PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Sabtu, 16 Mei 2020

Sinopsis Hospital Playlist Episode 10 Part 1

PS : All images credit and content copyright : TVN
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe bulan ini 
Jun Won kaget mendengar Ik-jun datang Jauh-jauh ke Inje. Ik Sun di telp membenarkan kalau kakaknya datang bahkan memberi uang saku. Jun Wan pikir itu Tumben sekal dan tak biasanya begitu. Ik Sun mengaku langsung menangis haru.
“Kami berdua tidak pernah mengucapkan kata "terima kasih" atau "maaf". Kata Ik Sun
“Aku paham. Aku dan adikku juga sama. Astaga, tampaknya Ik-jun pun mulai menua.” Komentar Jun Wan
“Omong-omong, kau sudah berangkat?” tanya Ik Sun. Jun Wan membenarkan kalau baru saja berangkat.
“Nanti kuhubungi lagi di tempat istirahat. Sampai jumpa nanti.” kata Jun Wan lalu menutup telpnya. 

Dokter Ahn menunggu dengan gugup lalu tersenyum saat melihat Song Hwa akhirnya datang. Song Hwa pun tersenyum lalu melihat menu yang menurutnya semua tampak enak dan bertanya-tanya mereka harus makan apa. Tapi Dokter Ahn terus menatap ke arahnya.
“Ada apa?” tanya Song Hwa heran. Dokter Ahn memberitahu  Ada rambut di baju Song Hwa lalu mengambilnya. Song Hwa terlihat sedikit gugup.
“Apa Kau harus terus makan obat?” tanya Song Hwa mencoba untuk tetap santai.
“Ya. Satu tablet obat pereda sakit per hari.” Kata Dokter Ahn. Song Wha memuji kalau itu Luar biasa.
“Beberapa tahun ini, Apa kau bertahan seperti itu?” tanya Song Hwa. Dokter Ah pikir Kini baik-baik saja.
“Aku hanya tak mampu olahraga berat seperti Ik-sun, tetapi sehari-hari tak masalah. Aku minum obat karena ada rasa sakit kronis, tetapi tidak terlalu sakit.” Ucap Dokter Ahn yakin
“Bertahanlah setahun lagi. Pengalamanmu selama ini harus diselesaikan dan mendapat gelar.” Kata Song Hwa. Dokter Ahn menganguk mengerti.
“Aku akan selalu mengikutimu.” Kata Dokter Ahn. Saat itu pelayan datang. Song Hwa pun bertanya Apa yang enak di sini
“Bila suka daging, ada pasta krim has dalam, dan bila suka aglio olio, ada pasta ikan pollock.” Ucap Pelayan.
Saat itu seseorang datang, Dokter Ahn mengeluh Kenapa dia tepat waktu lalu melambaikan tangan pada Dokter Yong yang baru datang. 


Dokter Heo dan Dokter Yong pun ikut datang untuk makan bersama tim. Dokter Yong berkomentar kalau Kecepatan makan Song Hwa jauh melambat karena Biasanya sudah makan makanan penutup. Song Hwa mengaku Ini lebih cepat tapi sedang coba mengontrol.
“Makanan di sini enak. Senang bisa makan di luar sesekali. Seok-min, kau mulai fokus belajar, 'kan? Sebentar lagi ujian.” Ucap Song Hwa.
“Ya, aku mulai pekan depan. Dokter Chae, kau pasti akan merasa kesepian tanpaku. Aku akan sering mampir.” Kata Dokter Yong mengoda.
“Tempat belajarmu di mana? Apa Kami boleh berkunjung?” ucap Dokter Heo
“Itu tempat belajar! Untuk apa berkunjung ke tempat belajar? Biar aku yang berkunjung. Astaga... Seon-bin-ku, tak ada yang menyiksamu saat aku tak ada. Kau pasti bosan.” Ejek Dokter Yong.
“"Seon-bin-ku"? Apa Kau menyebutnya "Seon-bin-ku"?” kata Song Hwa tak percaya mendengarnya.
“Ahn Chi-hong-ku... Heo Seon-bin-ku. Dokter Chae-ku... Apa lagi? Pastaku.” Ucap Dokter Yong membela diri
“Aku makin curiga karena membantah keras. Apa Kalian sungguh tak ada hubungan?” kata Dokter Ahn curiga. Dokter Yong mengeluh kalau Tidak ada.
“Dokter, mau pesan makanan penutup?” kata Dokter Heo. Song Hwa yakin kalau Dokter Heo mengalihkan pembicaraan.
“Sungguh tidak, Dokter. Kau anggap aku apa?” keluh Dokter Heo yang tak mungkin dengan Dokter Yong
“Hei, memang aku kenapa?” keluh Dokter Yong. Dokter Heo pun memuji “ Pak Kepala-ku, yang sangat luar biasa.
“Mana mungkin aku mengincarmu?” kata Dokter Heo. Song Hwa pun tak percaya mendengar kata "Pak Kepala-ku". Dokter Yong langsung tersedak
“Konon batuk dan cinta tak dapat disembunyikan. Kini terucap natural. Pasti ada sesuatu terjadi. Memang kenapa jika kalian pacaran?  Dokter, apa kita dilarang memacari rekan kantor? ” Ucap Dokter Ahn.
“Kenapa tidak? Aku amat mendukung. Bagus kita bisa saling mendukung di saat sulit.” Kata Song Hwa.
“Baiklah.. Aku berpacaran dengan Seon-bin. Seon-bin, kita berpacaran, 'kan? Kita ketahuan.” Ucap Dokter Yong  
“Sungguh mustahil... Siapa yang percaya itu?” ejek Song Hwa. Keduanya pun tak bisa berkata-kata lagi
“Dokter Yong, apa yang harus kita lakukan di situasi seperti ini?”tanya Dokter Ho. Dokter Yong pikir tak ada lagi yaitu harus memesan makanan penutup.

Di dalam mobil, Jun Wan kaget bertanya Apa nama perkumpulannya? "Aku Gosu" dan berpikir kalau artinya Master. Ik Sun membenarkan kalau mereka berkumpul minimal sebulan sekali, dan sudah tak sanggup lagi.
“Mereka sangat penasaran dan minta aku mengajakmu hari ini. Kita mampir makan malam sebentar saja, ya?” ucap Ik Sun
“Ada apa denganmu, Ik-sun? Ternyata kau ingin mengenalku sampai sisi tergelap.” Keluh Jun Wan.
“Tidak. Mereka semua sangat baik dan lemah lembut.” Ucap Ik Sun menyakinkan.
“Namun, mereka pasti ahli bela diri tingkat empat atau lima. Ik-sun, taekwondo-ku saja hanya sabuk oranye. Sama dengan U-ju.” Keluh Jun Wan.
“Tapi Baiklah. Kita pergi bersama. Aku harus ikut jika pacarku yang minta.”ucap Jun Wan akhirnya setuju. 


Jun Wan masuk ke dalam restoran hanya bisa melonggo semua menu makanan diatas meja diberikan daun, lalu memastikan aklau mereka tak perlu makan semua ini. Ik Sun hanya terdiam saja. Salah satu peria akhirnya menyapa Jun Wan.
“Halo, Dokter. Aku merasa terhormat bisa bertemu denganmu.” Ucap senior Ik Sun.
“Tidak. Terima kasih sudah mengundangku.” Kata Jung Wan. Ik Sun mengadu kalau piri itu adalah Kapten Hong yang waktu itu membuat masalah.
“Dokter, kebiasaanku berubah total setelah kejadian itu. Malam itu Mayor Lee memarahiku habis-habisan dan...” ucap Kapten Hong dan akhirnya Ik Sun mulai berteriak agar tak membahasnya lagi.
“Benar! Aku baru ingat. Ini...hadiah sebagai bentuk permintaan maafku.” Ucap Kapten Hong. Jun Wan bingung diberikan tanaman yang kecil-kecil
“Ini Gosu. Daun Ketumbar.” Ucap Kapten Hong. Jun Wan pun terpaksa menerimanya. 


Ik Jun mengajak makan sandwich dengan U Ju tersenyum bahagia melihat anaknya makan dengan Lahap sekali. Ia pun memberikan minum agar U Ju tak tersedak.
“Kau bilang ingin tonkatsu. Apa Kau lebih ingin makan ini? Ayah ingin coba ikan pollock mayones segigit saja” kata Ik Jun.
“Makan punya Ayah saja.” Ucap U Ju yang tak mau berbagi. Ik Jun pun menawarkan anaknya yang mau coba sandwich miliknya.
“Aku sudah makan itu kemarin.” Ucap U Ju. Ik Jun kaget bertanya Dengan siapa karena tak mengetahuinya.
“Aku pelanggan di sini.” Kata U Ju. Ik Jun tak percaya anaknya bisa mengatakan "Pelanggan" dan memuji kalau lihat kemampuan diksi putraya hebat.
“Dengan siapa kau ke sini kemarin?” tanya Ik Jun penasaran. U Ju dengan santai menjawab “Mo-ne dan ibu mertua.”
“Kau bilang "Ibu mertua"? U-ju, kau tahu arti "ibu mertua"?” tanya Ik Jun tak bisa menahan tawa dengan tingkah anaknya.
“Ya.. Ibu dari istri.” Ucap U Ju. Ik Jun benar-benar tak percaya mendenagrnya merasa bahagia karena melahirkan seorang genius
“Ayah... Aku ingin makan satu roti lapis lagi.” Kata U Ju. Ik Jun pikir Punya anaknya itu masih tersisa setengah.
“Tolong belikan satu lagi.” Rengek U Ju. Ik Jun meminta agar U Ju memberikan ageyonya. U Ju langsung memberikan kedipan matanya. Ik Jun pun merasakan jantungnya berdegup dengan kencang.


Song Hwa sedang memijat punggungnya, Ik Jun datang meminta agar Song Hwa memesan makanan yang dimau apa saja. Song Hwa menjwab tonkatsu<, udon, albap, dan naeng-momil, lalu bertanya apakah  Yang lain bisa ikut makan juga.
“Aku tak bilang apa-apa. Pesan saja.” Ucap Ik Jun. Song Hwa heran melhat temanya yang hanya diam didepan pintu dan menyuruhnya masuk.
“Tunggu Sebentar.” Kata Ik Jun lalu kelaur dari ruangan Song Hwa. 

Jun Wan menelp Ik Sun bertanya sedang tidur karean Kenapa suaranya parau. Ia pun khawatir kalau Ik Sun terserang flu karena Suaranya senga lalu meminta harus hati-hati saat pancaroba seperti ini.
“Apa Kau Sudah makan siang? Baiklah. Aku takkan lupa makan.” Ucap Jun Wan lalu menutup telp sambil berkata “Aku sayang kau.” 

Saat itu Ik Jun datang memanggil temanya, Jun Wan kaget sampai membuat ponselnya terlempar lalu mengumpat mrah kalau Ketuk pintu dulu. Ik Jun membalas sudah mengetuknya. Jun Wan pun merasa mungkin tak mendengar lalu bertanya ada apa.
“Aku tak mengetuk. Kenapa aku harus mengetuk ruanganmu?” ucap Ik Jun. Jung Wan hanya bisa menghela nafas dengan tingkah calon kakak iparnya.
“Minta kontak Malaikat Penolong dari Pusat Medis Kangwoon. Apa dia bisa menolong pasien rumah sakit lain?” kata Ik Jun
“Ya. Aku pernah minta bantuan beberapa waktu lalu. Kurasa belakangan dia banyak uang, karean Transfernya cepat sekali.” kata Jun Wan yang sudah mengirim pesan pada Ik Jun.
“Tim Pelayanan Sosial Pusat Medis Kangwoon, Hyeon Jeong-mi. Dia hanya bicara dengan Jeong-mi. Telepon saja. Pasti dibantu.” Kata Jun wan. Ik Jun pun melangkah pergi.
Jun Wan bertanya apakah Pasien darurat. Ik Jun mengaku bukan tapiDia sudah lama dirawat inap dan belum bisa pulang karena biaya.
“Kurasa dia coba pinjam uang berbunga tinggi. Dia kakek sebatang kara, tetapi rumah kecil kakek itu atas nama dirinya. Ini Tidak masuk kriteria Tim Pelayanan Sosial. Agak rumit. Aku ingin bertanya dahulu apa bisa dibantu.” Kata Ik Jun. Jun Wan mengerti
“Apa aku sudah makan siang?” tanya Ik Jun. Jun Wan menjawab ada operasi. Ik Jun pun mengucapkan Selamat bekerja. 


Ik Jun menelp Jeong Mi memberitahu pasienya Pria 78 tahun, menjalani operasi hemihepatektomi kanan karena kanker lever, dan dirawat lama karena fungsi levernya belum pulih. Jeong Mi menjawab Akan mencatat kondisinya, lalu kirim pesan kepada Malaikat Penolong.
“Biasanya segera dibalas bila tak ada masalah. Mungkin sekitar 30 menit.” Ucap Jeong Mi
“Baik. Terima kasih. Omong-omong, apa Malaikat Penolong itu dokter? Dia menanyakan kasus pasien secara rinci.” Komentar Ik Jun penasaran.
“Aku pun tak tahu. Namun, kurasa dia cukup paham ilmu kedokteran. Dia selalu menanyakan data pribadi dan kondisi terperinci pasien. Nanti segera kuhubungi lagi.” Ucap Jeong Mi. Ik Jung mengerti dan mengucapkanTerima kasih.

Di ruangan, Jung Won duduk sendirian seperti sedang merenungi pilihanya. Ia memegang kalung untuk pastur, lalu menaruhnya dalam laci setelah itu melihat kalender “DESEMBER 2019” tertulis TANGGAL 29- BERANGKAT. Ia seperti galau akan berangkat.
Nyonya Jung menelp anaknya dengan gaya manis berkata “”Sedang apa putra bungsuku yang tampan dan baik hati?” Jung Won menjawab Hendak makan siang dengan Song-hwa. Nyonya Jung mendengar nama Song-hwa langsung merasa bahagia.
“Bagus sekali, Nak! Apa ibu perlu ikut?” ucap Nyonya Jung. Jung Wan mengeluh kalau mereka hanya makan makanan pesan antar.
“Selain itu, bukan Song-hwa, Bu. Ibu salah.” Kata Jung Wan. Nyonya Jung mendengar anaknya mengatakan "Bukan Song-hwa"
“Apa Berarti sungguh ada seseorang? Siapa? Segera nikahi dia! Ibu paling suka Song-hwa, tetapi tak masalah siapa pun itu.” Kata Nyonya Jung penuh semangat.
“Tidak ada. Aku hanya salah bicara... Salah berucap...Bu, akhir pekan ini aku ke Yangpyeong. Tolong buatkan mi.” Ucap Jung Won.
“Akhir pekan ini aku hendak jalan-jalan dengan Jong-su. Pekan depan saja. Namun, aku takkan menerimamu jika berniat membicarakan hal itu.” Tegas Nyonya Jung
“Kita bicarakan nanti. Selamat makan dengan Direktur Ju. “ kata Jung Won. 



Ik Jun sibuk membuka makanan dengan nusuk penutupnya mengunakan sumpit. Song Hwa bertanya apakah sudah ajak yang lain. Ik Jun menjawab dengan cepat kalau Suk-hyung ada pasien, Jun-wan operasi, Jung-won semenit lagi.
“Hei, kudengar Suk-hyung populer di kalangan ibu hamil.” Ucap Song Hwa membahasnya.
“Apa? Mustahil!” ucap Ik Jun tak percaya. Song Hwa yakin Suk Hyung  hanya bersikap begitu kepada mereka.
“Ipar juniorku berobat kepada Suk-hyung, dan katanya dia begitu ramah.” Kata Song Hwa. Ik Jun mengeluh tidak percaya sama sekali.
“Astaga! Kau membuatku gelisah! Aku ingin memukulimu, tetapi tak bisa.” Keluh Song Hwa melihat cara Ik Jun membuka plastik dengan sumpit lalu memberikan pisau kecil kalau bisa mengunaknya.
“Kau kacau begini mirip siapa?” ejek Song Hwa. Ik Jun menjawab Itu karena ia mirip U-ju. Song Hwa langsung memukulnya. Ik Jun pun mempersilahkan makan lebih dulu.
“Tunggu Sebentar.” Kata Ik Jun memberhentikan Song Hwa makan. Song Hwa bingung ada apa. Ik Jun menghitung mundur dari tiga lalu pintu terbuka.
“Apa Makanan sudah datang? Kalian pesan banyak.” Kata Jung Won masuk ruangan sambil membuka jas dokternya.
“Kau datang tepat semenit. Aku merinding!” ucap Ik Jun. Song Hwa pikir Ik Jun lebih hebat dan berpikir seperti Bionic Woman
“Yang lain mana?” tanya Jun Wan. Ik Jun menjawab dengan cepat Suk-hyung ada pasien, Jun-wan operasi,  Jung Won yang butuh semenit. Jung Won hanya bisa terdiam mendengarnya. 



Suk Hyung menerima pasien lagi, menyapanya karean sudah Sebulan  tak jumpa. Si ibu pun duduk dengan suamin yang berdiri disampingnya. Suk Hyung memberitahu Penumpukan darah sudah sepenuhnya hilan dan memastikan kalau Tadi pagi sudah menjalani USG terperinci.
“Rata-rata panjang leher rahim adalah tiga sentimeter, dan biasanya panjang kurang dari 2,5 cm di pekan ini dianggap pendek. Sementara leher rahimmu sangat pendek, kurang dari satu sentimeter.” Ucap Suk Hyung dengan nada lembut.
“Menurut hasil pemeriksaan, leher rahim sedikit terbuka. Kondisi ini... kemungkinan besar dapat mengakibatkan kelahiran prematur.” Jelas Suk Hyung
“Lalu bagaimana, Dokter?” tanya Pasien yang mulai menangis. Suk Hyung mengaku Tidak apa dan Masih baik-baik saja.
“Untunglah kau bisa operasi. Kau tak perlu terlampau cemas. Ada yang dinamakan prosedur ikat serviks, atau lebih dikenal dengan nama operasi McDonald, yaitu operasi pengikatan mulut rahim yang memendek agar tidak terbuka kembali.” jelas Suk Hyung
“Kau harus dirawat sekarang dan segera operasi. Durasi operasi sekitar 30 menit, dan bila tidak ada infeksi di dalam rahim selepas operasi, kau boleh pulang setelah dipantau dua hari. Perawat akan menjelaskan dengan baik prosedur rawat inap.” Ucap Suk Hyung. Sipasien masih terus menangis.
“Kasus ini sering terjadi. Bukan hanya kau yang mengalaminya.Jangan khawatir.” Kata Suk Hyung menenangkan. Dokter Chae pun tak tega melihatnya.
“Kali ini kami takkan kehilangan bayi kami lagi, Dokter? Bagaimana ini, Sayang?” kata pasien panik. suaminya menenangkan agar tak berkata yang tidak-tidak.
“ Ya, jangan bicara begitu. Aku akan berusaha semaksimal mungkin. Kali ini, kita. harus menjaga bayi ini. Pertama-tama, kau harus menjalani operasi hari ini, dan istirahat total di rumah untuk sementara waktu.” Jelas Suk Hyung
“Rawat jalan selanjutnya, sepekan setelah kau keluar rumah sakit. Saat itu, kita akan periksa apa panjang serviks terjaga dengan baik.” Kata Suk Hyung, Si pasien makin keras menangisnya.
“Astaga. Jangan khawatir... Kau harus memikirkan hal baik demi kebaikan bayimu.” Pesan Suk Hyung pada sang ibu dengan memberikan tissue kembali. 



Di ruangan, Song Hwa makan bersama membahas Dokter Cheon gagal menikah. Jung Wan pun mendengarnya  Menurut Direktur Ju, putri itu menolak ibunya menikahkannya. Ik Jun pikir Putrinya sungguh penyelamat.
“Hei... Pelan-pelan.” Keluh Ik Jun melihat cara makan Song Hwa yang sangat cepat.
“Baiklah. Aku makan perlahan.. Ini karena tiga kakak lelakiku!” keluh Song Hwa. 

Di ruang rawat. Dokter Do menjelaskan Pasien menanti donor jantung karena kardiomiopati dilatasi.. Dokter Chae memotong kalau sudah tahu karena pasien itu dirawat dua bulan lebih dan Penjelasan Dokter Do itu  panjang sekali.
“Konsumsi dan ekskresi kemarin berapa?” tanya Dokter Chae. Dokter Do menjawab Kemarin urinenya 600 mililiter.
“Kalium berapa?” tanya Dokter Chae. Dokter Do menjawab Enam. Dokter Cahe menyuruh agar Beri injeksi Lasix dan pantau terus, lalu beri infus insulin.
“Lasix? Apa bisa tak pakai diuretik? Lagi pula, aku sulit pulih, 'kan?” ucap si pasien dingin
“Pak, jika urine yang keluar sedikit, jantungmu bisa membengkak, lalu sesak napas. Hari ini kadar kaliummu pun tinggi. Mustahil tak pakai diuretik.” Jelas Dokter Do
“Bagaimanapun, aku tetap tak bisa hidup. Berhenti menyiksaku. Aku tidak mau injeksi Lasix.” Kata Si pasien. Dokter Chae pun tak maksa terserah pada pasien maunya apa. 


Song Hwa pikir  rumor Dokter Cheon Myeong-tae jelek, tetapi merasa heran kenapa tak ada keluhan. Ik Jun pikir itu sudah jelas, kalau Dokter Chae itu hanya peduli uang dan bertanya Menurut mereka, kenapa diajadi Kepala Pelayanan dan Jawabannya sudah jelas.
Dokter Chae masuk ke ruangan mengetik ke bagian ADMINISTRASI dengan nama “POLLACK1000” terlihat pengaduan “PENGOBATAN KONYOL DOKTER CHEON MYEONG-TAE” Ia pun dengan santai langsung menghapusnya karena namanya tak mau jelek. 

Jung Won memakan obat sambil memegang kepalanya. Song Hwa bertanya apakah sakit sekali. Jung Won mengaku Sedikit saja lalu mengejek Song Hwa kalau sakit jangan ditahan tapi harus makan obat. Song Hwa membenarkan.
“Kenapa paketku di Kantor Medis? Hei Jung-won, bantu aku. Paketnya agak besar.” Ucap Song Hwa seperti membaca pesan diponselnya. Jung Won pun menganguk setuju.
“Kalian Pergilah. Akan kubereskan. Kali ini kau beli apa?” tanya Ik Jun. Song Hwa menjawab Tungku kayu. Ik Jun melonggo seperti ingin marah.
“Itu Bagus... Lakukan apa pun yang kau mau agar sehat... Ayo Bagus. Bagus sekali.” ucap Jung Won mengajak Song Hwa agar bergegas pergi. 

Nyonya Jung mengemudikan mobilnya sambil mengomel kalau Dokter juga mengatakan hal yang sama kalau Tuan Ju itu harus mengcapkan, jangan dipendam.Ia memintaa agar Tuan Ju ucapkan apa yang ada di benaknya dan jangan pendam di sini.
“Segera ucapkan apa yang ada di otakmu... Paham?” ucap Nyonya Jung terus mengomel.
“Aku paham. Jadi, kumohon lihat ke depan, dan genggam setir dengan erat! Aku tak ingin mati di hari yang sama denganmu!” kata Tuan Ju tak bisa melhat Nyonya Jung terus menatapnya.
“Baik. Aku akan fokus menyetir... Coba Lihat? Betapa senangnya bicara begitu, 'kan? Hatiku terasa lega.” Ucap Nyonya Jung karean bisa mengeluarkan semua emosinya. 

“Omong-omong, Jung-won sungguh ingin berhenti menjadi dokter? Jangan bilang dia juga ingin menjadi pastor?” kata Tuan Ju. Nyonya Jung membenarkan.
“Dia bilang kini dia pun ingin menjadi anak Tuhan... Astaga. Dia bekerja sampai akhir tahun, lalu ke Italia dan masuk seminari karena di Korea ada batas usia. Surat rekomendasi sudah lama diterima, dan kurasa hanya tersisa wawancara formal. Aku merasa kesal.” Keluh Nyonya Jung
“Sebenarnya ada apa dengan semua anakmu? Kenapa? Ada apa dengan mereka? Ini Sulit dipercaya.” Ucap Tuan Ju heran dan hanya bisa tertawa.
“Kau bisa tertawa?” kata Nyonya Jung tak percaya. Tuan Ju pikir kalau tak mungkn dirinya harus menangi
“Rosa... Itu lebih baik daripada anak-anak yang sering berbuat onar dan egois. Kau sudah mendidik mereka dengan baik. Semua anakmu baik hati. Melihat mereka saja, aku sudah merasa senang.” Kata Tuan Ju 

“Jika anak yang meninggalkan ibunya yang sudah tua untuk jadi pastor dan suster tak disebut egois, lantas siapa yang disebut egois? Apa Kau senang lihat mereka? Aku? Hatiku hancur.” Kata Nyonya Jung kesal
“Aku tak paham masalah lain, tetapi sayang sekali bila Jung-won harus berhenti menjadi dokter. Padahal jarang ada dokter seperti dia. Dia amat bertanggung jawab, dan punya jalan pikiran hebat dalam menghadapi pasien. “ jelas Tuan Ju
“Jung-won paling baik di antara anak-anakku. Sejak kecil dia mudah berempati dan penuh belas kasih. Dia amat peka. Oleh karena itu, kupikir dia memilih jurusan yang tepat saat bilang ingin masuk Bedah Anak. Lalu kupikir, "Kini aku tak perlu khawatir lagi." Akui Nyonya Jung
“Sebenarnya Jung-won ingin menjadi pastor sejak kecil. Maka dari itu, kupikir kini aku tak perlu khawatir lagi soal itu... Astaga. Semua sia-sia! Amitabha!” keluh Nyonya Jung
“Sebenarnya apa agamamu?” keluh Tuan Ju. Nyonya Jung mengaku harus percaya semua sebelum mati karena tak ada yang tahu nasib mereka.
“Memang agama adalah portofolio? Jadi, apa rencanamu? Jung-won berkepribadian gigih, 'kan?” kata Tuan Ju
Nyonya Jung membenarkan anaknya gigih dan ia yang mendidiknya begitudan mengingat kalau Pekan depan Jung Wonakan datang lalu merasa kali ini akan kalah.Tuan Ju pun menyuruh Nyonya Jung berliburlah ke luar negeri. Nyonya Jung bingung.
“Kau hanya perlu menghindari Jung-won. Jangan beri kesempatan bertemu.” Kata Tuan Ju
“Jangan konyol! Apa perlu aku berimigrasi? Mustahil aku menghindar seumur hidup. Hei, kau seorang direktur yayasan. Bagaimana kau memimpin dengan pikiran seperti itu?” keluh Nyonya Jung kesal
“Beginilah caraku memimpin...Ayo Lihat ke depan.” Keluh Tuan Ju lalu memberitahu itu jawabanya adalah Waktu.
“Adakalanya waktu dapat mengatasi masalah. Bila kita sudah berusaha, tetapi tetap tidak mendapat solusi saat ini,maka menghindarlah dahulu. Sering kali terjadi perubahan setelah kita berusaha keras menghindar dan bertahan.” Jelas Tuan Ju
“Jadi, untuk saat ini, menghindarlah dengan alasan apa pun...Paham?” ucap Tuan Ju. Nyonya Jung hanya diam saja lalubertanya  mereka janji makan apa hari ini
“Jajangmyeon... Entah kenapa hari ini aku ingin makan jajangmyeon sejak pagi.” Kata Tuan Ju
 “Kau tidak mau? Lalu mau makan apa? Katakanlan Rosa, jangan pendam apa yang ada di benakmu... Ucapkanlah segera... Kau ingin makan apa?” ucap Tuan Ju
“Arak... Mari kita minum arak!” kata Nyonya Jung. Tuan Ju pun menyetujuinya. 


Song Hwa berjalan dilorong berbiscara di telp memastikan pasienaya Tak ada kelainan pada elektrolit, dan memutuskan Pasien boleh pulang sekitar hari Jumat, lalu rawat jalan pekan depan. Jung Won berjalan membawa tungku besar berhenti sejenak.
“Ji-won, kau mengambek karena tak bisa berkemah? Sebagai gantinya, hari ini aku takkan menyuntik.”sapa Jung Won pada pasien kecilnya.
Ji Won terlihat bahagia mendengarnya,  Keduanya pun berjanji dengan kelingking bahkan memberikan Tanda tangan. Song Hwa tersadar Jung Won tak ada dibelakangnya lalu tersenyum melihat tingkah temanya. 

Jung Won memberitahu kalau Ji-won memang tak disuntik mulai hari ini. Besok dia boleh pulang. Pasienya tadipun punya kakak laki-laki bernama Ji-ho, jadi sering kemari bahkan juga sangat lucu. Song Hwa berhenti berjalan menyuruh Jung Won agar menikah.
“Lekas cari wanita baik dan menikahlah! Kau Boleh juga melahirkan dahulu. Anak orang lain saja lucu, apalagi anakmu sendiri?” ucap Song Hwa.
“Kau saja lekas menikah. Kau juga suka anak kecil, 'kan?” keluh Jung Won.
“Aku tidak sesuka itu... Aku suka para keponakanku, seperti U-ju. Lucu sekali. Lama aku tak bertemu U-ju.” Kata Song Hwa lalu masuk ke dalam ruangan. 

Jung Won melihat Ik-jun sudah pergi. Song Hwa memberitahu Ik Jun pergi karena Panggilan Unit Perawatan Intensif dan sudah mengirim pesan. Jung Won pikir Ik Jun itu sangat sibuk hari ini. Song Hwa pikir Kapan dia tak pernah sibuk.
“Memang tadi aku menyimpan jas di sini?” ucap Jung Wan melihat posisi jas dokter tapi tak mengubrisnya.
“Song-hwa, duduklah. Ada yang ingin kubicarakan.” Kata Jung Won. Song Hwa sedang membuat kopi menyruh Jung Won agar bicara saja.
“Duduklah di sini... Ini urusan penting.” Kata Jung Won menatap serius. Song Hwa pun menatap temanya merasakan sesuatu. 

Song Hwa kaget mengetahui kalau Jung Won adalah Malaikat Penolong. Jung Won membenarkan.  Song Hwa memastikan kalau Jung Won “Si Kakek Penolong” Jung Won membenarkan. Song Hwa pun memuji Jung Won yang sungguh luar biasa.
“Apa Berarti itu alasan kau selalu tak punya uang? Bagaimana bisa hidup begitu? Luar biasa... Aku kagum padamu... Hebat.” Puji Song Hwa
“Tidak. Aku tidak sengaja memulainya, kemudian urusan meluas. Omong-omong, Song-hwa... Aku ingin... kau yang melanjutkannya mulai sekarang. Aku ingin minta tolong sejak musim semi, tetapi sibuk sejak pindah ke sini. Jadi, aku tidak sempat.” Ucap Jung Won
“Bila tidak keberatan, aku ingin kau yang menggantikanku sebagai Malaikat Penolong.” Pinta Jung Won
“Aku tak punya uang. Mana mungkin? Aku bukan konglomerat sepertimu.” Kata Song Hwa menolak.
“Aku sudah mencari cara.” Kata Jung Won. Song Hwa ingin tahu Bagaimana caranya.
“Saat menyerahkan warisan yayasan, kuminta agar aku yang mengatur keuntungan Bangsal VIP. Direktur Ju pun setuju. Meski dia tak tahu dipakai untuk apa.” Jelas Jung Won.
“Jadi, dari sana bantuan uangnya?” ucap Song Hwa. Jung Won pun meminta agar Song Hwa bisa lanjutkan sendiri saja.
“Aku hanya sampai tahun ini. Aku hanya bekerja sampai tahun ini... Nanti... Akan kuceritakan nanti saat kita semua berkumpul. Jadi apa Berarti kau setuju?” ucap Jung Won. Song Hwa hanya diam saja.
“Aku anggap setuju, ya? Terima kasih.” Kata Jung Won. Song Hwa pikir itu Tidak perlu.
“Ahn Jung-won, kau sungguh...” keluh Song Hwa. Jung Won menahanya merasa mereka bisa bicara nanti dan akan menceritakan semuanya nanti.
“Omong-omong soal Bangsal VIP, bukankah pendapatannya tidak pasti? Kamar pun hanya sedikit. Terkadang memang banyak pasien, tetapi saat kosong bisa sampai berbulan-bulan. Apa Perlu kubantu cari bantuan dana lain?” kata Song Hwa.
“Tidak perlu... Seseorang sudah membantu cari uang.” Kata Jung Won bahagia. Song Hwa tahu kalau itu Ik-jun.
“Ya. Rumor mulai tersebar sedikit demi sedikit. Pendapatan pun lancar berkat para pejabat dan orang-orang terkenal yang saling merekomendasikan. Besok dia boleh pulang.” Kata Jung  Won bahagia.
“ Siapa?” tanya Sung Hwa. Jung Wan menyebut Pangeran yaitu Pangeran Dubai.
***
Bersambung ke part 2

 Cek My Wattpad...  ExGirlFriend

      
Cek My You Tube Channel "ReviewDrama Korea"

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 

1 komentar: