PS : All images credit and content copyright : TVN
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Duk Mi
berjalan pulang dengan tatapan kosong, Eun Gi sempat bertemu tapi Duk Mi tak
mengubrisnya. Akhirnya Eun Gi mengikuti Duk Mi dari belakang seperti memastikan
kalau pulang dengan selamat. Duk Mi menaiki tanga rumahnya memberitahu Eun Gi
kalau ingin sendiri.
Tuan Sung
dirumah sambil mengelap batunya seperti merasakan sesuatu. Duk Mi sudah
memasang foto Ryan saat masih kecil dalam bingkai lalu melihat foto Ryan dalam
komputernya seperti ingin mengembalikan ingatan masa kecilnya.
Flash Back
Duk Mi
dan Eun Gi sedang bermain, lalu melihat Yoon Jae duduk sendirian dan mereka pun
berkenalan kalau namanya Heo Yoon Jae. Mereka mengambar di lapangan, Yoon Jae
mengeluh pada Ibu Duk Mi karena Duk Mi menggambarnya lagi. Duk Mi dan Yoon Jae
seperti sangat dekat bermain saling mencoret wajah dan juga air mancur.
Duk Mi
mengingat kembali saat bertanya pada Ryan “Apa mimpi menakutkan?” Ryan mengaku
Bukan sekedar mimp, tapi Menakutkan karena dari ingatannya. Ia memimpikan
dihari saat ditelantarkan.
Eun Gi duduk
sendirian ditangga rumah Duk Mi, teringat kembali saat bertemu Ryan dengan sebelumnya.
Flash Back
Eun Gi
berharap Ryan tidak membenci ibu Duk Mi terlalu banyak karena merasa tersiksa untuk
waktu yang sangat lama sebab tidak merawat Ryan. Ryan mengaku sudah berpikir berkali-kali
aklau sebenarnya berterima kasih atas apa yang terjadi.
“Terima
kasih... sudah berpikir seperti itu.” Ucap
Eun Gi seperti masih bisa bernafas lega.
“Tapi,.. Sepertinya
ada satu anak lagi. Apa yang terjadi padanya? Duk Soo.” Kata Ryan. Eun Gi
memberitahu kalau Duk Mi tidak ingat apa pun.
Eun Gi
yang menunggu ditangga melihat Tuan Sung datang, Tuan Sung tahu kalau Eun Gi sengaja duduk
menunggu karena mengkhawatirkan Duk Mi. Eun Gi mengangguk lalu bertanya Apa
sudah diceritakan semuanya. Tuan Sung mengaku belum tapi menurutnya ini saatnya
menceritakannya.
“Apa
ingin bersama aku?” tanya Eun Gi, Tuan Sung pikir akan menceritakan semuanya sendiri dan
menyuruh Eun Gi untuk pulang.
“Kau
harus menghibur ibumu... Katakan padanya, baik-baik saja. Katakan padanya
semuanya akan baik-baik saja.” Ucap Tuan Sung. Eun Gi menganguk mengerti.
“Eun
Gi... Terima kasih, Nak.” Kata Tuan Sung memeluk Eun Gi layaknya seperti
anaknya sendiri. Eun Gi akan pergi tapi Tuan Sung kembali memanggilnya.
“Hei, Eun
Gi.. Kau tahu kode akses ke rumah Duk Mi, kan?” kata Tuan Sung. Eun Gi hanya
terdiam.
Duk Mi
duduk sendirian sambil melihat layar komputernya, saat itu terdengar suara
pintu terbuka dan kaget ternyata ayahnya yang datang. Akhirnya keduanya duduk
bersama, Duk Mi mengaku benar-benar ingin menyangkalnya lalu memastikan apakah
yang dikatakan ibunya memang benar.
“Duk
Mi... Ayah tahu kau sedang mengalami banyak hal saat ini. Dan... bahkan semuanya
bisa jadi lebih sulit. Tapi,. ada sesuatu yang harus kau ketahui.” Kata Tuan
Sung lalu memberikan sebuah foto
“Duk
Soo... Adikmu... Sung Duk Soo.” Ucap Tuan Sung, Duk Mi binggung karena memiliki
seorang adik.
Duk Mi
melihat foto Duk Soo seperti ingatanya tentang anak kecil yang berlari dengan
bahagia lalu memanggilnya “Nuna.” Ia pun memastikan siapa anak difoto itu. Tuan Sung memberitahu kalau itu adalah Adik
Duk Mi.
“Saat kau
berusia 7 tahun, dia berusia 5 tahun. Kalian mengalami kecelakaan mobil dalam
perjalanan pulang dari TK. Dan kau lupa soal segalanya karena syok. Kau
bersamanya hari itu. Sesudah kecelakaan itu, kau tiba-tiba tidak bisa mengingat
tentang Duk Soo.” Cerita Tuan Sung.
“Jadi
mungkin ibumu sedang berpikiran dengan benar. Dia tidak mampu kehilanganmu
sesudah kehilangan Duk Soo. Ibumu... benar-benar tidak punya pilihan lain. Dia
tidak dalam kondisi untuk merawat Yoon Jae.” Cerita Tuan Sung
“Kenapa
Ayah bilang ini padaku sekarang?” keluh Duk Mi menahan airmatanya.
“Kau
tahu, aku selalu takut akan moment ini.Pada saat aku harus menceritakan yang
sebenarnya. Aku tahu akan menghancurkan hatimu. Aku berdosa sebagai seorang
ayah dan ibumu menanggung semua beban. Jika aku menjadi suami yang lebih
kompeten, maka dia tidak perlu meninggalkan Direktur seperti itu.” Cerita Tuan
Sung.
“Ibumu benar-benar
tidak punya pilihan... Ayah yang membuat Ibu mengambil keputusan yang begitu
kejam. Duk Mi, Ayah malu bilang ini padamu, tapi karena kau sekarang sudah
dewasa, Menurut ayah, biarkanlah ibumu tenang. Apa baik-baik saja, Duk Mi?”
Kata Tuan Sung memohon
Duk Mi
menatap foto adiknya dengan mata berkaca-kaca, perlahan ingatanya kembali
datang.
Flash Back
Duk Soo
yang masih kecil memanggil Duk Mi seperti sangat senang bermain. Duk Mi dan
adiknya pun menyanyi bersama dalam mobil
seperti jemputan mereka kesekolah. Duk
Soo menarik tangan Duk Mi berlari keluar rumah. Duk Mi bertanya ada apa.
“Itu Di
sana!” teriak Duk Soo menujuk kuda-kudaan, Duk Mi bertanya apakah adiknya ingin
naik. Duk Soo menganguk.
“Baiklah.
Nuna akan menaikanmu.” Ucap Duk Mi setelah melihat uang receh dalam sakunya.
Duk Soo terlihat bahagia.
Duk Mi dan
Duk Soo bernyanyi didalam mobil jemputan, keduanya terlihat sangat bahagia.
Pengemudi pun terlihat bahagia senang, tapi tiba-tiba sebuah mobil menabrak
dari samping, tubuh Duk Mi dan Duk Soo berguncang keras.
Duk Soo
memanggil kakaknya, Duk Mi melihat adiknya yang sudah terjatuh dengan kepala
penuh luka lalu memegang tangan adiknya sambil memanggil ibunya memberitahu
kalau tangan adiknya sangat dingin.
Duk Mi
menangis mengingat semua kenangan adiknya yang terlupa dalam ingatanya.
Ryan
melihat foto Duk Mi, seperti ingin menemaninya, teringat dengan yang dikatakan
Eun Gi. “Tolong beri dia waktu... Beri
ibuku waktu untuk beri tahu Duk Mi juga. Duk Mi juga perlu waktu untuk
mengikhlaskan semuanya.”
Flash Back
Ryan
seperti masih memikirkan Duk Mi dan merasa khawatir, Eun Gi memastikan kalau
Duk Mi tangguh, jadi yakin akan
baik-baik saja.
Duk Mi
pergi ke rumah ibunya, sambil menangis memeluk ibunya meminta maaf. Ibunya
memeluk erat Duk Mi meminta agar jangan menangis tapi Duk Mi terus menangis. Akhirnya
Duk Mi sudah tenang bersadar dibahu ibunya meminta maaf karena telah menghapus
ingatan dan mempersulitnya.
“Berkat
kau Ibu masih bisa hidup. Karena... Kau lupa soal semuanya dan tetap bahagia
serta karena kau tumbuh dalam cahaya, jadi aku bisa menahan rasa sakit juga.”
Kata Ibu DukMi
“Walau
begitu, maaf. Setiap orang harus hidup dengan ingatan yang menyakitkan, tapi
hanya aku yang menghapusnya dari pikiranku. Aku minta maaf karena menjadi
penakut.” Cerita Duk Mi
“ Di
tempat kecelakaan itu, Ibu diberitahu bahwa kau tidak melepaskan tangan Duk
Soo. Itu sebabnya Ibu yakin dia tidak merasa sendirian selama saat-saat
terakhirnya. Aku tahu betul betapa kau menyayangi adikmu. Jadi, tidak apa-apa, Semuanya
baik-baik saja sekarang.” Ucap Ibu Duk Mi
“Aku
ingat semuanya sekarang... Aku ingat direktur dan Duk Soo. Jangan menahan apa
yang ingin kita katakan lagi. Kita akan bicara soal Duk Soo dan mengenang serta
mengingat hidupnya.” Ucap Duk Mi. Nyonya Sung mengucapkan Terima kasih pada
anaknya.
Duk Mi
berjalan sendirian teringat dengan ucapan ibunya “Duk Mi, Eun Gi... Eun Gi masih kecil saat itu
juga, tapi dia harus hidup melalui kematian Duk Soo dan kau menderita
kehilangan ingatan. Dia harus jadi kuat demi kita semua. Meskipun dia tidak
pernah bilang apa-apa, aku yakin itu menyulitkannya juga.”
Eun Gi
duduk sendirian di taman duduk diatas ayuna, Duk Mi akhirnya memanggil Eun Gi
dan mereka duduk bersama. Duk Mi mengucapkan Terima kasih untuk selama ini
sudah menghibur orang tuaku melewati rasa sakit.
“Ketika
aku memikirkannya, kaulah yang selalu membantuku, dan aku yang selalu menerima.
Dengan kata lain, karena kau si bedebah Eun Gi.” Kata Dk Mi mengejek.
“Itu,
karena aku fan-boymu.” Ucap Eun Gi bangga, Duk Mi tersenyum. Eun Gi lalu
menanyakan keadaan Duk Mi sekarang.
“Tidak...
Aku tak baik-baik saja.. Tapi Bagaimana kau mengatasi semuanya pada usia
sekecil itu?” kata Duk Mi binggung
“Aku bisa
karena kita keluarga.” Kata Eun Gi, Duk Mi mengaku juga berterima kasih kepada Eun
Gi yang berusia tujuh tahun.
“Hal yang
sama berlaku untuk Eun Gi yang di sini bersamaku sekarang. “ ucap Duk Mi dengan
senyuman sumringah.
“Aku juga
minta maaf.Duk Mi, kurasa aku hanya memberitahumu bahwa senyummu terlihat
cantik tidak yang lainnya. Kau benar-benar jelek saat menangis.” Komentar Eun
Gi.
Duk Mi
mengeluh Eun Gi pembohong. Eun Gi mengaku Itu bukan bohong lalu memastikan
kalau akan memberitahu Ryan. Duk Mi menganguk.
Ryan
masuk ruangan timnya, Kyung Ah menyapa lebih dulu lalu memberitahu kalau Duk Mi
agak terlambat hari ini. Ryan melihat kursi Duk Mi yang kosong teringat dengan
yang dikatakan Eun Gi “Tolong beri dia waktu. Beri ibuku waktu untuk beri tahu
Duk Mi juga. Duk Mi juga perlu waktu untuk mengikhlaskan semuanya.”
“Biarkan
Nona Sung libur hari ini...” ucap Ryan dan tiba-tiba Duk Mi datang menyapa
Ryan. Ryan kaget melihat Duk Mi datang dengan senyuman.
“Ada
sesuatu yang ingin kukatakan.” Ucap Duk Mi dengan wajah serius.
Keduanya
bertemu di luar gallery dan sama-sama ingin memulai bicara. Duk Mi mengaku Eun
Gi memberitahukany kalau Ryan sudah mendapatkan kembali ingatannya. Ia pikir
ini terlalu sulit untuk ditanggung jadi tidak tahu harus berbuat apa dan hanya
ingin bersembunyi...
“Jangan
lakukan itu. Jika kau melakukan itu, akan terlalu sulit bagiku.” Kata Ryan
“Tapi,
sepertinya itu terlalu sulit untukmu, jadi aku memutuskan untuk melihatmu dengan
senyum di wajahku. Jika kita berbagi rasa sakit, itu akan sedikit lebih baik.”
Ucap Duk Mi, Ryan mengucapkan Terima kasih.
“Ibuku...
Ibuku datang. Dia ingin melihatmu secara pribadi dan meminta maaf... Ibuku...”
kata Duk Mi seperti merasa bersalah.
“Tidak
apa-apa, Duk Mi.” Kata Ryan menenangkan Duk Mi memegang tanganya lalu melihat
Ibu Duk Mi berdiri sendirian. Akhinya Ia meminta Duk Mi menunggu karena akan
menemui ibu Duk Mi.
**
Nyonya
Sung terdiam seperti merasa bersalah melihat ke arah gallery. Ryan berjalan
mendekat, Nyonya Sung melihat seperti terkejut. Keduanya pun duduk di taman,
Ibu Duk Mi mengaku Duk Mi menceritakan semuanya
Bahwa ibu Ryan tidak bisa datang karena kecelakaan.
“Seharusnya
aku merawatmu sedikit lebih lama saat itu. Jika aku melakukannya, kau tidak
akan menderita begitu lama... Maafkan aku.” Ucap Ibu Duk Mi
“Ibu... Di
Korea, aku dengar panggilan untuk orang tua kekasih... "Ibu dan ayah"
Apa aku benar? Aku sudah menemukan banyak ibu di Korea. Aku menemukan ibu
kandungku dan aku bahkan bisa memanggilmu Ibu.” Kata Ryan dengan senyuman
“Aku
tidak pantas untuk disebut sebagai ibu olehmu. Aku tahu sudah terlambat untuk
meminta maaf, tapi aku minta maaf.” Ucap Ibu Duk Mi merasa bersalah.
“Jika
bukan karena Ibu saat itu, aku akan benar-benar jadi anak yang ditelantarkan di
lingkungan yang tak dikenal. Tapi kau... membawa anak tak dikenal ke rumah dan
bahkan memberinya makan malam. Kau merawatnya. Terima kasih.” Kata Ryan
memegang tangan ibu Duk Mi
“Aku tahu
sudah terlambat, tapi terima kasih sudah merawatku dan mencintaiku. Aku sangat
berterima kasih, Ibu.” Kata Ryan dengan tulus, Ibu Duk Mi pun ikut mengengam
tangan Ryan.
Duk Mi
duduk dengan Ryan memberitahu kalau sudah memutuskan untuk pergi mengunjungi
Duk Soo dengan ibunya, dan biasanya
pergi setiap tahun. Selain itu Ia memberitahu kalau Ibunya menyesal
mengirim Ryan ke panti asuhan selama
sisa hidupnya.
“Duk
Mi... Kenangan itu adalah masa lalu yang menyakitkan bagi Yoon Jae yang berusia
tujuh tahun, tapi sekarang bukanlah apa-apa. Jadi,... Kau tidak perlu minta maaf
lagi.” Kata Ryan. Duk Mi terlihat binggung.
“Kenangan
yang indah dan kenangan berharga. Berikanlah aku itu... Dengan sangat banyak.”
Ucap Ryan
“Aku
akan... semakin mencintaimu. Jadi, kau akan menjadi bahagia.” Ucap Duk Mi
“Aku
sudah menerima cukup banyak cinta. Ajak aku bersamamu Untuk melihat Duk Soo.”
Kata Ryan sambil memegang kepala Duk Mi. Duk Mi menganguk setuju.
Cindy
masuk ke ruangan [CHOIKANG JUDO] Eun Gi sedang mengajar menyuruh Cindy segera
keluar, tapi Cindy tak peduli malah masuk ke dalam ruangan Eun Gi. Eun Gi akhirnya datang menemui Sindy.
“Ahjussi,
kapan kelasmu berakhir?” tanya Sindy, Eun Gi mengeluh Sindy yang menanyakan hal
itu.
“Jika
kelasmu berakhir, beri aku tumpangan pulang. Kita pergi ke arah yang sama pula.”
Ucap Sindy.
“Aku
penasaran. Apa kau pikir aku penurut?” keluh Eun Gi, Sindy pikir sedikit
penurut.
“Kelas
belum berakhir, jadi pergi naik bus.” Kata Eun Gi ,Sindy ingin membahas
sesuatu, Eun Gi mengeluh karena Sindy terus memanggilnya Ahjussi.
“Bisakah
aku mendapatkan diskon karena kita saling kenal?” tanya Sindy, Eun Gi dengan
penuh semangat mengaku bisa
“Kau
dapat menerima diskon 10 persen khusus dan tambahan 10 persen jika kau membawa
teman. Apa kau ingin mendaftar?” tanya Eun Gi, Sindy dengan wajah mengejek
mengaku tidak lalu keluar ruangan. Eun Gi tak bisa menahan amarahnya.
Nyonya
Eom menunggu dalam mobil, teringat dengan anaknya yang memuji ibu Duk Mi
mengaku suka semua yang dimasak bahkan sambil merangkul lengannya masuk ke dalam
rumah.
“Bagaimana
bisa memanggilnya "Ibu"? Kenapa?”
kata Nyonya Eom kesal, Sek Kim datang
“Ini Akta
Keluargamu.” Kata Sek Kim . Nyonya Eom bernafas lega karean belum menolaknya
dan mengajak pergi. Sek Kim binggung kemana mereka akan pergi.
“Untuk
menemui putriku... Cepat...” ucap Nyonya Eom. Sek Kim menganguk mengerti.
Tuan Sung
berjalan bersama dengan istriya ingin tahu apa yang dikatakan Ryan. Nyonya Sung menceritakan kalau Ryan bilang
tidak apa-apa, dan bahkan menghiburnya jadi
merasa sangat menyesal dan berterima kasih pada saat yang sama.
Sindy
baru saja pulang kaget melihat ibunya datang,
Nyonya Eom tersenyum melihat ibunya. Sindy kaget ibunya tahu keberadaan
dan berpikir kalau pasti membuntutinya. Nyonya Eom hanya diam saja. Sindy mengeluh
ibunya yang sudah mengusir tapi malah datang.
“Hyo
Jin... Pertama, ayo kita pulang dan bicara... Ayo pergi.” ucap Nyonya Eom.
“Ini
rumahku sekarang.” Kata Sindy, Nyonya Eom tak habis pikir dengan yang dikatakan
anaknya.
“Tangkap
dia... Ayo pergi. Ayo pergi!” terik Nyonya Eom menarik anaknya dengans Sek Kim.
Sementara Sindy berteriak kalau tidak ingin pergi dan meminta agar
melepaskanya.
Nyonya
Sung mengaku sangat senang karena Ryan
bisa bertemu orang tua yang hebat. Keduanya lalu terdengar teriakan Sindy
yang tidak ingin pergi lalu berlari
ingin tahu apa yang terjadi. Sindy
berterika tak ingin pulang tapi Nyonya Eom menariknya sampai akan masuk mobil.
“Hei...Kau
siapa? Apa yang kau lakukan? Kenapa kau mencoba mengambil putriku?” ucap Ibu Duk
Mi menarik Sindy menyelamatkan dan melindunginya.
“Hyo Jin
adalah putriku! Kenapa kau terus bilang dia putrimu saat dia milikku? Dia
putriku! Minggir! Sek Kim , katakan pada mereka untuk minggir!” teriak Nyonya
Eom marah, Ibu Duk Mi melonggo binggung.
“Hyo Jin
adalah putriku! Hei, Hyo Jin! Apa kau bukan putriku? Kau adalah putriku! Ya
ampun! Sek Kim , bagaimana menurutmu?” kata Nyonya Eom.
Akhirnya
di dalam rumah, Sek Kim duduk memegang tas milik Nyonya Eom. Sementara Ibu Duk
Mi duduk meja makan meminta maaf karena
tidak tahu Nyonya Eom adalah ibu Hyo Jin. Nyonya Eom mengeluh Ibu Duk Mi
tak tahu karena terlihat persis mirip.
“Hyo Jin,
kemasi barang-barangmu dan pulanglah bersama ibumu.” Ucap Ibu Duk Mi. Hyo Jin
mengeluh dengan memanggilnya “Ibu...”
“Kenapa
kau terus memanggilnya "Ibu"? “ keluh Nyonya Eom kesal. Hyo Jin
seperti tak peduli
“Walau
dia salah karena mengemas barang-barangmu dan mengusirmu. Tapi sekarang dia
datang, sebaiknya kau pulang. Dan untuk Ibu Hyo Jin...” kata ibu Duk Mi dan
disela oleh Nyonya Eom
“Namaku
Eom So Hye.” Kata Nyonya Eom bangga. Ibu Duk Mi tetap memangginya Ibu Hyo Jin.
“Aku
dengar ada orang yang tidak suka disebut sebagai ibu. Tapi mungkin itu karena
aku kuno, jadi aku suka. Aku suka saat orang memanggilku Ibu Duk Mi. Rasanya
seakan seluruh dunia mengakui kenyataan bahwa aku adalah ibu dari anakku yang
berharga.” Ungkap Ibu Duk Mi
“Tapi,
kau harus tahu bahwa itu tidak berlangsung lama. Dia mungkin putrimu yang
berharga yang kau lahirkan, tapi hanya berlangsung saat dia hidup bersamamu. Kau
harus bersikap baik padanya saat dia ada di sisimu. Itu sebabnya ada pepatah, "Kau
tidak akan pernah kekurangan air sampai sumurnya mengering." “ jelas ibu
Duk Mi
“Bukankah
pepatah itu berlaku untuk anak-anak kita? Itu berarti mereka harus baik kepada
orang tua mereka saat mereka masih hidup.” kata Nyonya Eom
“Keduanya...
Kalian harus bersikap baik satu sama lain saat kalian berdua hidup. Jika kalian
saling bertengkar, itu akan menjadi akhir terlepas dari seberapa besar kalian
menyesalinya” tegas Nyonya Eom
“Kau
tidak boleh memerintah anak semaumu dan menganiaya keluargamu. Antara
suami-isteri, orang tua dan anak-anak, dan saudara. Mereka semua hubungan
berdasarkan koneksi manusia. Jadi, tidak ada satu pun hubungan yang harus kau
terima begitu saja.” Jelas Ibu Duk Mi
“Tapi
kenyataan bahwa kau masih berusaha... Meskipun mungkin sedikit canggung, berarti
kau baik-baik saja. Mengerti?” ucap Ibu Duk Mi . Nyonya Eom pikir Ibu Duk Mi sungguh
pandai bicara.
“Hyo Jin.
Apa kau akan pulang ke rumah sekarang?” kata Nyonya Eom, Duk Mi menganguk
setuju.
“Dia bilang
dia akan pulang ke rumah. Dia putriku. Bukankah kita mirip? Dia cantik karena dia
mirip denganku.” Kata Nyonya Eom memeluk anaknya.
Ibu Duk
Mi mengantar Hyo Jin sampai depan rumah, Nyonya Eom mengucapkan Terima kasih.
Hyo Jin berjanji akan berkunjung lagi. Ibu Duk Mi memperbolehkan Hyo Jin datang
kapan saja tapi tak boleh datang sesudah
berkelahi dengan ibunya. Hyo Jin menganguk mengerti.
Shi An
melihat video yang dibuat Da In merasa Ini masalah besar. Da In panik berpikir
kalau tidak menyukainya. Shi An mengaku sangat menyukainya dengan senyuman
lebar. Da In mengeluh kalau sedikit mengagetkannya karena tidak mungkin buruk.
“Nona
Choi.. Ayo kita bekerja sama di album berikutnya. Setuju?” ucap Shi An dengan
penuh semangat.
“Aku akan
memikirkannya.” Ucap Da In jual mahal. Shi An mengaku benar-benar menantikan
pameran.
Ryan dan
Duk Mi membahas tentang pameran berpikir kalau mereka menggunakan warna lain untuk
menyorot tembok utama, Duk Mi pikir melihatnya karena juga menyukai warna itu
tapi akan sulit untuk mencampur warna yang tepat.
“Ayo kita
lihat kapan mereka mengecatnya.” Ucap Ryan. Duk Mi menganguk setuju. Kyung Ah
dan Yoo Sub bertemu dengan para pembantu agar bisa lebih bersemangat.
“Aku akan
memberitahu tugas dasar.... Nomor satu... Harap berhati-hati saat
memindahkannya.” Ucap Yoo Sub
Yoo Sub
memastikan lukisan dipindahkan dengan sangat baik tanpa ada goresan, Sementara
Sindy sibuk melihat souvenir yang akan diberikan saat pameran.
Duk Mi
melihat tiga pegawai yang lelah lalu memberikan vitamin, Yoo Sub ingin minum
juga tapi Duk Mi menolak karena itu vitamin untuk wanita saja.
Duk Mi
berjalan dengan Ryan bertanya apakah pacarnya itu tak lelah. Ryan mengaku Sedikit Tapi menikmatinya, karena akhirnya akan melihat
pamera yang sudah mereka rencanakan begitu lama, Duk Mi mengajak mereka terus
bersemangat...
“Haruskah
kita pergi ke rumahku?” ucap Ryan. Duk Mi mengatkan A akan pergi jika Ryan
mentraktirnya sesuatu yang lezat.
“Ada
sesuatu yang bagus dari itu.” Kata Ryan. Duk Mi ingin tahu apa itu. “Hadiah
ulang tahunmu ada di rumahku. Apa kau ingin mengambilnya?” ucap Ryan penuh
rahasia
Duk Mi
masuk ruangan ingin tahu dimana hadiah untuknya, Ryan meminta Duk Mi agar
menutup matanya lebih dulu. Duk Mi
mengeluh Ryan itu sedang becanda jadi meminta agar memberikan saja.
“Aku
mendengarmu saat kau memintaku untuk menutup mata... Apa kau tidak percaya
padaku? Begitulah cara kau membuatku menutup mata?” keluh Ryan.
“Baik,
aku akan menutup mata.” Kata Duk Mi, Ryan menyuruh Duk Mi agar mengikutinya.
Ryan mengajak Duk Mi masuk ke sebuah ruangan,
“Kau tidak
tahu seberapa besar aku menantikan ini. Tapi jangan terlalu bersemangat. Apa
kau siap?” ucap Ryan. Duk Mi menganguk lalu membuka matanya.
Ia kaget
melihat lukisan didepanya, foto dirinya yang sebelumnya hanya sileut sekarang
sudah membuat lukisan. Ryan mengaku
kalau akhirnya bisa melukis lagi walaupun Tanganya masih sedikit kaku... Tapi
Duk Mi langsun memuji kalau lukisan itu sempurna.
“Aku akan
berlatih sedikit lagi...” kata Ryan. Duk mi mengaku sudah sempurna, sekarang
juga lalu mengenggam tangan Ryan.
“Kau juga
memegang tanganku seperti ini saat kali pertama bertemu. Apa kau ingat?” kata
Ryan.
Duk Mi
saat masih kecil menyapa Ryan lebih dulu memberitahu namanya Sung Duk Mi dan
bertanya Siapa namanya. Ryan masih ingat
yang dikatakan Duk Mi padanya dan bertanya apakah Duk Mi yang ia katakan.
“Aku...
Heo Yoon Jae.” Kata Yoon Jae saat itu dan Duk Mi bisa mengingat menyebutkan
nama "Heo Yoon Jae."
“Sekarang
setelah aku pikirkan, alasanku tidak
bisa melukis padahal hanya itu yang aku miliki mungkin karena semesta
menginginkanku untuk menemukan sesuatu yang lebih berharga. Dan itulah tepatnya
yang kau lakukan untukku.” Ucap Ryan lalu mencium Duk Mi yang menangis harus.
“Terlalu
lama untuk akhirnya bertemu denganmu lagi. Aku merindukanmu, Duk Mi.” Gumam
Ryan. Duk Mi pun membalas “Aku merindukanmu, Yoon Jae”.
“Hai, Duk
Mi.” Sapa Ryan, Duk Mi pun membalas menyapa Ryan. Dengan panggilan Yoon Jae.
Bersambung
ke episode 16
Cek My Wattpad... Stalking
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar