PS : All images credit and content copyright : TVN
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Jun Won
kaget mendengar Ik-jun datang Jauh-jauh ke Inje. Ik Sun di telp membenarkan
kalau kakaknya datang bahkan memberi uang saku. Jun Wan pikir itu Tumben sekal
dan tak biasanya begitu. Ik Sun mengaku langsung menangis haru.
“Kami
berdua tidak pernah mengucapkan kata "terima kasih" atau
"maaf". Kata Ik Sun
“Aku paham.
Aku dan adikku juga sama. Astaga, tampaknya Ik-jun pun mulai menua.” Komentar
Jun Wan
“Omong-omong,
kau sudah berangkat?” tanya Ik Sun. Jun Wan membenarkan kalau baru saja
berangkat.
“Nanti
kuhubungi lagi di tempat istirahat. Sampai jumpa nanti.” kata Jun Wan lalu
menutup telpnya.
Dokter
Ahn menunggu dengan gugup lalu tersenyum saat melihat Song Hwa akhirnya datang.
Song Hwa pun tersenyum lalu melihat menu yang menurutnya semua tampak enak dan
bertanya-tanya mereka harus makan apa. Tapi Dokter Ahn terus menatap ke
arahnya.
“Ada apa?”
tanya Song Hwa heran. Dokter Ahn memberitahu
Ada rambut di baju Song Hwa lalu mengambilnya. Song Hwa terlihat sedikit
gugup.
“Apa Kau
harus terus makan obat?” tanya Song Hwa mencoba untuk tetap santai.
“Ya. Satu
tablet obat pereda sakit per hari.” Kata Dokter Ahn. Song Wha memuji kalau itu Luar
biasa.
“Beberapa
tahun ini, Apa kau bertahan seperti itu?” tanya Song Hwa. Dokter Ah pikir Kini
baik-baik saja.
“Aku
hanya tak mampu olahraga berat seperti Ik-sun, tetapi sehari-hari tak masalah.
Aku minum obat karena ada rasa sakit kronis, tetapi tidak terlalu sakit.” Ucap
Dokter Ahn yakin
“Bertahanlah
setahun lagi. Pengalamanmu selama ini harus diselesaikan dan mendapat gelar.”
Kata Song Hwa. Dokter Ahn menganguk mengerti.
“Aku akan
selalu mengikutimu.” Kata Dokter Ahn. Saat itu pelayan datang. Song Hwa pun
bertanya Apa yang enak di sini
“Bila
suka daging, ada pasta krim has dalam, dan bila suka aglio olio, ada pasta ikan
pollock.” Ucap Pelayan.
Saat itu
seseorang datang, Dokter Ahn mengeluh Kenapa dia tepat waktu lalu melambaikan
tangan pada Dokter Yong yang baru datang.
Dokter
Heo dan Dokter Yong pun ikut datang untuk makan bersama tim. Dokter Yong berkomentar
kalau Kecepatan makan Song Hwa jauh melambat karena Biasanya sudah makan
makanan penutup. Song Hwa mengaku Ini lebih cepat tapi sedang coba mengontrol.
“Makanan
di sini enak. Senang bisa makan di luar sesekali. Seok-min, kau mulai fokus
belajar, 'kan? Sebentar lagi ujian.” Ucap Song Hwa.
“Ya, aku
mulai pekan depan. Dokter Chae, kau pasti akan merasa kesepian tanpaku. Aku
akan sering mampir.” Kata Dokter Yong mengoda.
“Tempat
belajarmu di mana? Apa Kami boleh berkunjung?” ucap Dokter Heo
“Itu tempat
belajar! Untuk apa berkunjung ke tempat belajar? Biar aku yang berkunjung.
Astaga... Seon-bin-ku, tak ada yang menyiksamu saat aku tak ada. Kau pasti
bosan.” Ejek Dokter Yong.
“"Seon-bin-ku"?
Apa Kau menyebutnya "Seon-bin-ku"?” kata Song Hwa tak percaya
mendengarnya.
“Ahn
Chi-hong-ku... Heo Seon-bin-ku. Dokter Chae-ku... Apa lagi? Pastaku.” Ucap
Dokter Yong membela diri
“Aku
makin curiga karena membantah keras. Apa Kalian sungguh tak ada hubungan?” kata
Dokter Ahn curiga. Dokter Yong mengeluh kalau Tidak ada.
“Dokter,
mau pesan makanan penutup?” kata Dokter Heo. Song Hwa yakin kalau Dokter Heo mengalihkan
pembicaraan.
“Sungguh
tidak, Dokter. Kau anggap aku apa?” keluh Dokter Heo yang tak mungkin dengan
Dokter Yong
“Hei,
memang aku kenapa?” keluh Dokter Yong. Dokter Heo pun memuji “ Pak Kepala-ku,
yang sangat luar biasa.
“Mana
mungkin aku mengincarmu?” kata Dokter Heo. Song Hwa pun tak percaya mendengar
kata "Pak Kepala-ku". Dokter Yong langsung tersedak
“Konon
batuk dan cinta tak dapat disembunyikan. Kini terucap natural. Pasti ada
sesuatu terjadi. Memang kenapa jika kalian pacaran? Dokter, apa kita dilarang memacari rekan
kantor? ” Ucap Dokter Ahn.
“Kenapa
tidak? Aku amat mendukung. Bagus kita bisa saling mendukung di saat sulit.”
Kata Song Hwa.
“Baiklah..
Aku berpacaran dengan Seon-bin. Seon-bin, kita berpacaran, 'kan? Kita
ketahuan.” Ucap Dokter Yong
“Sungguh
mustahil... Siapa yang percaya itu?” ejek Song Hwa. Keduanya pun tak bisa
berkata-kata lagi
“Dokter
Yong, apa yang harus kita lakukan di situasi seperti ini?”tanya Dokter Ho.
Dokter Yong pikir tak ada lagi yaitu harus memesan makanan penutup.
Di dalam
mobil, Jun Wan kaget bertanya Apa nama perkumpulannya? "Aku Gosu" dan
berpikir kalau artinya Master. Ik Sun membenarkan kalau mereka berkumpul
minimal sebulan sekali, dan sudah tak sanggup lagi.
“Mereka
sangat penasaran dan minta aku mengajakmu hari ini. Kita mampir makan malam
sebentar saja, ya?” ucap Ik Sun
“Ada apa
denganmu, Ik-sun? Ternyata kau ingin mengenalku sampai sisi tergelap.” Keluh
Jun Wan.
“Tidak.
Mereka semua sangat baik dan lemah lembut.” Ucap Ik Sun menyakinkan.
“Namun,
mereka pasti ahli bela diri tingkat empat atau lima. Ik-sun, taekwondo-ku saja
hanya sabuk oranye. Sama dengan U-ju.” Keluh Jun Wan.
“Tapi
Baiklah. Kita pergi bersama. Aku harus ikut jika pacarku yang minta.”ucap Jun
Wan akhirnya setuju.
Jun Wan
masuk ke dalam restoran hanya bisa melonggo semua menu makanan diatas meja
diberikan daun, lalu memastikan aklau mereka tak perlu makan semua ini. Ik Sun
hanya terdiam saja. Salah satu peria akhirnya menyapa Jun Wan.
“Halo,
Dokter. Aku merasa terhormat bisa bertemu denganmu.” Ucap senior Ik Sun.
“Tidak. Terima
kasih sudah mengundangku.” Kata Jung Wan. Ik Sun mengadu kalau piri itu adalah
Kapten Hong yang waktu itu membuat masalah.
“Dokter,
kebiasaanku berubah total setelah kejadian itu. Malam itu Mayor Lee memarahiku habis-habisan
dan...” ucap Kapten Hong dan akhirnya Ik Sun mulai berteriak agar tak
membahasnya lagi.
“Benar!
Aku baru ingat. Ini...hadiah sebagai bentuk permintaan maafku.” Ucap Kapten
Hong. Jun Wan bingung diberikan tanaman yang kecil-kecil
“Ini Gosu.
Daun Ketumbar.” Ucap Kapten Hong. Jun Wan pun terpaksa menerimanya.
Ik Jun
mengajak makan sandwich dengan U Ju tersenyum bahagia melihat anaknya makan
dengan Lahap sekali. Ia pun memberikan minum agar U Ju tak tersedak.
“Kau
bilang ingin tonkatsu. Apa Kau lebih ingin makan ini? Ayah ingin coba ikan
pollock mayones segigit saja” kata Ik Jun.
“Makan
punya Ayah saja.” Ucap U Ju yang tak mau berbagi. Ik Jun pun menawarkan anaknya
yang mau coba sandwich miliknya.
“Aku
sudah makan itu kemarin.” Ucap U Ju. Ik Jun kaget bertanya Dengan siapa karena
tak mengetahuinya.
“Aku
pelanggan di sini.” Kata U Ju. Ik Jun tak percaya anaknya bisa mengatakan
"Pelanggan" dan memuji kalau lihat kemampuan diksi putraya hebat.
“Dengan
siapa kau ke sini kemarin?” tanya Ik Jun penasaran. U Ju dengan santai menjawab
“Mo-ne dan ibu mertua.”
“Kau
bilang "Ibu mertua"? U-ju, kau tahu arti "ibu mertua"?”
tanya Ik Jun tak bisa menahan tawa dengan tingkah anaknya.
“Ya.. Ibu
dari istri.” Ucap U Ju. Ik Jun benar-benar tak percaya mendenagrnya merasa
bahagia karena melahirkan seorang genius
“Ayah... Aku
ingin makan satu roti lapis lagi.” Kata U Ju. Ik Jun pikir Punya anaknya itu masih
tersisa setengah.
“Tolong
belikan satu lagi.” Rengek U Ju. Ik Jun meminta agar U Ju memberikan ageyonya.
U Ju langsung memberikan kedipan matanya. Ik Jun pun merasakan jantungnya
berdegup dengan kencang.
Song Hwa
sedang memijat punggungnya, Ik Jun datang meminta agar Song Hwa memesan makanan
yang dimau apa saja. Song Hwa menjwab tonkatsu<, udon, albap, dan naeng-momil,
lalu bertanya apakah Yang lain bisa ikut
makan juga.
“Aku tak
bilang apa-apa. Pesan saja.” Ucap Ik Jun. Song Hwa heran melhat temanya yang
hanya diam didepan pintu dan menyuruhnya masuk.
“Tunggu
Sebentar.” Kata Ik Jun lalu kelaur dari ruangan Song Hwa.
Jun Wan
menelp Ik Sun bertanya sedang tidur karean Kenapa suaranya parau. Ia pun
khawatir kalau Ik Sun terserang flu karena Suaranya senga lalu meminta harus
hati-hati saat pancaroba seperti ini.
“Apa Kau
Sudah makan siang? Baiklah. Aku takkan lupa makan.” Ucap Jun Wan lalu menutup
telp sambil berkata “Aku sayang kau.”
Saat itu
Ik Jun datang memanggil temanya, Jun Wan kaget sampai membuat ponselnya
terlempar lalu mengumpat mrah kalau Ketuk pintu dulu. Ik Jun membalas sudah
mengetuknya. Jun Wan pun merasa mungkin tak mendengar lalu bertanya ada apa.
“Aku tak
mengetuk. Kenapa aku harus mengetuk ruanganmu?” ucap Ik Jun. Jung Wan hanya
bisa menghela nafas dengan tingkah calon kakak iparnya.
“Minta
kontak Malaikat Penolong dari Pusat Medis Kangwoon. Apa dia bisa menolong
pasien rumah sakit lain?” kata Ik Jun
“Ya. Aku
pernah minta bantuan beberapa waktu lalu. Kurasa belakangan dia banyak uang,
karean Transfernya cepat sekali.” kata Jun Wan yang sudah mengirim pesan pada
Ik Jun.
“Tim
Pelayanan Sosial Pusat Medis Kangwoon, Hyeon Jeong-mi. Dia hanya bicara dengan
Jeong-mi. Telepon saja. Pasti dibantu.” Kata Jun wan. Ik Jun pun melangkah
pergi.
Jun Wan bertanya
apakah Pasien darurat. Ik Jun mengaku bukan tapiDia sudah lama dirawat inap dan
belum bisa pulang karena biaya.
“Kurasa
dia coba pinjam uang berbunga tinggi. Dia kakek sebatang kara, tetapi rumah
kecil kakek itu atas nama dirinya. Ini Tidak masuk kriteria Tim Pelayanan
Sosial. Agak rumit. Aku ingin bertanya dahulu apa bisa dibantu.” Kata Ik Jun.
Jun Wan mengerti
“Apa aku
sudah makan siang?” tanya Ik Jun. Jun Wan menjawab ada operasi. Ik Jun pun
mengucapkan Selamat bekerja.
Ik Jun
menelp Jeong Mi memberitahu pasienya Pria 78 tahun, menjalani operasi
hemihepatektomi kanan karena kanker lever, dan dirawat lama karena fungsi
levernya belum pulih. Jeong Mi menjawab Akan mencatat kondisinya, lalu kirim
pesan kepada Malaikat Penolong.
“Biasanya
segera dibalas bila tak ada masalah. Mungkin sekitar 30 menit.” Ucap Jeong Mi
“Baik.
Terima kasih. Omong-omong, apa Malaikat Penolong itu dokter? Dia menanyakan
kasus pasien secara rinci.” Komentar Ik Jun penasaran.
“Aku pun
tak tahu. Namun, kurasa dia cukup paham ilmu kedokteran. Dia selalu menanyakan
data pribadi dan kondisi terperinci pasien. Nanti segera kuhubungi lagi.” Ucap
Jeong Mi. Ik Jung mengerti dan mengucapkanTerima kasih.
Di
ruangan, Jung Won duduk sendirian seperti sedang merenungi pilihanya. Ia
memegang kalung untuk pastur, lalu menaruhnya dalam laci setelah itu melihat
kalender “DESEMBER 2019” tertulis TANGGAL 29- BERANGKAT. Ia seperti galau akan
berangkat.
Nyonya
Jung menelp anaknya dengan gaya manis berkata “”Sedang apa putra bungsuku yang
tampan dan baik hati?” Jung Won menjawab Hendak makan siang dengan Song-hwa.
Nyonya Jung mendengar nama Song-hwa langsung merasa bahagia.
“Bagus sekali,
Nak! Apa ibu perlu ikut?” ucap Nyonya Jung. Jung Wan mengeluh kalau mereka hanya
makan makanan pesan antar.
“Selain
itu, bukan Song-hwa, Bu. Ibu salah.” Kata Jung Wan. Nyonya Jung mendengar
anaknya mengatakan "Bukan Song-hwa"
“Apa
Berarti sungguh ada seseorang? Siapa? Segera nikahi dia! Ibu paling suka
Song-hwa, tetapi tak masalah siapa pun itu.” Kata Nyonya Jung penuh semangat.
“Tidak
ada. Aku hanya salah bicara... Salah berucap...Bu, akhir pekan ini aku ke
Yangpyeong. Tolong buatkan mi.” Ucap Jung Won.
“Akhir pekan
ini aku hendak jalan-jalan dengan Jong-su. Pekan depan saja. Namun, aku takkan
menerimamu jika berniat membicarakan hal itu.” Tegas Nyonya Jung
“Kita
bicarakan nanti. Selamat makan dengan Direktur Ju. “ kata Jung Won.
Ik Jun
sibuk membuka makanan dengan nusuk penutupnya mengunakan sumpit. Song Hwa
bertanya apakah sudah ajak yang lain. Ik Jun menjawab dengan cepat kalau
Suk-hyung ada pasien, Jun-wan operasi, Jung-won semenit lagi.
“Hei,
kudengar Suk-hyung populer di kalangan ibu hamil.” Ucap Song Hwa membahasnya.
“Apa?
Mustahil!” ucap Ik Jun tak percaya. Song Hwa yakin Suk Hyung hanya bersikap begitu kepada mereka.
“Ipar
juniorku berobat kepada Suk-hyung, dan katanya dia begitu ramah.” Kata Song
Hwa. Ik Jun mengeluh tidak percaya sama sekali.
“Astaga!
Kau membuatku gelisah! Aku ingin memukulimu, tetapi tak bisa.” Keluh Song Hwa
melihat cara Ik Jun membuka plastik dengan sumpit lalu memberikan pisau kecil
kalau bisa mengunaknya.
“Kau
kacau begini mirip siapa?” ejek Song Hwa. Ik Jun menjawab Itu karena ia mirip
U-ju. Song Hwa langsung memukulnya. Ik Jun pun mempersilahkan makan lebih dulu.
“Tunggu Sebentar.”
Kata Ik Jun memberhentikan Song Hwa makan. Song Hwa bingung ada apa. Ik Jun
menghitung mundur dari tiga lalu pintu terbuka.
“Apa
Makanan sudah datang? Kalian pesan banyak.” Kata Jung Won masuk ruangan sambil
membuka jas dokternya.
“Kau
datang tepat semenit. Aku merinding!” ucap Ik Jun. Song Hwa pikir Ik Jun lebih
hebat dan berpikir seperti Bionic Woman
“Yang
lain mana?” tanya Jun Wan. Ik Jun menjawab dengan cepat Suk-hyung ada pasien,
Jun-wan operasi, Jung Won yang butuh
semenit. Jung Won hanya bisa terdiam mendengarnya.
Suk Hyung
menerima pasien lagi, menyapanya karean sudah Sebulan tak jumpa. Si ibu pun duduk dengan suamin
yang berdiri disampingnya. Suk Hyung memberitahu Penumpukan darah sudah sepenuhnya
hilan dan memastikan kalau Tadi pagi sudah menjalani USG terperinci.
“Rata-rata
panjang leher rahim adalah tiga sentimeter, dan biasanya panjang kurang dari
2,5 cm di pekan ini dianggap pendek. Sementara leher rahimmu sangat pendek,
kurang dari satu sentimeter.” Ucap Suk Hyung dengan nada lembut.
“Menurut
hasil pemeriksaan, leher rahim sedikit terbuka. Kondisi ini... kemungkinan
besar dapat mengakibatkan kelahiran prematur.” Jelas Suk Hyung
“Lalu
bagaimana, Dokter?” tanya Pasien yang mulai menangis. Suk Hyung mengaku Tidak
apa dan Masih baik-baik saja.
“Untunglah
kau bisa operasi. Kau tak perlu terlampau cemas. Ada yang dinamakan prosedur
ikat serviks, atau lebih dikenal dengan nama operasi McDonald, yaitu operasi
pengikatan mulut rahim yang memendek agar tidak terbuka kembali.” jelas Suk
Hyung
“Kau
harus dirawat sekarang dan segera operasi. Durasi operasi sekitar 30 menit, dan
bila tidak ada infeksi di dalam rahim selepas operasi, kau boleh pulang setelah
dipantau dua hari. Perawat akan menjelaskan dengan baik prosedur rawat inap.”
Ucap Suk Hyung. Sipasien masih terus menangis.
“Kasus
ini sering terjadi. Bukan hanya kau yang mengalaminya.Jangan khawatir.” Kata
Suk Hyung menenangkan. Dokter Chae pun tak tega melihatnya.
“Kali ini
kami takkan kehilangan bayi kami lagi, Dokter? Bagaimana ini, Sayang?” kata
pasien panik. suaminya menenangkan agar tak berkata yang tidak-tidak.
“ Ya,
jangan bicara begitu. Aku akan berusaha semaksimal mungkin. Kali ini, kita. harus
menjaga bayi ini. Pertama-tama, kau harus menjalani operasi hari ini, dan
istirahat total di rumah untuk sementara waktu.” Jelas Suk Hyung
“Rawat
jalan selanjutnya, sepekan setelah kau keluar rumah sakit. Saat itu, kita akan
periksa apa panjang serviks terjaga dengan baik.” Kata Suk Hyung, Si pasien
makin keras menangisnya.
“Astaga.
Jangan khawatir... Kau harus memikirkan hal baik demi kebaikan bayimu.” Pesan
Suk Hyung pada sang ibu dengan memberikan tissue kembali.
Di
ruangan, Song Hwa makan bersama membahas Dokter Cheon gagal menikah. Jung Wan
pun mendengarnya Menurut Direktur Ju,
putri itu menolak ibunya menikahkannya. Ik Jun pikir Putrinya sungguh
penyelamat.
“Hei... Pelan-pelan.”
Keluh Ik Jun melihat cara makan Song Hwa yang sangat cepat.
“Baiklah.
Aku makan perlahan.. Ini karena tiga kakak lelakiku!” keluh Song Hwa.
Di ruang
rawat. Dokter Do menjelaskan Pasien menanti donor jantung karena kardiomiopati
dilatasi.. Dokter Chae memotong kalau sudah tahu karena pasien itu dirawat dua
bulan lebih dan Penjelasan Dokter Do itu panjang sekali.
“Konsumsi
dan ekskresi kemarin berapa?” tanya Dokter Chae. Dokter Do menjawab Kemarin
urinenya 600 mililiter.
“Kalium
berapa?” tanya Dokter Chae. Dokter Do menjawab Enam. Dokter Cahe menyuruh agar Beri
injeksi Lasix dan pantau terus, lalu beri infus insulin.
“Lasix?
Apa bisa tak pakai diuretik? Lagi pula, aku sulit pulih, 'kan?” ucap si pasien
dingin
“Pak,
jika urine yang keluar sedikit, jantungmu bisa membengkak, lalu sesak napas. Hari
ini kadar kaliummu pun tinggi. Mustahil tak pakai diuretik.” Jelas Dokter Do
“Bagaimanapun,
aku tetap tak bisa hidup. Berhenti menyiksaku. Aku tidak mau injeksi Lasix.”
Kata Si pasien. Dokter Chae pun tak maksa terserah pada pasien maunya apa.
Song Hwa
pikir rumor Dokter Cheon Myeong-tae
jelek, tetapi merasa heran kenapa tak ada keluhan. Ik Jun pikir itu sudah
jelas, kalau Dokter Chae itu hanya peduli uang dan bertanya Menurut mereka,
kenapa diajadi Kepala Pelayanan dan Jawabannya sudah jelas.
Dokter
Chae masuk ke ruangan mengetik ke bagian ADMINISTRASI dengan nama “POLLACK1000”
terlihat pengaduan “PENGOBATAN KONYOL DOKTER CHEON MYEONG-TAE” Ia pun dengan
santai langsung menghapusnya karena namanya tak mau jelek.
Jung Won
memakan obat sambil memegang kepalanya. Song Hwa bertanya apakah sakit sekali.
Jung Won mengaku Sedikit saja lalu mengejek Song Hwa kalau sakit jangan ditahan
tapi harus makan obat. Song Hwa membenarkan.
“Kenapa
paketku di Kantor Medis? Hei Jung-won, bantu aku. Paketnya agak besar.” Ucap
Song Hwa seperti membaca pesan diponselnya. Jung Won pun menganguk setuju.
“Kalian
Pergilah. Akan kubereskan. Kali ini kau beli apa?” tanya Ik Jun. Song Hwa
menjawab Tungku kayu. Ik Jun melonggo seperti ingin marah.
“Itu
Bagus... Lakukan apa pun yang kau mau agar sehat... Ayo Bagus. Bagus sekali.”
ucap Jung Won mengajak Song Hwa agar bergegas pergi.
Nyonya
Jung mengemudikan mobilnya sambil mengomel kalau Dokter juga mengatakan hal
yang sama kalau Tuan Ju itu harus mengcapkan, jangan dipendam.Ia memintaa agar
Tuan Ju ucapkan apa yang ada di benaknya dan jangan pendam di sini.
“Segera ucapkan
apa yang ada di otakmu... Paham?” ucap Nyonya Jung terus mengomel.
“Aku
paham. Jadi, kumohon lihat ke depan, dan genggam setir dengan erat! Aku tak
ingin mati di hari yang sama denganmu!” kata Tuan Ju tak bisa melhat Nyonya
Jung terus menatapnya.
“Baik.
Aku akan fokus menyetir... Coba Lihat? Betapa senangnya bicara begitu, 'kan?
Hatiku terasa lega.” Ucap Nyonya Jung karean bisa mengeluarkan semua emosinya.
“Omong-omong,
Jung-won sungguh ingin berhenti menjadi dokter? Jangan bilang dia juga ingin
menjadi pastor?” kata Tuan Ju. Nyonya Jung membenarkan.
“Dia
bilang kini dia pun ingin menjadi anak Tuhan... Astaga. Dia bekerja sampai
akhir tahun, lalu ke Italia dan masuk seminari karena di Korea ada batas usia. Surat
rekomendasi sudah lama diterima, dan kurasa hanya tersisa wawancara formal. Aku
merasa kesal.” Keluh Nyonya Jung
“Sebenarnya
ada apa dengan semua anakmu? Kenapa? Ada apa dengan mereka? Ini Sulit
dipercaya.” Ucap Tuan Ju heran dan hanya bisa tertawa.
“Kau bisa
tertawa?” kata Nyonya Jung tak percaya. Tuan Ju pikir kalau tak mungkn dirinya
harus menangi
“Rosa...
Itu lebih baik daripada anak-anak yang sering berbuat onar dan egois. Kau sudah
mendidik mereka dengan baik. Semua anakmu baik hati. Melihat mereka saja, aku
sudah merasa senang.” Kata Tuan Ju
“Jika
anak yang meninggalkan ibunya yang sudah tua untuk jadi pastor dan suster tak
disebut egois, lantas siapa yang disebut egois? Apa Kau senang lihat mereka?
Aku? Hatiku hancur.” Kata Nyonya Jung kesal
“Aku tak
paham masalah lain, tetapi sayang sekali bila Jung-won harus berhenti menjadi
dokter. Padahal jarang ada dokter seperti dia. Dia amat bertanggung jawab, dan
punya jalan pikiran hebat dalam menghadapi pasien. “ jelas Tuan Ju
“Jung-won
paling baik di antara anak-anakku. Sejak kecil dia mudah berempati dan penuh
belas kasih. Dia amat peka. Oleh karena itu, kupikir dia memilih jurusan yang
tepat saat bilang ingin masuk Bedah Anak. Lalu kupikir, "Kini aku tak
perlu khawatir lagi." Akui Nyonya Jung
“Sebenarnya
Jung-won ingin menjadi pastor sejak kecil. Maka dari itu, kupikir kini aku tak
perlu khawatir lagi soal itu... Astaga. Semua sia-sia! Amitabha!” keluh Nyonya
Jung
“Sebenarnya
apa agamamu?” keluh Tuan Ju. Nyonya Jung mengaku harus percaya semua sebelum
mati karena tak ada yang tahu nasib mereka.
“Memang
agama adalah portofolio? Jadi, apa rencanamu? Jung-won berkepribadian gigih,
'kan?” kata Tuan Ju
Nyonya
Jung membenarkan anaknya gigih dan ia yang mendidiknya begitudan mengingat
kalau Pekan depan Jung Wonakan datang lalu merasa kali ini akan kalah.Tuan Ju
pun menyuruh Nyonya Jung berliburlah ke luar negeri. Nyonya Jung bingung.
“Kau hanya
perlu menghindari Jung-won. Jangan beri kesempatan bertemu.” Kata Tuan Ju
“Jangan
konyol! Apa perlu aku berimigrasi? Mustahil aku menghindar seumur hidup. Hei,
kau seorang direktur yayasan. Bagaimana kau memimpin dengan pikiran seperti
itu?” keluh Nyonya Jung kesal
“Beginilah
caraku memimpin...Ayo Lihat ke depan.” Keluh Tuan Ju lalu memberitahu itu
jawabanya adalah Waktu.
“Adakalanya
waktu dapat mengatasi masalah. Bila kita sudah berusaha, tetapi tetap tidak
mendapat solusi saat ini,maka menghindarlah dahulu. Sering kali terjadi
perubahan setelah kita berusaha keras menghindar dan bertahan.” Jelas Tuan Ju
“Jadi,
untuk saat ini, menghindarlah dengan alasan apa pun...Paham?” ucap Tuan Ju.
Nyonya Jung hanya diam saja lalubertanya
mereka janji makan apa hari ini
“Jajangmyeon...
Entah kenapa hari ini aku ingin makan jajangmyeon sejak pagi.” Kata Tuan Ju
“Kau tidak mau? Lalu mau makan apa? Katakanlan
Rosa, jangan pendam apa yang ada di benakmu... Ucapkanlah segera... Kau ingin
makan apa?” ucap Tuan Ju
“Arak... Mari
kita minum arak!” kata Nyonya Jung. Tuan Ju pun menyetujuinya.
Song Hwa
berjalan dilorong berbiscara di telp memastikan pasienaya Tak ada kelainan pada
elektrolit, dan memutuskan Pasien boleh pulang sekitar hari Jumat, lalu rawat
jalan pekan depan. Jung Won berjalan membawa tungku besar berhenti sejenak.
“Ji-won,
kau mengambek karena tak bisa berkemah? Sebagai gantinya, hari ini aku takkan
menyuntik.”sapa Jung Won pada pasien kecilnya.
Ji Won
terlihat bahagia mendengarnya, Keduanya
pun berjanji dengan kelingking bahkan memberikan Tanda tangan. Song Hwa
tersadar Jung Won tak ada dibelakangnya lalu tersenyum melihat tingkah temanya.
Jung Won
memberitahu kalau Ji-won memang tak disuntik mulai hari ini. Besok dia boleh
pulang. Pasienya tadipun punya kakak laki-laki bernama Ji-ho, jadi sering
kemari bahkan juga sangat lucu. Song Hwa berhenti berjalan menyuruh Jung Won
agar menikah.
“Lekas cari
wanita baik dan menikahlah! Kau Boleh juga melahirkan dahulu. Anak orang lain
saja lucu, apalagi anakmu sendiri?” ucap Song Hwa.
“Kau saja
lekas menikah. Kau juga suka anak kecil, 'kan?” keluh Jung Won.
“Aku
tidak sesuka itu... Aku suka para keponakanku, seperti U-ju. Lucu sekali. Lama
aku tak bertemu U-ju.” Kata Song Hwa lalu masuk ke dalam ruangan.
Jung Won
melihat Ik-jun sudah pergi. Song Hwa memberitahu Ik Jun pergi karena Panggilan
Unit Perawatan Intensif dan sudah mengirim pesan. Jung Won pikir Ik Jun itu sangat
sibuk hari ini. Song Hwa pikir Kapan dia tak pernah sibuk.
“Memang
tadi aku menyimpan jas di sini?” ucap Jung Wan melihat posisi jas dokter tapi
tak mengubrisnya.
“Song-hwa,
duduklah. Ada yang ingin kubicarakan.” Kata Jung Won. Song Hwa sedang membuat
kopi menyruh Jung Won agar bicara saja.
“Duduklah
di sini... Ini urusan penting.” Kata Jung Won menatap serius. Song Hwa pun
menatap temanya merasakan sesuatu.
Song Hwa
kaget mengetahui kalau Jung Won adalah Malaikat Penolong. Jung Won
membenarkan. Song Hwa memastikan kalau
Jung Won “Si Kakek Penolong” Jung Won membenarkan. Song Hwa pun memuji Jung Won
yang sungguh luar biasa.
“Apa Berarti
itu alasan kau selalu tak punya uang? Bagaimana bisa hidup begitu? Luar
biasa... Aku kagum padamu... Hebat.” Puji Song Hwa
“Tidak.
Aku tidak sengaja memulainya, kemudian urusan meluas. Omong-omong, Song-hwa...
Aku ingin... kau yang melanjutkannya mulai sekarang. Aku ingin minta tolong
sejak musim semi, tetapi sibuk sejak pindah ke sini. Jadi, aku tidak sempat.”
Ucap Jung Won
“Bila tidak
keberatan, aku ingin kau yang menggantikanku sebagai Malaikat Penolong.” Pinta
Jung Won
“Aku tak
punya uang. Mana mungkin? Aku bukan konglomerat sepertimu.” Kata Song Hwa
menolak.
“Aku
sudah mencari cara.” Kata Jung Won. Song Hwa ingin tahu Bagaimana caranya.
“Saat
menyerahkan warisan yayasan, kuminta agar aku yang mengatur keuntungan Bangsal
VIP. Direktur Ju pun setuju. Meski dia tak tahu dipakai untuk apa.” Jelas Jung
Won.
“Jadi,
dari sana bantuan uangnya?” ucap Song Hwa. Jung Won pun meminta agar Song Hwa
bisa lanjutkan sendiri saja.
“Aku
hanya sampai tahun ini. Aku hanya bekerja sampai tahun ini... Nanti... Akan
kuceritakan nanti saat kita semua berkumpul. Jadi apa Berarti kau setuju?” ucap
Jung Won. Song Hwa hanya diam saja.
“Aku
anggap setuju, ya? Terima kasih.” Kata Jung Won. Song Hwa pikir itu Tidak
perlu.
“Ahn Jung-won,
kau sungguh...” keluh Song Hwa. Jung Won menahanya merasa mereka bisa bicara
nanti dan akan menceritakan semuanya nanti.
“Omong-omong
soal Bangsal VIP, bukankah pendapatannya tidak pasti? Kamar pun hanya sedikit.
Terkadang memang banyak pasien, tetapi saat kosong bisa sampai berbulan-bulan.
Apa Perlu kubantu cari bantuan dana lain?” kata Song Hwa.
“Tidak
perlu... Seseorang sudah membantu cari uang.” Kata Jung Won bahagia. Song Hwa
tahu kalau itu Ik-jun.
“Ya.
Rumor mulai tersebar sedikit demi sedikit. Pendapatan pun lancar berkat para
pejabat dan orang-orang terkenal yang saling merekomendasikan. Besok dia boleh
pulang.” Kata Jung Won bahagia.
“ Siapa?”
tanya Sung Hwa. Jung Wan menyebut Pangeran yaitu Pangeran Dubai.
***
Bersambung
ke part 2
Cek My Wattpad... ExGirlFriend
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Semangat kak deedee
BalasHapus