PS
: All images credit and content copyright : JBTC
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Seorang wanita
pikir Ini baru pertemuan ketiga mereka dan menurutnya ini terlalu cepat. Kang Bae bertanya merasa harus mencoba
menahan dirinya lagi setelah menahan dua kali, dan menurutnya takmungkin bisa
begitu saja di depan pacarnya yang cantik.
“Pacar?
Jadi, ini hari pertama kita berpacaran?”
tanya si wanita tersipu malu. Kang Bae pun mencoba untuk mencium pacarnya
karena selama ini tak bisa dekat dengan
siapapun.
[KEDAI MISTIS]
Kang Bae
sedang bermimpi mencium seorang wanita, berbaring di datas meja. Managae Gwi
melihat Kang Bae itu Senang sekali tapi merasa Kasihan juga. Wol Ju memunta
agar membangukanya karena Waktunya tanda tangan kontrak.
“Tidakkah
itu jahat? Dia baru saja mulai.” Kata
Manage Gwi. Wol Ju langsung memberikan tatapan sinis.
“Maafkan
aku, Istimewa... Aku tak ingin membangunkanmu, tapi... Hei, bangun. Cepat
bangun!” ucap Manager Gwi sambil mengeberak-gebrak meja.
“Ke mana
dia pergi? Ke mana dia?” ucap Kang Bae terbangun mencari sosok wanita dalam
mimpinya.
“Bagaimana
dengan mimpi yang kubuat? Kau puas karena tak pernah berpacaran, 'kan?”kata Wol
Ju. Kang Bae tersadar kalau baru saja bermimpi.
“Kalau
begitu, aku sudah sembuh?” tanya Kang Bae. Wol Ju menjawab Tidak juga.
“Hari ini
hanya permulaan. Jika tanda tangan kontrak dan bekerja sebulan, maka kukabulkan
permintaanmu.” Ucap Wol Ju
“Bekerja
selama sebulan?” kata Kang Bae kebingungan dan menghela nafas panjang.
“Mengapa
kau menarik napas? Hanya perlu sentuh sembilan orang. Mengapa? Tak mau?
Lupakan.” Kata Wol Ju marah
“Bukan begitu.
Biar aku baca dulu... Namun, aku tak yakin kita boleh melakukan ini. Mungkin
mereka tak mau cerita sama sekali, tapi mereka ceritakan karena aku. Aku merasa
bersalah.” Ucap Kang Bae
“Hei,
dengar... Untuk apa mereka menyimpan masalah bila aku bisa bantu
menyelesaikannya? Kita menolong mereka. Benar, 'kan? Aku benar, 'kan?” kata Wol
Ju. Manager Gwi membenarkan untuk mendukung Wol Ju.
Kang Bae
membaca PASAL 4: PERIODE, PASAL 5: KEWAJIBAN, PASAL 6 "Penglihatan
spiritualmu dapat meningkat selama bekerja dan efeknya bisa permanen."
Lalu bertanya apa maksud tulisan itu. Wol Ju mengatkan Bukan apa-apa jadi tak
usah khawatir.
“Sepertinya
ini cukup penting.” Ucap Kang Bae lalu memegang tangan Wol J dan juga Manager
Gwi tapi keduanya hanya terdiam tak seperti yang lainya langsung bercerita.
“Kau tak
bisa menggunakan kekuatanmu pada kami. Aku akan beri tahu semuanya kepadamu.
Penglihatan spiritual adalah jalan di antara Dunia Nyata dan Alam Baka.” Jelas
Manager Gwi
“Kini penglihatan
spiritualmu terbuka dan termasuk kasus spesial. Bila kau bekerja dengan kami,
penglihatan spiritualmu bisa makin terbuka. Meskipun masuk ke dalam mimpi. kami
masih bolak-balik di jalan menuju Alam Baka.” Ucap Manager Gwi
“Lalu apa
yang akan terjadi?” tanya Kang Bae. Manager Gwi menjelaskan Bila penglihatan spiritualnya makin terbuka.
“Mungkin
orang-orang akan makin mengejarmu untuk bercerita hanya lewat sentuhan atau
pandangan.” Jelas Manager Gwi. Kang Bae melonggo binging.
“Hanya
dengan pandangan?”kata Kang Bae panik. Wol Ju menegaskan kala Itu tak akan
terjadi jadi Kang Bae tak usah khawatir.
“Bawakan
saja sembilan orang dalam sebulan dan aku akan menyembuhkanmu. Harus berapa
kali kukatakan bahwa itu keahlianku?” ucap Wol Ju yakin
“Jika tak
bisa dalam sebulan? Apa Kau takkan membantuku?” kata Kang Bae
“Bukannya
takkan membantu, tapi dia tak bisa mengubahmu.” Ucap Wol Ju. Manager Gwi
memberitahu Bila tak mencapai target, Wol Ju akan diseret pulang.
“Kau akan
diseret?” ucap Kang Bae panik. Manager Gwi pikir semua karyawan di dunia begitu
dan Begitu juga di dunia mereka.
“Jika tak
bisa mencapai target, kau akan dipindahkan.” Jelas Manager Gwi. Kang Bae pun
ingin tahu nasibnya setelah itu.
“Penglihatan
spiritualmu akan terus terbuka.” Kata Manager Gwi. Kang Bae memastikan kalauSelamanya
dalam keadaan lebih parah.
“Maaf,
tapi aku tak bisa tanda tangan ini. Bila aku tahu ada pasal ini,maka aku tak
akan datang.” Ucap Kang Bae akhirnya berdiri
“Sudah
kubilang, jangan khawatir. Aku sudah selesaikan masalah 99.991 orang. Sembilan
orang lagi pasti sangat mudah.” Ucap Wol Ju menyakinkan.
“Kau mau
pekerjakan aku karena tak bisa melakukannya, 'kan? Kalau begitu, aku pergi
dulu.” Ucap Kang Bae berjalan pergi.
“Hei...
Kau... Benar kau... Aku akan mengirimmu ke neraka hari ini juga.” Ucap Wol Ju
marah pada Manager Gwi.
Manager
Gwi panik menyuruh agar Jangan mendekat. Wol Ju tak peduli rasanya ingin
membunuh Manager Gwi saja.
Kang Bae
akhirnya berbaring di kamar mengingat ucapan Manager Gwi kala bisa mendengar
cerita Hanya dengan pandangan dan itu menurutnya Tak bisa dibiarkan. Dan tak
akan bisa dalam kondisi itu. Saat itu terdengar suara “Apa kau di dalam,
Kang-bae?”
“Bu
Andong? Silakan masuk.” Ucap Kang Bae menyapa seorang ibu yang membawa makanan.
“Kau
pasti sedikit lapar, jadi, coba makan ini.” Ucap Ibu Andong. Kang Bae
berkomentar Ini terlihat lezat.
“Terima
kasih selalu mengingatku” ucap Kang Bae. Ibu Andong mengaku hanya bangga pria
muda seperti Kang Bae bekerja dengan keras.
“Terima
kasih makanannya... Aku baru ingat. Eun-su menikah pada tanggal 9 Mei, 'kan? Bukankah
itu ulang tahunnya?” ucap Kang Bae. Ibu Andong membenarkan.
“Dia akan
menikah di hari ulang tahunnya. Apa kau akan datang ke pernikahannya, alih-alih
berkencan pada akhir pekan?” kata Ibu Andong
“Aku harus
menghadiri pernikahan Eun-su. Lagi pula, aku... tidak punya pacar.” Ucap Kang
Bae.
Di dalam
kedai, Manager Gwi terlihat sudah lusuh bertanya pada Wol Ju Apa benar ada cara untuk menolong “Si
Istimewa” Wol Ju yakin hanya perlu ke Dunia Mimpi-nya dan menutup penglihatan
spiritualnya. Manager Gwi pikir Ternyata mudah.
“Dia hanya
perlu tanda tangan kontrak, tapi bagaimana agar dia mau?” ucap Wol Ju
Seorang
wanita masuk kantin dengan pakaian yang cukup sexy, lalu menyapa Kang Bae yang
sedang makan dengan teman-temanya. Kang Bae melonggo melihat Wol Ju yang
datang. Wol Jutahu mereka semua lelah bekerja, jadi menyuruh mereka makan
dengan menu yang mewah.
“Siapa
dia?”tanya Jin Dong. Kang Bae menjawab Wol Ju itu hanya kenalannya. Akhirnya
Seung Ho berdiri.
“Bolehkah
aku tahu apa hubunganmu dengan Han Kang-bae?” tanya Seung Ho
“Aku
punya bisnis kecil dekat sini dan aku datang untuk mempekerjakan Kang-bae.”
Ucap Wol Ju. Seung Ho kaget akan Mempekerjakan.
“Kita bukan
saingan, jadi, tenang saja. Kami hanya beroperasi di malam hari, jadi, dia bisa
mengerjakan kedua pekerjaan.” Jelas Wol Ju
“Malam
hari? Bisnis apa yang kau maksud?” tanya Seung Ho. Wol Ju kebingungan lalu
menatap Manager Gwi agar membantunya.
“Aku... akan
menunggu di mobil.” Kata Manager Gwi kabur. Wol Ju mengeluh kesal mendengarnya
“Aku tak
bisa jelaskan mendetail, tapi aku menyajikan alkohol dan menenangkan klienku.”
Ucap Wol Ju
“Jadi,
dia... akan bekerja di bar?” kata Seung Ho. Ji Dong ingin tahu Siapa yang
ditenangkan?
“Bakat
Kang-bae sangat cocok dengan kebutuhanku, jadi, aku datang menawarkan
pekerjaan, walau ini tidak sopan.” Jelas Wol Ju
“Bakat?
Kang-bae? Bakat seperti apa?” tanya Ji Dong penasaran. Kang Bae hanya bisa
terdiam
“Tak ada
yang terlalu spesial. Namun, tubuhnya pas untuk pekerjaan ini. Dia membuat para
tamuku selalu jatuh hati padanya.” Kata Wol Ju
Ji Dong
tak pecaya mendengar Tubuhnya pas. Seung
Ho pikir Tak mungkin. Kang Bae akhirnya tak bisa menahan lagi mengajak Wol Ju
keluar sebentar. Wol Ju pun mengucapakan selamat makan.
Kang Bae
mengajak Wol Ju pergi ke tangga darurat mengeluh kalau sudah katakan tak mau
tapi malah datang ke tempat kerjanya. Wol Ju pikir Sayang sekali jika bakat
Kang Bae yang disia-siakan menurutnya Kebahagiaan yang sebenarnya adalah ketika
tahu kelebihannya.
“Dan
inilah caranya. Aku dan kau akan bahagia, semua orang akan bahagia.” Ucap Wol
Ju
“Tidak.
Seberat apa pun sekarang, aku akan mencoba bertahan seperti ini. Aku sudah
berusaha hidup dengan baik dan aku tak mau tamak. Silakan pergi.” Kata Kang Bae lalu berjalan pergi.
“Bila
berhenti di sini, aku tak datang dari awal.” Ucap Wol Ju dengan penuh rencana.
Kang Bae
kembali berkerja menyusun barang, saat itu seorang pegawai memberitahu mulai
diskon spesial untuk hari ini yaitu Daging babi berbumbu. Semua ibu-ibu pun
bergegas menghampiri. Wol Ju tiba-tiba mengandeng tangan Kang Bae.
“Apa yang
kau lakukan?” ucap Kang Bae bingung. Wol Ju tiba-tiba dengan sengaja
mendoronganya kearah kerumunan dan hampir semua ibu-ibu memegangnya.
Meraka langsung
bercerita kalau menduga suaminya selingkuh, anakny akan gagal tes lagi, bahkan
sampai memberitahu Mertuanya itu membuatnya gila. Sung Jae panik mencoba untuk kabur tapi
semua ibu-ibu yang memegangnya terus mengejarnya.
Kang Bae
akhirnya bersembunyi dibagian tempat tidur tingkat. Wol Ju datang berpikir
harus memberitahu ibu-ibu keberadaanya.Kang Bae terlihat sedikit ketakutan. Wol
Ju memuji Kang bae itu luar biasa dan melihat ibu-ibu itu ada diujung lorong
“Ke mana
anak itu? Aku belum selesai berbicara padanya. Bila bicara soal mertuaku,
mungkin butuh 15 hari untuk menyelesaikannya.” Ucap seorang ibu, begitu juga
yang lainya. Wol Ju akan memberitahu
keberadaan Kang Bae.
“Tunggu...
Aku akan lakukan itu.” Ucap Kang Bae. Wol Ju bisa tersenyum
“Untunglah
kau berubah pikiran. Kau pasti sulit hidup seperti ini. Jadi Apa Kau butuh
pena?” kata Wol Ju akhirnya bertemu diruangan. Kang Bae akan memberikan tanda
tangan.
“Kalau
begitu, apa bisa coba satu orang dulu? Mari kita coba satu orang sebagai tahap
magang. Dengan begitu, kita bisa tahu apakah target bisa dicapai dan apa aku
cocok dengan kebutuhanmu. Kontrak permanen bisa dilakukan setelahnya.
Bagaimana?” jelas Kang Bae tak ingin membuat Wol Ju kecewa.
“Astaga...
Terlalu berhati-hati membuat hidupmu berantakan nanti. Tapi Baiklah... Datang
ke kedai nanti malam.” Kata Wol Ju akhirnya memasukan surat kontrak.
Ibu
Andong dan Eun Soo berjalan bersama, Ibu Andong mengeluh anaknya Untuk apa
membelikan sesuatu yang mahal karena ia ini tak pintar berdandan. EUn Seo
mengaku Tak apa, karena ini kosmetik berbahan alami yang pas untuk mereka yang
alergi.
“Ibu
tentu harus terlihat cantik saat pernikahanku.” Kata Eun Soo. Tapi ibu Andong
merasa Tetap saja tak bisa memakainya.
“Pakai
saja ini untukmu dan jelaskan kondisiku kepada calon mertuamu agar mereka tak
salah paham. Ibu punya alergi sehingga tak bisa berdandan nanti.” ucap Ibu
Andong. Eun Soo akhirnya mengalah menyetujui ucapan ibunya.
“Aku
lapar sekali... Ibu, tempat ini menjual makerel bakar. Wanginya sangat enak.
Ayo kita makan dulu. Ayo kita makan. Ini pasti lezat.” Ucap Eun So.
Dibagian
depan kedia Mistis tertulis [MENU HARI INI: MAKEREL BAKAR] Eun Soo melihat ikan
diatas meja memuji kalau Minyak yang keluar darinya memang paling enak dan Wangi
asap yang lezat, serta garing jadi meminta agar ibunya mencobanya.
“Lembut
dan gurih... Ini benar-benar enak. Mengapa kau tak beri tahu kami kau kerja di
kedai dengan makanan lezat seperti ini?” kata Eun Soo
“Ini hari
pertamaku dan hanya pekerjaan sementara.” Ucap Kang Bae. Eun Soo berjanji
mereka harus sering ke sini.
“Ini
lebih enak daripada daging sapi.” Puji Eun Soo. Wol Ju mengaku memang paling
mahir membakar makerel.
“Namun,
ini tak seenak buatan ibuku.” Kata Eun Soo. Ibunya meminta agar Jangan berbicara
seperti itu.
“Mengapa?
Ibu memang lebih berpengalaman. Ibuku membesarkanku sambil menjalankan restoran
ikan bakar selama 30 tahun. Dia hebat, 'kan?” kata Eun Soo banga
“Tidak,
semua orang juga begitu.” Ucap Ibu Andong merendah. Manager Gwi pikir Putri ibu
Andong itu benar, kalau Ibu Andong benar-benar hebat.
Wol Ju
mencoba memberikan kode pada Kang Bae agar mulai menyentuhnya tapi tak
mengerti. Eun Soo mengangakt telp dari calon suaminya dan mengeluh kalau lupa
dan sedang bersama Ibunya. Saat itu Ibu Andong terbatuk terlihat ada darahnya.
“Ibu,
bagaimana ini? Aku lupa sudah ada janji makandengan teman calon suamiku.”
Ucap Eun Soo.
“Bagaimana
bisa kau lupa hal itu? Cepat pergi.” ucap Ibu Andong. Eun Soo meminta ibunya
agar menghabiskan makanan lalu pulang.
“Kang-bae,
tolong jaga ibuku.” Pinta Eun Soo. Kang Bae meminta jangan khawatir.
“Putrimu
benar-benar baik. Kau benar-benar berhasil mendidiknya.” Ucap Manager Gwi
“Kau
salah. Aku takkan pernah bisa menjadi ibu yang baik untuknya. Apa Boleh minta
air?” kata Ibu Andong. Kang Bae pun langsung memberikanya.
Wol Ju
gemas melihat Kang Bae yang tak mengerti dengan kodenya. Kang Bae pikir kalau
Wol Ju meminta agar memberikan pikri untuk Taruh tulangnya. Wol Ju akhirnya
menyuruh Kang Bae untuk mendekat dan Kang Bae menurutinya.
“Siapa
yang suruh kau beri air dan piring kosong? Seharusnya kau pegang tangan orang
pilihanku dan buat mereka bercerita.”ucap Wol Ju
“Apa? Bu
Andong?”kata Kang Bae bingung. Wol Ju hean Lantas, apa kita punya pelanggan lain
“Hampiri
dia. Ayo!” kata Wol Ju. Ibu Andong bertanya Berapa semuanya karena berpikir segera
pergi.
“Memangnya
mengapa? Kau bisa makan dulu di sini.” Kata Kang Bae akhirnya memegang tangan
Ibu Andong
“Kalau
begitu, aku akan makan dulu.” Ucap Ibu Andong kembali duduk. Kang Bae gugup
karena takut caranya tak berhasil
“Aku
sangat bersalah pada Eun-su.” Akui ibu Andong. Kang Bae bingung dengan
pengakuan ibu Andong Sangat bersalah
“Aku tak tahu
harus bercerita dari mana. Aku menjadi janda di usia muda, dan membuka restoran
makerel bakar untuk hidup.” Cerita Ibu Andong
Flash Back
“Saat
itu, ada gadis yang membantuku. Dia adalah Lee Sun-hwa. Dia anak yatim piatu,
juga kesepian. Karena itu kami bisa menjadi dekat.”
Seorang
wanita membereskan meja di Bar Andong. Sun Hw terlihat sangat rajin membantu
Ibu Andong. Ibu Andong ingin membantu tapi Sun Hwa menyuruhnya pergi saja dan
melakukan hal yang lain.
Keduanya
akhirnya minum bersama, Ibu Andong bertanya Mengapa Sun Hw belum menikah, Apa
pernah berpacaran. Sun Hwa mengaku sangat pemalu dan juga dikenal sebagai
pembantu, jadi, tak mungkin ada yang mau. Ibu Andong pikir Namun, Sun Hwa tentu
tak bisa terus sendirian.
“Apa yang
terjadi kalau aku menikah dan melahirkan anak yang akan menjadi yatim piatu
sepertiku?” kata Sun Hwa khawatir.
“Hei, mengapa
kau berbicara seperti itu? Bila sesuatu yang buruk terjadi, aku akan urus
anakmu, jadi, coba lahirkan satu. Cemaskanlah hal itu saat sudah mendapat
suami. Aku sudah pernah menikah, dan aku ingin lakukan itu lagi. Cobalah
menikah dulu.” Ucap Ibu Andong.
“Lalu ada seorang pria datang. Aku
sangat menyukai pria itu. Dia sangatlah tampan, baik, juga tulus. Aku lakukan
apa pun untuk mendapatkannya.”
Ibu
Andong memberitahu kalau mereka sudah tutup,
tapi matanya langsung terkesima dengan Pria itu. Ia pun mencoba untuk
menarik pria itu untuk bersolek agar sang pria menyukainya.
Si pria
akhirnya datang lagi bertanya apa Sun-hwa tak datang hari ini. Ibu Andong
memberitahu Sun Hwa ke tempat permandian lalu berkomentar kalau pasti lelah
mengendarai truk ke berbagai tempat dan meminta agar mencoba makananya.
“Aku tak
pesan kerang.” Ucap Tuan Ko. Ibu Andong menyuruh makan saja karena Semua
makanan ini bagus untuk pria.
“Setiap
ke kotaku, dia selalu ke restoranku. Aku berpikir dia juga punya perasaan yang
sama. Namun, aku ternyata salah.”
Ibu
Andong terus bersolek, sampai akhirnya seorang teman mengajak untuk foto
bersama. Tuan Ko duduk ditengah-tengah antara Sun Hwa dan Ibu Andong. Ibu
Andong berkomenta kalau temanya selalu pamer kamera barunya. Saat itu Tuan Ko
memegang tangan Sun Hwo dibelakang punggung saat foto. Mereka akhirnya minum
bersama.
“Ada yang
ingin kami bicarakan.” Ucap Tuan Ko, Ibu Andong bingung Tuan Ko mengatakan
"Kami"
“Sun-hwa
sedang hamil anakku. Sudah tiga bulan. Kami juga akan segera menikah.” Ucap
Tuan Ko. Ibu Andong langsung lemas dan gelasnya pun jatuh. Sun Hwa hanya bisa
tertunduk malu.
“Ternyata ini alasannya Sun-hwa menolak semua
pria di area ini. Dia ternyata sudah ada yang punya.” Kata Si pria memberikan
selamat
“Aku
sangat marah padanya. Aku tak bisa kendalikan diriku. Selamat untuk kalian. Untuk
menutupi ekspresi wajahku, aku terus berdandan tebal. Lebih tebal dan lebih
berwarna. Seperti orang gila saja.”
Ibu
Andong terus mengunakan make up tebal smentara Sun Hwa akhirnya melahirkan dan
terihat bahagia dengan anaknya yang masih bayi.
“Setelah itu Sun-hwa melahirkan
anak perempuan dan aku tak mengunjunginya. Aku membencinya karena merebut
priaku, jadi, bagaimana bisa aku datang? Sebuah rasa cemburu yang berlebihan.”
Ibu
Andong akhirnya minum sendirian sambil mengumpat kesal. Saat itu Tuan Ko
datang. Ibu Andong pun menyapa dengan panggilan sayang, tapi mengubahnya jadi ayah
sang bayi dan mengucapkan Selamat. Tuan Ko akhirnya duduk didepan ibu Andong.
“Aku
datang untuk berterima kasih padamu. Terima kasih karena sudah mengurus Sun-hwa-ku
dengan baik.” Kata Tuan Ko
“Sun-hwa-mu?
Sun-hwa-mu? Pak Ko... Aku senang melihat kalian berdua hidup bahagia seperti
sekarang, tapi... Haruskah kuberi tahu ini padamu? Tidak, lupakan saja.” Ucap
Ibu Andong
“Apa terjadi
sesuatu dengan Sun-hwa?” tanya Tuan Ko gugu. Ibu Andong berkomentar Tuan Ko itu
terlalu polos.
“Dengar...
Apa kau pikir anak perempuan itu adalah benar anakmu? Kalian sering berpisah,
'kan? Kau juga tak tahu masa lalu Sun-hwa.” Kata Ibu Andong. Tuan Ko hanya bisa
diam saja.
“Bagaimana
mungkin kau tahu bila dia tak memberitahumu?” kata Ibu Andong. Tuan Ko ingin
tahu apa maksud ucapanya.
“Aku beri
tahu ini karena kau seperti adikku, jadi, dengar baik-baik. Yang sebenarnya
terjadi adalah...” kata Ibu Andong membisikan ssuatu.
Di rumah,
Sun Hwa mencoba menyangkalnya kalau itu tak benar. Tuan Ko yakin kalau Rumor
tak muncul begitu saja dan Itu konyol. Sun Hwa memohon agarTuan Ko percaya
padanya. Tapi Tuan Ko sangat marah pada istrinya yang membohonginya.
“Dasar
wanita gila... Apa yang aku katakan tadi Aku harus segera memberitahunya kalau
itu tidak benar.” Ucap Ibu Andong bergegas pergi.
Saat itu
mobil Tuan Ko sudah meninggalkan rumah. Sun Hwa mencoba mengejarnya tanpa
melihat ada taksi dari arah samping.Saat itu juga tubuh Sun Hwa langsung
terkapar dijalan dengan darah yang mengalir. Ibu Andong hanya bisa jatuh lemas
melihat kecelakaan didepan matanya.
Ibu
Andong akhirnya pergi ke rumah Sun Hwa melihat anaknya yang sendirian dan
langsung mengendongnya
“Saat itulah, hidupku mulai seperti
di neraka. Hanya aku yang bisa menjaga bayinya, sehingga aku harus mengurusnya
walau aku ingin mati. Setiap aku melihat Eun-su yang makin mirip ibunya, rasa
bersalahku ini makin tak bisa kuatasi.”
“Aku tak
tahu bahwa perkataanku saat mabukbisa membuatku seperti di neraka
selamanya.Sebelum aku meninggal, aku ingin Eun-su bertemu ayah kandungnya.
Namun, aku tak bisa menemukan ayahnya sama sekali. Aku pun frustrasi karena
penyakit kanker paru-paruku akan segera merenggut nyawaku.” Cerita Ibu Andong.
“Kanker?”
kata Kang Bae kaget. Ibu Andong meminta agar Jangan beri tahu Eun-su.
“Aku tak
ingin merusak hari paling bahagia putriku.” Ucap Ibu Andong. Wol Ju mengaku tak
percaya.
“Coba
pikir. Anak itu berarti tak tahu dia mencintai musuhnya, dan terus memanggil
musuhnya ibu... Dasar penipu. Putrimu... Tunggu. Dia bahkan bukan putrimu. Apa
kau tak merasa bersalah?” ucap Wol Ju marah
“Astaga,
apa yang kukatakan tadi?” kata Ibu Andong seperti mulai sadar. Wol Ju pun
menyuruh Ibu Andong segera keluar.
“Aku tak
mau punya pelanggan pembunuh.” Kata Wol Ju. Kang Bae panik mengeluh mengapa
bicara begitu
“Pisau
dan pistol bukan hanya senjata yang bisa membunuh seseorang. Lidahmu telah
membunuh seseorang dan merusak keluarga
orang lain.” Ucap Wol Ju sinis mengingat kejadian masa lalunya.
Flash Back
“Mungkin
saja dia juga tidur dengan Putra Mahkota. Sepertinya dia mengincar posisi
selir. Orang yang tak berpendidikan dan berlatar baik pasti akan menjual
tubuhnya untuk apa pun.”
“Apa
menurutmu... meminta maaf saja cukup? Apa Kau pikir takkan ke neraka meski
dimaafkan? Itu takkan terjadi. Kau seharusnya terus membawa rasa bersalahmu
sampai mati dan diadili langsung di gerbang neraka.” Ucap Wol Ju
“Sudah
cukup... Tolong hentikan dia.” Kata Kang Bae meminta pertolongan Manager Gwi.
“Maafkan
aku. Seharusnya aku tak menceritakannya. Aku pergi dulu.” Kata Ibu Andong lalu
berjalan pergi. Kang Bae kebingungan karena merasa serba salah.
“Apa
menurutmu kau tak keterlaluan? Dia sebentar lagi wafat. Bukankah kita harus
menolongnya?” keluh Kang Bae kesal
“Apa kita
harus baik kepadanya hanya karena dia mau meninggal?” balas Wol Ji sinis.
“Untuk
apa aku bekerja di sini? Bukankah kau butuh aku untuk membuat orang lain terbuka?
Kau tak bilang akan memarahi dan mengusir mereka! Bagaimana kau bertanggung
jawab bila dia pingsan karena syok?” kata Kang Bae.
"Bertanggung
jawab"? Dia yang seharusnya bertanggung jawab. Hukum tabur tuai. Kau tak
tahu itu?” kaat Wol Ju marah. Kang Bae pun memilih pergi.
Kang Bae
melamun di ruangan pengawai. Jin Dong bertanya Ada apa? Mengapa tak makan dan
berpikir kelelahan. Ia pun tak percaya akalu Kang Bae harus bekerja saat malam.
Kang Bae menegasakn akan berhenti dari pekerjaan itu hari ini.
“Mengapa?
Bukankah dia suka dengan tubuhmu?” kata Jin Dong. Kang bae pikir tak bisa
melakukannya sendiri tapi butuh alkohol.
“Benar...
Dengan alkohol itu...” ucap Kang Bae merasakan sesuatu.
Di dalam
kedai, Manager Gwi pikir si Istimewa sepertinya tak datang lagi Wol Ju dengan
wajah kesal merasa tak butuh dia dan bisa urus semua sendiri. Saat itu seorang
wanita mabuk datang meminta agar memberikan soju.
“Si Berengsek
itu. Aku mau membakarnya.” Teriak si wanita. Wol Ju pun senang menurutnya Si
berengsek itu pas dengan alkohol ini.
“Aku
benar-benar tertipu. Ternyata dia sudah menikah. Istrinya datang ke kantorku
hari ini dan menarik rambutku. Istrinya menuduhku sebagai perusak rumah tangga.”
Cerita si wanita.
“Baik,
aku mengerti... Coba minum ini.” Kata Wol Ju menuangkan minuman khusus agar
bisa masuk masuk ke mimpi mereka.
Tapi si
wanita malah membanting gelasnya dimeja, Wol Ju panik karena alkohol miliknya
malah berantakan. Si wanita malah minum dari botol suju, Manager Gwi bingung
karena tak boleh minum dari sana. Tapi Si wanita langsung jatuh tak sadarkan
diri.
“Bukankah
kau berkata bisa mengurus semua sendiri?” keluh Managar Gwi mengendong si
wanita keluar dari kedai.
“Begini...Ini
adalah kasus yang buruk.” Kata Wol Ju. Manager Gwi kesala akhirnya harus
mengendongnya pulang.
Kang Bae
diam-diam melihat dari kejauhan dan masuk kedai saat tak ada orang. Ia melihat
botol alkohol khusus Wol Ju lalu memindahkannya pada botol air mineral.
“Aku bisa
ke Dunia Mimpi jika meminum ini, 'kan?” ucap Kang Bae tersenyum bahagia.
Dengan
wajah bahagia Ia pulang ker umah dan panik melihat Ibu Andong terkapar di teras
rumah.
***
Dirumah
sakit, Eun So menangis mengetahui ibunya Kanker dan mengeluh kalau Mengapa tak
memberi bahakn menderita sendirian. Kang Bae hanya bisa terdiam melihat Ibu
Andong sudah tak sadarkan diri lalu melihat ponselnya bergetar.
“Hei,
Istimewa. Apa kau... Mengapa melakukan itu? Untuk sementara, jangan gunakan
itu. Apa Kau mengerti? Jangan minum atau memegang itu. Mengerti?” ucap Manager
Gwi sambil melirik pada Wol Ju
“Dasar
berengsek... Hei, di mana kau?”teriak Wol Ju marah. Kang Bae meminta maaf.
Bersambung
ke part 2
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar