PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Jumat, 08 Mei 2020

Sinopsis Hospital Playlist Episode 9 Part 1

PS : All images credit and content copyright : TVN
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe bulan ini 



 Di Lorong rumah sakit, seorang ayah mengeluh pada perawat “Kenapa tidak boleh dioperasi?” dan meminta agar seger mengoperasinya sekarang. Perawat Kim meminta si pria agar bisa tunggu sebentar dan menejlasan Selain itu, kondisinya saat ini tidak memungkinkan operasi.
“Aku ingin memberi leverku kepada putriku. Apa urusan kalian? Aku yang akan menyumbang leverku! Golongan darah kami sama, 'kan? Dia putriku. Apa masalahnya?” teriak si ayah. Sementara si anak yang ada diruangan hanya bisa terdiam
“Tolong cepat operasi! Aku bilang cepat! Kalau putriku dibiarkan saja lalu mati, apa kalian mau tanggung jawab? Apa Kalian mau bertanggung jawab?” teriak si ayah.
“Pak, sebelumnya sudah kami jelaskan, 'kan? Meski keluarga, transplantasi tak dapat diputuskan dan dijalani semudah itu. Kau sudah berusia lanjut dan kondisi kesehatanmu kurang baik.” Jelas perawat Song
“Pak, mau minum kopi bersamaku?” ucap Ik Jun akhirnya datang mendatangi si ayah pasien. Sang ayah pun menganguk mengerti.
“Tenanglah, Pak. Mari.” Ajak Ik Jun mencoba agar bisa tenang. Perawat Song pun mengikuti Ik Jun. 

Ik Jun membawakan minuman pada ayah pasien, dengan perlahan memberitahu dengan jujur kalau pria itu sudah tidak muda jadi Menurut aturan, sulit bagi sang ayah untuk dioperasi. Si pria pun hanya bisa terdiam mendengarnya.
“Tes yang kau jalani itu sebagai antisipasi situasi terburuk, dan syukurlah hasilnya baik. Namun, masalahnya adalah lemak di levermu terlalu banyak. Dalam situasi ini biasanya donor harus mengurangi berat badan untuk mengurangi lemak di lever, tetapi hal itu pun sulit di usiamu saat ini.” Jelas Ik Jun
“Bagaimana jika kita tunggu pasien yang mati otak, Pak? Ada yang dinamakan skor MELD, nilai penentu urutan transplantasi lever, dan skor putri Bapak saat ini cukup tinggi. Menurutku, dalam kondisi saat ini, kita bisa ambil keputusan setelah menunggu beberapa hari.” Ucap Ik Jun
“Skor putriku cukup tinggi?” tanya si ayah memastikan. Ik Jun membenarkan.
“36 adalah skor yang cukup tinggi. Sejujurnya, minimal skor harus sekitar 39 atau 40 agar bisa mendapat lever pasien mati otak. Skor saat ini agak meragukan. Kita tunggu beberapa hari. Jika kondisi putrimu bertambah parah, aku yang akan buat keputusan. Jadi, kita tunggu sebentar, ya?” ucap Ik Jun
Si ayah pun hanya terdiam dan sedikit berpikir. Perawat Song pun membenarkan. Ik Jun pikir makanan sudah tiba dan Putrinya pasti menunggu jadi mempersilakan makan siang bersamanya. Si ayah menganguk mengerti dan langsung mengucapkan terimakasih. 


Ik Jun dan perawat Song menunggu didepan lift, Perawat Song memperlihatkan foto dari ponselnya. Ik Jun melihat kalau anaknya itu  menggulung poni lalu memuji itu sudah biasa. Perawat Song pikir Ik Jun tak melihat lihat bintik di wajahnya
“Apa Bintik wajah So-Mi memang sebanyak ini? Bawa kemari. Itu bisa hilang dengan laser.” Ucap Ik Jun
“Ini riasan bintik hitam.” Jelas Perawat Song. Ik Jun tak percaya mendengarnya dan ingin tahu alasanya.
“Entahlah.” Kata Perawat Song. Ik Jun heran  Perawat Song yang tak tahu padahal Son Mi itu putrinya.
“Apa Kau memahami putramu?” ejek Perawat Song. Ik Ju pun benar juga karena tak paham.
“Kurasa Woo-Joo belakangan ini tertarik pada kaus kaki. Dia pilih kaus kaki 30 menit setiap hari... Benar. Aku sudah mengikuti kanal So-Mi. Dia YouTuber kecantikan nomor satu. Luar biasa! Bahkan aku pun ingin coba beberapa dari videonya.” Ucap Ik Jun bahagia.
“40.” Kata Perawat Song. Ik Jun bingung Ada apa dengan umurnya karena menurutnya Itu umur terbaik untuk bergaya.
“Maksudku, berat badan putriku 40 kg. Bahkan kurasa tak sampai 40 kg. Astaga! Menstruasi pertama pun belum.” Ucap Perawat Song khawatir.
“Kelas 2 SMP, tetapi belum menstruasi pertama? Ini Terlambat sekali.” jelas Ik Jun
“Dia tidak menurut setiap kuajak ke rumah sakit.” Kata Perawat Song lalu masuk ke dalam lift.
“Apa Kau tidak makan siang? Aku janji bertemu staf lain di kantin. Mari kita makan bersama.” Kata Perawat Song
“Aku harus pergi ke suatu tempat. Giliranku jam 12.00 sampai 14.00.” kata Ik Jun sibuk dengan ponselnya
“Giliran apa?” tanya Perawat Song bingung. Ik Jun pun terlihat bingung menjelaskan. 


 [ BANGSAL VIP ]
Ik Jun baru saja masuk pintu, melihat Song Hwa keluar dengan wajah kelelahan. Ik Jun bertanya apakah langsung rawat jalan. Song Hwa pkir 10 lagi di sana, maka bisa menikah dengan Suk Hyung lalu pamit pergi. Ik Jun pun masuk ke dalam ruangan.
“Ibu! Aku menjadi anak angkat Suk-Hyung. Sudah dengar? Suk-Hyung berjanji mewariskan rumah, TV, dan kursi santainya.” Ucap Ik Jun menyapa ibu Suk Hyung. Ibu Suk Hyung pun senang melihat Ik Jun yang datang. 

Perawat memeriksa Ibu Suk Hyung lalu memberitahu kalau Tekanan darah 100/70 dan Bagus. Ibu Suk Hyung pun mengucapkan Terima kasih. Jung Won bertanya pada perawat apakah sudah makan malam. Perawat menjawab harus pulang usai piketnya selesai.
“Bagaimana denganmu?” tanya Perawat. Jung Won mengaku Nanti.. dan saat itu pintu terbuka.
“Ibu, aku datang!” sapa Suk Hyung dengan gaya imut. Jung Won pun membalas dengan gaya imut.
Suk Hyung sadar kalau ada perawat dan akhirnya langsung memperlihatkan wibawa sebagai dokter menghampiri ibunya. Sang perawat hanya bisa menahan tawa melihat tingkah Suk Hyung. Jung Won pun juga tertawa melihat tingkah temanya. 

Suk Hyung duduk disamping ibunya bertanya apakah Jung Won yang bawa alat pelembap. Jung Won mengeleng. Ibunya menjawab Jun-Wan memasangnya pagi tadi lalu Tadi sore pun dia kemari untuk mengisi air. Ia pikir Jun-Wan teliti sekali dan tidak seperti kelihatannya.
“Dia memang terlihat teliti. Jun-Wan juga agak aneh seperti dia, Bu.” Ucap Suk Hyung. Jung Won menatap sinis.
“Ibu pasti bosan dengan makanan rumah sakit? Kau mau gomtang? Aku akan ambil diam-diam dari bawah.” Kata Jung Won mengalihkan pembicaraan.
“Aku tidak apa-apa. Kalian saja makan di luar bersama yang lain.” Kata Ibu Suk Hyung
“Tidak mau.  Mulai hari ini, aku akan mendampingi Ibu 24 jam.” Kata Suk Hyung. Ibunya pikir anaknya tak harus bekerja karena sudah tidak apa.
“Kenapa waktu itu tiba-tiba mengalami aritmia, ya?” tanya Jung Won heran.
“Penyebabnya pun tidak dapat dipastikan dari hasil tes elektrofisiologi. Aku sungguh cemas.” Kata Suk Hyung
“Itu karena ibu sudah tua. Kalau sudah tua, memang sering ada penyakit baru. Kalian makanlah di luar sana.” Kata Ibu Suk Hyung menyakinkan.
“Bu, biar aku belikan gomtang. Pasti enak makan sup hangat.” Ucap Jung Won
“Biar aku yang di sini. Kalian di rumah sakit seharian. Keluarlah dahulu cari udara segar.” Kata Ibu Jung Won datang membawakan makanan 
Nyonya Jung mengeluarkan termos dibantu dengan anaknya lalu berkomentar kalau Suk Hyung pasti kaget. Suk Hyung membenarkan lalu bertanya apakah Nyonya Jung langsung dari Yangpyeong. Nyonya Jung membenarkan kalau minta Jong-Su menyetir.
“Aku membuat bubur labu dan gomguk kesukaan ibumu. Aku buat sedikit. Kalian makanlah di luar. Pergi.” ucap Nyonya Jung

“Benar, Suk-Hyung... Traktir teman-temanmu makan daging. Ibu lebih tenang dengan begitu. Jung-Won, tolong bawa, Suk-Hyung pergi. Dia sudah di rumah sakit 3 hari berturut-turut.” Kata Ibu Suk Hyung
“Apa Memang mereka senggang?” tanya Suk Hyung. Jung Won yang sibuk membenarkan.
“Belum selesai kutulis "daging", mereka sudah setuju.” Kata Jung Won penuh senyuman bahagia. 


Disebuah restoran, Bibi bertanya mau pesan apa. Ik Jun bertanya Siapa traktir hari ini. Jun Wan menjawab Ayah Ik Jun menatap ke arah Suk Hyung. Ik Jun bahagia mendengarnya lalu memesan 2 porsi yang termahal. Song Hwa meminta pesan daging spesial 2 porsi dan Set jamur juga.
“Minta satu set sosis juga.” Kata Jung Won. Jun Wan pikir itu banyak tapi memesan Satu kodari hoe-naengmyeon juga.
“Hei! Pesan itu nanti saja setelah makan daging.” Keluh Suk Hyung. Jun Wan mengeluh kalau itu seleranya.
“Ya ampun. Kalian memang pemakan segala jika gratis.” Ejek Ik Jun tapi akhirnya meminta 2 kimchi-jjigae daging babi. Suk Hyung menatap sinis.
“Aku lupa! Satu telur kukus juga per meja karena pedas.” Kata Ik Jun, Semua tersenyum selain Suk Hyung. 


Lima orang berumur 40 tahun menatap melonggo melihat daging sapi premium yang dipanggang oleh pelayan. Si pelayan kebingungan menyuruh mereka boleh mengobrol. Tapi mereka masih terkesima dengan daging panggang mahal
“Sudah bisa dimakan?” kata Song Hwa tak sabar. Jun Wan mengeluh memberitahu Itu daging sapi!
“Jangan! Memangnya itu tuna?.. Itu daging babi... Makan mentah saja sekalian. Memang itu bistik tartar?” Kata Jun Wan mengomel. Song Hwa pun akhirnya hanya bisa menaruh sumpitnya lagi. 

Song Hwa makan dengan lahap. Ik Jun melihatnya  mengeluh klau tidak akan mencurinya dan Itu semua milik Song Hwa jadi bisa Makan pelan-pelan. Song Hwa menegaksan kalau Ini karena 3 kakak lelakinya. Ik Jun tahu kalau Mereka hanya menyisakan tulang.
“Suk-Hyung, kudengar ibumu akan cerai?” kata Song Hwa membahasnya. Suk Hyung membenarkan.
“Sungguh? Syukurlah. Sekarang dia bisa hidup tenang.” Kata Jung Won ikut bahagia.
“Ya, itu janjinya. Aku memohon sambil berlutut dan menangis. Aku memohon agar kami hidup bahagia, meski hanya sehari.” Cerita Suk Hyung. Semua pun memuji keputusan Suk Hyung.
“Hei, bagaimana kalau ibumu bilang begitu sekarang dan suatu saat marah lalu tak ingin cerai lagi?” kata Jun Wan
“Kemarin surat perceraian sudah diajukan lewat pengacara. Pihak Presdir Yang pun sudah mengurus surat hari ini, serasa dapat durian runtuh. Batas waktu mediasi 4 minggu lagi, berarti sebulan saja.” Ucap Suk Hyung
“Semua akan berakhir dalam sebulan. Namun, Ibu kini akan bercerai.... Ibu benar-benar akan bercerai... Aku jadi merasa sangat senang!” kata Suk Hyung
“Berbeda dengan saat kau cerai, ‘kan?” kata Ik Jun. Suk Hyung membenarkan  Betapa sedihnya  saat bercerai.
“Apa Kau tak begitu?” tanya Suk Hyung. Ik Jun mengaku Tidak sama sekali.
“Aku hanya terpikir cara agar bisa hidup bahagia dengan Woo-Joo.” kata Ik Ju
“Apa Kau belum bisa melupakan Sin-Ae?” kata Song Hwa. Suk Hyung mengeluh Song Hwa itu gila?
“Tentu tidak... Tentu sudah. Aku sudah melupakannya, tetapi masih ada rasa bersalah atau semacamnya di satu sisi hatiku.” Akui Suk Hyung
“Pasti belum terlupakan!” ejek Jun Won. Suk Hyung menegaskan kalau ini Kasih sayang
“Kasih sayang, bukan cinta!! Rasa bersalah, sendu. Semacam itu!” tegas Suk Hyung. Jun Won bertanya apa maksudnya pada Ik Jun. Ik Jun mengaku tak tahu.
“Ya ampun. Kalian tahu apa tentang cinta? Makan saja daging-daging ini. Dasar bocah!” keluh Suk Hyung
“Namun, sayangnya kau takkan dapat perusahaan ayahmu. Saat wafat, perusahaannya pasti jatuh ke tangan wanita itu dan anaknya. Taegun Apparel, perusahaan tertutup. Sebagian besar saham milik ayahnya, ‘kan?” kata Jun Wan
“Kalau tidak salah ada semacam hukum hak milik.” Kata Ik Jun. Suk Hyung menghela nafas mengakutak butuh.

“ BahkanTakkan kuterima meski diberi.” Tegas Suk Hyung. Jung Won membenarkan kalau Ini bukan masalah uang. Semua langsung menatap sinis kalau ini Menyebalkan
“Suk-Hyung, dengar baik-baik. Jangan mengomong kosong enggan menerima uangnya Kau Terima saja! Kau harus Terima dan berikan pada kami.”tegas Ik Jun
“Baik... Akan kuterima dan berikan kepada kalian...  Omong-omong, kalian sudah dengar berita Direktur Ju?”kata Suk Hyung.
“Ya, aku dengar dari Ibu.” Kata Jung Won. Mereka pun ingin tahu Direktur Ju kenapa
“Kurasa Direktur Ju dalam tahap awal depresi.” Kata Suk Hyung. Semua pun kaget. 


Di ruang rawat, Ibu Suk Hyung mengaku  sangat paham dan juga pernah menulis surat wasiat.Nyonya Jung ingin tahu apa yang ditulis Ibu Suk Hyung lalu menebak kalau menulis “Yang Tae-yang Brengsek, matilah kau!” menurutnya itu harus diucapkan di depan mukanya.
“Untuk apa ditulis? Kau Buang-buang kertas. Apa Karena itu kau menyemburnya dengan air bekas mengepel?” kata Nyonya Jung
“Ya. Walau malu dilihat putraku, tetapi rasanya lega sekali.” akui ibu Suk Hyung bisa sedikit tersenyum.
“Bagus... Lampiaskan saja... Lakukan dan katakan apa pun yang kau mau. Bagus!” kata Nyonya Jung mendukung
“Lalu apa rencana Direktur Ju? Apa Dia mau terapi?” tanya Ibu Suk Hyung. Nyonya Jung menceritakan Direktur Ju menolak karena merasa baik-baik saja.
“Dia bilang "Hanya terbawa suasana musim gugur." Dasar keras kepala!” keluh Nyonya Jung kesal
“Kau harus menjaganya. Setidaknya dia tampak riang saat bersamamu.” Ucap Ibu Suk Hyung
“Tadi pun aku sudah mengajaknya kemari, tetapi katanya sedang menunggu telepon. Padahal Dia takkan ditelepon.” Kata Nyonya Jung kesal. Ibu Suk hyung bertanya siapa.
“Hari ini dia janji makan malam dengan keluarga putra keduanya. Namun, mendadak batal karena cucunya mulas dan harus ke rumah sakit. Putranya bilang akan segera menelepon, tetapi aku yakin dia lupa karena kalut.” Cerita Nyonya Jung
“Dia Tinggal telepon lebih dahulu saja.” Kata Ibu Suk Hyung. Nyonya Jung membenarkan.
“Dia bisa menelepon lebih dahulu, tetapi kurasa dia sungkan untuk menelepon karena mungkin akan mengganggu padahal mereka sudah repot. Semakin tua biasanya kita banyak pertimbangan.” Kata Nyonya Jung meminum tehnya. 


Sementara dipakiran, Direktur Ju terlihat sangat gugup dengan ponsel ditanganya. Akhirnya Ia memberanikan diri menelp anaknya, bertanya “Yun-Min tidak apa? Bagaimana kondisinya?” Anaknya memberitahu kalau Yu Min langsung membaik begitu sampai rumah sakit.
“Syukurlah kalau begitu. Apa Kini kondisinya baik?” tanya Direktur Ju. Anaknya menjawab sekarang baik
“Dia kegirangan main dengan kakaknya. Mereka senang sekali sampai bernyanyi setelah dibelikan piza dan kola kesukaan.” Cerita sang anak dengan wajah bahagia.
“Meski begitu, jangan diberi makan terlalu banyak. Waspadalah untuk saat ini.” Pesan Direktur Ju
“Baik. Aku Hampir lupa!.. Ayah... Tadi siang Yun-Hyeon dan Yun-Min berfoto mengenakan seragam Taekwondo. Itu Lucu sekali. Kukirim sekarang”cerita anaknya.
Direktur Ju terlihat senang mendengarnya lalu mengucapkan terimakasih pada anaknya dan mengucapkan Selamat makan malam. Anaknya pun mengucapkan Selamat istirahat pada istirahat lalu menutup telpnya, wajah Direktur Ju terlihat sangat bahagai setelah menelp anaknya. 


Telp kembali berdering, Nyonya Jung menelp dengan nada kesal karean tak naik juga lalu bertanya apakah  Tae-Ung sudah menelepon. Direktur Ju dengan wajah bahagia membenarkan kalau sang anak tadi menelpnya dan Katanya Yun-Min baik-baik saja.
“Syukurlah. Kau belum makan malam, 'kan? Cepat naik. Kau pasti lapar.” Ucap Nyonya Jung
“Tidak. Aku tidak lapar.” Kata Direktur Ju,  Nyonya Jung heran temanya itu tidak mau makan malam dan memarahinya agar segera naik saja.
“Hei, aku takkan mati tidak makan sekali saja... Tidak apa... Apa Kau tidak turun? Aku antar pulang.” Kata Direktur Ju
“Di umur kita bisa mati meski tak makan sekali. Bahaya. Aku takkan mengomel. Cepat naik. Paham?” ucap Nyonya Jung. Direktur Ju akhirnya mengalah akan naik ke atas. 
Dokter Jang berbicara dengan juniornya di lorong menjelaskan Umumnya, operasi lever donor hidup dimulai pagi-pagi. Dengan 2 operasi dilakukan bersamaan sehingga butuh waktu lama dan staf medis yang banyak. Lalu Dokter Lee biasa hadir sekitar jam 08.00.
“Dia akan turun setelah Anestesiologi siap.  Sebelum itu, para perawat Ruang Operasi menyiapkan meja operasi. Hari ini, transplantasi lever donor hidup. Donor adalah pria 50 tahunan, adik penerima.”jelas Dokter Jang
“Operasi cukup sulit karena anatomi kantong empedu donor adalah tipe C, tetapi pasti berhasil sebab Dokter Lee memperhatikannya dengan baik. Walau tampak urakan dan cerewet, Dokter Lee Ik-Jun mahir operasi.” Kaa Dokter Jang sudah ada di ruangan operasi
“Apa kau bilang? Kau mengejek atau memujiku?” ucap Ik Jun sudah dudk di ruangan operasi.
“Sedang apa kau di sini?” tanya Dokter Jang heran. Ik Jun mengaku sedang Belajar.
“Apa Kau asisten hari ini?” tanya Ik Jun. Dokter Jang menjawab bukan tapi Asisten hari ini Dokter Jong Se-Hyeok.


Ik Jun akhirnya melakukan operas lalu mengeluarkaan Sampel lever siap untuk biopsi beku. Sebuah tabung diberi label [KIM CHANG-HWAN -POTONG BEKU] Mereka pun berhenti sejenak, Ass Dokter mengeluh Hasilnya keluar agak lama hari ini.
“Tiga, dua, satu.” Kata Ik Jun mulai menghitung mundur dan terdengar suara dari telp.
“Aku Kim Mi-Ae, dari Patologi. Aku akan memberi tahu hasil biopsi beku Kim Chang-Hwan. Perlemakan hati makrovaskuler 6%, dan diperkirakan tak ada inflamasi di sekitar vena porta hepar.”  Ucap Mi Ae di telp.
Ik Jun mengerti lalu mengucapkan Terima kasih dan mengatakan Operasi lanjutkan lalu meminta Perawat agar nyalakan musik.

Di ruangan operasi Song Hwa, Dokter Ahn menjelaskan pada juniornya kalau Bedah Saraf jarang mengatakan, "Semua akan baik-baik saja" atau "Kau pasti sembuh."karena Bedah Saraf berhubungan dengan otak jadi Jarang ada pasien yang sembuh secara dramatis jika dibandingkan dengan bagian lain.
“Tumor kuangkat.” Ucap Song Hwa mengeluarkan daging berukuran dua cm. Junior Dokter Ahn tiba-tiba terbatuk.
“Apa Kau kedinginan?” tanya Dokter Ahn. Juniornya mengaku tak masalah hanya mudah merasa dingin.
“Berarti kau mustahil masuk Bedah Torakoplastik.” Ucap Dokter Ahn.
“Yoon-Bok, kau baik-baik saja? Dingin, ya? Tunggu Sebentar.”
Di ruang operasi Jun Wan yang meminta agar lebih menariknya di luar terlihat [ SUHU SAAT INI: 18 DERAJAT CELSIUS ] Perawat berbicara dengan Yun Bok pasti terasa dingin. Yun Bok mengaku tak masalah. Dokter Do memberikan botol seperti untuk  menghangatkan tubuhnya.
“Aktivitas metabolisme harus dikurangi semaksimal mungkin karena peredaran darah tidak lancar saat jantung dihentikan dan dibantu alat selama operasi.” Jelas Dokter Do
“Suhu harus diturunkan agar aktivitas metabolisme dan konsumsi energi pasien sedikit. Dengan begitu, pasien bisa segera pulih saat jantung kembali berdegup. Omong-omong, Hong-Do mana?” tanya Dokter Do
“Dia ikut operasi Bedah Anak.” Ucap Yun Bok. Dokter Do bertanya Apa dia mudah kepanasan. Yun Bok mengaku Sangat mudah kepanasan. Dokter Do pikir itu Gawat.

Di ruang operasi Jung Won,  Hong Do berdiri dengan baju yang basah karena keringat. Sementara Jun Won yang terbiasa hanya meminta  perawat agar mengelap keringatnya. Dan terlihat di layar [ SUHU SAAT INI: 30,3 DERAJAT CELSIUS ]
Beberapa saat kemudian, Hong Do tak tahan dengan suhu yang panas akhirnya jatuh pingsan. Perawat yang melihat langsung menghampirinya, Hong Do kembali tersadar mengaku baik-baik saja.
“Siswa itu pingsan, ya? Apa Dia tak apa?” tanya Jung Won. Ass menganguk kalau  menurutnya Tahun ini agak terlambat.
“Tahun lalu satu orang pingsan di bulan Juni.” Kata Assnya. Jung Won menganguk mengerti. 


Di ruangan operasi Suk Hyung, Seorang ibu melihat anaknya yang baru lahir menyapa anaknya sambil menangis haru. Suk Hyung dengan Dokter Chu mulai menjahit,membeirtahu Saat menjahit rahim harus agak kencang agar tidak kendur. Tapi jangan tarik terlalu keras.
“Dokter Yang, para mahasiswa Keperawatan datang untuk observasi.” Ucap perawat masuk lalu mengucapkan selamat pada pasien.
“Aku sudah bilang kepada pasien. Kalau datang lebih awal kalian bisa lihat saat bayi keluar.” Ucap Suk Hyung
“Nanti sore ada operasi lagi, 'kan? Mereka bisa lihat saat itu.” Kata Perawat
“Kalian boleh mendekat. Hati-hati jangan sampai meja operasi terkontaminasi.” Kata Suk Hyung
Akhirnya dua orang mendekat dan salah satunya terlihat mengunakan ID Card  [ MAHASISWA ILMU KEPERAWATAN  - KIM YEONG-JU]

Ik Jun keluar dari ruangan operasi, Perawat Song melihat Operasi Ik Jun baru selesai dan itu artinya Lama sekali. Ik Jun mengkau  Lama mengatasi pendarahan, tetapi hasilnya baik  lalu bertanya apakah mereka mau pulang. Perawat Song menganguk.
“Benar! Oh Yu-Min, pasien Kamar 6011, yang menunggu donor karena sirosis hati. Tolong hubungi ayahnya. Kita harus beri tahu bahwa kondisi pasien memburuk.” Ucap Ik Jun
“Ayah Oh Yu-Min sudah lama tidak ke rumah sakit. Terakhir datang minggu lalu.” Kata perawat Song
“Benar... Aku belum melihatnya lagi.” Jelas Perawat lainya. Ik Jun bertanya apakah Tidak ada keluarga lain
“Ya.,, Dia sebatang kara. Kudengar kali ini pun dia baru bertemu sang ayah setelah sekian lama. Bagaimana ini, Dokter?”kata Perawat Song
“Mungkin ayahnya pergi ke suatu tempat untuk sesaat. Dia pasti datang, 'kan?”kata perawat lain.
“Kuragukan itu... Aku sudah bekerja selama 10 tahun. Hanya dari tatapannya, aku kini bisa segera tahu, mana yang bisa jadi donor untuk keluarga, mana yang tidak. Sedangkan ayah Oh Yu-Min tidak. Mustahil dia kembali kemari.” Ucap Ik Jun
“Itu pilihan tiap pribadi. Kita tak bisa mengecamnya. Lagi pula, ayah Oh Yu-Min memang sulit menjadi donor sejak awal. Intinya, aku paham.” Kata Ik Jun tak banyak berharap pada Tuan Oh lalu melangkah pergi.
“Dokter Lee!.. Di luar hujan... Kau sudah di sini sejak pagi... Kau Pasti tidak tahu?” ucap Perawat Song. Ik Jun pun tersenyum mendengarnya. 


Diruangan, Song Hwa menatap jendela yang basah karena terkena air hujan, wajahnya terlihat bahagia. Ik Jun datang memberitahu kalau Hujan turun dan mengajaknya makan. Song Hwa bertanya  apakah Operasinya sudah selesai.
“Sudah, makanya aku kemari.” Kata Ik Jun. Song Hwa bertanya mau makan apa
“Kita makan jeon atau sujebi?” ucap Ik Jun. Song Haw langsung memilih sujebi dan akan bertemu di lobi.
“Aku tak bawa mobil... Kita naik mobilmu.” Ucap Song Hwa. Ik Jun menganguk mengerti. 

Mereka pun sampai di kedai SUJEBI, Ik Jun pikir Hujan turun jadi mereka bisa jalan-jalan dengan mobil. Song Hwa pun setuju lalu bertanya tentang  Woo-Joo. Ik Jun memberitahu anaknya Di Changwon dan sedang tergila-gila dengan dwaeji-gukbap.
“Bagaimana alat bantu dengar ayahmu? Apa Dikembalikan?” tanya Ik Jun.
“Tidak... Aku tidak gila. Aku susah payah minta tolong Dokter Song untuk carikan alat terbaik.” Cerita Song Hwa
“Kenapa kau beri tahu harganya?” kata Ik Jun. Song Hwa mengaku bukan dia yang bilang.
“Ayah yang dengar dari orang lain. Astaga... Aku sampai harus mengada-ada dapat diskon karyawan, ditambah kupon, hingga diskon kartu kredit. Kubilang total diskon sekitar 23.000 won dan bayar di bawah 1 juta won.” Cerita Song Hwa
“Setelahnya, baru Ayah mau pakai dan tak dikembalikan. Ini membuatku Kesalnya.” Keluh Song Hwa
“Jangan marah-marah. Dia hanya khawatir putrinya buang-buang uang.” Ucap Ik Jun lalu meminta kimchi
Saat itu Song Hwa menerima telp. Dokter Ahn memberitahu Pasien perdarahan intraserebrum di serebelum, Kondisi semi-koma, kedua pupil 0,2 hampir tak ada gerakan motorik. Song Hwa mengatakan kalau tak jauh dari rumah sakit jadi akan segera ke sana.
Ik Jun pun sudah tahu harus bergegas membawa jaket Song Hwa lalu bergegas keluar kedai walaupun belum selesai makan. 

Ik Jun mengantar sampai ke depan ruang IGD, Song Hwa berlari masuk tanpa menutup pintu mobil. Ik Jun akhirnya turun dari mobil menutup pintu mobilnya ditengah hujan yang turun semakin deras. Dokter Ahn menghampiri Song Hwa memberitahu kalau Sudah pindai CT otak.
“Batang otak tertekan karena banyak pendarahan.” Jelas Dokter Ahn.
“Berapa umurnya?” tanya Song Hwa. Dokter Ahn menjawab  13 tahun. Song Hwa melonggo. Dokter Ahn memberitahu yaitu Gadis berusia 13 tahun.

Seorang anak tak sadarkan diri terbaring dengan alat bantu nafas, orang tuanya hanya bisa menangis melihat sang anak. Song Hwa akhirnya melihat di layar komputer. Dokter Bong datang bertanya apakah Pendarahan otak, dan Pasien anak kecil. Song Hwa tak menjawabnya.
“Dokter Ahn... Kau lihat MAV, 'kan?” ucap Song Hwa [ MAV: MALFORMASI ARTERI-VENA ] Dokter Ahn menganguk.
“Kurasa MAV pecah, terjadi perdarahan intraserebrum di serebelum, hilang kesadaran, lalu pingsan. Jadi harus Segera operasi.” Ucap Song Hwa. Dokter Ahn menganguk mengerti
“Lekas siapkan. Minta izin wali, urus ke Anestesiologi, lalu bawa pasien ke Ruang Operasi. Biar aku yang jelaskan kepada wali.” Perintah Song Hwa. Dokter Ahn mengerti.
***
Bersambung ke part 2

Cek My Wattpad...  ExGirlFriend

      
Cek My You Tube Channel "ReviewDrama Korea"

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar