PS : All images credit and content copyright : TVN
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Duk Soo
terlihat sedang mengambar di jalan, bersama dengan Duk Mi dan juga Yoon Jae.
Eun Gi berteriak memangil ibu Duk Mi mengadu kalau Duk Mi sedang coret-coret
lagi. Duk Mi dengan tatapan sinis memberitahu kalau ini Bukan coret-coret.
“Aku
sedang menggambar.” Tegas Duk Mi. Eun Gi mengejek kalau baginya terlihat
coret-coret.
“Aku
hanya lihat kau sedang coret-coret.” Ejek Eun Gi, Duk Mi marah langsung memukul
Eun Gi. Eun Gi memanggil ibunya.
“Duk Mi.
Sudah dibilang jangan memukul Eun Gi...”kata Ibu Duk Mi lalu melonggo melihat
semua jalanan dan tembok penuh dengan gambar.
“Sudah dibilang
kau akan dapat masalah jika coret-coret lagi.” Ucap Ibu Duk Mi mengomel. Duk Mi
mengeluh kalau ini bukan coret-coret
“Duk Mi.
Kau akan jadi apa...Saat tumbuh dewasa?” tanya Ibu Duk Mi. Duk Mi menjawab Seniman
yang menggambar lukisan.
“Aku akan
menggantung lukisanku di galeri besar.” Kata Duk Mi bangga, Yoon Jae diam-diam
mendengar ucapan Duk Mi
Mereka
akhirnya bermain air bersama untuk membersihkan tembok dan jalan yang sudah
digambar. Duk Mi, Duk Soo, Eun Gi dan Yoon Jae terlihat bahagia bermain air
bersama. Ibu Duk Mi pun terlihat bahagia merawat empat anak.
Ryan
sibuk mengambar menatap Duk Mi yang masih tertidur disampingnya, Duk Mi
akhirnya membuka mata, Ryan bertanya apakah mimpinya indah. Duk Mi mengaku
mimpinya sangat manis karena itu adalah ingatannya Namun, sedikit menyedihkan juga.
“Aku
bermain dengan Yoon Jae, Eun Gi, dan Duk Soo... Kau bangun lebih awal... Sedang
apa?” tanya Duk Mi
“Aku
Sedang menggambar... Menggambarmu sedang tidur.” Kata Ryan. Duk Mi bertanya Apa
ia terlihat cantik
“Kau
seorang wanita dari luar dunia ini, sulit untuk mengekspresikan melalui
gambar.” Ucap Ryan
“ Dalam
mimpiku, aku menggambar dengan Yoon Jae. Kami menggunakan kapur dan menggambar
begitu banyak di sana-sini. Tapi, Eun Gi bilang aku coret-coret, dan bilang dia
akan beri tahu Ibu. Jadi, aku katakan padanya... Aku akan menjadi seorang
seniman nanti dan lukisanku akan digantung di galeri.” Cerita Duk Mi
“Meskipun
aku gagal jadi seorang seniman, setidaknya aku jadi orang yang menggantung
lukisan di galeri. “ ucap Duk Mi bangga
“Hari
ini, kita tidak pergi ke pameran dan melihat karya seni secara langsung. Apa
yang kita lihat adalah sebuah konsep mengenai apa yang kurator anggap sebagai
seni. Sederhananya, seorang seniman sejati bukanlah penulis, tapi kurator. Semuanya
tergantung pada pilihan kurator.” Jelas Ryan.
“Slavoj
Zizek? Aku sangat setuju dengannya.” Kata Duk Mi, Ryan pikir Seorang kurator juga seorang seniman bahkan
bisa menggambar lagi. Berkat Korator Sung Duk Mi.
“Ruang
pameran adalah kanvasku. Namun,... Sekarang, wajahmu seperti kanvasku...
Bisakah aku menggambarnya?” ucap Duk Mi mengoda menatap Ryan.
“Dengan
apa?” tanya Ryan. Duk Mi pikir
Tiba-tiba merasa sangat kreatif
lalu memikirkan cara menggambar dan akan memulainya. Ryan mendorong Duk Mi
lebih dulu diatas tempat tidur dan langsung menciumnya.
Duk Mi
mengajak pegawainya agar menggambar di kanvas mereka, Kyung Ah binggung, Duk Mi menjelaskan kalau mereka akan melihat
lukisan milik Tuan Nho Seok. Semua mengerti dan terlihat sangat bersemangat.
Yoo Sub memasang foto profile orang-orang yang bergabung dalam pameran.
[SHI AN, - AKU HARAP, AKU JADI BAGIAN DARI
IMPIANMU] Kyung Ah memastikan semua walkie talkie berjalan dengan baik dibagian
receptionist. Hyo Jin memasang poster acara gallery dibagian depan, Yoo Sub
terlihat bangga melihatnya.
Hyo Jin
seperti tak peduli karena ia hanya peduli dengan souvenir yang dibuatnya. Yoo
Sub pun memastikan proyector pada ruang gallery yang sudah dipasang lukisan
agar tidak terlalu gelap.
Hyo Jin
memasang poster "The Room, The Life", Pameran ulang tahun kelima
Cheum Gallery, dengan wajah bahagia mereka
akhirnya mengadakan pameran. Kyung Ah ingi tahu perasaan Hyo Jin karena ini
pameran pertamanya.
“Aku
senang.. Rasanya aku bertemu dengan seseorang dari imajinasiku. Ini Benar-benar
sulit, tapi aku semangat.” Kata Hyo Jin
“Apa kau
yakin bukan karena kau bertemu dengan Cha Shi An?” goda Yoo Sub, Hyo Jin tak
bisa menutupi karena sudah Ketahuan.
“Omong-omong,
Direktur Bagaimana kau menemukan judul pameran?” Kyung Ah. Ryan menjawab Dari kamar seseorang.
“Bagaimana
ruangan itu terlihat?” tanya Yoo Sub, Ryan menjawab Ruangan itu penuh dengan sesuatu yang ceria,
menyenangkan, dan bahagia sambi menatap Duk Mi
“Isi
kamarmu dengan sesuatu yang kau sukai agar kau bisa hidup lebih bahagia.” Ucap
Duk Mi yang terlihat masih sama ada foto Shi An dan juga Ryan.
Semua
pengunjung sudah menunggu di pintu masuk gallery, para fans Shi An pun sudah
datang pertama dan berharap lebih baik jika cepat buka. Di dalam ruangan, Shi
An dengan bertemu dengan wartawan yang mengambil gambarnya.
Duk Mi
dan Ryan melihat dengan wajah tegang, Shi An pun melayani permintaan wartawan
untuk melambaikan tanganya ke kamera. Hyo Jin dengan ibunya melihat sosok Shi
An. Nyonya Eom melihat Shi An seperti
sangat takjub.
“Hyo
Jin... Apa patung di sana bagian dari pameran?” ucap Nyonya Eom. Hyo Jin bangga
karena Shi An memang terlihat sangat sempurna.
“Dia
sangat tampan.” Ucap Nyonya Eom lalu meminta Sek Kim memberikan ponselnya lalu
mengambil foto Ryan.
“Hyo
Jin... Bukankah kau yang desainnya?” ucap Nyonya Eom melihat Shi An mengangkat
souvenir yang dibuat oleh Hyo Jin.
“Ibu...
Aku bisa mati sekarang tanpa penyesalan.” Kata Hyo Jin tak percaya melihatnya.
“Tidak,
tidak. Hyo Jin, kau tidak boleh mati. Jangan katakan sesuatu yang mengerikan.
Hyo Jin, aku sangat bangga padamu.” Ucap Nyonya Eom. Duk Mi dan Ryan terlihat
sedikit tegang memulai pameran.
Duk Mi
dan Ryan menatap lukisan yang di perlihatkan dalam gallery saat penjunjung
akhirnya masuk. Lukisan penari ballet dengan caption [AKU MEMAKAI SEPATU POINTEKU PADAHAL AKU
SUNGGUH BENCI BALET]
“Seni
mungkin hebat, tapi tidak bisa lebih besar dari manusia yang hidup. Terlepas
dari betapa tidak signifikannya aku terlihat, Aku masih lebih besar dari
lukisan yang digantung di dinding itu. Karena aku adalah makhluk hidup, dan
akan terus hidup.” ucap Duk Mi, Ryan menatap Duk Mi saat duduk menatap lukisan.
Duk Mi
melihat foto koleksi Tuan Nho, teringat saat pergi ke rumah memberitahu Ryan
kalau Mata ini bukan mata perpisahan yang kesedihan atau mata seseorang menunggu
kematian.
“Dia melihat
seseorang yang dia cintai. Dia ingin meninggalkan ini untuk orang itu. Dia
melihat orang ini, dan matanya menyapa orang itu. "Halo aku disin Aku akan
selalu melihatmu seperti ini"
Akhirnya
Ryan menuliskan caption dari foto tersebut”HALO” Keduanya melihat video
gelembung yang dibuat oleh Da In untuk mengambarkan lukisan Lee Sol. 9 lukisan
Lee Sol dibuat layaknya sebuah cerita tentang seorang anak kecil
“Gelembung,
Kuda goyang, kincir ria, dan naik kapal Viking. Itu semua adalah sesuatu yang
disukai anak-anak. Sepertinya aku tahu apa yang dipikirkan sang seniman saat
dia menggambar lukisan-lukisan ini.” Ucap Duk Mi mengingat pertemuan Ryan
dengan ibunya.
“Kami
berdua tersenyum... Kami terlihat sangat bahagia.” Ucap Ryan dan gambar Lee Sol
dengan caption [ISI KAMARMU DENGAN SESUATU YANG KAU SUKAI, AGAR
KAU BISA HIDUP LEBIH BAHAGIA]
Shi An
melihat gambar ibunya lalu mengucapkan
Selamat atas pameran pertamanya. Ibu Shi An mengucapkan terimakasih lalu
mengucapakan selamat juga pada Yoon Jae. Ryan pun membalas dengan memanggil
ibunya Pelukis Lee Sol.
“Terima
kasih sudah mengizinkan kami memamerkan karya menakjubkanmu.” Kata Ryan. Ibu
Duk Mi pun mengucapkan terimakasih pada Duk Mi yang akhirnya ikut bergabung.
“Apa kalian
ingin aku mengambil foto? Mari kita ambil foto.” Ucap Duk Mi, Ryan memuji kalau
Duk Mi adalah fotografer hebat. Akhirnya Duk Mi mengambil foto mereka bertiga
beberapa kali, Shi An seperti sangat manja pada ibunya bersandar dibahunya.
Sun Joo
gugup melihat Shi An dan ibunya datang ke cafe, bertanya ingin memesan. Duk Mi
ingin memesan tapi Sun Joo sudah tahu pasti pesanannya Es Americano dan latte dengan susu kental tanpa
espresso. Shi An heran Ryan yang tak minum kopi.
“Aku
tidak bisa minum kopi karena mirip seseorang.” Kata Ryan melirik ibunya. Ibu
Shi An pun memutuskan akan pesan yang sama dengan Ryan.
“Cha Shi
An, mau pesan apa?” tanya Sun Joo mencoba agar tenang tapi terasa canggug.
“Aku akan
pesan yang sama dengan Sung Nuna. Es Americano yang enak.” Kata Shi An.
“Dua
latte dengan susu kental tanpa espresso, satu Es Americano, dan satu Es
Americano yang enak. Aku akan bawa secepatnya.” Ucap Sun Joo mengoda. Ryan
hanya menatap heran karena akan membuat minuman khusus untuk Shi An.
“Ibu, aku
tidak tahu kau tidak bisa minum kopi.” Komentar Shi An. Ibunya hanya bisa
tersenyum.
Joo Hyuk
menatap sinis pada Sun Joo karena pikir
ia adalah favorit tapi seperti dikalahkan oleh Shi An. Sun Joo memberitahu
kalau Sekali menjadi fan-girl, maka akan selalu jadi fan-girl. Ia mengaku kalau
Joo Hyuk mungkin favoritnya, tapi Shi An ada di level yang berbeda.
“Dia
pasti tidak terlalu tertarik.” Komentar Joo Hyun. Sun Joo mengaku Shi An adalah
yang pertama. Shi An tiba-tiba mendekat, Sun Joo berusaha tenang.
“Musik
apa ini? Aku belum pernah mendengarnya sebelumnya.” Tanya Shi An. Sun Joo pikir
kalau lagunya pasti bagus.
“Ada band
bernama Paid, dan dia penyanyi utama dan gitaris band itu... Joo Hyuk... Mereka
akan segera membuat album.”kata Sun Joo bangga memperkenalkan Joo Hyuk.
“Paid?
Ini Sangat bagus. Aku akan menantikan albummu.” Kata Shi An.
“Ketika
album ini dirilis, aku akan memberikannya kepadamu sebagai hadiah secara
pribadi.” Ucap Sun Joo.
Shi An
menganguk lalu tersenyum kembali ke bangkunya, Sun Joo benar-benar terlihat tak
percaya berbicara dengan Shi An meminta Joo Hyuk mencubitnya. Joo Hyuk pun
mencubit Shi An dengan keras.
Duk Mi
dan keluarga naik mobil Eun Gi pergi ke kuil, Ibu Shi An ikut juga lalu bertemu
dengan ibu Duk Mi lebih dulu. Ayah Duk Mi mengajak semua masuk lebih dulu agar
mereka berdua bisa bicara. Ibu Shi An memperkenalkan dirinya sebagai ibu Yoon
Jae.
“Sesudah
mendengar kau akan berada di sini, aku terjaga sepanjang malam memikirkan apa
yang harus kukatakan kepadamu.” Kata ibu Shi An.
“Pikiranku
terus kosong kecuali untuk meminta maaf.” Kata ibu Duk Mi tertunduk
“Yoon Jae
menceritakan semuanya. Bahkan jika singkat,aku berterima kasih kau telah
menjaganya.” Ucap Ibu Shi An. Ibu Duk Mi mengangguk mengerti.
Mereka
masuk kuil melihat nama Duk Soo, semua ingin berdoa untuk Duk Soo. Duk Mi
akhirnya melihat tempat adiknya disemayamkan, Ibu Duk Mi memberitahu saat Duk
Mi masih kecil pernah membawanya bersama
Eun Gi, dan Duk Soo datang berkunjung.
“Sesudah
menemui seorang biksu Duk Soo tidak bisa menahan tawanya. Dia terus berteriak,
"Botak" Kau bisa bayangkan betapa memalukannya itu. Itu sebabnya aku
membawanya ke sini sehingga dia bisa tertawa dalam hidupnya.”cerita Ibu Duk Mi
“Kalau
begitu aku yang akan membuatmu tertawa.” Kata Duk Mi berjanji pada ibunya.
Setelah
semua berdoa, Ibu Duk Mi memberikan sesuatu pada Ibu Shi An yaitu memberikan
foto saat Yoon Jae masih umur 7 tahun. Ibu Shi An mengaku hanya dengan melihat
foto anaknya bisa tahu kalau ibu Duk Mi betapa baik dan murah hati pada
putranya.
“Wajahnya
terlihat bahagia.” Kata Ibu Shi An. Ibu Duk Mi merasa beruntungnya, karena Yoon
Jae akur dengan Duk Mi dan Eun Gi dan juga makan dengan baik.
Ibu Yoon
Jae melihat surat yang ditulis oleh anaknya
[HEO YOON JAE, 7 TAHUN. AKU RINDU
IBU. AJUMMA, TERIMA KASIH, DEOK MI, EUN GI, KITA AKAN MAIN LAGI LAIN WAKTU]
“Sesudah
Duk Soo meninggal, aku tidak dalam kondisi pikiran yang benar. Ketika akhirnya
berhasil menenangkan diri, ternyata Yoon Jae sudah diadopsi.”kata ibu Duk Mi
merasa bersalah.
“Kau
kembali untuknya ke panti asuhan tempat dia berada.” Kata ibu Shi An.
“Andai
saja aku tiba di sana lebih cepat. Ada banyak hal yang aku sesali. Kepada kau
dan Yoon Jae... Bahkan aku malu berada di hadapanmu. Aku orang yang paling malu
di hadapan Yoon Jae, Kau mengalami kecelakaan dan Kau tidak menelantarkannya.”
Ungkap Ibu Duk Mi
“Aku
punya putra lagi dengan nama Shi An. Sesudah kehilangan Yoon Jae, seorang pria
membantuku mencarinya. Dia adalah ayah Shi An. Kau akan penasaran bagaimana
orang bisa memulai keluarga lagi sesudah kehilangan putranya.” Kata Ibu Shi An.
“Anak itu
bisa dengan mudah tak mengerti dan benci. Namun, Yoon Jae bilang ini. Seorang
janda adalah seorang istri yang kehilangan suaminya. Seorang duda adalah suami
yang kehilangan istrinya. Anak yatim adalah anak yang kehilangan orang tuanya.”
Ucap Ibu Shi An.
“ Namun,
dia membaca di suatu tempat bahwa rasa sakit itu sangat hebat bagi orang tua yang
kehilangan anak-anak mereka, oleh karena itu tidak ada yang bisa menyebutkan
nama. Aku membuat pilihanku sehingga bisa mengatasi dan melanjutkan hidupku,
dan dia bilang tidak ada yang akan menyalahkan aku.” Jelas Ibu Shi An.
“Dia
bilang kepadaku untuk jangan menyesal. Meskipun aku tidak tahu malu, aku akan
menjalani hidupku dengan berpikir bahwa dia memaafkanku. Hal yang sama berlaku
untukmu. Kau seharusnya tidak hidup dalam rasa sakitatau penyesalan lagi.” Kata
ibu Shi An.
Duk Mi
membuka pintu bersama dengan Ryan melihat ibu mereka sedang berbicara dengan
wajah serius, lalu memilih untuk menutup kembali pintunya. Ryan penasaran apa
yang mereka bicaranya. Duk Mi pikir ibunya bertanya soal ulang tahun Ryan.
Keduanya akhirnya pergi.
“Ayah,
apa yang ada di tanganmu?” tanya Duk Mi melihat ayahnya berdiri sendirian. Tuan
Sung memperlihatkan sebuah batu ditanganya.
“Cantik..
Apa kau menemukannya di sini?” tanya Duk Mi, Tuan Sung membenarkan yaitu pada
hari membawa Duk Soo dibawa ke kuil. Duk Mi tak percaya mendengarnya.
“Ibumu
masih menangis di dalam. Ayah melangkah keluar terlebih dahulu dan melihat batu
ini. Ayah sedang tak sadar saat mengambil ini. Tapi rasanya hangat seperti
tangan Duk Soo. Itu sebabnya Ayah meremasnya dengan erat seperti Ayah memegang
tangan Duk Soo dan membawanya pulang.” Cerita Ayah Duk Mi
“Apa itu
sebabnya Ayah mengumpulkannya?” tanya Ryan pun terlihat penasaran.
“Sesudah
hari itu, aku bepergian di seluruh negeri seperti orang gilauntuk mengumpulkan
batu.” Cerita Ayah Duk Mi
“Untuk
memberi Duk Soo beberapa teman?” kata Duk Mi, Ayah Duk Mi pikir seperti itu.
“Bisakah
aku memegang tangan Duk Soo juga?” ucap Duk Mi, Ayahnya memberikan batu
ditanganya. Duk Mi pun merasa batu itu sangat hangat.
Dibawah
pohon, Eun Gi duduk dengan ibunya berpikir akan hidup bersama sesudah menerima tabunganku. Nyonya Nam tak percaya
seperti anaknya sedang dirasuki sesuatu sesudah menolak selama ini. Eun Gi
mengajak ibunya untuk hidup bersama sampai ia menikah.
“Sampai
kau menikah? Antara kau dan Ibu, pernikahan Ibu akan terjadi lebih cepat.” Kata
Nyonya Nam yakin
“Apa Kau
punya pria?” tanya Eun Gi tak percaya, Nyonya Nam mengaku sudah berdoa meminta suami hari ini.
“Apa kau
meminta suami?” ucap Eun Gi tak habis pikir. Nyonya Nam merasa tak minta banyak.
“Seseorang
yang baik, bersuara lembut, menghargai, setampan Jung Woo Sung yang memiliki
gedung. Itulah yang aku doakan.” Kata Nyonya Nam bangga.
“Aku
pikir gara-gara aku Ibuku tak menikah, tapi karena punya standar tinggi.”
Komentar Eun Gi
“Kenapa
menikah dengan seseorang yang tidak pantas?” keluh Nyonya Nam, Eun Gi setuju
kalau ia akan hidup dengan ayah tiri yang memiliki gedung.
“Fokus saja
pada pernikahanmu sendiri.. Apa tidak ada orang yang kau suka?” ucap Nyonya
Nam, Eun Gi mengaku ada
“Senang
melihat kalian menikmati waktu bersama.” Komentar Ayah Duk Mi melihat Eun Gi
dan Nyonya Nam, mereka lalu berjalan pulang bersama.
Duk Mi
dan Ryan melakukan kencan, disebuah dinding Duk Mi menunjuk akan membaca sebuah
kalimat. "Petualangan Kakak Raja
Singa". Ryan tak percaya kalau itu menyangkut dirinya, lalu berpikir akan
membaca... dan menunjuk ke arah Duk Mi
“Apa
Orang ini? Apa Kau ingin membaca ini? Apa kau menginginkannya?” kata Duk Mi
mengejek. Ryan pun tertawa lalu keduanya berjalan ke arah yang lain.
“Jalan
kereta api dan Shi An is My Life.” Ucap Ryan memegang tangan Duk Mi menyusuri
jalan kereta.
“Sekarang,
panggil aku "Ryan is My Life".” Kata Duk Mi, Ryan pikir lebih baik"Heo is My Life"./
“Bagaimana
dengan "Jae is My Life"?” kata Duk Mi mengoda. Ryan pun tersenyum.
“Di
sinilah aku belajar seni sewaktu SMA.” Ucap Duk Mi memperlihatkan kelas lukis
“Apa kau
mempelajari jenis seni yang berbeda?” tanya Ryan. Duk Mi membenarkan kalau mungkin bisa menggambar wajah Davide di
Michelangelo jauh lebih baik daripada Ryan.
“Apa Kau
ingin menggambarku?” ucap Ryan, Duk Mi mengeluh mendengarnya dengan tatapan
sinis. Ryan meminta maaf dan bergegas pergi karena ketakutan.
Mereka
akhirnya pergi ke peralatan lukis, Duk Mi bertanya kenapa Ryan membeli banyak
tinta merah. Ryan mengaku kalau akan mengambar Duk M dan terlihat paling cantik
dengan warna merah. Duk Mi tersenyum lalu bertanya apakah Ryan akan terus
menggambar di rumah.
“Aku berpikir
untuk membuat ruang kerja, tapi aku akan memanfaatkan waktu senggangku, jadi,
aku lebih suka rumahku.” Kata Ryan. Duk Mi seperti tak percaya melakukan Di
waktu senggang.
“Apa
rumahku berbau tidak sedap?” komentar Ryan, Duk Mi pikir terlihat bagus dengan warna biru juga dan Kuning
juga.
“Tentu
saja begitu.” Ucap Ryan mengoda, Duk Mi mengeluh kalau itu artinya Tidak ada warna
yang tidak cocok dengannya.
“Bukankah
kau bilang ada sesuatu yang penting pada jam 5 sore?” tanya Ryan mengalihkan
pembicaraan. Duk Mi bertanya Apa Ryan ingin pergi dengannya.
Duk Mi
membawa Ryan ke warnet. Ryan bingung kenapa Duk Mi membawanya kesini. Duk Mi memberitahu aklau Untuk beli tiket ke
konser Shi An. Ryan pikir Shi An bilang
akan memberimu tiket gratis ke konsernya.
“Aku Shi
An is my life, Maka, aku harus menonton
dari lantai dua. Aku ingin tiket lantai berdiri, dalam baris lima.” Jelas Duk
Mi lalu menarik Ryan duduk didepan komputer.
“Perhatikan
baik-baik.. Apa kau lihat tombol ini yang tertulis, "Jadwal untuk dijual"?
Tepat pukul 17:00, akan berubah jadi "pesan tiket". Maka, kau perlu
memilih tanggal dan waktu yang kau inginkan dan tekan tombol "pesan
tiket". “ jelas Duk Mi penuh semangat
“Sesudah
itu, pilih tempat duduk yang terdekat apa pun yang terjadi, di mana saja dalam
baris lima, dan tekan "selesai pilih tempat duduk".” Kata Duk Mi,
Ryan pikir Kedengarannya mudah.
“Ini
memang Mudah. Sampai kau melihat tulisan "Tempat duduk sudah
dipesan".” Jelas Duk Mi, Ryan terlihat binggung.
“Tidak
bisakah Sun Joo datang saja melakukan ini?”kata Ryan, Duk Mi mengeleng lalu
melihat waktunya tinggal Tiga menit lagi.
“Tiket
akan dibuka untuk dijual tepat jam 5 sore.” Kata Duk Mi melemaskan jari siap
menekan keyboard.
Ryan
melihat tangan Duk Mi yang cepat diatas
keyboard. Duk Mi berusaha memilih tempat yang dingikan untuk menonton
tapi hasilnya [TEMPAT DUDUK SUDAH DIPESAN] Ryan memanggil Duk Mi, Duk Mi pikir
kalau Ryan itu pasti tak berhasil Duk Mi.
Ryan
melihat sesuatu di layar [INFORMASI
PEMESANAN, LANTAI 1, TIKET BERDIRI] lalu memastikan pada Duk Mi apakah memang
berhasil . Duk Mi melonggo tak percaya lalu tersenyum bahagia. Ryan dengan
bangga kalau bisa melakukan apa saja...
“Pacarku
punya tangan Dewa!.. Kerja bagus...” puji Duk Mi mencubit pipi Ryan dengan
wajah bahagia.
Duk Mi
membaca buku di kamar sendirian, lalu memanggil Ryan dan melihat sedang asik
melukis diruanganya. Akhirnya Duk Mi pergi ke meja kerja Ryan
“Sebagai
seorang seniman, Ryan Gold... Karena kota kelahirannya New York. Aku akan mempelajari
trend seni New York terlebih dahulu.” Ucap Duk Mi mencari sesuatu di internet.
Ryan baru
selesai melukis menatap dengan wajah bahagia dengan style lukisan dirinya, lalu
melihat Duk Mi tertidur diatas meja. Ia melihat catatan [MONO ART GALLERY, RIAN GALLERY, LORETTA
GALLERY] lalu membangukan Duk Mi agar tidur dikamar.
Duk Mi
menganguk, Ryan akhirnya mengendong Duk Mi untuk ke kamar tidur. Duk Mi sudah
tertidur pulas, Ryan hanya menatapnya seperti sangat bahagia ada didekat Duk
Mi.
**
Bersambung
ke part 2
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar