PS : All images credit and content copyright : TVN
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Ibu Ji
Hyeon akhirnya bertemu sang anak lalu bertanya tidak sakit dan Baik-baik saja.
Ji Hyeon yang masih mengunakan alat bantu nafas menganguk perlahan. Ibunya
meminta sang anak agr Bertahanlah sedikit lagi,
“Nanti
kita pergi ke taman hiburan setelah sembuh, ya?” kata sang ayah berjanji
“Ventilator
sudah dicabut dan tak ada komplikasi paru-paru. Kita bisa memantaunya tanpa
mengintubasinya. Hasil tes darah pun cukup baik. Kita hanya perlu bersabar.”
Kata Jung Won menjelaskan pada orang tua Ji Hyeon
“Ji-hyeon,
mulai hari ini coba minum sedikit demi sedikit, ya?” ucap Jung Won. Ji Hyeon
pun menganguk.
“Perawat
akan membantu dia minum sedikit demi sedikit. Tidak perlu cemas. Kita pantau
kemajuannya di Unit Perawatan Intensif sampai hari ini.” Ucap Jung Won.
Keduanya pun mengucapkan Terima kasih.
“Ji-hyeon,
ada yang terasa sakit?” tanya Jung Won, Ji Yeon menjawab Tidak ada. Kedua orang
tua Ji Hyeon melihat dari kejauhan.
“Ji-hyeon,
apa yang paling ingin kau makan begitu pulang?” tanya Jung Won. Ji Yeon
menjawab Cokelat.
“Nanti
aku belikan banyak cokelat saat kau pulang. Janji.” Kata Jun Won.
Song Hwa
melihat kalau Tiga tahun lalu sudah terangkat bersih, tetapi sayangnya tumor
itu kambuh kembali. Sang istri bingung karena Namun, suaminya tidak merasa
sakitseperti sebelumnya dan Hasil tes lanjutan selama ini pun baik.
“Astrositoma
adalah jenis tumor yang bisa kambuh. Kami pun merasa prihatin. Sebagai
tambahan, kurasa butuh operasi, radioterapi, dan kemoterapi. Bila setuju dengan
tindakan operasi, akan kucari tanggal rawat inap hari ini. Kau boleh
menimbangnya lebih dahulu.” Ucap Song Hwa.
“Biar
kupertimbangkan.” Kata sang suami tapi istrinya pikir Tidak perlu
dipertimbangkan.
“Kapan
bisa operasi, Dokter?” kata istrinya. Tapi Suaminya memohon agar biar dipertimbangkan dahulu.
“Dokter,
aku boleh buat janji ulang, 'kan?” kata sang suami. Song Hwa menjawab Boleh.
Akhirnya keduanya pun pamit pergi.
Perawat
menceritakan Waktu radioterapi pun pasien tadi tampak lelah dan Putra-putrinya
selalu ikut datang dan menggenggam tangannya. Ia tahu kalau Padahal dahulu pria
itu senang saat diberi tahu boleh datang setahun sekali.
“Dia tahu
ini lebih melelahkan karena berpengalaman. Dia pasti berat hati membayangkan harus
mengulang proses yang sama. Namun, aku yakin dia mampu melaluinya.” Kata Song
Hwa
“Permisi...
Dari yang kutahu, diagnosis pasien adalah astrositoma. Apa patologi tepatnya
saat operasi tiga tahun lalu?” tanya Yun Bok
“Tepatnya
WHO tingkat dua, astrositoma difus. Terkenal mudah kambuh dan naik ke tingkat
lebih tinggi.” Jawab Song Hwa. Yun Bok pun mencatat di ponselnay sambil
mengucapkan Terima kasih.
Ik Jun
belajar bahasa spanyol sambil berkata "Estoy loco por el." Dan ada
banyak tumpukan buku diatas meja. Jun
Wan datang bertanya kapan akan pergi. Ik Jun menjawab Tiga hari lagi. Jun Won bertanya
Buku-buku apa itu. Ik Jun menjawab Bacaan di pesawat selama 14 jam perjalanan.
“Kau
tidak ke bandara besok? Besok Ik-sun pergi.” kata Jun Wan. Ik Jun kaget apakah
sudah memberitahu bahwa dia pergi. Jun Wan terlihat gugup.
“Penerbangannya
sore. Aku ada operasi pagi. Aku akan ke sana bila sempat. Dia sudah diantar
orang tuaku, jadi Kakaknya tidak penting.” Ucap Ik Jun
“ Hei...
Apa Mau minum malam ini? Aku ingin bicara denganmu.” Kata Jun Wan dengan wajah
serius.
“Aku
sibuk hari ini. Sebentar lagi operasi. Mungkin agak lama.” Kata Ik Jun
“Larut
malam setelah operasi juga tidak apa.” Kata Jun Wan saat itu telp berdering.
Dokter Do menelp
“Pasien
pria 35 tahun. Dua kali pasang ring karena koarktasi aorta. Terakhir tiga bulan
lalu Dia ke RS Jeongmyeong karena demam tinggi. Menurut hasil tes, kurasa
infeksi ring jantung. Apa dia bisa ditransfer ke sini untuk operasi?” ucap
Dokter Do
“Tanda
vital bagaimana?” tanya Jung Won. Dokter Do menjawab “Tekanan darah sekitar
90/60, detak jantung 120, dan sedang pakai intubasi.
“Transfer
pasien kemari.” Ucap Jun Wan lalu bergegas pergi.
“Kurasa
ada hemotoraks dan kerusakan aorta. Itu buruk. Aku harus segera mengoperasinya.
Siapkan ruangan sirkulasi dan Ruang Operasi. Lalu Walinya?” tanya Jun Wan.
Dokter Do menjawab Dalam perjalanan.”
“Siapa
pasiennya?” tanya Ik Jun melihat Jun Wan sedan mencuci tanganya.
“Sudah
pasang ring dua kali, tetapi infeksi. Ring yang terinfeksi harus diangkat dan
diganti. Entah bisa atau tidak.” Kata Jun Won. Ik Jun pun mengatakan Selamat bekerja!
Song Hwa
bertanya pada pasie apakah Tidak ada yang mengalir dari hidung, Pasien
menganguk Song Hwa pun mengucap syukur lalu memastikan Tekanan darah juga baik,
Dokte Ahn memberitahu kalau Kuantitas urine pun normal.
“Kurasa
kau bisa pulang besok. Paling lambat lusa.” Ucap Song Hwa. Pasien pun
mengucapkan Terima kasih.
“Ke
depannya, aku akan rawat jalan ke Sokcho. Kudengar kau pindah ke Sokcho?” ucap
si pasien
“Bagaimana
kau tahu? Padahal itu rahasia.” Kata Song Hwa. Si pasien mengaku Semua pasien
tahu. Rumor sudah menyebar.
“Permisi,
Dokter... Besok aku operasi. Kudengar sore ini ada tes lagi,tetapi belum
dijelaskan.” Ucap Pasien yang ada dibangsal depan
“Begitu?
Dokternya siapa?” tanya Song Hwa. Dokter Ahn menjawab Dia pasien Dokter Min, penanggung
jawab Dokter Heo.
“Akan
kusampaikan ke penanggung jawabnya.” Kata Song Hwa. Tapi Dokter Ahn tahu kalau
Pasien itu lelah dari pagi karena menjalani angiografi serebral.
“Kau akan
menjalani MRI Navigasi sekali lagi pukul 20.00, Itu proses MRI untuk melihat
posisi dan ukuran tumor lebih tepat. Nanti penanggung jawab akan kemari,
menerangkan lebih jelas sambil minta surat persetujuan.” Ucap Dokter Ahn. Si
pasien pun mengucapkan Terima kasih.
“Selain
itu, Dokter Heo Seon-bin sedang ikut operasi Dokter Min Gi-jun. Dia pasti akan
jelaskan usai operasi.” Kata Dokter Ahn memberitahu Song Hwa.
“Baiklah.
Aku tidak salah paham.” Kata Song Hwa tersenyum melihat Dokter Ahn yang
perhatian dengan pasien lainya.
Jun Wan
berada dalam ruangan operasi meminat agar menyedot karena Sama sekali tak
terlihat. Dokter memberitahu kalau Tekanan darah 50. Jun Wan memberitahu kalalu
Banyak darah jadi meminta tolong atur transfusi dan waktu operasi sudah
berjalan dua jam.
Ik Jun
melihat pasienya yang sedang puas akarean harus operasi. Istri Pasienya bingung
melihat Ik Jun datang padahal sedang sibuk. Ik Jun menyuruh pasienya agar
Berbaring saja ditemani sang istri lalu memberitahu kalau Besok akan menjalani embolisasi.
“Halo,
Dong-ju. Pukul berapa tindakannya?” tanya Ik Jun. Istri menjawab Pukul 14.00.
“Berarti
waktu puasamu lebih lama. Bilang kalau tidak sanggup. Biar kucari tahu apa bisa
dipercepat.” Kata Ik Jun.
“Tidak
perlu, Dokter. Lagi pula, akhir-akhir ini, aku tidak selera makan. Tidak apa.”
Kata Pasien
“Besok
pagi aku ada satu operasi. Operasi takkan lama. Jika sempat, setelah operasi,
aku akan berkunjung. Embolisasi adalah pengobatan pengganti operasi untuk lever
yang tak berfungsi baik, tetapi sulit dioperasi.” Jelas Ik Jun
“Penyakitmu
sulit sembuh dengan embolisasi, tetapi itu bisa dilakukan sembari menunggu
donor lever. Jangan khawatir. Istirahatlah malam ini.”pinta Ik Jun. Keduanya
menganguk mengerti.
Suk Hyun
membuka kotak pizza, Ik Jun datang mengeluarkan semua isi kantongnya sambil
berkata kalau mereka yang menghabiskan seluruh kola di Korea. Song Hwa sibuk
membereskan buku-buknya ,Ik Jun menyuruh agar membiarkan saja. Karena Lehernya
sakit jadi akan membantu merapihkan
“Barangku
tidak banyak. Aku hanya bawa beberapa yang diperlukan.” Ucap Song Hwa. Ik Jun
meminta agar Song Hwa duduk.
“Luar
biasa. Kita baru makan malam sekarang... Astaga.”ucap Ik Jun melihat sudah jam
10 malam.
“Apa
Jun-wan bergadang hari ini?”tanya Suk Hyung. Ik Jun pikir speeti itu dan Mungkin
selesai dini hari.
Song Hwa
mencoba makan spaghetii dengan penyanggal leher dan terlihat sangat kesusahan.
Ik Jun seperti ingin membantu tapi menahan dirinya. Semenatara Di ruangan Jun
Wan berhenti sejenak dan terlihat waktu operasi sudah berjalan 6 jam.
“Infeksinya
parah. Aku tidak yakin ini berhasil.” Ucap Jun wan dan meminta Forsep.
Suk Hyung
ingin tahu keberadan Jung Won. Ik Jun menjawab
Unit Perawatan Intensif Pediatri karena Itu rumahnya. Song Hwa
memastikan kalau Ik Jun sudah sisakan satu risotto Jung Won. Ik Jun menganguk.
Di
ruangan PICU, Jung Won memastikan keadaan Ji Hyeon dan saat itu keluarganya berkerumun ingin melihat dari
depan pintu. Akhirnya Jung Won keluar ruangan memberitahu kalau Kadar
hemoglobin tidak menurun dan tidak ada pendarahan. Kondisinya baik.
“Besok
dia bisa pindah ke kamar biasa.” Kata Jung Won. Semua pun langsung mengucap
syukur.
“Saat di
kamar biasa nanti, Ji-hyeon akan dipindai CT di hari ketujuh setelah operasi, lalu
dipantau satu atau dua hari lagi. Setelah itu dia bisa pulang jika kondisi
baik.” Jelas Jung Won. Mereka pun langsung mengucapkan terimakasih
“Aku
pamit.” Kata Jung Won, Ibu Ji Hyeon memanggil Jung Won bertanya Kapan Jung Won
tidur karena sudah empat hari ada di sini.
“Kulihat
kau selalu ada di sini setiap pagi dan malam. Terima kasih, Dokter. Berkat
dirimu, Ji-hyeon bisa selamat.” Ucap Ibu Ji Yeon berkaca-kaca.
“Tidak.
Aku lebih berterima kasih karena Ji-hyeon pulih. Permisi.” Kata Jung Won
mencoba menahan haru.
Semua
keluarga Ji Hyeon langsung berkomentar kalau Jung Won itu dokter yang baik.
Jung Won
akhirya makan dengan senyuman. Song Hwa melihatnya p berkomentar kalau Pasienya
pasti membaik. Jung Won membenarkan. Dan bertanya Omong-omong, bagaimana merkea
bisa tahu soal itu. Song Hwa bertanya soal apa itu.
“Bagaimana
kalian bisa tahu pasienku membaik atau memburuk?” kata Jung Won.
“Itu
jelas sekali.” ucap Song Hwa. Jung Won ingi tahu caranya. Song Hwa mengaku
kalau mereka hanya menebak.
“Kalian
memang menakjubkan. Kapan kalian pesan risotto ini? Apa Tadi? Semalam ini? Tapi
ini Masih hangat.” Kata Jung Won.
“Kami
sisakan satu karena pasti kau belum makan malam. Kuhangatkan di toserba.” Kata
Song Hwa.
“Kapan kau
ke Sokcho? Pindah rumah juga?”tanya Jun Won. Song Hwa menjawab Kamis dan Tidak
sampai pindah.
“Aku hanya
akan bawa buku dan beberapa barang penting.” Kata Song Hwa. Jung Won tahu
Apartemennya depan laut.
“Aku boleh sering main, 'kan? Astaga, itu
rumah idamanku.” Kata Jung Won bersemangat. Song Hwa tahu kalau Jung Won pasti
suka.
“Ik-jun
juga pergi Kamis, 'kan? Dia pergi hadiri konferensi, 'kan?” kata Jung won. Song
Hwa membenarkan.
“Omong-omong,
Jung-won. Ah... sudah Lupakan.” Kata Song Hwa guggup.
Jun
Wan melihat kalau sudah 12 jam operasi
dan Sudah menekan sejam pun masih berdarah dan Operasi sudah tak memadai. Ia
pikir Ini mustahil jadi lebih baik beri kasa steril saja dahulu. Akhirnya
mereka membawa ke ruangan ICU.
“Bagian
terinfeksi sudah diangkat dan diganti pembuluh darah sintesis, tetapi
pendarahannya banyak. Kami hambat dengan kasa steril. Kami hendak menanganinya secara
maksimal di Ruang Operasi, tetapi darah banyak hilang karena sulit membeku.”
Jelas Jun Wan.
“Kini dia
diberi antihemoragik di Unit Perawatan Intensif, tetapi darah mungkin sulit
dihentikan. Untuk sementara, harus dipantau dahulu.” Jelas Jun Wan
“Sesuaikan
kadar eritrosit dan FFP. Segera hubungi aku jika masih pendarahan.”pesan Jun
Wan pada Dokter Do.
Akhirnya
Jun Wan yang kelelahan pun tertidur diruangan dengan sangat pulas.
Pagi hari
pun datang, Seorang perawat memanggil Bu Choi Ji-eun dilorongm memintanya untuk
masuk. Seorang wanita hamil besar mengeluh kalau sudah menunggu lama sekali,
bahkan menunggu sejam lebih. Perawat
meminta maaf karena Hari ini pun banyak pasien.
“Aku
harus menunggu lama setiap kali datang.” Keluh si ibu. Pasien lain pun keluar akan berjumpa pekan
depan.
“Selamat
siang.. Kau terakhir kemari sebulan lalu.” Kata Suk Hyung menyapa pasienya.
“Dokter,
pasien hari ini banyak sekali. Aku menunggu lama sekali. Aku selalu menunggu
setiap kemari.” Keluh Ibu Choi
“Maaf.
Jadwal praktikku hanya tiga kali sepekan. Aku sudah lihat hasil tes diabetes
kehamilan waktu itu.”kata Suk Hyung
“Pasien
Dokter Yang memang biasa sebanyak ini. Ini lebih sedikit daripada pekan lalu.” Ucap
dokter Chu.
“Dokter
Chu Min-ha. ..Bisa tolong carikan hasil USG pasien pekan lalu?” kaat Suk Hyung
seperti yak ingin dibela oleh juniornya.
Perawat keluar
dari ruangan operasi, Ik Jun melihatnay bertanya Kenapa? Ada masalah. Perawat
memberitahu kalau Penerimanya gagal jantung saat akan hepatektomi donor mati otak
lalu Tim Bedah Torakoplastik sibuk pasang paru-paru buatan.
“Dokter
Kwon Sun-jeong minta aku menghubungi KONOS untuk lapor tak bisa transplantasi. Maka
harus cepat cari penerima baru.” Kata Perawat
“Organnya
sudah tiba di sini?” tanya Ik Jun. Perawat membenarkan.
“Halo,
aku Ham Deok-ju, Koordinator Transplantasi Yulje. Operasi tidak memungkinkan karena
penerima mendadak gagal jantung. Kurasa KONOS harus memilih penerima baru. Baik. Tolong segera hubungi aku.” Ucap Dokter
Ham
“KONOS
akan coba hubungi penunggu pertama dan mengabariku. Aku tidak yakin bisa karena
waktu tertunda terlalu lama.” Ucap Dokter Ham
“Sudah
berapa lama lever donor diangkat?” tanya Ik Ju. Dokter Ham menjawab Lebih dari
delapan jam.
Jun Wan
akhirnya melihat kembali keadaan pasien merasa tak ada yang berubah lalu memastikan
pada Dokter Do kalau wali pasien ada di luar,
Dokter Do membenarka. Ik Jun pikir kalau mereka beri tahu.
“Kami
menanti darah membeku di Unit Perawatan Intensif dengan bantuan obat
antihemoragik. Namun, setelah lima jam, pendarahan belum berhenti. Meski dibawa
kembali ke Ruang Operasi, saat ini tak ada yang bisa dilakukan selain ganti
kasa dalam dada.” Jelas Jun Wan
“Kurasa
tak ada jalan lain... Maafkan aku.” Kata Jun Wan. Sang ibu yang sudah tua
menahan rasa sedihnya meminta izin agar
boleh melihat putranya.
“Tolong...
izinkan kami... melihat putra kami untuk terakhir kalinya.” Kata Sang ibu. Jun
Wan seperti tak tega melihatya.
Song Hwa
menerima kabar dari Dokter Ahn “Pasien wanita 48 tahun, pendarahan subaraknoid.
Dia koma, semua pupil terbuka, >tak bisa napas spontan, motorik nihil.
Akhirnya Song Hwa melihat di IGD menurutya Tidak ada gunanya operasi karena
pasien koma.
“Beri dopamin
jika tekanan darah turun.” Kata Song Hwa. Dokter Ahn menganguk mengerti.
Dokter
Ham kembali masuk ruangan, memberitahu Ik Jun kalau Pasien tunggu pertama KONOS
tinggal jauh dari Seoul, jadi, mustahil melihat jangka waktunya Dan dokter
pasien berikutnya dalam antrean sudah menyerah.
“Waktu
iskemia diperpanjang, akan terlalu lama untuk cari penerima baru. KONOS minta
kita cari penerima di sini, lalu kabari mereka Maka akan disetujui.” Kata Dokter
Ham sibuk mencari kontak diponselnya
“Halo,
aku Koordinator Transplantasi Pusat Medis Yulje. Dengan Bu Um Ji-seon?”
ucap Dokter Ham
Di luar
ruangan, perawat memanggil “ Ibu Jang Seul-gi!” beberapa kali. Wanita dengan
perut yang sudah membesar pun jalan perlahan. Perawat memberitahu kalau aia pasien
selanjutnya jadi Silakan menunggu di depan sini.
“Kenapa pasien
sebelum aku lama sekali? Banyak pasien menunggu.” Keluh ibu Jang.
“Maaf. Janji
temu dokter mungkin lama karena banyak yang harus dijelaskan. Mohon tunggu
sebentar.” Ucap Perawat
“Aku
sudah lama lakukan USG. Kenapa belum masuk juga?”keluh seoran ibu yang datang
dengan suaminya
“Bu Han
Seung-hui, ya? Masih lima orang lagi. Mohon tunggu sebentar.”ucap perawat.
“Berapa
lama harus menunggu lagi? Lantas, apa gunanya reservasi?” ucap Nyonya Han
mengeluh
“Maaf... Sistem
rawat jalan kami hanya bisa reservasi dua orang per sepuluh menit. Sistem kami
hanya bisa menerima reservasi seperti itu. Selain itu, seperti kau tahu, pasien
Dokter Yang banyak. Maaf kami membuatmu menunggu setiap saat. Mohon
pengertiannya.”ucap perawat ramah.
“Tidak
demam, 'kan? Segera kabari aku setelah hasil rontgen keluar.” Ucap Ik Jun
menutup telpnya lalu bertanya Apa golongan darah donor?
“Golongan
darah A. Urutan pasien kedua di sini, Kim Yeong-jae, tinggal di Geochang. Lever
sulit bertahan walau kita bersiap saat dia dalam perjalanan.” Kata Dokter Ham
“Lantas,
Moon Jeong-hwa?”tanya Ik Jun. Dokter Ham menjawab Dia ingin menunggu dahulu.
“Dia
belum mau segera operasikarena kondisinya membaik. Golongan darah Yu Dong-jin
tidak cocok.” Kata Dokter Ham
“Jadi...
Golongan darah A! Ada pasien golongan darah A di sini.” Kata Ik Jun. Dokter Ham
menjawab Lee Chang-hak. Ik Jun mengingat kalau Golongan darahnya A lalu
bergegas pergi.
Ibu
pasien menemui anaknya yang sudah tak ada harapan hidup lagi, mengeluarkan baju
saat masih bayi lalu memberitahu Jung-min kalau Dahulu sekecil ini dan
bertanya-tanya Kapan bisa tumbuh sebesar ini, Dokter Do melihatnya mencoba
untuk menahan diri agar tak menangis.
“Jung-min...
Ini milikmu... Ibu dan ayah menyimpannya sampai saat ini karena kami sangat
menyayangimu. Kini kau yang simpan... Putraku... Ibu... masih belum siap. Maka,
jangan pergi tinggalkan ibu dan ayah.” Ucap Ibu sambil terus memanggil anaknya.
“Jung-min...
Ibu dan ayah sangat menyayangimu. Berjanjilah, jangan tinggalkan kami.”kata
Sang Ibu.
Suk Hyung
bertemu pasien lain menanyakan kabar dan akan bertemu dua pekan lalu dan ingin
tahu apakah Gerakan bayinya baik. Sang ibu mengaku Rasanya tidak bergerak sejak
dua hari lalu dan berpkir Apa tidak terasa karena bergerak saat tidur
“Ini
Tidak apa, 'kan? Kubaca di internet, hal itu bisa terjadi di bulan akhir.” Kata
Ibu Pasien, sementara Suk Hyung terlihat gugup.
“Mari
kita lihat pergerakan bayi.” Kata Suk Hyung lalu mengoleskan jel pada alatnya
dan melihat dari USG.
Wajahnya terlihat
tegang begitu juga sang ibu ingin tahu keadaan bayinya.
Jun Wan
menatap pasien terlihat sangat frustasi, Dokter Do pun menyaranakn Bagaimana kalau mencoba lagi
dengan cara dari depan jadi bisa pakai arteri sintesis untuk memirau aorta
asendens dan desenden. lalu kita ligasi dari atas ke bawah.
“Apa Bisa
terisolasi?” kata Dokter Do. Jun Wan bertanya Tanda vital?
“Tekanan
darah stabil usai diberi 0,05 mg epinefrina dan 0,1 mg norepinefrin.
“Apa
Urine keluar?” kata Jun Wan. Dokter Do menjawab Lancar dengan 5 mg Lasix. Keluar
100 ml lebih per jam.
“Kita
coba. Minta buka Ruang Operasi lagi.” Ucap Jun Wan. Dokter Do pun menganguk
mengerti.
Suk Hyung
memberitahu pasienya perlahan mengaku sudah periksa berulang kali dan Sepertinya
jantung bayi tidak berdegup. Sang biu kaget memastikan kalau bayinya meninggal,
Suk Hyung membenarkan. Sang ibu mulai menangis.
“Kurasa
jantungnya terhenti di dalam rahim. Belum tahu apa penyebabnya. Baru bisa kami
pastikan setelah bayi dikeluarkan.” Ucap Suk Hyung
“Dokter...
Tidak... Dokter! Tidak... Dokter... Bayiku...” jerit Pasien histeris harus
kehilangan bayinya.
Tuan Lee
akhirnya masuk ruangan operasi wajahnya terlihat gugup, Dokter memberitahu
aklau Anestesi dimulai jadi memintaa agar Bernapaslah dengan santai dan Jangan
tegang. Dokter Lee pun tertidur setelah mengunakan alat bantu nafas.
“Waktu
iskemia sudah berapa lama?” tanya Ik Jun masuk ruangan operasi.
“Sekitar
sepuluh jam. Hasil biopsi dan kondisi lever baik.”kata dokter lain
“Kita
lakukan dengan cepat. Minta pisau bedah.” Ucap Ik Jun dengan cepat berada
disamping Tuan Lee.
Di depan
ruangan terlihat pengumuman [ MOHON MAAF ATAS KETERLAMBATANNYA] Ibu pasien sedikit berhenti menangis meminta
maaf pada Suk Hyung, Suk Hyung pikir tak masalah dan meminta agar tak
memperdulikan mereka sambil memberikan tissue.
“Tenangkan
dirimu perlahan.. Tidak perlu buru-buru keluar. Kami tidak apa.” Ucap Suk
Hyung. Sang ibu pun kembali menangis dan meminta maaf.
“Perlu
kuberi tahu pasien di luar bahwa komputer kita rusak?” kata dokter Chu. Suk
Hyung mengaku Tidak perlu.
Saat itu
suami Nyonya Han mengeluh karena lama sekali. Saat itu istrinya menahan
suaminya seperti bisa tahu yang terjadi didalam. Mereka pun semua ibu hamil
bisa merasakanya dan langsung memegang perut mereka.
Song Hwa
melihat papan didepan tempat tidur [NAMA: BAEK SEON-JEONG -UMUR: 48 TAHUN] yang
tak sadarkan diri. Ia mengaku turut prihatin karena Terjadi pendarahan otak dan
pembengkakan parah jadi Kondisinya buruk sampai bahan kontras tidak naik.
“Saat ini
pasien tak bisa bernapas spontan, bergerak, bahkan tak sadarkan diri. Menurut
dugaanku, pasien mati otak. Kemungkinan besar dia akan wafat dalam satu atau
dua pekan.” Kata Song Hwa
Sang anak
langsung menangis lalu memeluk ayahnya, keduanya pun hanya bisa menangis. Song
Hwa dkk pun ikut sedih karena harus memberikan keadaan pasien yang tak bisa
diselamatkan.
***
Bersambung
ke part 3
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar