PS : All images credit and content copyright : TVN
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Ryan
duduk diam saat rapat, Shi An lalu berkomentar kalau mereka sepertinya berbagi
hubungan istimewa antara ia dan Ryan. Ryan hanya terdiam, Shi An meminta agar
Ryan untuk mendengarkan, kalau pertama mereka itu suka lukisan Lee Sol.
Ryan malah memikirkan saat pertama kali
bertemu dengan Duk Mi di acara pelelangan lalu meminta agar memberikan karya
seni yang baru saja ditawarkan.
“Kita tinggal
di apartemen yang sama.” Ucap Shi An. Ryan malah mengingat saat bertemu lagi
dengan Duk Mi di galeri.
“Seniman
kesukaanmu, adalah teman dekatmu.” Kata Shi An. Ryan teringat saat masuk rumah
sakit.
Duk Mi
datang bertanya tentang pertemuan dengan seniman. Ryan memberitahu kalau ia
adalah seorang kolektor yaitu Cha Shi An dari White Ocean. Duk Mi terkejut
mendengarnya.
“Jaket.
Kita punya jaket sama yang dipakai Nuna Sung”ucap Shi An. Ryan mengingat saat
meminjamkan jaket untuk Duk Mi.
“Meskipun
jaket itu menyebabkan masalah, ini sungguh hubungan istimewa.” Kata Shi An.
Ryan
berkomentar kalau itu adalah takdir karena mempertemukan dengan Duk Mi, Shi An
pun setuju mendengarnya. Da In datang
membawakan makanan baru, Ryan melihat Duk Mi pergi lalu bertanya dengan pegawainya itu.
“Dia
pergi ke bengkel. Mereka bilang mau kirim kayu, tapi tidak ada di bengkel.”
Ucap Da In. Ryan binggung ingin tahu kelanjutanya
“Aku
tidak meminta Nona Sung, tapi dia yang ingin pergi.” jelas Da In.
“Dia
harus jadi bagian dari rapat ini. Kenapa pergi ke bengkel? Apa dia sakit? Nona
Sung tampak bermasalah hari ini.” Ucap Shi An sedih
Ryan
terdiam teringat saat bertanya Jam berapa rapat dengan Cha Shi An dan Choi Da
In. Da In dengan wajah pucat menjawab Jam 2 siang dan mengaku ada pekerjaan
jadi akan menuju studionya dari sana.
Ryan
teringat kata-kata Duk Mi “Jika Shi An tidak bisa membuatmu tersenyum,< artinya
kau sungguh sangat sakit.”
“Ini kali
pertama aku lihat Nuna Sung tanpa senyum. Dia tersenyum setiap kali aku
menatapnya. Jadi kupikir dia adalah penggemarku.” Ucap Shi An sedih
“Silakan
lanjutkan rapatnya.” Kata Ryan bergegas pergi, Da In dan Shi An binggung binggung
“Apa dia
akan menemui Nuna?” kata Shi An, Da In terlihat gugup mendengarnya.
“Tapi Aku
sungguh tidak ingin menanyakan ini padamu. Apanya yang sulit? Soal berada dalam
hubungan palsu denganku. Apa kau sangat membencinya?” kata Duk Mi berkaca-kaca.
Ryan membenarkan.
“Apanya
yang sangat kau benci? Aku tidak meneleponmu setiap hari atau memintamu untuk
bertemu denganku. Yang harus kau lakukan hanyalah berpura-pura sejenak. Apa
sulit, dan kau membencinya? Aku sangat menyukainya. Kenapa kau...” ucap Duk Mi
sedih.
“Karena
palsu... Aku benci karena palsu... Aku ingin berkencan denganmu.” Ucap Ryan
mendekat. Duk Mi terdiam saat Ryan langsung menciumnya.
Keduanya
saling berciuman seperti melampiaskan perasaannya, Saat itu terdengar seorang
yang datang ke dalam bengkel. Ryan akhirnya menarik Duk Mi masuk ke dalam ruangan. Salah seorang
pria masuk ruangan bertanya Apa tidak
ada orang di sini?”
Pria itu
masuk dan tak melihat siapapun dalam rumah dan akhirnya memilih pergi. Duk Mi
dan Ryan terlihat kembali berciuman di belakang ruangan, seperti tak ingin
melepaskan perasaan cinta.
[Episode 10- HATI YANG SUDAH DIPILIH]
Da In
membahas Pameran ini dalam dua bulan,
jadi mereka cukup sesuai jadwal dan bertanya Apa yang akan Ryan pamerkan. Shi
An memberikan gambar lukisan menurutnya Ryan juga suka lukisan ini. Ia pikir
karena Keseluruhan ada sembilan lukisan.
“Aku
ingin kumpulkan semuanya dan memamerkannya.” Kata Shi An. Da In menahan
sebentara karena ada pesan masuk.
Pesan
dari pegawai Da In “Tidak ada orang di bengkel, aku akan pergi saja.” Wajah Da
In terlihat bisa bernafas lega.
Duk Mi
dan Ryan masih terus berciuman sampai akhirnya kayu disamping mereka
berjatuhan. Duk Mi hanya bisa menahan tawa melihatnya, Ryan pikir Duk Mi pasti
lapar. Duk Mi menyangkal, Ryan pikir Duk Mi asti lapar dalam situasi ini. Duk
Mi kembali menyangkal tapi suara perutnya berbunyi.
“Perutku
berisik karena aku minum kopi tadi.” Kata Duk Mi menyangkal
“Haruskah
kita beli sesuatu untuk dimakan?” goda Ryan. Duk Mi akhirnya menganguk setuju
dengan senyuman sumringah.
Ryan pun
mengandeng tangan Duk Mi keluar, Duk Mi menahan sebentar mengambil tas dan juga
lighstick yang jatuh. Ryan bertanya apa itu, Duk Mi dengan wajah gugup mengaku
itu hanya flashlight. Ryan hanya tersenyum lalu menganguk mengerti lalu
mengandeng Duk Mi keluar.
Eun Gi
membawa banyak buku ditanganya sambil mengeluh kalau ibunya itu seharusnya membuka toko buku, bukan
perusahaan penerbitan. Nyonya Nam terus berjalan dan melihat Majalah Moment
dalam rak, terlihat cover wajah Ryan Gold.
“Pantas
saja kami tiba-tiba mengalami peningkatan penjualan. Pasti berkat Direktur ,
Dia benar-benar orang yang tepat untuk Duk Mi.” Puji Nyonya Nam bangga
“Ibu,
bagaimana dengan aku?” keluh Eun Gi, Nyonya Nam heran dengan tingkah anaknya.
“Bukankah
aku juga tepat untuk Duk Mi?” kata Eun Gi, Nyonya Nam pikir anaknya membuat Lelucon
yang mengerikan...
“Aku
satu-satunya pria yang kenal Duk Mi lebih baik
dari
dirinya sendiri.” Kata Eun Gi, Nyonya Nam terdiam seperti tak pecaya anaknya
menaruh hati pada Duk Mi.
Di dalam
mobil, suasana terasa gugup. Duk Mi akhirnya memulai pembicaran dengan berkata
kalau pergi ke sana untuk memeriksa kayu dan merasa sangat bersalah kepada Nona
Choi jadi berpikir harus kembali dan mengadakan rapat di studionya.
“Apa yang
kau sukai dari aku?” tanya Ryan setelah mendengar Duk Mi menyebut nama Shi An.
Duk Mi terlihat binggung.
“Kapan
jantungmu berdebar?” tanya Ryan, Duk Mi makin binggung berpura-pura tidak tahu
apa yang dibicarakan.
“Itu yang
kau katakan tadi. Aku penasaran kapan semuanya dimulai. Apa ketika kita
mengambil foto hubungan palsu kita Atau apa di kabin Tuan Nho Seok Atau apa
ketika kau menutup mataku di tempatmu?” tanya Ryan mengoda.
“Direktur...
Apa kau mau gimbap? Aku mau gimbap karena aku tidak makan waktu itu. Jadi,
bagaimana kalau kita makan gimbap?” ucap Duk Mi mengalikan pembicaran
“Gimbap
cabai Cheongyang?” kata Ryan, Duk mi membenarkan. Akhirnya mereka pun pergi
membeli kimbap.
Duk Mi
membuka dua bungkus kimbap diatas meja, Ryan langsung mengambilnya. Duk Mi
memperingatkan kalau itu rasanya pedas. Tapi Ryan ternyata ingin menyuapi
pacarnya. Duk Mi tersenyum bahagia mengunyah kimbap dalam mulutnya.
“Apa kau
belum bersihkan tempatmu?” tanya Ryan seperti ingin masuk rumah
“Apa kau
dingin?” tanya Duk Mi khawatir, Ryan mengelengkan kepala lalu berkomentar kalau
ini rupanya pemandangan malam Seoul.
“Bukankah
pemandangan malam jauh lebih baik dari tempatmu?” kata Duk Mi. Ryan seperti tak
menyadarinya.
“Sejujurnya,
aku pindah ke sini karena aku juga suka pemandangan ini. Penthouse.” Ucap Duk
Mi bangga
“Penthouse?
Lain kali jika pindah, kau harus dapatkan tempat dengan lift.”ejek Ryan.
Duk Mi
menawarkan Ryan untuk mencoba kimbap, tapi kimbapnya malah jatuh mengenai
celana Ryan. Ia pun buru-buru meminta maaf, Ryan pikir tak masalah karena Duk
Mi itu sudah merusak beberapa pakaiannya. Duk Mi binggung karena ia hanya
merusak dua.
“Kenapa kau
sangat buruk gunakan sumpit padahal kau orang Korea?” ejek Ryan mencoba
mengalihkan pembicaran.
“Aku? Aku
sangat pandai menggunakan sumpit.” Kata Duk Mi,Ryan heran Duk Mi yang mengaku
pandai.
“Apa kau
pandai menggunakannya?” balas Duk Mi, Ryan mengakusangat pandai. Keduanya
seperti bahagai menikmati makan malam sederhana.
Nyonya
Nam mengantar anaknya sampai ke depan rumah dan Eun Gi berpesan pada ibunya
agar hati-hati dijalan. Nyonya Nam memulai bicara mengaku meminta maaf. Eun Gi
binggung kenapa tiba-tiba dan untuk apa.
“Entah.
Aku tidak percaya, kalau aku tidak tahu perasaan putraku sendiri. Tapi kalau dipikirkan,
aku tidak pernah benar-benar membesarkanmu sendiri. Jika aku tahu kau punya
rasa pada Duk Mi, aku akan...” kata Nyonya Nam
“Ibu...
Aku juga tidak tahu dan Aku baru tahu, Seperti orang bodoh. Jadi, dukung saja aku daripada menyesal. Mengerti?”pinta
Eun Gi lalu pamit pergi lebih dulu pada
ibunya.
Ryan
mengatakan kalau akan berbicara dengan Nona Choi dan Shi An besok untuk
menjelaskan. Duk Mi menganguk mengerti dengan memanggilnya Direktur. Ryan
memanggil nama Duk Mi dengan gaya lebih dekat, tapi Duk Mi tetap memanggilnya
Direktur.
“Kita
berkencan sekarang, kan? Kita tidak lagi pura-pura. Ini nyata, kan?” kata Ryan
memastikan.
“Di
Korea, jika tidak berkencan dengan orang yang kau cium, akan masuk penjara...
Tentu saja, kita berkencan.” Ucap Duk Mi, Ryan tertawa mendengarnya.
“Hanya
saja kau terdengar sangat formal. Bagaimana kalau kita saling memanggil dengan
nama kita?” ucap Ryan.
“Ryan? Tunggu,
itu sedikit... “ Duk Mi merasa tak nyaman memanggil nama
“Aku
ingin tahu apa ada nama panggilan akrab yang bisa kau gunakan.” Ucap Ryan. Duk
Mi mencoba mengingat Nama panggilan yang akrab yang biasa memanggil Ryan.
Duk Mi
mengingat sebelumnya memanggil Ryan adalah “Singa brengsek.” Lalu tersenyum
sumringah. Ia pikir akan memanggil dengan akrab kedepannya. Ryan menganguk
setuju lalu memberikan kecupan di dagi Duk Mi sebagai salam perpisahan.
Duk Mi
masuk kamar terlihat sangat bahagia duduk diatas tempat tidurnya, teringat saat
Ryan mengatakan “Aku benci karena palsu. Aku ingin berkencan denganmu.” Lalu
mendekat dan mulai menciumnya. Duk Mi
terus tersenyum mengingat semuanya.
“Alangkah
baiknya jika punya rekaman video dari ingatanku. Aku ingin terus mengulanginya.
Aku ingin meng-screen capture itu... Aku akan meng-screen capture, mengeditnya,
dan membuat gif.” Jerit Duk Mi bahagia.
Ryan
membaca pesan dari [SHI AN IS MY LIFE]
“Latte,
orang yang kau sukai mungkin tidak main-main dengan hatimu. Mungkin orang itu
hanya mundur selangkah karena dia tidak tahu bagaimana perasaanmu dan tidak
ingin terluka. Sejujurnya, aku pun begitu. Jadi, cobalah mengumpulkan keberanian
sekali lagi. Hwaiting!”
Akhirnya
Ryan pun mengucapkan terimakasih pada Shi An is My Life, wajahnya tersenyum bahagia.
Duk Mi pun tertidur dengan wajah
tersenyum.
Duk Mi
datang ke cafe dengan senyuman bahagia ingin bercerita, tapi Sun Joo lebih dulu
memberitahu kalau Seung Min membelikan sebuah tas. Duk Mi memuji kalau itu cantik
sekali. Sun Joo menceritakan kalau Suaminya itu meletakkannya di loker sebagai
hadiah kejutan.
“Sungguh?
Dia sangat pintar.” Puji Duk Mi, Sun Joo pikir Aku tidak akan bersamanya jika
dia tidak meminta dan ingin terus bercerita
“Aku
kencan dengan singa.” Kata Duk Mi lebih dulu. Sun Joo melonggo kaget.
“Aku
sudah bilang, dia juga menyukai aku.” Kata Duk Mi, Sun Joo mengaku penasaran
detailnya jadi meminta Sun Jo agar menceritakan.
Duk Mi
menceritakan tentang cerita saat dengan Ryan, Sun Joo tersenyum bahagia memuji
Duk Mi itu sudah dewasa lalu bertanya apakah sudah beri tahu Eun Gi. Duk
Mimengelengkan kepala. Sun Joo menyarankan pada Duk Mi agar jangan katakan
padanya untuk saat ini.
“Kenapa?”
tanya Duk Mi heran, Sun Joo memikirkan alasan karena tak ingin Eun Gi sakit
hati.
“Begitu
dia tahu, maka dia akan beri tahu orang tuamu. Apa Kau yakin bisa
mengatasinya?” kata Sun Joo
“Tidak,
aku tidak bisa... Itu tidak boleh terjadi... Aku harus merahasiakannya.” Kata
Duk Mi
Sun Joo
pun memperingatkan Duk Mi agar jangan memberitahu Eun Gi. Duk Mi dengan
senyuman sumringah meminta Joo Hyuk agar Kau jangan beri tahu dia es latte
dengan susu kental akan bawa pulang.
Duk Mi
berjalan ke galeri melihat Ryan berjalanke arahnya dibalik dinding, Ryan
bertanya apakah Duk Mi Sudah minum kopi, karena sudah membelikannya, yaitu Es
Americano dengan tembakan ekstra. Duk Mi tak percaya Ryan itu tahu kopi
kesukaannya.
“Aku
bertanya pada temanmu.” Ucap Ryan bangga, Duk Mi pun memberikan minuman untuk
Ryan.
“Pelanggan,
ini tidak mengandung kafein, hanya susu kental.” Kata Duk Mi akhirnya mereka
saling bertukar minuman.
Duk Mi
bertanya bagaimana rasanya, Ryan mengaku enak sekali lalu berjalan mendekati
Duk Mi seperti ingin menciumnya, Duk Mi panik takut ada orang yang melihat,
tapi Ryan ternyata hanya mengoda Duk Mi dan bersandar di dinding.
“Kau
sedikit terlambat masuk kerja.” Ejek Ryan. Duk Mi mengaku tepat waktu.
“Apa aku
satu-satunya yang merindukanmu?” kata Ryan, Duk Mi pura-pura tak mengerti maksud ucapanya.
“Kenapa
aku tidak berkemah di sini malam ini? Aku akan begadang semalaman.” Goda Duk Mi
“Boleh
aku bergabung denganmu? Aku belum pernah tidur di tenda sebelumnya.” Kata Ryan
membalas. Duk Mi pikir Orang Amerika jarang berkemah.
Eun Gi
menatap foto keluarga dan foto Duk mi sedang merayakan ulang tahun yang
pertama. Ibu Duk Mi pulang kaget melihat
Eun Gi yang sudah sampai rumah. Eun Gi mengeluh pada Tuan Sung kalau menyerahkan
yang berat-berat padanya.
“Kenapa
aku mengganggu anakku yang menghasilkan uang saat aku punya suami yang membawa
batu berat setiap hari?” ucap Ibu Duk Mi melihat Eun Gi membawakan barang
belanjaan.
“Ototku
masih ada.” Kata Tuan Sung tak ingin diremehnya. Ibu Duk Mi bertanya apakah Eun
Gi sudah makan. Duk Mi menganguk.
“Ibu, apa
jasku ada?” tanya Eun Gi, Duk Mi pikir Eun GiMau menghadiri pesta pernikahan.
“Daripada
suka menghadiri acara orang lain, kau harus berpikir soal menikah sendiri...
Jasmu Ada. Tapi Apa aku sudah membersihkannya?” ucap ibu Duk Mi, Eun Gi
terlihat bahagia melihatnya.
Duk Mi
mengetik di depan komputer sambil bersenandung, Kyung Ah yang melihatnya
terlihat binggung dan menuliskan di chat room “Ada apa dengan Nona Sung hari
ini? Aku punya firasat buruk.” Yoo Sub binggung apa yang dimaksud Firasat
buruk.
“Bisakah Nona
Sung dan Direktur berbaikan?” tulis Kyung Ah penasaran.
Ryan
masuk ruangan dengan senyuman memanggil Duk Mi, Duk Mi dengan wajah sumringah
menyahut sambil melepaskan earphonenya. Ryan mengajak mereka untuk mulai rapat.
Duk Mi pun dengan semangat keluar ruangan, Kyung Ah hanya bisa melonggo.
Duk Mi
mengajak semua temanya untuk segera keluar rapat. Kyung Ah bisa melihat kalau akhirnya Mereka
bersama lagi, Yoo Sub pikir Apa bom sudah diatur ulang timernya. Cindy yang
mengetahuinya terlihat sangat kesal.
Ryan
bertanya Bagaimana dengan karya seni lain Tuan Ahn, Duk Mi sibuk melihat wajah
Ryan yang ada didepanya. Kyung Ah menjelaskan Sebagian Ullim Art Gallery setuju
meminjamkan pada mereka yang butuh persetujuan dari donor jadi akan memakan waktu dan Sayangnya, sang donor
sedang berlibur ke luar negeri.
“Kita
akan mengatur rapat sesudah donor pulang.” Ucap Kyung Ah yang terlihat dongkol
karena Duk Mi terus menatap Ryan dengan senyuman.
“Bagus...
Selanjutnya, kita akan bicara soal suvenir. Hyo Jin, sudah sampai mana?” ucap
Ryan yang sadar Duk Mi menatapnya
“Kalian Jangan
terkejut.” Kata Cindy bangga lalu mengeluarkan lightstick bertuliskan nama Shi
An. Duk Mi tak bisa menahan tawa dan sedikit panik, Ryan bertanya Apa itu
“Tongkat
untuk penggemar Shi An. Aku pikir kita bisa menambahkan logo galeri atau
namanya Bahkan ini menyala.” Kata Cindy dengan penuh semangat.
“Itu
terlihat seperti flashlight, bukankah begitu Nona Sung ?” kata Ryan mencoba
mengoda.
“Apa ada
flashlight yang terlihat seperti ini?” kata Cindy bingung, Ryan mencoba
memberitahu kalau Duk Mi punya tapi lebih dulu disela.
“Hyo Jin,
aku tidak berpikir galeri dan pameran souvenir harus seperti barang-barang fan
girl. “ ucap Duk Mi
“Lalu,
bagaimana dengan bantal dengan foto Shi An di atasnya? Aku juga punya gagasan
untuk sabun dan Ini gantungan kunci.” Ucap Cindy mengeluarkan semua yang
bergambar Shi An. Semua hanya bisa menghela nafas.
“Apa kau
tidak menyukainya?” tanya Cindy, Ryan meminta apakah ada opsi lain. Akhirnya
Cindy memperlihatkan gambar di layar berjudul "Galeri Seni-ku
Sendiri".
“Kita akan
membuat salinan karya seni berukuran miniatur. Dengan itu, kau dapat mengatur
galeri minimu sendiri.” Jelas Cindy menunjuk ke arah gambar.
“Aku suka
itu... Kita bisa mulai dengan pameran khusus dan menerapkannya kedepannya.”
Ucap Ryan. Cindy tak percaya mendenagrnya
“Lihat? Aku
bilang merchandising adalah spesialisasi aku.” Ucap Sindy bangga, Duk Mi hanya
bisa menahan senyuman.
“Nona
Yoo, Harap kelola karyawan intern sehingga antusiasme dan kepercayaan diri dia tidak
pernah melampaui batas.” Kata Ryan. Kyung Ah menganguk mengerti tapi wajahnya
cemberut melihat tingkah Duk Mi.
Selesai
rapat, Duk Mi langsung dihadang oleh Kyung Ah dan Yoo Sub, bertanya ada apa.
Kyung Ah bertanya apakah Duk Mi kembali menjalin hubungan dengan Ryan. Duk Mi
mengaku kalau bukan seperti itu, karena Sejujurnya, ini adalah yang pertama....
“Apa Kau
akan tetap profesional seperti yang dilakukan sebelumnya?” sindir Kyung Ah
karena sikap Duk Mi berbeda.
“Ya, aku
yakin sekarang semuanya manis. Asal tahu saja, orang tidak bisa diperbaiki.”
Kata Kyung Ah menyadarkan.
Di dalam
ruangan Ryan mengaku akan memperbaiki barang yang rusak. Yoo Sub menjelaskan
Sebuah penelitian menunjukkan bahwa pasangan yang balikan putus kembali karena
alasan yang sama dan menurtnya Ryan itu adalah
mobil yang rusak.
“Kau terlalu
terpikat oleh ketampanannya untuk melihat kenyataan yang sebenarnya.” Komentar
Kyung Ah, Ryan dalam ruangan terlihat sedang sibuk menyium vas bunga yang
baunya enak.
“Pria
yang bertahan dengan wajah tampan tidak pernah memperbaiki sikap mereka.” Kata
Kyung Ah. Yoo Sub pikir juga tidak bisa.
“Nona Sun
dan Yoo Sub, Coba kalian ingat ini. Kau bisa menjelekan aku semau kalian, tapi
Singaku... maksudku... Aku tidak akan membiarkan kalian berbicara buruk soal Direktur.
Aku tahu kau khawatirkan aku, tapi kau salah soal siapa dia.”tegas Duk Mi
memperingati.
Kyung Ah
dan Yoo Sub mengeluh dengan tingkah Duk Mi, Duk Mi menegaskan kalau tidak
bercanda jadi meminta agar mereka jangan berkata lagi. Saat itu Da In datang
bertanya pada Duk Mi apakah Ryan ada di dalam.
“Jika kau
di sini untuk rapat, aku bisa memberimu minuman.” Kata Duk Mi ramah.
“Sebenarnya,
aku di sini untuk percakapan pribadi.” Ucap Da In sinis lalu masuk ruangan.
“Apa kau
baik-baik saja?” tanya Kyung Ah, Duk Mi mengaku baik-baik saja.
Di ruangan,
Ryan mengaku sangat menyesal soal kemarin karena tidak ikut rapat atau
memeriksa kayu dengan benar jadi berjanji tidak akan pernah terjadi lagi. Da In
pun bertanya tentang Duk Mi apakah Ryan sudah berbaikan dengannya
“Kami
tidak pernah bertengkar sejak awal.” Ucap Ryan dengan wajah sumringah.
“Sepertinya
kalian mengakhiri hubungan palsu.” Komentar Da In,melihat senyuman Ryan.
“Ya.
Bagaimana dengan Cha Shi An?” tanya Ryan. Da In mengaku menyukainya.
“Dia
lebih tulus dari yang kukira. Aku suka musiknya juga. Aku tak sabar untuk itu.”
Ucap Da In. Ryan pun mengaku senang mendengarnya.
“Tapi aku
menemukan sesuatu yang aneh. Lukisan yang ingin dipamerkan oleh Cha Shi An...
Bukankah ini lukisan itu? Yang kau beli di galeri di New York.” Kata Da In
memperlihatkan lukisan Shi An.
“Kau
punya ingatan yang baik.” Kata Ryan mencoba untuk tenang.
“Alasan
kenapa Cha Shi An harus berpartisipasi dalam pameran. Dan alasanmu memintaku dengan
putus asa untuk pertama kalinya. Apa karena lukisan ini? Lalu Siapa Lee Sol?”tanya
Da In penasaran.
“Aku
merasa berterima kasih padamu. Mohon bantuan di pameran khusus bersama Cha Shi
An.” Ucap Ryan mengalihkan pembicaraan.
“Cara
yang sulit untuk bilang "jangan tanya" kau membuatku tidak nyaman.”
Keluh Da In.
“Nona
Choi, Aku menantikan kolaborasimu dengan Cha Shi An” ucap Ryan kembali
mengalihkan dengan berdiri dari tempat duduknya.
“Baik.
Aku menantikannya juga... Berapa lama hubunganmu dengan Nona Sung akan
bertahan?” tanya Da In sinis
“Apa kau
menyumpahi aku?” keluh Ryan. Da In menegaskan kalau ia menantikannya.
“Tapi...
Bagaimana kau tidak bertanya? Soal bagaimana aku mengingat sesuatu tentangmu
dari tiga tahun lalu. Apa kau tidak penasaran?” kata Dan In menyindir. Ryan
ingin bicara tapi Da In tak mau membahasnya lalu melangkah pergi.
Duk Mi
dan Da In berpapasan dan tak saling menyapa, akhirnya Da In lebih dulu bicara
mengaku tidak akan meminta maaf karena itu bukan bohong. Duk Mi hanya diam saja
menahan emosi, Dan In memberitahu kalau Ryan ingin mengakhiri hubungan palsu.
“Karena
dia ingin berkencan dengan nyata.” Kata Da In membela diri.
“Mendistorsi
kebenaran juga merupakan kebohongan, Nona Choi”balas Duk Mi
“Kau
pasti lebih percaya padaku daripada hati Ryan.” Ucap Da In lalu melangkah
pergi. Duk Mi pun hanya diam saja.
**
Bersambung
ke part 2
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar