PS : All images credit and content copyright : TVN
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Ryan Gold
menangis sendirian di rumah setelah memberitahu ibunya tentang jati dirinya
yang sebenarnya. Ibu Shi An pun terlihat ikut menangis jatuh lemas di depan
pintu rumah. Shi An melihat ibunya seperti bisa mengetahui yang terjadi.
“Tidak,
mari jangan mengganggunya. Dia akan menelepon.” Ucap Duk Mi memegang ponselnya
karean ingin menelp Ryan.
Tiba-tiba
Ryan menelp, Duk Mi langsung bertanya apakah Ryan sudah bertemu dia dan apakah baik-baik saja.
Ryan mengeluh Duk Mi yang belum tidur padahal sudah larut. Duk Mi mengaku
biasanya tidur sangat larut, karean Nama panggilannya "burung hantu
malam".
“Kita
sudah berjanji untuk tidak saling berbohong. Apa Kau berkata jujur?” ucap Duk
Mi
“Aku
sangat jujur. Aku sudah menelepon jika kau menunggu. Jadi Cepatlah tidur.” Kata
Ryan lalu menutup telp.
Duk Mi
memikirkan Ryan apakah baik-baik saja dan keberadaanya sekarang padahal sudah
larut. Ia piki Harusnya tidak menelepon
dan lebih Tidur. Ryan duduk diam didalam galeri sendirian seperti tak ingin membuat Duk Mi khawatir.
Ibu Shi
Ah duduk di taman sendirian, wajahnya terlihat masih sangat sedih. Shi Ah
melihat ibunya sambil membawa minum, lalu menghampiri ibunya. Ibu Shi An
menatap anaknya lalu memegang tangan anaknya, Shi An seperti tak ingin banyak
bertanya hanya ingin menenangkan ibunya.
Ryan
duduk sendirian di galeri, Duk Mi datang memanggil Ryan dan terlihat marah.
Ryan kaget Duk Mi bisa tahi keberadanya. Duk Mi kesal karena Ryan berpikir
dirinya tak khawatir jika menutup
telepon seperti itu dan menurutnya Jika ingin menangis, lakukanlah di depannya agar
bisa menghibur.
“Kenapa
sendirian seperti orang bodoh? Kau buat orang kesal. Aku benci kau.” Ucap Duk
Mi sambil memukul Ryan tapi Ryan malah tersenyum.
“Jangan
tersenyum dengan wajah yang seakan menangis.” Kata Duk Mi kesal. Ryan akhirnya
memeluk erat Duk Mi mengaku ingin menangis.
“Karena
kau pukul aku dengan keras.” Kata Ryan dengan senyuman, Duk Mi pun bisa sedikit
nyaman.
Ryan
akhirnya berbaring dipangkuan Duk Mi seperti sangat nyaman, Duk Mi bertanya
apakah Ryan sudah tidur. Ryan yang memejamkan mata mengaku sudah tidur. Duk Mi
mengajak untuk pulang saja. Tapi Ryan menolak karena tidak akan bisa tidur jika pulang.
“Rasanya
sangat aneh.” Ucap Ryan. Duk Mi tak mengerti maksudnya. Ryan menjelaskan Orang
yang membuatnya penasaran sepanjang
hidup sedang tidur di lantai bawah sekarang.
“Itu
membuatku merasa aneh.” Kata Ryan, Duk Mi mengajak Ryan agar pulang ke
rumahnya.
“Tapi,
bagaimana kau tahu aku ada di sini?” tanya Ryan heran. Duk Mi pikir Ryan tak
tahu.
“Aku
menanamkan perangkat GPS di dalam tubuhmu.” Goda Duk Mi. Ryan hanya tersenyum.
“Apa aku
sudah ceritakan mengenai orang tuaku? Orang tua yang mengadopsiku?”kata Ryan.
Duk Mi mengaku belum.
“Mereka
adalah orang-orang baik. Mereka mengadopsi seorang anak berusia tujuh tahun dan
membesarkannya dengan penuh suka. Orang tuaku pernah bilang. "Ibumu melahirkan
dan membesarkanmu karena dia mencintaimu.
Dia tidak punya pilihan selain membiarkan kami membesarkanmu. Jadi,
bukannya kau ditelantarkan. Kau dilindungi." Itu yang mereka katakan.”
Cerita Ryan.
“Tapi
orang yang aku temui hari ini, meminta maaf padaku. Jadi, terasa bukannya
dilindungi. Seperti aku sudah ditelantarkan lagi” ungkap Ryan
“Dia
mungkin ingin mengucapkan kata-kata itu sepanjang hidupnya. Dia sangat
mencintaimu, dan dia menyesal tidak bisa bersamamu.” Kata Duk Mi menyakinkan.
“Apa Kau
pikir begitu?” kata Ryan, Duk Mi menyakinkan lalu menyuruh Ryan agar tidur.
“Perasaanmu
akan lebih baik sesudah bangun.” Ucap Duk Mi, Ryan pun memegang tangan Duk Mi
agar lebih nyaman.
[EPISODE
14: BINTANG YANG BERSINAR DI HATIKU YANG GELAP]
Sindy
berjalan sampai ke halte lalu menaiki bus dengan sangat nyaman. Nyonya Eom
diam-diam mengikutinya, lalu memastikan pada Sek Kim apakah anaknya itu sungguh
naik bus sekarang seperti tak percaya melihatnya.
“Ya, dia
pasti sudah belajar bagaimana membayar BC-nya.” Ucap Sek Kim. Nyonya Eom tak
mengerti apa itu maksudnya
"BC"
“Artinya
dia belajar cara mengisi kartu busnya.” Kata Sek Kim
“Aku
pikir dia akan menelepon sambil menangis untuk membawanya pulang. Tapi dia belajar
cara mengisi kartu busnya? Bagaimana menurutmu? Katakan padaku. Bagaimana?”
ucap Nyonya Eom seperti frustasi.
Hyo Jin
sedang bermain handphone sudah tahu kalau turun di Halte Jindan.
Duk Mi
tertidur lelap dengan Ryan yang masih dipangkuanya, seperti pasangan keduanya
saling bertanya apakah Tidurnya nyenyak. Kyung Ah dan Yoo Sub melihat keduanya
hanya bisa melonggo terdiam. Hyo Jin baru datang melihat yang terjadi didepanya
langsung memanggil keduanya.
“Direktur..
Sung Kurator..” teriak Hyo Jin sambil bertolak pinggang. Duk Mi langsung
mendorong Ryan untuk menjauh keduanya terlihat gugup.
Kyung Ah
dan Yoo Sub serba salah, Ryan pun dengan rambut yang acak-acakan hanya bisa
tertunduk. Hyo Jin mengeluh kalau Ryan mengatakan ini tindakan privatisasi
galeri seni. Ryan berkomnetar kalau semua masuk kantor lebih awal.
“Kami
datang tepat waktu...” kata Kyung An dan langsung disela oleh Hyo Jin kalau
mereka masuk lebih awal.
“Aku
tidak berpikir kita perlu mengganti sofa. Ternyata Masih sangat empuk.” Kata
Duk Mi menahan malu lalu bergegas pergi dengan saling berbeda arah dengan Ryan.
Kyung Ah
mengeluh dengan sikap Hyo Jin, Hyo Jin menyuruh mereka makan fitbar saja agar
saat bekerja bisa tetap berenergi. Seperti keduanya mencoba untuk tetap santai.
Sun Joo
terlihat sibuk melayani pelanggan yang datang ke cafenya karena sangat ramai
dan hanya sendirian. Joo Hyuk sedang bertemu dengan Seung Min, memberitahu
kalau Sun Joo yang membantu memperbaiki gitarnya. Seung Mi seperti tak percaya
mendenagrnya.
“Dan dia
pergi ke pertunjukanm? Lalu dia bahkan membuat klub penggemar?” tanya Seung Min
sinis. Joo Hyuk membenarkan.
“Jadi,
kau pikir Sun Joo suka...” kata Seung Min dan terdengar teriak Sun Joo yang
datang.
“Apa yang
kau tanyakan padanya?” ucap Sun Joo marah, Seung Min ingin bicara tapi langsung
disela oleh Sun Joo.
“Sudahlah.
Apa yang dia tanyakan?” tanya Sun Joo pada Joo Hyuk. Joo Hyuk memberitahu kalau
Seung Min ingin tahu apa menyukainya.
“Apa Kau
meragukanku sekarang?” tanya Sun Joo marah, Seung Min mengaku bukan seperti itu
“Bukankah
benar kau menyukaiku?” ucap Joo Hyuk. Sun Joo menegaskan kalau Yang disukai
adalah musiknya Joo Hyuk. Joo Hyuk pikir Seung Min bisa mendengarnya sendiri.
“Sudah
kubilang, bukan? Dia menyukaiku.” Kata Joo Hyuk. Seung Min pikir itu memang benar.
“Kau
bilang Benar, apanya yang benar? Seung Min, apa kau...” kata Sun Joo marah.
Seung Min langsung memberikan kartu nama, Sun Joo melihat nama [PD
YOO JOONG HYEOK]
“Apa
ini?” tanya Sun Joo binggung, Seung Min menjelaskan kalau temanya adalah produser musik dan sedang mencari
orang.
“Jadi aku
berniat memperkenalkan Joo Hyuk.” Ucap Seung Min. Joo Hyuk tak percaya
mendengarnya langsung mengambil kartu namanya.
“Kenapa
kau melakukan itu?” tanya Sun Joo sinis. Seung Min menjawab karena Sun Joo menyukainya.
“Sebagai
penggemar. Jadi, kupikir kau akan lebih banyak tersenyum jika Joo Hyuk jadi
sukses...” ucap Seung Min. Sun Joo terdiam mendengarnya.
“Sun Joo...
Perasaanku... paling bahagia saat kau tersenyum Tapi aku lupa sesaat. Mulai
saat ini, aku akan fokus membuatmu tersenyum. Aku tidak peduli dengan variety
show atau dipromosikan. Aku hanya ingin membuatmu tersenyum. Itu saja yang akan
aku fokuskan mulai sekarang. Jadi...” kata Seung Mi dan disela oleh Joo Nyuk
Tapi, Direktur
beri tahu aku... bahwa dia tidak ingin aku menjadi terlalu terkenal. Dia ingin
aku sembunyi... lalu Haruskah aku meninggalkan kalian?” kata Joo Hyuk.
Sun Joo
mengeluh kalau seharusnya melakukannya dari tadi. Joo Hyuk pun bergegas pergi.
Sun Joo kembali memanggil suaminya “Oppa.” Seung Min tak bisa menahan rasa
bahagianya. Sun Joo menegaskan kaalu bukan untukmemaafkannya.
“Aku
hanya memberimu kesempatan kedua.” Tegas Sun Joo. Seung Min menganguk mengerti menurutnya itu sudah cukup
lalu Sun Joo bergegas pergi.
Seung Min
berlari memeluk istrinya, Sun Joo pun masih kesal menyuruh melepaskan tapi
Seung Min tak peduli kembali memeluknya. Sun Joo pun akhirnya bisa tersenyum.
Ryan
duduk di dalam ruangan lalu melihat nama Shi An yang menelpnya. Akhirnya mereka
bertemu di taman. Suasana terasa canggung, Shi An berbicara lebih dulu kalau
Awalnya berpikir Ryan mendekatinya karene mendengar semacam rumor.
“Aku juga
mencurigaimu sesudah skandal. Tapi anehnya aku tertarik padamu. Semakin aku
mengenalmu, aku merasa sangat nyaman berada di sekitarmu, dan aku ingin jadi
dekat denganmu. Kita berdua menyukai lukisan Lee Sol, dan kau juga hidup tepat
di atasku.” Ungap Shi An.
“Semua
itu terasa seperti takdir. Tapi akhirnya, apa yang aku pikirkan benar, Hyung.”
Kata Shi An yang menganggap Ryan seperti kakaknya.
“Cha Shi
An... “ ucap Ryan seperti masih belum bisa menerima kenyatan, tapi Shi An lebih
dulu bicara.
“Aku akan
kirimkan nomor ibu. Beri dia kesempatan untuk menjelaskan. Mungkin itu
permintaan maaf atau alasan, beri dia kesempatan untuk menjelaskan. Sekali
saja.” Pinta ShiAn. Ryan hanya bisa diam saja.
Kyung Ah
memberitahu Duk Mi kalau mereka harus
memberikan konfirmasi akhir mengenai desain katalog minggu depan kalau cetak
sesuai jadwal lalu bertanya Bagaimana harusnya mereka memperkenalkan lukisan
Lee Sol
“Apa kau
dapat panggilan?” tanya Duk Mi. Kyung Ah mengaku sudah bertanya kepada semua orang yang dikenal, tapi
tidak bisa mendapatkan apa-apa.
“Kapan
kita perlu mengonfirmasi itu?” tanya Duk Mi, Kyung Ah menjawab Rabu besok.
“Kalau
begitu, ayo kita lihat sedikit lagi.” Ucap Duk Mi, Kyung Ah setuju dan merasa
tidak sabar untuk melihat bagian terakhir.
Duk Mi
menuliskan pada sebuah forum [JIKA ADA
YANG TAHU ATAU PUNYA LUKISAN YANG SERUPA, SILAKAN HUBUNGI AKU] Setelah itu ia
menerima email dan bergegas menelp mengaku dariCheum Art Gallery lalu
mengucapkan terimakasih karena sudah mengirimkan email.
“Kami
tertarik dengan seri gelembung Lee Sol yang dijual di lelang sebelumnya.” Kata
Duk Mi dengan bahasa inggris yang lancar. Yoo Sub tahu kalau itu dari penjual?
“Ya, dua
bagian lagi dari seri. Jadi, mereka akan melakukan penjualan dahulu di lelang
berikutnya?” kata Duk Mi
Yoo Sub
yang mendengar kalau akan ada dua bagian lalu bertanya totalnya sekarang. Sindy
menjawab ada delapan lukisan. Duk Mi kembali berbicara di telp kalau berharap
mungkin mereka dapat menjualnya terlebih dahulu secara pribadi.
“Tentu saja,
kami akan membayar ekstra untuk menunjukkan apresiasi. Ya, tentu. Tolong beri
tahu kami. Terima kasih banyak. Sampai jumpa.” Ucap Duk Mi lalu menutup telp.
Kyung Ah
tak sabar ingin tahu langsung menanyakan, Duk Mi mengatakan kalau Kolektor yang menjual lukisan terakhir kali
menemukan dua lukisan lagi kalau mereka akan menjualnya akan menelepon. Kyung Ah berteriak gembira dan itu
Artinya mereka hanya perlu menemukan satu lagi.
“Mereka
akan mengirimkan file gambar dari lukisan-lukisan itu.” Ucap Duk Mi lalu
melihat lukisan Lee Sol lalu terlihat kebingungan.
Duk Mi
sengaja mengoda Ryan mengatakan “Took, took.” Ryan mengeluh kalau tak perlu
melakukan itu karena sudah ada didalam ruangan.
Duk Mi memberitahu kalau punya kabar baik untuk Ryan kalau menemukan dua
lukisan Lee Sol lagi. Ryan menganguk mengerti.
“Direktur
, kau tahu apa itu gambar puzzle, bukan? Apa kau ingin mencobanya?” ucap Duk
Mi, Ryan terlihat binggung.
“Kau tahu
bagaimana terkadang ada pesan tersembunyi di film? Lukisan-lukisan ini juga
memiliki pesan tersembunyi. Silakan cari... Apa kau menemukannya?” ucap Duk Mi
memperlihatkan lukisan Lee Sol dalam bentuk gelembung. Ryan melihat sesuatu.
“Gelembung,
kuda goyang, kincir ria, dan naik kapal Viking. Itu adalah sesuatu yang
biasanya disukai anak-anak. Sepertinya aku tahu apa yang dipikirkan seniman itu
ketika dia menggambar lukisan-lukisan ini. Kau juga begitu, bukan?” kata Duk
Mi. Ryan hanya bisa terdiam.
“Bagaimana
kalau pulang lebih awal? Sepertinya ada orang yang harus kau temui. Dia pasti
akan menunggumu.” Kata Duk Mi. Ryan tetap diam.
Ibu Shi
An duduk diam seperti masih saja sedih, lalu melihat ponselnya kalau itu nomor
Cheum Gallery, tak ada suara di seberang telp. Akhirnya Ryan mengeluarkan
suaranya, mengaku kalau ingin bicara jadi meminta waktu. Ibu Shi An terlihat
gugup masuk ke rumah anaknya, Ryan pun menawarkan teh.
“Aku
tidak minum kopi.” Ucap Ryan. Ibu Shi An tak masalah karena tidak bisa minum
kopi. Keduanya akhirnya duduk dengan suasana canggung, Ryan hanya bisa
tertunduk.
“Terima
kasih sudah menghubungiku terlebih dahulu. Aku merindukanmu. Aku sadar... Aku
tidak punya hak untuk mengatakan itu. Namun, jika aku tidak tahu malu bertemu
denganmu, maka aku akan menjadi orang seperti itu. Aku merindukanmu, Yoon Jae.”
Ucap Ibu Shi An.
“Aku
tidak punya ingatan. Yang aku ingat tentang Ibu adalah meninggalkanku. Kau
andal dalam melukis atau melepas tanganku. Kenapa meninggalkanku?” ucap Ryan.
Ibu Shi An hanya bisa mengucapkan Maaf.
“Kenapa
meninggalkanku?” tanya Ryan. Ibu Shi An mengaku
Bukannya meninggalkan anaknya.
“Aku hanya
pergi untuk sementara waktu. Aku akan segera kembali padamu. Aku tidak berharap
akan memakan waktu 26 tahun. Hari itu... Seharusnya aku tidak pergi ke sana
hari itu.” Ucap Ibu Shi An.
“Aku
nyaris tidak mampu ketika tiba-tiba ditawari sumbangan. Dengan uang, aku
berpikir tentang memasak makanan lezat untukmu dan membawamu ke taman hiburan
yang selalu ingin kau kunjungi. Itu sebabnya kita pergi hari itu.” Cerita Ibu
Shi An.
Flash Back
Ibu Shi
An sedang melukis tak memiliki uang bahkan beras, akhirnya jalan bersama dengan
anaknya keluar rumah. Ia lalu meminta
anaknya untuk bermain sendiri sebentar
dan berjanji akan segera kembali. Ryan yang masih kecil bertanya kemana ibunya
akan pergi.
“Seseorang
menawarkan bantuan untuk lukisan Ibu, Ibu akan menemui dia. Dia cukup
menakutkan. Apa Kau masih mau ikut?” tanya Ibu Shi An. Ryan mengelengkan
kepala.
“Bersenang-senanglah
di taman bermain. Ibu akan kembali secepatnya.” Kata Ibu Shi An
“Ibu akan
segera kembali, bukan?” ucap Ryan. Ibu Shi An berjanji akan segera kembali.
“Aku tidak tahu itu akan jadi pertemuan
kita yang terakhir. Dalam perjalanan kembali, aku mengalami kecelakaan.”
Ibu Shi
An berjalan pergi meninggalkan Ryan untuk bermain dan saat diperjalanan
mengalami kecelakaan dan terluka dibagian tangan serta kepalanya. Beberapa
orang mengerubungi Ibu Shi An dan Ibu Shi An teringat dengan anaknya yang
ditinggalkan di taman bermain.
“Aku
menderita cedera parah. Lalu, karena kecelakaan itu... Kecelakaan itu merenggut
segalanya dariku. Aku kehilangan anakku yang berharga.” Cerita Ibu Shi An.
“Apa ini
benar? Lalu, panti asuhan...” kata Ryan binggung. Ibu Shi An mengaku tidak
meninggalkannya.
“Aku tahu
ini mungkin terdengar seperti alasan, tapi ketika aku sadar, waktu sudah lama
berlalu. Aku mencarimu kemana-mana layaknya wanita gila dan menanyakan kabar
apa pun tentang kau tapi tidak dapat menemukanmu. Aku tidak pernah
meninggalkanmu, Yoon Jae. “ tegas Ibu Shi An.
“Maaf... Meninggalkanmu
sendirian di tempat asing, kecelakaanku, dan tidak dapat menemukanmu, maaf
untuk itu semua. Sesudah aku kehilanganmu, aku menjalani seluruh hidupku dengan
penyesalan... Seluruh hidupku.” Ungkap Ibu Shi An.
“Ini
semua mungkin tampak hanya alasan bagimu, kau masih bisa membenci dan
mengutukku semaumu. Seperti ini, aku hanya meminta izinmu untuk membiarkan aku
melihatmu dari jauh... Yoon Jae... Aku... harus pergi. Maaf.” Ucap Ibu Shi An.
Ryan hanya diam saja.
Duk Mi
melihat Ryan hanya duduk di ruangan sendirian lalu mendekatinya, Ryan langsung
bersadar dibahu pacarnya. Duk Mi bertanya kenapa Ryan kembali. Ryan memohon agar membiarkan untuk
bersandar dibahunya. Duk Mi bertanya apakah Ryan sudah bertemu dengan Ibu Shi
An.
“Bisakah
aku bertanya apa yang kalian bicarakan?” tanya Duk Mi penasaran.
“Kata-kata
yang ingin aku percaya tidak mungkin benar. Dia tidak meninggalkanku. Rupanya,
dia kehilanganku.” Cerita Ryan.
“Lalu,
bagaimana dengan ingatanmu di panti asuhan?” tanya Duk Mi, Ryan mengaku tak
tahu karena Versi yang diketahuinya sangat berbeda.
“Aku
tidak bisa membenci atau memahami dia.” Jelas Ryan kebingungan.
“Dulu kau
masih kecil, ingatanmu bisa salah. Alih-alih berfokus pada ingatan, mari
rasakan ketulusannya. Akan lebih baik jika bisa.” Kata Duk Mi
Eun Gi
terdiam disungai Han, teringat kenangan dengan Duk Mi dari masa SMA lalu
menghiburnya saat hanya mendapatkan mendali perak. Lalu Ia mengungkapkan
perasaan pada Duk Mi yang saat itu sudah menjalin hubungan dengan Ryan.
“Kau adalah
teman seumur hidupku. Senang bertemu denganmu lagi.” Ucap Duk Mi saat minum
bersama dengan Eun Gi di minimarket.
Eun Gi
hanya bisa terdiam dengan semua kenangan dengan Duk Mi.
Duk Mi
melihat lukisan milik Lee Sol berkomentar
Gambar tidak bohong, saat itu ponselnya berdering. Wajah Duk Mi terlihat
gugup karena Eun Gi yang menelp akhirnya mengangkatnya. Eun Gi dengan nafas
terengah-engah menyuruh agar keluar. Duk Mi binggung
“Aku di
depan rumahmu. Ayo keluar Sebentar.” Kata Eun Gi. Duk Mi melihat Eun Gi datang
sambil berlari.
“Kau
mungkin pingsan dan mati jika berlari seperti itu di malam hari.” Keluh Duk Mi
“Ada
sesuatu yang ingin kukatakan... Selamat ulang tahun. Hari ultahmu akan tiba.”
Kata Eun Gi
“Tapi,
kenapa kau datang dengan tangan kosong?” keluh Duk Mi. Eun Gi mengaku punya
hadiah ulang tahun.
“Aku...”kata
Eun Gi bangga menunjuk dirinya, Duk Mi mengeluh mendengarnya.
“Aku baru
saja kembali sebagai temanmu. Nam Eun Gi, yang sudah jadi sahabatmu selama 33
tahun. Aku benar-benar malu mengatakan ini, tapi, apa kau ingat saat aku lari
dari rumah karena tidak ingin menjadi atlet? Apa kau ingat menjambak rambut dan
menyeretku pulang?” ucap Eun Gi
“Aku tidak
percaya kau masih ingat.” Kata Duk Mi menahan tawanya.
“Aku
bilang bahwa kau tidak berarti bagiku saat itu, dan kau sering memukulku. Kau
bilang padaku untuk tidak mengatakan itu kepada keluarga.” Ucap Eun Gi. Duk Mi
mengingat.
“Itu Sangat sakit sampai aku ingin menangis,tapi
aku hanya bisa tersenyum. Ketika kau bilang aku adalah keluargamu. Aku merasa
sangat bersyukur. Aku merasa bahwa aku harus tetap seperti itu dengan kau tanpa
berubah untuk waktu yang lama.” Akui Eun Gi
“Tapi,...
aku tumbuh menyukaimu. Itulah yang sebenarnya. Lalu, aku menyadari sesuatu
sementara kita menghabiskan waktu terpisah. Aku hanya suka saat kau tersenyum.
Bahkan jika bukan aku orang yang ada di sampingmu” ucap Eun Gi
“Bahkan
jika kau seorang fan-girl, atau ada pria lain di sampingmu. Selama kau bahagia,
dan kau tersenyum, itulah yang membuatku paling bahagia. Keluarga bisa seperti
itu, bukan? Temanku, yang sangat berani dan memiliki senyum yang sangat cantik,
Sung Duk Mi.” Kata Eun Gi memegang bahu Duk Mi.
“Maaf karena
membuatmu merasa tidak nyaman selama ini. Aku sangat menyesal. Apa kau akan
menerimaku sebagai temanmu sekarang?” kata Eun Gi
“Eun
Gi... Terima kasih sudah mengatakan itu Dan terima kasih sudah kembali. Kau
masih harus memberiku hadiah ulang tahun.” Ejek Duk Mi memegang bahu Eun Gi
juga.
Eun Gi
kembali memberitahu kalau ia sebagai hadiah untuk Duk Mi, Duk Mi mengeluk kalau
tak ada gunanya Eun Gi untuknya. Eun Gi berkata kalau Seekor harimau lebih kuat
dari singa dengan nada mengejek.
Duk
Mi pikir
akan membawa Singa kemari. Eun Gi tak takut menyuruh Duk Mi membawanya
saja dan akan membantingnya. Duk Mi mengeluh kalau itu gila.
Bersambung ke part 2
Cek My Wattpad... Stalking
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar