PS : All images credit and content copyright : TVN
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Suk Hyung
keluar dari restoran berlari menghentikan taksi, wajahnya panik dan meminta
agar sopir jala lebih cepat ada pasien persalinan darurat dan akan bayar jika
ada denda pelanggaran. Si supir taksi pun menganguk mengerti.
“Min-ha,
panggil siapa pun untuk mengeluarkan bayi sekarang juga.” Telp Suk Hyung.
“Hanya
ada aku. Dokter lain sedang bedah cesar. Kepala Residen sedang operasi darurat
ginekologi. Bagaimana ini, Dokter? Bagaimana jika Bu Do Jae-yeong meninggal?”
ucap Dokter Chu panik.
“Aku
butuh lima menit. Tujuh menit ditambah waktu naik ke atas. Kau harus keluarkan
bayi sebelum aku tiba. Kau bisa, 'kan?” ucap Suk Hyung
“Mana
mungkin? Aku hanya dokter residen tahun kedua.” Kata Dokter Chu panik
“Kau akan
membiarkan ibu dan bayinya mati? Cepat keluarkan bayinya! Pakai pengeras suara.
Akan kujelaskan. Aku akan menjelaskan kepadamu. Jangan khawatir dan mulailah.
Kau pasti bisa, Min-ha. Kuatkan dirimu.” Ucap Suk Hyung menyakinkan.
Dokter
Chu terlihat gugup dan Telp masih menyala dari Suk Hyung. Dokter menyuruh Dokter Chu meminta agar Cepat
karena Tekanan darah pasien menurun. Akhirnya Dokter Chu berani memakai pisau
beda lalu membuka perut.
“Apa Tekanan
darah pasien aman?” tanya Suk Hyung akhirnya masuk. Dokter menjawab terus
terjadi pendarahan jadi Harus segera dikeluarkan. Dokter Chu bisa bernafas lega
melihat Suk Hyung yang datang.
“Sekarang
aku yang tangani... Pindah ke seberang.” Kata Suk Hyung. Akhirnya Suk Hyung pun
mencoba mengeluarkan bayi dari perut Nyonya Do.
Perawat
Han pun menerima bayi yang keluar dari perut ibunya, lalu mendengar suara
teriakan bayi mengucapkan Terima kasih dan memberitahu Suk Hyung kalau Bayinya selamat.
Mereka pun bisa bernafas lega.
“Minta
alat untuk first layer.. Kerja bagus... Kerja bagus, Dokter Chu Min-ha.”ucap
Suk Hyung. Dokter Chu hanya bisa terus menangis.
Di
ruangan ICU anak, Jun Wan memberitahu
Ada cara transplantasijika kondisi organ lain baik, tetapi kondisi organ
lain bayi buruk. Ia curiga ada penyakit turunan dan kondisi otak bayi tidak baik.
Ia pikir Sulit mempertahankan jantung bayi meski dengan paru-paru buatan
“sehingga
kami... tidak bisa berbuat apa-apa.” Ucap Jun Wan mencoba untuk tetap tenang
dengan berita yang menyedihkan.
“Sekarang
Hun amat kesakitan, ya? Kami harus merelakannya, 'kan? Benar, Dokter?” kata
sang ibu menangis.Suaminya mencoba menenangkan istrinya.
“Sayang
Sekarang... kita relakan Hun... Dia amat menderita.” Kata sang Suami.
“Jangan
naikkan dosis inotropik.” Pinta Jun wan pada perawat lalu meminta maaf pada
keluarga pasien.
Suk Hyung
masuk ruangan lalu mendengar suara ketukan pintu dan bertanya Siapa. Dokter Chu
memberitahu kalau ia yang datang. Suk Hyung pun menyuruh masuk dan duduk.
Dokter Chu datang membawa kopi terlihat bingung dengan banyak barang
“Bukan aku
yang jorok, tetapi dia.” Kata Suk Hyung menunjuk ke arah rekan kerjanya.
“Apa Itu
sogokan?” ejek Suk Hyung melihat kopi yan dibawa Dokter Chu. Dokter Chu
membenarkan lalu mencari tempat duduk.
“Bagus.
Lagi pula, aku tak bisa pulang ke rumah hari ini.” Ucap Suk Hyung.Dokter Chu
langsung meminta maaf. Suk Hyun bertanya
Soal apa.
“Sebenarnya
beberapa hari ini, aku pikir kau sangat menyebalkan. Tadinya aku pikir kau agak
sentimental dan teliti, tak seperti penampilanmu. Namun, belakangan aku
berpikir, "Ternyata dia sangat tidak peka," dan mengumpat dalam
hati.” Kata Dokte Chu
“Aku yang
minta maaf. Sekilas aku paham apa yang terjadi, tetapi para dokter residen
pasti punya aturan sendiri. Aku mengerti kau lelah, tetapi tak tahu bagaimana
harus turut campur dan menyelesaikan masalah. Maaf...aku tidak membantumu..”
Ucap Suk Hyung
“Aku
agak... sangat... kecewa sekali, Dokter. Ya, 'kan?” kata Dokter Chu.
“Aku
memang banyak kekurangan. Jika lain kali terjadi hal macam ini, aku akan aktif
turut campur dan menyelesaikannya. Aku sungguh minta maaf.” Kata Suk Hyung
“Tidak
apa-apa. Aku sering memakimu dalam hati. Mari kita anggap impas.” Akui Dokter
Chu.
Keduanya
pun hanya bisa tertawa Suk Hyung
memberitahu kalau lebih suka orang yang bertanggung jawab daripada yang pintar
dan cerdas. Ia menceritakan Saat datang naik taksi, beberapa kali terjebak lampu
lalu lintas.
“Setiap
kali terjebak, kau tahu betapa aku cemas kau akan berhenti bekerja jika pasien
meninggal dunia? Kau... pasti akan menjadi dokter hebat. Kau bertanggung jawab,
tidak melarikan diri, dan berusaha maksimal. Hari ini... kau luar biasa.” Puji
Suk Hyung.
“Terima
kasih, Dokter Yang.” Kata Dokter Chu senang. Suk yung meminta agar Istirahat
“Panggilan
mengenai Do Jae-yeong biar aku yang urus.” Kata Suk Hyung. Dokter Chu tiba-tiba
mengucapkan Terima kasih atas tteokbokki nya.
“Tadi
Perawat Han Seung-ju memberitahuku.” Kata Dokter Chu tersenyum. Suk Hyung hanya
tersenyum
“Dia bilang
pada hari aku mengamuk... Tidak ada orang yang membelikan tteokbokki dan minta
tolong semua orang untuk bantu aku, selain Dokter Yang. Dia minta aku jangan
terlalu membenci Si Berengsek.” Cerita Dokter Chu.
“Baiklah.
Cepat pergi.” kata Suk Hyung seperti malu. Dokter Chu mengeluh Suk Hyung yang
tak bilang hal semacam itu
“Kalau tahu,
aku tak akan terlalu memakimu.” Kata Dokter Chu. Suk Hyung pikir Setidaknya
stres Dokter Chu hilang dengan memaki
dan menyuruhnya agar segera pergi saja karena ingin mandi.
Flash Back
Di
restoran, Ik Jun mengucapkan Terima kasih pada Ayah. Jun Won mengeluh padahal
ia yang ingin traktir. Song Hwa pun mengucapkan Terima kasih. Suk Hyung
akhrinya membayar semua lalu yang dibungkus juga.
Didepan
IGD, Perawat Han keluar menghampiri mobil Suk Hyung. Suk Hyung pun mengucapkan
Selamat menikmati. Perawat Han menerima makanan toppoki sambil mengucapkan
Terima kasih dan memastikan kalau kembali lagi karena ini
“Ya. Aku
mencemaskan Dokter Chu Min-ha. Tolong bantu dia. Sekarang dia pasti sangat
lelah.” Ucap Suk Hyung. Perawat Han menganguk mengerti.
“Jangan bilang,
aku yang memberikannya...Aku pergi... Selamat bekerja!” ucap Suk Hyung.
Dokter Do
menelp istirnya bertanya apakah sudah makan, Ia memberitahu kalau masih ada
pekerjaan dan Beberapa saat laluseorang bayi tampan kembali ke pangkuan Tuhan
jadi harus melepasnya. Ia pun mengucapkan salam pada istrinya kalau akan jumpa
akhir pekan ini.
“Terima
kasih... Aku mencintaimu...” ucap Dokter Do sebelum menutup telp dari istrinya.
“Astaga.
Kalian masih seperti pengantin baru.” Ejek Dokter Yong datang dengan Dokter
Ahn.
“Surat
pengunduran dirimu bagaimana? Dokter Kim Jun-wan bilang apa?” tanya Dokter Ahn
penasaran.
“Dokter
Kim Jun-wan sama sekali tidak tertarik akan kehidupan pribadi orang lain.
Sekarang pun dia bersikeras... pergi untuk mengatakan ucapan tajam kepada orang
tua yang baru kehilangan anak.” Kata Dokter Do kesal.
Jun Wan
pergi menemui keluar yang sedang bersedih diruang tunggu, dengan wajah tenang
mengaku bisa mengerti kalau mereka amat terpukul. Ia pun meminta maaf karena
kelancangannya mengatakan hal ini.
“Apa
kalian...bersedia menyumbangkan jantung Hun? Kondisi itu amat langka. Jika ada
bayi lain dengan kondisi sama, maka aku ingin selamatkan mereka.” Ucap Jun Wan
menegarkan hati. Keduanya hanya bisa terdiam
“Aku tahu
permintaan ini tak pantas, tetapi jika kalian bersedia menyumbang jantung Hun,
kami akan meneliti... dan berusaha agar tidak ada lagi bayi yang meninggal
karena kondisi ini.” Jelas Jun Wan.
“Meski
sulit, aku mohon... pertimbangkanlah. Maafkan aku.” Ucap Jun Wan membungkuk meminta
maaf lalu pergi. Kedua orang tua Hun hanya bisa menangis.
Keduanya
akhirnya melihat bayi Hun yang masih mengunakan alat, memegang tangan dan kaki
anak mereka untuk terakhir kalinya. Akhirnya Jun Wan sengaja mematikan alat
yang hanya bisa diakses oleh petugas
medis dengan menekan [MATIKAN PELEMBAP SAAT MODE SIAGA, AKTIFKAN MODE SIAGA]
“Waktu
kematian, bayinya Jo Mun-jeong... pada pukul 23.05.” ucap Jun Wan. Kedua orang
tua Hun hanya bisa menangis. Sang ayah pun meminta maaf pada anaknya.
Diruangan
pastur menelp Jung Wan ingin tahu apakah sudah tentukan tanggal. Jung Won
memberitahu kalau Jadwal operasinya penuh sampai akhir tahun dan baru sempat
akhir Desember jadi memastikan apakah masih bisa.
“Sepertinya
bisa... Mereka tahu situasimu... Jadi, mereka bisa mengaturnya.” Kata Pastur.
“Maaf aku
merepotkanmu padahal kau sibuk... Tidak. Aku masih terus membujuk Ibu...Baik.
Terima kasih.” Kata Jung Won lalu menutup telpnya.
Direktur
Ju heran melihat Dokter Do Jae-hak dan lalu menanyakan alasanya. Dokter Do
mengaku sudah bicara dengan Dokter Kim Jun-wan. Namun, sepertinya dia sibuk
jadi belum berkata apa pun. Direktur Ju menganguk mengerti.
“Masalah
itu sudah selesai. Apa Kau belum dengar?” kata Direktur Ju. Dokter Do pikir
Surat pengunduran dirinya sudah diterima
“Kau
bicara apa? Masalah hukuman pemotongan gaji tiga bulanmu sudah selesai.” Kata
Direktur Ju. Dokter Do bingung seperti ta percaya.
“Ya... Masalah
itu sudah diatasi oleh Kepala BT. "BT" di sini maksudnya Bedah
Torakoplastik. Kepala tiap bagian memiliki wewenang atas masalah dokter residennya,
dan Kepala Bedah Torakoplastik sudah menolak Surat Pengajuan. Oleh Sebab itu,
keputusan dicabut Apa Kau masih belum tahu?.”ucap Direktur Ju bangga
“Kami
tidak memiliki Kepala Bagian.” Kata Dokter Do bingung. Direktur Ju mengaku
Sekarang ada dan Baru saja.
Flash Back
Saat
tengah malah, Direktur Ju terbangun dari tidurnya menerima telp dari Jun Wan
lalu bertanya Ada apa tengah malam begini. Jun Wan mengatakan bersedia jadi
Kepala Bagian jadi memohon agar bisa mengangkatnya.
“Kenapa
kau tiba-tiba membicarakan hal konyol?< Hei! Sungguh? Kau bilang sendiri,
ya? Jangan tarik ucapanmu kelak! Janji?” tegas Direktur Ju.
“Ya. Maaf
mengganggu tidurmu... Sampai jumpa besok.” Ucap Jun Wan seperti tak ingin ada
ketidakadilan seperti Dokter Chaen.
“Dokter
Kim Jun-wan juga sudah bicara dengan wali di telepon. Mereka akan melupakan
masalah ini jika kau minta maaf. Asal tahu, dia meminta maaf mewakilimu. Katanya,
"Dia dokter residen bawahanku. Aku akan bertanggung jawab agar hal ini
takkan terjadi lagi." Jelas Direktur Ju
“Kurasa
hubungan mereka terjalin baik... Astaga... Kim Jun-wan. Dia sangat baik kepada
bawahannya. Mestinya dia juga baik kepada atasan.” Komentar Direktur Ju. Dokter
Do hanya bisa melonggo bingung.
PUSAT
MEDIS YULJE
Didepan
ruangan, Dokter Do terlihat gugup akan masuk ke dalam ruangan. Tapi tiba-tiba
Jun Wan keluar ruangan bertanya apakah Dokter Do punya jas hitam. Dokter Do
menganguk. Jun Wan pun meyuruh agar Cepat ganti baju dan akan menunggu di lobi.
Dokter Do makin bingung.
**
Keluarga
pasien kanker telihat gugup, Ik Jun menatap wajah mereak engan serus lalu
memberitahu kalau Hasil akhirnya tidak ada penyebaran. Semua langsung bernafas
lega dan mengucap syukur. Yang ada diruangan pun ikut senang mendengarnya.
“Sekarang
Ayah bisa makan.” Kata sang anak. Sang ayah pun pun mau makan.
“Hasil
menunjukkan semua baik, tak tersebar ke dada, tulang, maupun kepala. Syukurlah.
Kau hanya perlu operasi sesuai rencana. Kau pasti dapat hasil baik setelah
operasi dan perawatan karena ukuran pun kecil dan ditemukan saat masih dini.”
Jelas Ik Jun, Mereka pun mengucapkan terima kasih.
“Ayah,
sekarang kita makan... Ini kabar baik, Ayah.”ucap Sang anak memberikan nampan
makanan pada ayahnya.
“Apa Hanya
aku yang makan?” kata sang ayah bingung. Anaknya menganguk dan semua pasien
yang ada diruangan pun mengucapkan selamat.
“Kini kau
hanya perlu menjalani pengobatan.” Ucap keluarga pasien lain. Sang ayah pun
mengucapkan terima kasih banyak.
“ApaKalian
sudah menghubungi pihak asuransi? Ini Begini caranya.”kata Keluarga pasien
ingin membantu.
“Terima
kasih. Ayahku lebih bersemangat setelah pindah ke kamar ini. Terima kasih
banyak telah membantu.” Ucap sang anak
“Kami
tidak melakukan apa pun... Hanya mengobrol bersama.”kata keluarga pasien.
“Kalian
sering mengajak kami bicara dan memberi semangat saat kami kebingungan sehingga
kami bisa bertahan selama beberapa hari ini. Terima kasih banyak.”ucap Sang
anak.
“Kalau
begitu, ayo berpesta! Ayo kita rayakan!” ucap Sang ayah. Semua pun mulai
mengoyangkan tubuhnya termasuk Ik Jun yang suka menari dan menyanyi.
Nyonya Do
memanggil suaminya memberitahu kalau dokter datang jadi meminta agar Beri jus
untuk mereka. Suk Hyung mengau Tidak perlu dan mengucapkan Terima kasih karena
Hari ini sudah banyak minum.
“Kemarin
perutmu sakit luar biasa, ya? Sekarang bagaimana?” tanya Suk Hyung. Nyonya Do
mengaku baik bahkan Jauh lebih baik daripada kemarin.
“Dokter
Yang, terima kasih. Kau menyelamatkan aku dan bayiku.” Ucap Nyonya Do
“Kurasa ucapan
itu tidak tepat untukku, dan lebih tepat untuk Dokter Chu Min-ha.” Kata Suk
Hyung
“Dokter...
Terima kasih... Selama ini aku merepotkanmu, ya? Maaf. Padahal aslinya aku
tidak begitu. Aku sungguh minta maaf.” Kata Sang ibu merasa bersalah. Dokter
Chu hanya bisa tertunduk merasa tak perlu seperti itu.
“Aku
paham situasimu... Aku juga pasti akan begitu. Aku lebih berterima kasih karena
kau dan bayimu... baik-baik saja. Terima kasih.” Kata Dokter Chu tak bisa
menahan rasa sedihnya.
“Jangan
menangis.” Ucap Suk Hyung, tapi Dokter Chu masih terus menangis. Sang suami pun
mengecup tangan istrinya mengucapkan terimakasih.
Jung Won
berjalan pulang dan berdiri didepan IGD, lalu melihat Dokter Jang. Dokter Jang
mencoba untuk tetap santai menyapa seniornya lebih dulu. Jung Wan pun
membalasnya lalu berkomentar kalau Dokter Jang yang pulang lebih cepat hari
ini.
“Ya,
karena punya janji.” Ucap Dokter Jang singkat. Jung Wan pikir Dengan Dokter Chu
Min-ha.
“Bukan.” Kata
Dokter Jang dan saat itu sebuah mobil datang. Jung Wan terlihat melihat seorang
pria yang menjemput Dokter Jang.
“Aku
pergi dahulu.” Ucap Dokter Jang lalu masuk mobil. Jung Won hanya bisa terdiam
karena tak percaya kalau Dokter Jang bisa pindah kelain hati dengan cepat.
“Hai,
Andrea! Apa Kau habis lihat malaikat? Kenapa kau termenung begitu?” ejek Ik Jun
yang ada dialam mobil
“Cuaca
dingin. Cepat naik!” kata Song Hwa. Jung Won pun akhirnya naik ke mobil.
Didalam
mobil, Ik Jun menceritakn tentang pasienya saat mengatakann "Dia terkena
kanker." Lalu keluarganya membeku. Song Hwa pikir Tentu itu bagai petir di
siang bolong bagi keluarga karean Hal itu hanya mereka dengar dalam drama.
“Namun,
mereka lantas berpesta begitu dengar tak ada penyebaran.” Ucap Ik Jun. Song Hwa
tak percaya mendengarnya.
“Ya,
dengan para pasien sekamar.” Ucap Ik Jun. Jung Won pikir Operasi saja belum, Ik
Jun membenarkan.
“Keluarga
yang harmonis. Aku iri.” Kata Suk Hyung. Ik Jun memberitahu kalau Sangat
harmonis!
“Pasien
memiliki dua putri, dan semenjak dia dirawat, kedua putrinya tidak bekerja dan
belajar. Astaga... Aktivitas keluarga terhenti, dan hanya merawat sang ayah.” Cerita
Ik Jun
“Meski
situasinya agak kurang bagus, tetapi aku senang melihatnya. Kurasa itu keluarga
sebenarnya. Melihat mereka, aku jadi menelepon ayahku.” Ungkap Ik Jun
“Tadi aku
juga menengok pasien yang sedang pemulihan setelah operasi, dan kulihat tatapan
sang suami begitu manis. Aku bisa lihat suaminya begitu mengasihi dan mencintai
sang istri. Hatiku pun melunak.” Ungkap Suk Hyung
“Menikahlah
lagi.” Ejek Ik Jun. Suk Hyung menyuruh Ik Jun saja yang menikah lagi.
“Jun-wan
mana?” tanya Song Hwa. Jung Won menjawab Dia punya janji jadi Hari ini mereka
berempat saja.
“Astaga,
dia benar-benar jatuh cinta! Pacarnya siapa? Aku penasaran ingin bertemu.” Kata
Ik Ju penasaran.
“Hari ini
tangan Ik-jun sakit, Jun-wan pun tak bisa datang. Apa kita berlatih lain kali?”
ucap Song Hwa
“Apa
maksudmu? Jariku baik-baik saja. Bahkan mestinya jariku sudah lama sembuh jika
kau tak membalut banyak di awal. Pengobatan berlebih memang masalah utama rumah
sakit.” Ejek Ik Jun
“Apa kau
bilang? Aku terlambat ke pernikahan karenamu!”teriak Song Hwa kesal
“Siapa
suruh hadir di pernikahan orang tak akrab?” ucap Ik Jun. Son Hwa menyalahkan Ik
Jun karena datang terlambat.
“Tanganku
tak sembuh karenamu!” balas Ik Jun. Song Hwa mengeluh Ik Jun Tak tahu terima
kasih dan memperingatkan agar Jangan ke kantornya lagi. Ik Jun pun menyuruh
Song Hwa jangan ke ruanganya juga.
Ik Jun
dkk mulai berlatih, dengan lagu yang sedikit slow tanpa mengunakan gitar dan Ik Jun hanya duduk
sambil menyanyi. Sementara orang tua Bayi Hun duduk sambil memeluk anak pertama
mereka. Saat itu Sang ayah melihat Jun Wan datang.
Jun Wan
berjala dilorong dengan Dokter Ahn. Ibu Bayi Hun pun mendekati Jun Wan lalu
menangis didadanya. Jun Wan mencoba menahan tangisnya dan menenangkan pasienya
yang harus kehilangan sang anak.
Sebuah
ambulance datang, petugas menanyakan “Siapa namamu?” tapi tak ada sahutan.
Sampai ddepan IGD, dokter menanyakan keadaan pasien. Suk Hyung berlari keluar
ruangan terlihat panik. Dokter Bong sedang memberikan CPR meminta agar bisa
bertahan. Suk Hyung sampai diIGD hanya bisa menangis melihat ibunya sedang
diberi CPR dan tak sadarkan diri.
Bersambung episode 9
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar