Apa itu cinta. Seung Min terlihat binggung. Geon Woo pikir Cinta tampaknya sangat sulit. Seung Min
bertanya apakah anaknya pernah jatuh cinta
“Dengan
Na Young di Kelas Kuning.”akui Geon Woo seperti anak dewasa. Seung Min bertanya
Bagaimana perasaan Na Young
“Apa dia
juga mencintaimu?” tanya Seung Mi. Geon Woo menceritakan Wanita suka kakak di
Kelas Biru karena Dia tinggi dan tampan.
“Maaf... Geon
Woo, tidak bisakah kau suka gadis yang lain?”kata Seung Min, Geon Woo mengaku
tak bisa.
“Hari
ini, aku jatuh di depannya, bahkan dengan sengaja. Karena aku merasa bahagia
ketika Na Young tersenyum. Ayah, ini cinta, kan?” ucap Geon Woon berpura-pura
jatuh.
“Kau
lebih baik dari Ayah.” Komentar Seung Min lalu memberikan minum untuk anaknya.
Duk Mi
terdiam didalam ruangan, teringat saat Shi An memperkenalkan ibunya. Lalu Ryan
memperkenalkan dirinya seperti tak sadar kalau didepanya adalah sang ibu yang
selama ini dicarinya. Ia mengingat kembali profile [GONG EUN YOUNG, MAHASISWA
BARU ANGKATAN 1982]
“Mereka
mungkin hanya memiliki teknik melukis yang serupa. Tapi jika Lee Sol adalah Ibu
Cha Shi An...” gumam Duk Mi lalu melihat Ryan datang memanggil Yoo Sub.
“Sebelum
kau pulang malam ini, bawakan lukisan Lee Sol yang sudah dipulihkan dari ruang
penyimpanan ke kantorku.” Ucap Ryan. Yoo Sub menganguk mengerti. Duk Mi menatap
sedih melihatnya.
Duk Mi
mengejar Ryan sampai keluar ruangan bertanya apakah berencana melihat lukisan Lee Sol dengan Cha
Shi An dan ibunya. Ryan membenarkan karena berpikir gallery date adalah alasan
jadi mungkin hanya datang untuk melihat
lukisan itu.
“Kenapa?”
tanya Ryan. Duk Mi binggung menjelaskan lalu mengurungkan niatnya.
Akhirnya
Shi An datang dengan ibunya sambil bergandengan tangan, Duk Mi seperti sedih
karena Ryan tak menerimanya. Ibu Shi An meminta maaf karena anaknya terus
merepotkan Ryan.
“Bukan
karena Cha Shi An meminta, tapi itu untukmu... Sandwichmu sangat lezat.” Kata
Ryan.
“Kapan
kau memakannya?” tanya Shi An heran. Ibu Shi An mengaku mampir pagi tadi.
“Itu
bukan untuk dinikmati siapa pun.” Kata Shi An seperti cemburu. Ryan hanya bisa
tersenyum.
Ryan
terus menatap ibu Shi An lalu tiba-tiba merasakan sesuatu dalam ingatanya. Shi
An berjalan melihat gallery menunjukan karya Jung Yong Hwan. Ibu Shi An meminta
agar menjelaskan padanya. Shi An mengaku
Agak rumit untuk dijelaskan.
“Ibu,
tunggu sebentar.... Hyung... Apa kau...” tanya Shi An, Ryan tahu kalau pasti
tentang Lukisan Lee Sol
“Dapatkah
aku melihatnya?” tanya Shi An, Ryan memberitahu
Ada di kantornya.
Ibu Shi
An melihat gambar lukisan dirinya dan terlihat tak bisa menahan rasa harunya.
Shi An terdiam begitu juga Ryan, Duk Mi bisa meraskan kalau Ibu Shi An
menyimpan sesuatu. Akhirnya Ibu Shi An meminta izin untuk ke kamar mandi. Duk
Mi mengikutinya karena akan menunjukkan jalannya.
Di dalam
toilet, Ibu Shi An mencoba menenangkan diri agar tak sedih. Tapi saat keluar
dari toilet tubuhnya terlihat lemas. Duk Mi menahanya memastikan ibu Shi An
baik-baik saja lalu melihat ada bekas luka ditanganya.
“Ya. Aku Sudah
begitu lama sejak terakhir kali melihat lukisan itu.” Kata Ibu Shi An.
“Kau Lee
Sol, kan? Aku melihat teknik melukis yang mirip dengan Lee Sol dalam buku seni
lulusan perguruan tinggi. Dan aku melihat fotomu di sebelahnya.” Kata Duk Mi to
the point.
“Tidak...
Aku bukan Lee Sol lagi. Itu nama yang gagal aku lindungi. Ini lukisan yang
gagal yang aku lindungi. Aku tidak pantas dipanggil dengan nama itu sekarang.
Aku tidak ingin itu diketahui. Apa kau mengerti?” kata Ibu Shi An. Duk Mi
menganggk mengerti tapi terlihat kecewa.
Shi An
berada diruangan bertanya pada Ryan apakan mereak akan dapat menemukan
kesembilan lukisan itu. Ryan mengakusangat berharap dapat menemukan mereka
semua karena Karyawannya juga mencoba yang terbaik untuk menemukannya.
“Omong-omong,
ibuku mungkin minta bantuan secara rahasia.” Ucap Shi An. Ryan bertanya Bantuan
apa
“Ibuku
tidak suka aku memamerkan lukisan Lee Sol. Jadi, kau harus membujuknya.” Kata
Shi An.
“Kenapa
dia menentangnya?” tanya Ryan heran. Shi An mengaku Sebenarnya, ingin melakukan
ini untuk ibunya.
“Untuk
mewujudkan mimpinya. Aku ingin mengembalikannya kepada ibuku. Namanya, Lee Sol.
Ibuku memiliki beberapa kenangan menyakitkan tentang lukisan-lukisan itu.”
Cerita Shi An.
Ryan
kaget ternyata ibu Shi An adalah Lee Sol dan itu artinya adalah ibunya juga.
Ibu Shi Ah datang memanggil anaknya, Ryan terdiam den teringat saat masih kecil
memanggil ibunya.
“Ayo berhenti
mengganggu Direktur, Mereka harus pulang sekarang. Terima kasih untuk hari ini,
Direktur Ryan” ucap Ibu Shi An. Ryan tak menjawab hanya memalingkan wajahnya
terlihat tak sanggup menatap ibunya. Duk Mi melihatnya juga seperti binggung.
Bersambung
ke part 2
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar