PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Sabtu, 11 Mei 2019

Sinopsis Her Private Life Episode 10 Part 1

PS : All images credit and content copyright : TVN
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe bulan ini 



Ryan duduk diam saat rapat, Shi An lalu berkomentar kalau mereka sepertinya berbagi hubungan istimewa antara ia dan Ryan. Ryan hanya terdiam, Shi An meminta agar Ryan untuk mendengarkan, kalau pertama mereka itu suka lukisan Lee Sol.
 Ryan malah memikirkan saat pertama kali bertemu dengan Duk Mi di acara pelelangan lalu meminta agar memberikan karya seni yang baru saja ditawarkan.
“Kita tinggal di apartemen yang sama.” Ucap Shi An. Ryan malah mengingat saat bertemu lagi dengan Duk Mi di galeri.
“Seniman kesukaanmu, adalah teman dekatmu.” Kata Shi An. Ryan teringat saat masuk rumah sakit.
Duk Mi datang bertanya tentang pertemuan dengan seniman. Ryan memberitahu kalau ia adalah seorang kolektor yaitu Cha Shi An dari White Ocean. Duk Mi terkejut mendengarnya.
“Jaket. Kita punya jaket sama yang dipakai Nuna Sung”ucap Shi An. Ryan mengingat saat meminjamkan jaket untuk Duk Mi.
“Meskipun jaket itu menyebabkan masalah, ini sungguh hubungan istimewa.” Kata Shi An.
Ryan berkomentar kalau itu adalah takdir karena mempertemukan dengan Duk Mi, Shi An pun setuju mendengarnya.  Da In datang membawakan makanan baru, Ryan melihat Duk Mi pergi lalu bertanya  dengan pegawainya itu.
“Dia pergi ke bengkel. Mereka bilang mau kirim kayu, tapi tidak ada di bengkel.” Ucap Da In. Ryan binggung ingin tahu kelanjutanya
“Aku tidak meminta Nona Sung, tapi dia yang ingin pergi.” jelas Da In.
“Dia harus jadi bagian dari rapat ini. Kenapa pergi ke bengkel? Apa dia sakit? Nona Sung tampak bermasalah hari ini.” Ucap Shi An sedih
Ryan terdiam teringat saat bertanya Jam berapa rapat dengan Cha Shi An dan Choi Da In. Da In dengan wajah pucat menjawab Jam 2 siang dan mengaku ada pekerjaan jadi akan menuju studionya dari sana.
Ryan teringat kata-kata Duk Mi “Jika Shi An tidak bisa membuatmu tersenyum,< artinya kau sungguh sangat sakit.”
“Ini kali pertama aku lihat Nuna Sung tanpa senyum. Dia tersenyum setiap kali aku menatapnya. Jadi kupikir dia adalah penggemarku.” Ucap Shi An sedih
“Silakan lanjutkan rapatnya.” Kata Ryan bergegas pergi, Da In  dan Shi An binggung binggung
“Apa dia akan menemui Nuna?” kata Shi An, Da In terlihat gugup mendengarnya.
 Ryan didepan studio, seperti kesak karena Duk Mi seharusnya bilang jika sakit. Akhirnya Ryan sampai ke BENGKEL FURNITURE lalu memanggil Duk Mi,  Duk Mi kaget melihat Ryan yang datang lalu mengak tidak ingin bertanya padanya.
“Tapi Aku sungguh tidak ingin menanyakan ini padamu. Apanya yang sulit? Soal berada dalam hubungan palsu denganku. Apa kau sangat membencinya?” kata Duk Mi berkaca-kaca. Ryan membenarkan.
“Apanya yang sangat kau benci? Aku tidak meneleponmu setiap hari atau memintamu untuk bertemu denganku. Yang harus kau lakukan hanyalah berpura-pura sejenak. Apa sulit, dan kau membencinya? Aku sangat menyukainya. Kenapa kau...” ucap Duk Mi sedih.
“Karena palsu... Aku benci karena palsu... Aku ingin berkencan denganmu.” Ucap Ryan mendekat. Duk Mi terdiam saat Ryan langsung menciumnya.
Keduanya saling berciuman seperti melampiaskan perasaannya, Saat itu terdengar seorang yang datang ke dalam bengkel. Ryan akhirnya menarik  Duk Mi masuk ke dalam ruangan. Salah seorang pria masuk ruangan  bertanya Apa tidak ada orang di sini?”
Pria itu masuk dan tak melihat siapapun dalam rumah dan akhirnya memilih pergi. Duk Mi dan Ryan terlihat kembali berciuman di belakang ruangan, seperti tak ingin melepaskan perasaan cinta.


[Episode 10- HATI YANG SUDAH DIPILIH]
Da In membahas  Pameran ini dalam dua bulan, jadi mereka cukup sesuai jadwal dan bertanya Apa yang akan Ryan pamerkan. Shi An memberikan gambar lukisan menurutnya Ryan juga suka lukisan ini. Ia pikir karena Keseluruhan ada sembilan lukisan.
“Aku ingin kumpulkan semuanya dan memamerkannya.” Kata Shi An. Da In menahan sebentara karena ada pesan masuk.
Pesan dari pegawai Da In “Tidak ada orang di bengkel, aku akan pergi saja.” Wajah Da In terlihat bisa bernafas lega. 

Duk Mi dan Ryan masih terus berciuman sampai akhirnya kayu disamping mereka berjatuhan. Duk Mi hanya bisa menahan tawa melihatnya, Ryan pikir Duk Mi pasti lapar. Duk Mi menyangkal, Ryan pikir Duk Mi asti lapar dalam situasi ini. Duk Mi kembali menyangkal tapi suara perutnya berbunyi.
“Perutku berisik karena aku minum kopi tadi.” Kata Duk Mi menyangkal
“Haruskah kita beli sesuatu untuk dimakan?” goda Ryan. Duk Mi akhirnya menganguk setuju dengan senyuman sumringah.
Ryan pun mengandeng tangan Duk Mi keluar, Duk Mi menahan sebentar mengambil tas dan juga lighstick yang jatuh. Ryan bertanya apa itu, Duk Mi dengan wajah gugup mengaku itu hanya flashlight. Ryan hanya tersenyum lalu menganguk mengerti lalu mengandeng Duk Mi keluar. 

Eun Gi membawa banyak buku ditanganya sambil mengeluh kalau ibunya itu  seharusnya membuka toko buku, bukan perusahaan penerbitan. Nyonya Nam terus berjalan dan melihat Majalah Moment dalam rak, terlihat cover wajah Ryan Gold.
“Pantas saja kami tiba-tiba mengalami peningkatan penjualan. Pasti berkat Direktur , Dia benar-benar orang yang tepat untuk Duk Mi.” Puji Nyonya Nam bangga
“Ibu, bagaimana dengan aku?” keluh Eun Gi, Nyonya Nam heran dengan tingkah anaknya.
“Bukankah aku juga tepat untuk Duk Mi?” kata Eun Gi, Nyonya Nam pikir anaknya membuat Lelucon yang mengerikan...
“Aku satu-satunya pria yang kenal Duk Mi lebih baik
dari dirinya sendiri.” Kata Eun Gi, Nyonya Nam terdiam seperti tak pecaya anaknya menaruh hati pada Duk Mi. 


Di dalam mobil, suasana terasa gugup. Duk Mi akhirnya memulai pembicaran dengan berkata kalau pergi ke sana untuk memeriksa kayu dan merasa sangat bersalah kepada Nona Choi jadi berpikir  harus kembali  dan mengadakan rapat di studionya.
“Apa yang kau sukai dari aku?” tanya Ryan setelah mendengar Duk Mi menyebut nama Shi An. Duk Mi terlihat binggung.
“Kapan jantungmu berdebar?” tanya Ryan, Duk Mi makin binggung berpura-pura tidak tahu apa yang dibicarakan.
“Itu yang kau katakan tadi. Aku penasaran kapan semuanya dimulai. Apa ketika kita mengambil foto hubungan palsu kita Atau apa di kabin Tuan Nho Seok Atau apa ketika kau menutup mataku di tempatmu?” tanya Ryan mengoda.
“Direktur... Apa kau mau gimbap? Aku mau gimbap karena aku tidak makan waktu itu. Jadi, bagaimana kalau kita makan gimbap?” ucap Duk Mi mengalikan pembicaran
“Gimbap cabai Cheongyang?” kata Ryan, Duk mi membenarkan. Akhirnya mereka pun pergi membeli kimbap. 


Duk Mi membuka dua bungkus kimbap diatas meja, Ryan langsung mengambilnya. Duk Mi memperingatkan kalau itu rasanya pedas. Tapi Ryan ternyata ingin menyuapi pacarnya. Duk Mi tersenyum bahagia mengunyah kimbap dalam mulutnya.
“Apa kau belum bersihkan tempatmu?” tanya Ryan seperti ingin masuk rumah
“Apa kau dingin?” tanya Duk Mi khawatir, Ryan mengelengkan kepala lalu berkomentar kalau ini rupanya pemandangan malam Seoul.
“Bukankah pemandangan malam jauh lebih baik dari tempatmu?” kata Duk Mi. Ryan seperti tak menyadarinya.
“Sejujurnya, aku pindah ke sini karena aku juga suka pemandangan ini. Penthouse.” Ucap Duk Mi bangga
“Penthouse? Lain kali jika pindah, kau harus dapatkan tempat dengan lift.”ejek Ryan.
Duk Mi menawarkan Ryan untuk mencoba kimbap, tapi kimbapnya malah jatuh mengenai celana Ryan. Ia pun buru-buru meminta maaf, Ryan pikir tak masalah karena Duk Mi itu sudah merusak beberapa pakaiannya. Duk Mi binggung karena ia hanya merusak dua.
“Kenapa kau sangat buruk gunakan sumpit padahal kau orang Korea?” ejek Ryan mencoba mengalihkan pembicaran.
“Aku? Aku sangat pandai menggunakan sumpit.” Kata Duk Mi,Ryan heran Duk Mi yang mengaku pandai.
“Apa kau pandai menggunakannya?” balas Duk Mi, Ryan mengakusangat pandai. Keduanya seperti bahagai menikmati makan malam sederhana. 


Nyonya Nam mengantar anaknya sampai ke depan rumah dan Eun Gi berpesan pada ibunya agar hati-hati dijalan. Nyonya Nam memulai bicara mengaku meminta maaf. Eun Gi binggung kenapa tiba-tiba dan untuk apa.
“Entah. Aku tidak percaya, kalau aku tidak tahu perasaan putraku sendiri. Tapi kalau dipikirkan, aku tidak pernah benar-benar membesarkanmu sendiri. Jika aku tahu kau punya rasa pada Duk Mi, aku akan...” kata Nyonya Nam
“Ibu... Aku juga tidak tahu dan Aku baru tahu, Seperti orang bodoh.  Jadi, dukung saja aku daripada menyesal. Mengerti?”pinta Eun Gi lalu  pamit pergi lebih dulu pada ibunya. 

Ryan mengatakan kalau akan berbicara dengan Nona Choi dan Shi An besok untuk menjelaskan. Duk Mi menganguk mengerti dengan memanggilnya Direktur. Ryan memanggil nama Duk Mi dengan gaya lebih dekat, tapi Duk Mi tetap memanggilnya Direktur.
“Kita berkencan sekarang, kan? Kita tidak lagi pura-pura. Ini nyata, kan?” kata Ryan memastikan.
“Di Korea, jika tidak berkencan dengan orang yang kau cium, akan masuk penjara... Tentu saja, kita berkencan.” Ucap Duk Mi, Ryan tertawa mendengarnya.
“Hanya saja kau terdengar sangat formal. Bagaimana kalau kita saling memanggil dengan nama kita?” ucap Ryan.
“Ryan? Tunggu, itu sedikit... “ Duk Mi merasa tak nyaman memanggil nama
“Aku ingin tahu apa ada nama panggilan akrab yang bisa kau gunakan.” Ucap Ryan. Duk Mi mencoba mengingat Nama panggilan yang akrab yang biasa memanggil Ryan.
Duk Mi mengingat sebelumnya memanggil Ryan adalah “Singa brengsek.” Lalu tersenyum sumringah. Ia pikir akan memanggil dengan akrab kedepannya. Ryan menganguk setuju lalu memberikan kecupan di dagi Duk Mi sebagai salam perpisahan. 


Duk Mi masuk kamar terlihat sangat bahagia duduk diatas tempat tidurnya, teringat saat Ryan mengatakan “Aku benci karena palsu. Aku ingin berkencan denganmu.” Lalu mendekat dan mulai menciumnya.  Duk Mi terus tersenyum mengingat semuanya.
“Alangkah baiknya jika punya rekaman video dari ingatanku. Aku ingin terus mengulanginya. Aku ingin meng-screen capture itu... Aku akan meng-screen capture, mengeditnya, dan membuat gif.” Jerit Duk Mi bahagia. 

Ryan membaca pesan dari  [SHI AN IS MY LIFE]
“Latte, orang yang kau sukai mungkin tidak main-main dengan hatimu. Mungkin orang itu hanya mundur selangkah karena dia tidak tahu bagaimana perasaanmu dan tidak ingin terluka. Sejujurnya, aku pun begitu. Jadi, cobalah mengumpulkan keberanian sekali lagi. Hwaiting!”
Akhirnya Ryan pun mengucapkan terimakasih pada Shi An is My Life, wajahnya tersenyum bahagia. Duk  Mi pun tertidur dengan wajah tersenyum. 

Duk Mi datang ke cafe dengan senyuman bahagia ingin bercerita, tapi Sun Joo lebih dulu memberitahu kalau Seung Min membelikan sebuah tas. Duk Mi memuji kalau itu cantik sekali. Sun Joo menceritakan kalau Suaminya itu meletakkannya di loker sebagai hadiah kejutan.
“Sungguh? Dia sangat pintar.” Puji Duk Mi, Sun Joo pikir Aku tidak akan bersamanya jika dia tidak meminta dan ingin terus bercerita
“Aku kencan dengan singa.” Kata Duk Mi lebih dulu. Sun Joo melonggo kaget.
“Aku sudah bilang, dia juga menyukai aku.” Kata Duk Mi, Sun Joo mengaku penasaran detailnya jadi meminta Sun Jo agar menceritakan.
Duk Mi menceritakan tentang cerita saat dengan Ryan, Sun Joo tersenyum bahagia memuji Duk Mi itu sudah dewasa lalu bertanya apakah sudah beri tahu Eun Gi. Duk Mimengelengkan kepala. Sun Joo menyarankan pada Duk Mi agar jangan katakan padanya untuk saat ini.
“Kenapa?” tanya Duk Mi heran, Sun Joo memikirkan alasan karena tak ingin Eun Gi sakit hati.
“Begitu dia tahu, maka dia akan beri tahu orang tuamu. Apa Kau yakin bisa mengatasinya?” kata Sun Joo
“Tidak, aku tidak bisa... Itu tidak boleh terjadi... Aku harus merahasiakannya.” Kata Duk Mi 
Sun Joo pun memperingatkan Duk Mi agar jangan memberitahu Eun Gi. Duk Mi dengan senyuman sumringah meminta Joo Hyuk agar Kau jangan beri tahu dia es latte dengan susu kental akan bawa pulang. 



Duk Mi berjalan ke galeri melihat Ryan berjalanke arahnya dibalik dinding, Ryan bertanya apakah Duk Mi Sudah minum kopi, karena sudah membelikannya, yaitu Es Americano dengan tembakan ekstra. Duk Mi tak percaya Ryan itu tahu kopi kesukaannya.
“Aku bertanya pada temanmu.” Ucap Ryan bangga, Duk Mi pun memberikan minuman untuk Ryan.
“Pelanggan, ini tidak mengandung kafein, hanya susu kental.” Kata Duk Mi akhirnya mereka saling bertukar minuman.
Duk Mi bertanya bagaimana rasanya, Ryan mengaku enak sekali lalu berjalan mendekati Duk Mi seperti ingin menciumnya, Duk Mi panik takut ada orang yang melihat, tapi Ryan ternyata hanya mengoda Duk Mi dan bersandar di dinding.
“Kau sedikit terlambat masuk kerja.” Ejek Ryan. Duk Mi mengaku tepat waktu.
“Apa aku satu-satunya yang merindukanmu?” kata Ryan, Duk Mi pura-pura  tak mengerti maksud ucapanya.
“Kenapa aku tidak berkemah di sini malam ini? Aku akan begadang semalaman.” Goda Duk Mi
“Boleh aku bergabung denganmu? Aku belum pernah tidur di tenda sebelumnya.” Kata Ryan membalas. Duk Mi pikir Orang Amerika jarang berkemah. 


Eun Gi menatap foto keluarga dan foto Duk mi sedang merayakan ulang tahun yang pertama.  Ibu Duk Mi pulang kaget melihat Eun Gi yang sudah sampai rumah. Eun Gi mengeluh pada Tuan Sung kalau menyerahkan yang berat-berat padanya.
“Kenapa aku mengganggu anakku yang menghasilkan uang saat aku punya suami yang membawa batu berat setiap hari?” ucap Ibu Duk Mi melihat Eun Gi membawakan barang belanjaan.
“Ototku masih ada.” Kata Tuan Sung tak ingin diremehnya. Ibu Duk Mi bertanya apakah Eun Gi sudah makan. Duk Mi menganguk.
“Ibu, apa jasku ada?” tanya Eun Gi, Duk Mi pikir Eun GiMau menghadiri pesta pernikahan.
“Daripada suka menghadiri acara orang lain, kau harus berpikir soal menikah sendiri... Jasmu Ada. Tapi Apa aku sudah membersihkannya?” ucap ibu Duk Mi, Eun Gi terlihat bahagia melihatnya. 

Duk Mi mengetik di depan komputer sambil bersenandung, Kyung Ah yang melihatnya terlihat binggung dan menuliskan di chat room “Ada apa dengan Nona Sung hari ini? Aku punya firasat buruk.” Yoo Sub binggung apa yang dimaksud Firasat buruk.
“Bisakah Nona Sung dan Direktur berbaikan?” tulis Kyung Ah penasaran. 

Ryan masuk ruangan dengan senyuman memanggil Duk Mi, Duk Mi dengan wajah sumringah menyahut sambil melepaskan earphonenya. Ryan mengajak mereka untuk mulai rapat. Duk Mi pun dengan semangat keluar ruangan, Kyung Ah hanya bisa melonggo.
Duk Mi mengajak semua temanya untuk segera keluar rapat.  Kyung Ah bisa melihat kalau akhirnya Mereka bersama lagi, Yoo Sub pikir Apa bom sudah diatur ulang timernya. Cindy yang mengetahuinya terlihat sangat kesal. 

Ryan bertanya Bagaimana dengan karya seni lain Tuan Ahn, Duk Mi sibuk melihat wajah Ryan yang ada didepanya. Kyung Ah menjelaskan Sebagian Ullim Art Gallery setuju meminjamkan pada mereka yang butuh persetujuan dari donor jadi  akan memakan waktu dan Sayangnya, sang donor sedang berlibur ke luar negeri.
“Kita akan mengatur rapat sesudah donor pulang.” Ucap Kyung Ah yang terlihat dongkol karena Duk Mi terus menatap Ryan dengan senyuman.
“Bagus... Selanjutnya, kita akan bicara soal suvenir. Hyo Jin, sudah sampai mana?” ucap Ryan yang sadar Duk Mi menatapnya
“Kalian Jangan terkejut.” Kata Cindy bangga lalu mengeluarkan lightstick bertuliskan nama Shi An. Duk Mi tak bisa menahan tawa dan sedikit panik, Ryan bertanya Apa itu

“Tongkat untuk penggemar Shi An. Aku pikir kita bisa menambahkan logo galeri atau namanya Bahkan ini menyala.” Kata Cindy dengan penuh semangat.
“Itu terlihat seperti flashlight, bukankah begitu Nona Sung ?” kata Ryan mencoba mengoda.
“Apa ada flashlight yang terlihat seperti ini?” kata Cindy bingung, Ryan mencoba memberitahu kalau Duk Mi punya tapi lebih dulu disela.
“Hyo Jin, aku tidak berpikir galeri dan pameran souvenir harus seperti barang-barang fan girl. “ ucap Duk Mi
“Lalu, bagaimana dengan bantal dengan foto Shi An di atasnya? Aku juga punya gagasan untuk sabun dan Ini gantungan kunci.” Ucap Cindy mengeluarkan semua yang bergambar Shi An. Semua hanya bisa menghela nafas.
“Apa kau tidak menyukainya?” tanya Cindy, Ryan meminta apakah ada opsi lain. Akhirnya Cindy memperlihatkan gambar di layar berjudul "Galeri Seni-ku Sendiri".
“Kita akan membuat salinan karya seni berukuran miniatur. Dengan itu, kau dapat mengatur galeri minimu sendiri.” Jelas Cindy menunjuk ke arah gambar.
“Aku suka itu... Kita bisa mulai dengan pameran khusus dan menerapkannya kedepannya.” Ucap Ryan. Cindy tak percaya mendenagrnya
“Lihat? Aku bilang merchandising adalah spesialisasi aku.” Ucap Sindy bangga, Duk Mi hanya bisa menahan senyuman.
“Nona Yoo, Harap kelola karyawan intern sehingga antusiasme dan kepercayaan diri dia tidak pernah melampaui batas.” Kata Ryan. Kyung Ah menganguk mengerti tapi wajahnya cemberut melihat tingkah Duk Mi. 



Selesai rapat, Duk Mi langsung dihadang oleh Kyung Ah dan Yoo Sub, bertanya ada apa. Kyung Ah bertanya apakah Duk Mi kembali menjalin hubungan dengan Ryan. Duk Mi mengaku kalau bukan seperti itu, karena Sejujurnya, ini adalah yang pertama....
“Apa Kau akan tetap profesional seperti yang dilakukan sebelumnya?” sindir Kyung Ah karena sikap Duk Mi berbeda.
“Ya, aku yakin sekarang semuanya manis. Asal tahu saja, orang tidak bisa diperbaiki.” Kata Kyung Ah menyadarkan.
Di dalam ruangan Ryan mengaku akan memperbaiki barang yang rusak. Yoo Sub menjelaskan Sebuah penelitian menunjukkan bahwa pasangan yang balikan putus kembali karena alasan yang sama dan menurtnya Ryan itu  adalah mobil yang rusak.
“Kau terlalu terpikat oleh ketampanannya untuk melihat kenyataan yang sebenarnya.” Komentar Kyung Ah, Ryan dalam ruangan terlihat sedang sibuk menyium vas bunga yang baunya enak.
“Pria yang bertahan dengan wajah tampan tidak pernah memperbaiki sikap mereka.” Kata Kyung Ah. Yoo Sub pikir juga tidak bisa.
“Nona Sun dan Yoo Sub, Coba kalian ingat ini. Kau bisa menjelekan aku semau kalian, tapi Singaku... maksudku... Aku tidak akan membiarkan kalian berbicara buruk soal Direktur. Aku tahu kau khawatirkan aku, tapi kau salah soal siapa dia.”tegas Duk Mi memperingati.
Kyung Ah dan Yoo Sub mengeluh dengan tingkah Duk Mi, Duk Mi menegaskan kalau tidak bercanda jadi meminta agar mereka jangan berkata lagi. Saat itu Da In datang bertanya pada Duk Mi apakah Ryan ada di dalam.
“Jika kau di sini untuk rapat, aku bisa memberimu minuman.” Kata Duk Mi ramah.
“Sebenarnya, aku di sini untuk percakapan pribadi.” Ucap Da In sinis lalu masuk ruangan.
“Apa kau baik-baik saja?” tanya Kyung Ah, Duk Mi mengaku baik-baik saja.



Di ruangan, Ryan mengaku sangat menyesal soal kemarin karena tidak ikut rapat atau memeriksa kayu dengan benar jadi berjanji tidak akan pernah terjadi lagi. Da In pun bertanya tentang Duk Mi apakah Ryan sudah berbaikan dengannya
“Kami tidak pernah bertengkar sejak awal.” Ucap Ryan dengan wajah sumringah.
“Sepertinya kalian mengakhiri hubungan palsu.” Komentar Da In,melihat senyuman Ryan.
“Ya. Bagaimana dengan Cha Shi An?” tanya Ryan. Da In mengaku menyukainya.
“Dia lebih tulus dari yang kukira. Aku suka musiknya juga. Aku tak sabar untuk itu.” Ucap Da In. Ryan pun mengaku senang mendengarnya.
“Tapi aku menemukan sesuatu yang aneh. Lukisan yang ingin dipamerkan oleh Cha Shi An... Bukankah ini lukisan itu? Yang kau beli di galeri di New York.” Kata Da In memperlihatkan lukisan Shi An.
“Kau punya ingatan yang baik.” Kata Ryan mencoba untuk tenang.
“Alasan kenapa Cha Shi An harus berpartisipasi dalam pameran. Dan alasanmu memintaku dengan putus asa untuk pertama kalinya. Apa karena lukisan ini? Lalu Siapa Lee Sol?”tanya Da In penasaran.
“Aku merasa berterima kasih padamu. Mohon bantuan di pameran khusus bersama Cha Shi An.” Ucap Ryan mengalihkan pembicaraan.
“Cara yang sulit untuk bilang "jangan tanya" kau membuatku tidak nyaman.” Keluh Da In.
“Nona Choi, Aku menantikan kolaborasimu dengan Cha Shi An” ucap Ryan kembali mengalihkan dengan berdiri dari tempat duduknya.
“Baik. Aku menantikannya juga... Berapa lama hubunganmu dengan Nona Sung akan bertahan?” tanya Da In sinis
“Apa kau menyumpahi aku?” keluh Ryan. Da In menegaskan kalau ia menantikannya.
“Tapi... Bagaimana kau tidak bertanya? Soal bagaimana aku mengingat sesuatu tentangmu dari tiga tahun lalu. Apa kau tidak penasaran?” kata Dan In menyindir. Ryan ingin bicara tapi Da In tak mau membahasnya lalu melangkah pergi. 



Duk Mi dan Da In berpapasan dan tak saling menyapa, akhirnya Da In lebih dulu bicara mengaku tidak akan meminta maaf karena itu bukan bohong. Duk Mi hanya diam saja menahan emosi, Dan In memberitahu kalau Ryan ingin mengakhiri hubungan palsu.
“Karena dia ingin berkencan dengan nyata.” Kata Da In membela diri.
“Mendistorsi kebenaran juga merupakan kebohongan, Nona Choi”balas  Duk Mi
“Kau pasti lebih percaya padaku daripada hati Ryan.” Ucap Da In lalu melangkah pergi. Duk Mi pun hanya diam saja.
**
Bersambung ke part 2

Cek My Wattpad... Stalking 



Cek My You Tube Channel "ReviewDrama Korea"

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar