PS : All images credit and content copyright : TVN
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Kyung Ah
satu persatu meminta anak-anak memegang gambar dan difoto oleh Sindy. Setelah
itu mereka foto bersama dengan gambar masing-masing, seperti semua anak
bahagia.
Duk Mi
duduk bersama Ryan di ruangan, lalu menaruh tangan diatas mejda dan memberikan
krayon. Ryan binggung apakah maksudnya Duk Mi meminta untuk menggambar
tangannya. Duk Mi membenarkan. Ini Bukan
sketsa, tapi hanya ingin menggambar menggunakan tangannya. Duk Mi membenarkan.
“Aku Ryan
Gold.” Tegas Ryan, Duk Mi tahu karena menurutya ini menggemaskan dan meminta agar mengunakan Warna
merah muda.
Ryan
hanya memegang krayon teringat saat ingin melukis pun tak bisa mengambar. Ia
ingin menaruh krayon, tapi tangan Duk Mi malah memegang tanganya lalu menuntun
tangan Ryan mengambar. Ryan seperti tak percaya melihatnya.
“Wahh..
Sudah selesai... Astaga, tanganku cantik. Bukankah begitu?” ucap Duk Mi
bahagia. Ryan mengangguk.
“Sekarang
milikiku sudah selesai, saatnya menggambar milikmu. Aku akan menggambarnya. Aku
akan menggunakan biru muda. Jangan menolak.” Kata Duk Mi, Ryan pun pasrah
digambar tanganya.
“Kau
punya tangan yang cantik... Bukankah itu karya seni? Bagaimana kalau
menampilkannya di Mono Art Gallery?”goda Duk Mi. Ryan mengaku akan
memikirkannya dengan wajah bahagia.
Anak
kecil yang tadi kembali datang memanggil Ryan lalu bertanya siapa namanya, Ryan
menyebutkan namanya, Tapi Si anak kecil binggung karena asing.
“Kedengarannya
sangat aneh. Apa kau tidak memiliki nama Korea?” ucap si anak kecil. Ryan hanya
tersenyum akhirnya si anak menuliskan nama Ryan Gold dengan huruf Hanggul [RAIEON] dengan bentuk love dibelakang.
“Kau
pasti senang dicintai.” Goda Duk Mi melihat gambar Ryan. Ryan pikir seperti itu
tersenyum melihat gambar wajahnya.
Si anak
memegang tangan Ryan meminta agar datang lagi, Ryan menganguk berjanji akan
datang lagi. Mereka pun pamit pergi pada pegawai panti asuhan. Sindy pikir
ingin naik mobil yang bagus juga dan akan masuk ke dalam mobil Ryan.
“Naik
saja apa yang kau naiki saat datang kesini” kata Kyung Ah menarik ke dalam
mobil. Sindy cemberut.
Yoo Sub
ingin duduk disamping Kyung Ah, tapi Sindy lebih dulu menyuruh Yoo Sub duduk
dibelakang karena harus duduk di tempat sebelumnya.
Duk Mi
duduk di dalam mobil terlihat bahagia, tapi matanya silau kena matahari. Ryan
memberikan kacamata agar Duk Mi memakainya. Duk Mi pikir kalau J mengenakan ini
maka Ryan tidak akan dapat fokus mengemudi. Ryan mengaku tak masalah.
“Aku
terlihat luar biasa memakai kacamata hitam. Bagaimana?” ucap Duk Mi, Ryan hanya
bisa tersenyum.
“Sejujurnya,
aku tidak berpikir kau akan datang hari ini. Itu sebabnya aku tidak pernah
mengatakannya.” Kata Duk Mi
“Aku
senang karena memilih datang. Sekarang aku membuat kenangan indah dengan
seseorang yang aku sukai, aku tidak membenci tempat itu seperti dulu.” Ucap
Ryan. Duk Mi terlihat bahagia menatap Ryan untuk mengodanya.
“Kau
harus melihat ke depan sekarang.” Kata Ryan mulai grogi, Duk Mi menolak.
“Lihatlah
pemandangannya.” Kata Ryan, Duk Mi menolak karena suka melihat yang ada
didepanya.
“Karya
seni ini dibuat pada tahun 1987.”kata Ryan mengoda. Duk Mi mengaku kalau menginginkannya.
Duk Mi
menunggu ditepi danau teringat kembali dengan pertanyaan anak tadi, “Ahjussi,
siapa namamu? Kedengarannya sangat aneh. Apa kau tidak memiliki nama Korea?”
Ryan datang membawakan minuman, keduanya lalu berjalan. Duk Mi berkomentar Anak-anak tampaknya sangat menyukai Ryan.
“Apa Kau
cemburu? Apa yang kau inginkan diriku?” kata Ryan. Duk Mi pikir sekarang itu
sudah berlalu.
“Apa kau Ingat
saat kali pertama bertemu di rumah lelang? Saat kau bilang apa yang kau katakan
tadi... Aku pikir kau sinting.” Ucap Duk Mi, Ryan mengaku sudah mendengarnya.
“Direktur
Apa kau benar-benar tidak ingat nama Koreamu?” tanya Duk Mi penasaran.
“Sejujurnya,
rasanya seperti nama orang asing. Aku tidak pernah benar-benar menyukai nama
itu. Rasanya seperti milik orang lain.” Kata Ryan
“Maafkan
aku. Harusnya aku tidak bertanya.”ucap Duk Mi merasa bersalah.
“Yoon
Jae... Heo Yoon Jae..” udap Ryan. Duk Mi tersenyum mengaku akan menyukai nama
itu, karena itu nama pria yang disukainya dan memanggil nama Heo Yoon Jae.
Ryan
mengantar Duk Mi sampai ke depan rumah, lalu mengeluh Sampai kapan akan melepaskan tangannya. Duk
Mi pikir bukan orang yang memegang tangan Ryan.
Ryan pikir kalau kalau harus jadi orang yang melepaskan.
“Apa kau
ingin makan malam di sini? Ini Benar-benar makan malam rumahan.”kata Duk Mi
yang tak ingin berpisah dengan Ryan.
Duk Mi
dan Ryan membuat adonan sujebi untuk sup yang mereka buat. Tapi keduanya malah
saling bermain tepung dengan menghiasi wajah keduanya. Ryan bertanya Berapa lama mereka harus
mendiamkan adonan. Duk Mi pikir sekitar
30 hingga 40 menit.
“Apa yang
akan kita lakukan selama 30 menit?” tanya Ryan, Duk Mi bertanya balik Apa yang
ingin dilakukan. Ryan ingin mendekat tapi keduanya kembali bermain tepung.
Setelah
30 menit, Duk Mi membuat sujebi dengan sobekan kecil, Ryan melihat dibelakangnya
sambil tersenyum memastikan apakah akan berhasil. Duk Mi yakin bisa lalu
keduanya saling menatap dan berciuman. Ryan pikir mereka harus makan sujebi.
Duk Mi tak peduli akan makan nanti dan kembali berciuman. Akhirnya Duk Mi dan
Ryan makan bersama, Ryan seperti suka makan Duk Mi.
Ryan
pulang ke rumah melihat gambar tangan dengan Duk Mi wajahnya tersenyum bahagia.
Sementara Duk Mi melihat hasil foto Ryan saat bermain dengan anak-anak,
tiba-tiba ingatanya seperti datang saat dirinya masih kecil.
“Apa itu
tadi?” ucap Duk Mi tersadar seperti tak mengingatnya, Pesan dari Ryan masuk
mengucapkan selamat tidur. Duk Mi pun membalas mengucapkan selamat malam pada Yoon
Jae.
Duk Mi
pikir Heo Yoon Jae itu nama yang cantik, lalu teringat sesuatu dan mengetik
keyword [CARI ANAK YANG HILANG, HEO YOON JAE, 1993] tapi tak menemukan hasilnya
di mesin pencari.
Eun Gi
sedang di dalam tenda menerima telp kalau ada Seorang wanita mabuk Dengan
rambut pendek. Ia bisa menebak kalau Sun Joo dan menanyakan tempatnya. Saat itu dibar bawah tanah, Da In sedang
duduk sendirian. Pelayan meminat Da In agar Jangan minum terlalu banyak.
“Hei... Tuan
Pecundang.” Sapa Da In saat melihat Eun Gi yang datang. Eun Gi mengeluh dengan
panggilan Da In.
“Nam Eun
Gi, peraih medali judo.” Kata Si pelayan tak percaya melihatnya. Da In pikir kalau
ucapanya itu bisa dibuktika kalau mengenal Eun Gi.
“Kau bilang
dia adalah Lee Sun Joo.”keluh Eun Gi, Pelayan mengaku tak mengatakan itu karena
hanya bilang dia mabuk dan berambut pendek.
“Ada apa
ini?” tanya Eun Gi sinis. Da In memberitahu kalau si pelayan adalah penggemar Eun Gi.
“Jadi,
aku bilang padanya kalau aku kenal kau. Dia tidak akan percaya padaku.” Ucap Da
In
Sipelayan
mengaku memang pengemarnya dan meminta tanda tangannya. Eun Gi pikir lebih baik
memberikan melempar bahu saja. Si pelayan ketakutan dan menolaknya karena akan
lebih dari puas dengan tanda tangan. Akhirnya Eun Gi memberikan tanda tangan.
“Aku
menyebalkan, kan?” ucap Da In setengah mabuk. Eun Gi menyidnri akhirnya Da In
tahu juga.
“Aku
sedang memikirkan apa akan memberitahumu atau tidak. Sejujurnya, aku tidak
punya teman.. Teman minum... Aku hanya punya satu teman... Ahh... Tidak... Ada
teman yang harus kuanggap temanku, tapi terlalu sulit untuk terus mengaggapnya
teman lagi. Apa sekarang kita berteman?” kata Da In.
“Ya terserah.
Hanya untuk hari ini. Aku yakin kau akan jadi teman yang menjengkelkan.” Ucap
Eun Gi
“Kau
menilai karakter dengan baik.” Komentar Da In akhirnya mereka minum bersama.
Eun Gi
mulai mabuk seperti menceritakan masalah, Da In tahu kalau Eun Gi akhirnya
mengakui perasaannya dan memuji kalau sangat berani melakukanya karena dirinya
sudah menyerah. Eun Gi ingin tahu alasanya.
“Aku
sudah kenal Ryan selama 10 tahun, tapi aku melihat ekspresi yang belum pernah
aku lihat sebelumnya. Dia benar-benar menyukainya. Dan itu Semakin jelas. Sepanjang
hidupku, belum ada apapun yang tidak bisa aku dapatkan atau capai.” Ucap Da In
sedih
“Tapi
sekarang, hanya ada satu hal yang harus kulakukan. Aku harus Move on.
Setidaknya aku ingin Ryan sebagai teman dalam hidupku.” Cerita Da In.
Da In
terbangun dan kaget melihat sudah tidur ditenda dengan Eun Gi tidur hanya
mengunakan tissue sebagai alas kepalanya. Ia mengingat Eun Gi memapahnya
bejalan sambil memanggil Tuan Pecundang. Eun Gi mengeluh dan meminta agar
memberitahu rumahnya. Da In menjawab di Newyork lalu mengajak Eun Gi pergi
kesana juga.
“Aku
adalah gangguan mabuk. Kenapa aku minum dengan semangat? Aku juga pemabuk yang
menyebalkan.” Keluh Da In lalu mengumpat kesal pada dirinya yang sudah gila.
Akhirnya
Da In mencoba untuk pergi tapi Eun Gi tiba-tiba berteriak “Perhatian!” Da In
terdiam, Eun Gi kembali berbicara “ Harimau dapat menghadapi singa kapan saja.”
Da In melihat Eun Gi hanya mengigau lalu bergegas keluar dari ruang latihan.
Ia melihat
pesan yang dituliskan Eun Gi “Sesekali aku akan jadi teman minummu, tapi jangan
menjengkelkan.” Lalu tersenyum dan berjalan menuruni tangga.
Kyung Ah
memanggil Hyo Jin membahas Survei yang dilakukan cukup baik, tapi menurutnya pertanyaan yang dibuatnya sedikit
terlalu mengarah. Duk Mi menerima telp dari Tuan Yang yang memberitahu
kalaupemulihan selesai.
“Ya, kau
dapat mengirimkannya langsung kepada kami.” Ucap Duk Mi penuh semangat lalu
menutup telp dari Tuan Yang.
“Aku
belum pernah mendengarmu sesemangat ini sebelumnya. Apa ada cerita di balik
lukisan ini?” kata Tuan Yang
“Ya, ada
cerita bagus di baliknya... Aku akan keluar untuk menjumpaimu pekan depan... Terima
kasih banyak.” Ucap Duk Mi di telp
“Apa
pemulihan selesai pada bagian yang kau temukan tempo hari? Ini ternyata Tidak
butuh waktu selama yang aku duga. Tuan Yang
adalah yang terbaik.” Ucap Kyung Ah, Duk Mi menganguk setuju.
“Apa
Kalian tidak penasaran soal pelukis di belakangnya?” kata Yoo Sub. Sindy pikir
tahu itu adalah Lee Sol. Yoo Sub
mengeluh bukan itu maksudnya.
“Aku
sudah melakukan riset untuk pameran tapi tidak ada apa pun kecuali nama
pelukis. Banyak yang sangat penasaran tentang si pelukis.” Cerita Kyung Ah
“Benarkan?
Seniman visioner yang menang atas Cha Shi An. Aku bertanya-tanya siapa itu.”
Kata Yoo Sub
Duk Mi
seperti baru tahu seperti tak peduli dengan penuh semangat ingin memberitahu
Ryan saja kalau pemulihan selesai. Kyung Ah pikir Ryan pasti akan senang
mendengar berita itu.
Duk Mi
teringat saat Ryan melihat Lukisan Lee Sol seperti berbeda dengan tatapan sedih
bahkan memohon pada Tuan Yang agar bisa memperbaikinya. Ia masuk ruangan
memberitahu Ryan kalau Lukisan Lee Sol sudah sepenuhnya pulih.
“Kapan
aku bisa melihatnya?” tanya Ryan. Duk Mi memberitahu Tuan Yang barusan
mengirimnya pada mereka.
“Aku akan
memastikan kau bisa melihatnya sebelum disimpan.” Jela Duk Mi. Ryan pun
mengucapkan Terima kasih.
Duk Mi
keluar ruangan kaget melihat Nyonya Eom datang dengan gaya seperti tuan putri
masuk istana mengangkat gaunya lalu menyapa semua orang. Kyung Ah dkk pun kaget
melihat Nyonya Eom kembali, Ryan pun keluar dari ruangan,
“Tidak...
Aku adalah direktur utama Yayasan Budaya TK... Mr. Gold, bisakah Direktur Eom
Soo Hye.. bicara denganmu sebentar?” kata Nyonya Eom lalu menyuruh Ryan aga
ikut denganya.
Akhirnya
Nyonya Eom duduk di tengah ruangan, Ryan duduk sedikirt gugup. Duk Mi dkk
melihat dengan wajah tegang di depan pintu. Nyonya Eom menyindir kalau Untuk
berkomunikasi dengan Ryan itu butuh
kualifikasi yang benar atau tepat.
“Sepertinya
kau memiliki cara yang tidak biasa untuk berkomunikasi. Sebenarnya aku tidak
suka berbelit-belit. Aku akan langsung ke intinya, kau bisa mendengarkan, Mr.
Gold.” Kata Nyonya Eom
“Ulang
Tahun ke 5 Cheum Gallery Pameran Koleksi Selebriti. Silakan batalkan.”kata
Nyonya Eom. Ryan kaget mendengarnya. Saat itu Hyo Jin masuk ruangan.
“Ibu.. Ini
adalah item yang aku rencanakan... Tidak, ini karya seni.” Kata Hyo Jin
memperlihatkan bentuk pameran yang akan dibuat.
“Aku
mengerti jadi Keluarlah. Dan Hyo Jin, kau bukan seseorang yang seharusnya
membuat sesuatu seperti itu. Kau akan memimpin TK Corporation...” ucap Nyonya
Eom dan disela oleh Hyo Jin.
“Aku
hanya domba hitam dari keluarga ini. Selama Ibu memberiku kartu kredit, aku
tidak mengganggu Ibu dan melakukan semua
yang Ibu katakan.” Ucap Hyo Jin menahan air mata. Nyonya Eom kaget Hyo Jin bisa
mengatakan hal itu.
“Kenapa
Ibu tidak pernah bertanya ? Apa yang aku suka atau apa yang ingin kulakukan.
Kenapa Ibu tidak penasaran? Aku ingin kau tahu apa yang aku sukai.” Tegas Hyo
Jin
“Hyo
Jin.. Apa ada sesuatu yang Ibu tidak
tahu tentang kau?” ucap Nyonya Eom
“Aku
membuat ini... Nona Sung membiarkan aku melakukan sesuatu yang aku kuasai, Nona
Yoo membantuku, bahkan Yoo Sup mendukungku, dan Direktur... Ahh.. Intinya, aku ingin terus melakukan
pekerjaan ini.” Kata Hyo Jin
“Bukan
karena Cha Shi An. Tapi karena aku menyukainya Walau begitu, aku tidak boleh
menyukai seorang idol.” Tegas Hyo Jin. Nyonya Eom tak mengerti maksudnya saat
melihat Hyo Jin memberikan kunci mobil dan juga kartu kreditnya.
“Biarkan
kami melanjutkan pameran khusus ini. Aku ingin membuat ini sampai akhir. Jika tidak...
Tidak akan ada yang tersisa di samping Ibu. Termasuk aku.” Ucap Hyo Ji
menjatuhkan semua yang sudah dibuatnya.
Yoo Sub
masuk ruangan, terlihat gugup bertanya-tanya Apa yang sedang terjadi. Kyung Ah
yakin Tidak ada orang tua di dunia ini yang dapat menang atas anaknya. Yoo Sub
ingin tahu apakah mereka bisa mengadakan pameran khusus.
Saat itu
Hyo Jin keluar dari ruangan, Duk Mi melihatnya hanya bisa terdiam dan
memberikan senyuman. Di ruangan Sek Kim memastikan Nyonya Eom baik-baik saja
seperti menangis mendengar ucapan anaknya.
“Perasaanku
sangat kesal.” Kata Nyonya Eom sambil menangis, Ryan pun hanya bisa menahan
senyum.
Setelah
Nyonya Eom pergi, Ryan mengambil barang-barang yang sudah dibuat Hyo Jin yang
terjatuh. Duk Mi berjalan mendekat berpikir kalau semuanya akan berhasil. Ryan
mengangguk lalu memberikan standing banner mini Shi An pada Duk Mi. Duk Mi
senang melihat Shi An.
Didalam
sebuah gereja, Seorang ibu dengan tas koper besar berdoa dengan sangat tenang
Duk Mi
masih sibuk kerja, Kyung Ah bertanya apakah Duk Mi tidak pulang. Duk Mi menyuruh mereka pulang
lebih dulu saja. Yoo Sub ingin tahu
kapan Ryan akan pulang, karena harus
meletakkan lukisan Lee Sol di ruang penyimpanan.
“Aku
saja... Kau bisa pulang juga, Yoo Sub” ucap Duk Mi. Yoo Sub seperti ragu
tapi akhirnya mereka bertiga pamit pulang.
Yoo Sub
mengajak mereka untuk minum bersama, Hyo Jin mengeluh kalau tak melihat
nasibnya karena harus pulang untuk
pertempuran terakhir dengan ibunya. Yoo Sub memuji Hyo Jin dan memberikan
semangat.
“Apa kau
tahu cara naik bus?” tanya Yoo Sub, Hyo Jin seperti binggung. Akhirnya Yoo Sub
dengan penuh semangat untuk mengajarkanya. Kyung Ah yang melihatnya seperti
cemburu.
Setelah itu menaiki taksi seperti baru saja kembali ke korea. Ia menelp Manager Park,membeirtahu kalau baru saja tiba dan sedang dalam perjalanan.
“Jadi Shi An belum tahu, kan?” ucap Si ibu yang terlihat dekat dengan Shi An.
Shi An
sedang ada di studio, Manager Park mengetuk pintu dan Shi An mengeluh kalau tidak
ingin makan. Wanita itu memanggil Shi An, mendengar suaranya Shi An bahagia
melihat ibunya yang datang lalu memeluknya dengan erat.
“Kau
harus makan sebelum bekerja.” Ucap ibunya. Shi An kaget karena ibunya bisa
datang ke studio. Ibu Shi An mengeluh anaknya yang terlihat semakin kurus.
“Kapan
Ibu datang? Jika aku tahu, aku akan menjemput Ibu.” Kata Shi An penuh semangat.
“Ibu tahu
kau sibuk. Kau terlihat sangat keren di TV, tapi kau masih bayi...Bayiku Shi
An.” Goda Ibu Shi An lalu mereka kembali berpelukan melepaskan rindu.
Duk Mi
melihat Ryan yang duduk sendirian menatap lukisan Lee Sol yang sudah
diperbaiki, lalu bertanya apakah sudah
melihat lukisan itu. Ryan memberitahu kalau Wanita yang dikenal menatap lukisan
saat mengalami hari yang sulit. Duk Mi
ingin tahu wanita seperti apa itu.
“Tapi Syukurlah
kita dapat melanjutkan pameran khusus ini.” Ucap Duk Mi senang. Ryan pun mengucap
syukur. Duk Mi mengaku penasaran.
“Aku
dengar, jika kau penasaran, artinya kau menyukai orang itu.” Kata Ryan dengan
penuh semangat menatap Duk Mi
“Kau
memiliki dua lukisan Lee Sol. Kapan pertama kali kau melihatnya?” tanya Duk Mi
“Tiga
tahun yang lalu, di sebuah galeri di New York. Dari saat itu, aku tidak bisa
melukis. Aku tidak bisa melukis lagi. Kau tahu itu, kan?” cerita Ryan yang
mengingat saat melihat lukisan Lee Sol seperti dirinya terbang jauh.
“Awalnya,
aku pikir adalah sindrom Stendhal. Aku pikir akan baik segera. Lalu Aku
mengganggu temanku, Yaitu seorang dokter selama tiga tahun, tapi dia tidak
dapat menemukan obatnya. Jadi,...” u
“Jadi,
aku kembali ke lukisan ini. Karena semuanya berawal dari lukisan Lee Sol, jika
aku mengumpulkan semua karyanya, aku mungkin menemukan jawaban berbeda. Tapi...
Sebenarnya, aku sudah melihat lukisan itu. Bukan tiga tahun lalu, tapi jauh
lebih lama. Saat aku masih sangat kecil.”ucap Ryan
“Jika itu
saat kau masih kecil...”kata Duk Mi. Ryan pikir itu sebelum dirinya menjadi
Ryan.
“Saat aku
masih Heo Yoon Jae. Aku melihat seseorang melukisnya.” Ucap Ryan.
“Apa Kau
melihat seseorang melukisnya? Lukisan Lee Sol?” kata Duk Mi.
“Lee
Sol... Dia mungkin seseorang yang aku kenal.” Ucap Ryan.
Shi An
mengajak ibunya ke dalam rumah ingin memberitahu sesuatu tapi meminta jangan terlalu kaget saat sampai di rumah.
Ibu Shi An ingin tahu apakah memang mungkin membuatnya terkejut. Shi An memberitahu kalau mengumpulkan lukisan
untuk pameran seni. Ibu Shi Ah sedikit kaget anaknya membahas Lukisan.
“Semua
lukisan yang Ibu buat sebagai Lee Sol.” Ucap Shi An. Ibu Shi An terlihat
benar-benar shock mendengarnya.
“Dia
mungkin.. ibuku... Bukankah menarik? Aku tidak ingat wajah orang yang
melukisnya, tapi aku ingat lukisan itu” ucap Ryan hanya bisa tersenyum
“Apa itu
sebabnya terjadi, saat kau melihat lukisan itu?” kata Duk Mi dengan mata
berkaca-kaca
“Aku
baik-baik saja.” Kata Ryan terus tersenyum, Duk M tahu kalau Ryan tidak baik-baik saja.
“Bahkan
jika kau bilang kau baik-baik saja, Hatimu tidak. Karena ini tidak bisa
baik-baik saja.” Ucap Duk Mi memegang dada Ryan lalu menarik kepalanya agar
bisa bersadar.
Ryan
seperti bisa meluapkan emosinya menangis dibahu Duk Mi. Duk Mi pun membiarkan
Ryan untuk menangis dibahunya.
Bersambung
ke episode 13
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar