PS : All images credit and content copyright : TVN
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Song Hwa
naik taksi dengan Ik Jun bersandar dibahunya karena mabuk, lalu mendorongnya
karena berat. Ik Jun akhirnya tertidur dengan bersandar ke jendela. Suk Hyung
menelp, Song Hwa heran mereka yang belum pulang.
“Kami di
karaoke!.. Lekas ke karaoke! Kukirim alamatnya.” Ucap Jung Won. Song Hwa
mengeluh kalau Ik-jun mabuk.
“Tidak...
Aku tak mabuk... Aku kanguru.” Ucap Ik Jun yang mabuk. Suk Hyun meminta agar
teman-temanya datang karena mereka juga mabuk berat.
Di tempat
karaoke. Jung Won terus menyanyi dan Suk Hyung menarik lalu berbaring disofa.
Jun Wan hanya diam karena sudah terlalu mabuk. Akhirnya Song Hwa datang dengan Ik Jun, Ik Jun langsung berbaring.
Song Hwa mengajak mereka segera pulang.
“Hei, sisa
semenit! Lagu terakhir. Aku akan nyanyi lagu terakhir. "Goodbye Now"
di mana?” ucap Jung Won.
“Tadi
sudah kau nyanyikan... Istirahatlah.” Kata Son Hwa. Tiba-tiba layar menghitung
mundur dan lagu pun mulai diputar. Song Hwa dan Jung Won hanya bisa melonggo
bingung.
Ik Jun
seperti mulai tersadar dan langsung menyanyi “Di hari pertama aku melihatmu
lewat foto, 31 Januari 1999, Sejak hari itu sampai kini” Jung Won bertanya
apakah Ik Jun ada masalah. Song Hwa hanya bisa terdiam mendengar Ik Jun
menyanyi.
“Dia
pasti ada masalah.” Kata Jung Won. Ik Jun terus menyanyi dengan lirik seperti
mengungkapkan perasanya.
“Kau Hanya menungguku. Kali ini pun
kau menerima panggilanku Yang sudah menjadi kebiasaan, Aku sangat mencintai
dirimu Yang membuat aku Menjadi orang paling bahagia di dunia. Sudah kuduga aku
akan jatuh cinta kepadamu.
“Di hari pertama kita bertemu< Meski
kau goyah karena cinta kita. Yang menjadi tidak jelas seiring waktu Aku akan
menangkapmu Sebagaimana kau menangkapku”
Flash Back
Ik Jun
pergi ke toko emas dan pemilik menawarkan sebuah cincin. Ik Jun pikir harus
yang Yang lebih sederhana. Dan menunjuk satu cincin yang menurutnya cocok. Si
pemilik pun memperlihatkan cincinya pada Ik Jun
“Pacarku
tipe yang rapi dan imut.” Cerita Ik Jun penuh semangat akan memberikan cincin
pada Song Hwa di hari ulang tahunya.
Song Hwa
terus menatap ke arah Ik Jun merasakan perasan temanya yang sebenarnya. Di
bagian belakang Jun Wan terlihat galau dengan tatapan kosong, pikiran melayang
pada Ik Sun.
Flash Back
Ik Sun
dan Jun Wan duduk bersama dimeja makan. Ik Sun tak pecaya mendengrnya kalau
terjadi Di Hawaii dan berpikir kalau Jun Wan itu sudah gila. Jun Wan pikir
Sepertinya memang gila waktu itu dan memperingatkan kalau hanya Jung Won dan Ik
Sun yang tahu soal ini.
“Ini
rahasia besar. Terutama kakakmu. Dia tidak boleh tahu.” Tegas Jun Wan. Ik Sun
pikir kakaknya itu bisa jaga rahasia.
“Aku
tahu... Namun, Dia suka mengejek. Dia terbaik soal mengejek orang.Lalu Kau
bagaimana?” ucap Jun Wan
“Aku tidak
ingin menceritakannya. Namun, aku harus cerita kepadamu karena kita janji
cerita segala hal.” Akui Ik Sun
“Kau pacaran
dengan lelaki macam itu? Jangan khawatir. Aku tidak berbohong. Hal itu takkan
terjadi.” Kata Jun Wan. Ik Sun menganguk setuju.
“Jun-wan...
Bila suatu saat hubungan kita menjauh sedikit demi sedikit dan kita sudah tidak
berdebar karena senang seperti sekarang, tolong katakan padaku lebih dahulu
bahwa kau ingin putus.” Ucap Ik Sun. Jun Wan mengeluh dengan ucapan Ik Sun.
“Aku amat
menyukaimu sampai lupa mantan pacarku yang gila dan mulai berpacaran denganmu. Maka
aku hanya ingin mengenang masa indah” kata Ik Sun.
Jun Wan
terdiam menatap cincin pasangan ditanganya tapi tak bisa diberikan pada Ik Sun
karena tak menyukainya.
Ik Jun
dkk akhirnya berlatih band bersama dengan nyanyian yang sama. Song Hwa
menatapnya tapi Ik Jun seperti tak sadar saat mabuk kemarin. Ik Jun pun
menyanyi menatap Song Hwa. Sementara Dokter Ahn terilihat galau di dalam kamar
tidurnya.
Flash Back
Dokter
Ahn yang masih magang meminta agar menekan lantai tujuh. Song Hwa yang ada
dibagian depan menekanya. Dokter Ahn seperti langsung terkesima dengan sosok
Song Hwa dan terus menatapnya dari pantulan dinding lift.
Saat itu
seorang pasien masuk, Song Hwa tahu kalau akan ke Lantai enam. Pasien lain
masuk, Song Hwa tahu kalau akan ke lantai lima sambil berkata Semoga
persalinannya lancar. Dokte Ahn seperti makin suka dengan sosok Song Hwa.
Akhirnya
keduanya keduanya dilantai yang sama, Dokter Ahn berani menyapa Song Hwa bertanya apakah mau ke Bedah Saraf. Song Hwa
membenarkan. Dokter Ahn pun bertanya apakah ia dokter maganlalu mengaku kalau Ini
hari pertamaku magang.
“Aku
hanya ingin tahu apa kau juga.” Kata Dokter Ahn. Song Hwa hanya bisa tersenyum
“Apa aku
tampak seperti dokter magang?” tanya Song Hwa.
Di
ruangan , Dokter Yong berbaring di atas meja mengeluh kalau Malang sekali, giliran pertama mereka di
Bedah Saraf lalu bertanya apakah satu angkatan di Kedokteran. Dokter Ahn
mengaku baru bertemu hari ini. Song Hwa akhirnya masuk dan Dokter Yong langsung
berdiri menyapanya. “Dokter Chae, mereka dokter magang baru.” Kata Dokter Yong
menunjuk ke arah Dokter Ahn dan seorang dokter Wanita
“Begitu?
Senang bertemu kalian. Perkenalkan, dia dokter spesialis bedah saraf, Chae
Song-hwa.” Kata Song Hwa. Dokter Ahn hanya bisa melonggo dan merasa malu.
“Mohon
bantuan kalian... Semoga tahun depan kita bertemu lagi di Bedah Saraf.” Kata
Song Hwa. Dokter Ahn mengingat kenangan manis saat bertemu dengan Song Hwa.
Jun Wan
keluar dari rumah memastikan kalau tak salah dengan dan meminta agar
mengulanginya lagi. Perawat memberitahu
kalau dapat donor, Jun Wan ingin tahu umurnya. Perawat menjawab Empat tahun,
perempuan, 18 kg, golongan darah O, korban kecelakaan.
“Rapat
pemutusan mati otak akan segera dimulai.Akan kuhubungi lagi jika hasil sudah
keluar.”kata perawat. Jun Wan pun mengucapkan Terima kasih.
Jun Wan
mondar mandir dengan wajah gelisah, lalu memastikan kalau Dokter Do sudah
memberi tahu ibu Chae-yun ada donor. Dokter Do mengeluh dengan ucapan Jung Wan yang
menggangapnys seperti itu dan menegaskan kalau belum bilang.
“Dia
pasti kecewa berat jika ternyata tidak bisa operasi. Aku juga punya akal sehat”
kata Dokter Do. Jun Wan mengaku hanya waswas. Perawat akhirnya menelp
“Dokter
Kim... Rapat pemutusan sudah selesai dan keputusannya pasien mati otak. Donor
akan masuk Ruang Operasi besok pukul 09.00.” ucap perawat. Jun Wan pun
mengucapkan Terima kasih.
Jun wan
akhirnya memberitahu orang tuan Chae Yun kalu Chae-yun dapat donor. Keduanya
langsung menangis dan jatuh lemas mengucapkan terimakasih pada Jun Wan.
“Jangan
berterima kasih kepadaku, melainkan keluarga donor. Benar, kita patut bersyukur
dan merasa lega akan munculnya donor di saat seperti ini. Namun, walaupun
jantung Chae-yun membengkak, kemungkinan jantung donor terlalu besar
baginyasebab berat badan donor lebih dari tiga kali lipat berat badan Chae-yun.”
Jelas Jun Wan.
“Namun,
ini bukan saatnya kita mempermasalahkan hal itu. Chae-yun tak punya banyak
waktu. Mari lakukan operasinya.” Ucap Jun Wan. Keduanya menganguk setuju.
“Mereka
akan dapatkan jantung donor besok pagi dan kami akan membedahnya di Ruang
Operasi. Kami akan berusaha maksimal. meski situasi tidak mudah.”kata Jun Wan.
Jun Wan
akan keluar dari ruangan tiba-tiba merasakan sesuatu. Dokter Do masuk
menawarkan diri kalau akan membangunkan besok pagi. Jun Wan memanggil Dokter Do
agar memastikan kalau badanya itu deman dan menyentuhnya.
“Hanya
demam ringan sedikit.” ucap Dokter Do. Jun Wan panik karena tak boleh demam dan Besok harus operasi.
Keduanya
pun saling mengecek suhu badan, seperti keduanya sama- sama mengalami demam
karena gelisah
Jun Wan
gelisah menunggu, Dokter menelp lalu memberitahu kalau Jantungnya baik, jadi
Operasi bisa berjalan. Jun Wan mengerti.
Perawat
Song berjalan dilorong, seorang pasien memanggilnya memberitahu Daerah
operasinya sakit sekali, perut kembung, dan tidak nyaman. Perawat Song mengerti
memberitahu Saat baru selesai operasi adalah yang tersulit.
“Namun,
operasinya lancar. Kau akan merasa jauh lebih sehat setelah melewati di masa
ini. Meski sulit, gas akan segera keluar jika kau banyak berjalan.” Ucap Perawat.
Si pasien mengerti.
Saat itu
Perawat Song melihat juniornya berkumpul lalu bertanya sedang lihat apa.
Perawat pria memberitahu kalau So-mi baru mengunggah video lagi bahkan juga
mengikuti kanalnya. Perawat Song seperti tak peduli. Perawat memuji So-mi
pandai menyunting dan berbakat.
“Siapa
ini? Ada Hong-do di cuplikannya.” Komentar perawat. Hong Do mencoba tak peduli
dan memilih pergi, Salah perawat melihat bukan Hong Do tapi Perawat Song lalu
memberitahu kalau So-mi mengunggah videonya. Perawat Song melihatnya.
Didalam
video,Perawat Song memberikan nasehat pada Jae Hwan lebih baik pisahkan injeksi intravena dan
intramuskular. Saat pasien lain lewat, Perawat Song memberitahu Pasien ini harus turun untuk tes daan hanya
perlu memantau apa saturasi oksigennya turun.
Perawat Song
hanya bisa menahan haru melihat video anaknya. Saat di ruang rawat Perawat Song
mengeluh anaknya yang tak menghabiskan makanan. So Mi mengeluh beratnya 43 kilo
jadi tidak mau makan. Ibunya mengeluh kalau So Mi baru selesai operasi jadi
Untuk apa diet.
“Ayo..
Taruh ponselmu.” Kata perawat Song. Saat itu pasien didepan ingin tahu jam
berapa akan operasi. Sang wali merasa kalau perawat tak tuntas menjelaskanya.
“Nona Yoo
Sang-eun jadi yang pertama dioperasi besok pagi,< dan akan masuk Ruang
Operasi pukul 07.30. Kau bisa datang pukul 07.00. Durasi operasi sekitar dua
jam, tetapi bisa lebih karena proses anestesi. Operasi besok pasti lancar. Istirahatlah.
Jangan khawatir.” ucapPerawat Song dengan jelas.
“Kau sedang
apa? Ayo makan... Simpan ponselmu, So-mi. Makanlah sesuap lagi. Ya?”kata
Perawat Song.
Di lobby,
So Mi pun merekam ibunya yang bisa mengantar pasien yanbg baru selesia operasi
bahkan memberitahu Hong Do cara berbicara pada pasien.
“So-mi,
aku juga punya hak publikasi. Seharusnya kau minta izin dahulu.” Ucap Hong Do
“Khayalanmu
luar biasa. Aku bukan merekammu.” Kata So Mi yang terus men-zoom kamera ke arah
ibunya.
“Aku jadi
ingin punya putri.” Ucap Dokter perempuan. Temanya pikir Anak putra pun sama
saja.
“Aku
tahu. Aku hanya iri kepada Perawat Song Su-bin.” Kata teman wanitanya.
“Dia...
Hei! Padahal kami bertengkar pagi ini. Astaga, aku tak bisa tahu pemikiran anak
ini.” Ungkap Perawat Song menahan haru.
Dokter
Ahn memberitahu kalau Ini hari kesepuluh usai operasi Im Jang-hun. Menurut
hasil CT, perdarahan sudah hampir melebur dan Motoriknya pun mulai pulih dan
akan ditransfer ke Rehabilitasi Medis. Song Hwa mengucap syukur karena Tadinya
begitu risau.
“Pak,
coba angkat kaki kananmu... Coba angkat lutut kanan.”ucapSOng Hwa melihat Tuan
Im yang sudah sadar.
“Pemulihan
kakinya jauh lebih baik.” Kata Song Hwa. Sang istri memberitahu kalau Kakinya
masih agak lemah tetapi kini cukup bereaksi.
“Kurasa
kakinya bisa lebih baik setelah rehabilitasi.”kata Song Hwa.
“Itu tak
ada gunanya. Tanganku tak bergerak.” Kata Tuan Im marah. Sang isti mengeluh
suaminya malah terlihat marah
“Tanganmu
juga pasti segera pulih.” Kata Sang istri. Tuan Im merasa itu Tidak mungkin.
“Sepuluh
hari lebih tanganku mati rasa. Dokter, tanganku tidak bisa digunakan lagi,
'kan? Tangan kananku takkan bergerak. selamanya, 'kan?” kata Tuan Im putus asa.
“Tangan
dan kakimu terasa lemah sebab lokasi pendarahan berada di bagian penggeraknya.
Kami belum tahu apa tanganmu akan kembali pulih karena saraf sudah rusak sejak
sebelum operasi.” Jelas Song Hwa.
“Kakimu
sudah jelas membaik, tetapi kurasa tanganmu butuh waktu lebih. Jangan menyerah
karena kau masih muda. Ada orang yang kondisinya membaik setelah rehabilitasi
teratur.” Ucap Song Hwa memberikan semangat.
“Lantas,
kenapa selamatkan aku?” ucap Tuan Im marah. Istrinay mengelu suaminya sudah
gila karena bersikap seperti itu
“Itu
pilihan terbaik.. Operasi lancar, dan darah sudah berkurang. Kita tunggu
pemulihan tanganmusambil menjalani rehabilitasi”kata Song Hwa tenang.
“Bagaimana
aku bisa hidup begini? Sebelah tanganku tak bisa digunakan! Astaga, yang benar
saja... Aku tak ingin hidup.. Hidupku berakhir.” Ucap Tuan Im. Song Hwa hanya
bisa terdiam dan Dokter Ahn pun ikut sedih.
Jun Wan
bertemu dengan orang tua Chae Yun memberitahu Ada adhesi karena pemakaian paru-paru
buatan berbulan-bulan jadi Dalam kasus seperti ini, hal terpenting adalah transplantasi
berjalan tanpa hambatan saat membuka dada.
“Syukurnya,
proses transplantasi lancar tanpa hambatan.” Kata Jun Wan. Keduanya mengucapkan
terimakasih. Dokter Do menatap Jun Wan seperti tak percaya.
“Kami
butuh waktu lebih saat membuka dada, dan kini jantung donor berdegup dengan
baik. Dada sulit ditutup dan dibiarkan terbuka sebab jantung agak besar dan bengkak,
sesuai kekhawatiran kami. Kami akan coba tutup dada setelah tak bengkak dalam
beberapa hari.” Jelas Jun Wan.
“Intinya,
operasi berakhir lancar.” Kata Jun Wan. Keduanya langsung mengucapkan
terimakasih.
“Kalian bisa
Tunggu di luar, dan nanti kalian bisa lihat Chae-yun. Sekarang sedang merapikan
selang. Kalian bisa bertemu sekitar satu jam lagi.” Kata Jun Wan. Keduanya
mengerti.
Setelah
mereka keluar, Jun Wan membuka kacamata dan langsung terlihat gelisah memastikan kalau keadaan Pasti aman, Dokter
Do heran dengan Jun Wan sudah sering melakukan operasi ini tadi sikapnya
terlihat tak seperti biasanya.
“Operasi
tadi lancar, 'kan? Buat konsumsi dan
ekskresi negatif, serta hilangkan bengkak. Kita tutup dada dalam beberapa hari.
Cek apa terjadi pendarahan, dan buang air kecil lancar. Paham?” kata Jun Wan.
Dokter Do menganguk mengerti.
Semua
keluar Chang Huk berkumpul, Ik Jun memberitahu Ukuran levernya tidak
memungkinkan. Istrinya hanya bisa menangis. Ik Jun memberitahu kalau Sisa lever
harus melebihi 30 persen dari keseluruhan agar transplantasi aman, tetapi
istrinya hanya 25 persen.
“Kurasa
butuh donor lain.” Kata Ik Jun. Chang Huk hanya bisa mengucap syukur. Istrinya
hanya bisa menangis.
“Syukurlah,
Sayang. Meski levermu cocok, aku takkan menerimanya. Aku sakit begini. Aku akan
lebih sakit bila kau juga sakit. Bagaimana nasib Dong-ju juga? Ayahnya sakit
jadi Ibunya harus sehat. Aku sungguh tidak apa.” Ucap Chang Huk.
“Ibu...
Jangan buat istriku resah lagi karena masalah ini. Ini masalah keluarga kami.
Biar kami yang urus.” Kata Chang Huk. Sang istri masih terus menangis.
Dokter
Ahn datang membawakan minum dan juga jaket dokter, Song Hwa mengucapkan Terima
kasih. Dokter Ahn pikir kalau Cuaca dingin lalu mengeluh merasa dia keterlaluan. Padahal sudah
menyelamatkan Im Jang-hun.
“Chi-hong...
Bisa kau temui wali Im Jang-hun? Istrinya juga pasti amat stres. Tolong bilang
bahwa aku banyak waktu. Jadi, dia bisa telepon aku kapan saja jika ingin
bertanya tentang pasien atau rehabilitasi. Dia mungkin tidak nyaman bila aku
bilang sendiri. Tolong kau beri tahu dia.”kata Song Hwa.
Di
ruangan, empat pria sedan makan hanya bisa melonggo. Song Hwa memberitahu kalau
sudah bicara dengan Kepala Rumah Sakit dan akan pindah ke cabang Sokcho selama
setahun. Jun Wan heran Kenapa tiba-tiba ke sana
“Leherku
sakit parah. Aku ingin istirahat. Operasi di sana pasti sedikit. Aku ingin
istirahat sambil mengobati dislokasi dan belajar yang selama ini tak bisa”
jelas Song Hwa. Semua hanya bisa menatap dalam diam.
“Aku akan
sering ke Seoul. Aku juga akan melakukan operasi VIP jika jadwalnya keluar
lebih awal. Pekerjaan itu pun bisa kulakukan di sana.” Kata Song Hwa.
“Kenapa
kau memutuskan hal itu sendiri tanpa berkonsultasi?”keluh Jun Wan
“Song-hwa
pasti bisa memutuskan sendiri. Jangan menggebu-gebu.” Kaat Suk Hyung
“Tanpa
dia.. bagaimana nasib band kita?” kata Jun Wan. Son Hwa memberitahu akan ke
Seoul di akhir pekan.
“Perjalanan
dari Sokcho hanya dua jam. Tidak lama.” Kata Song Hwa. Jung Won membenarkan
kalau bisa pulang dan pergi antara Seoul dan Sokcho jadi bisa Obati lehernya
dahulu.
“Omong-omong,
Suk-hyung... Ibumu bagaimana? Dia harus hati-hati karena ada darah tinggi.” Kata
Song Hwa.
“Khawatirkan
dirimu saja sendiri. Ibuku lebih sehat daripadamu. Dia dirawat karena
belakangan staminanya berkurang. Bukan masalah besar.” Jelas Song Hwa.
Ibu Suk
Hyung menatap kearah jendela ruanganya, Suk Hyung masuk memberitahu kalau
pengacar Pyun datang. Ibu Suk Hyun heran pengacara Pyun datang dan bertanya
apakah ada kabar. Pengacara Pyun memberitau Beberapa saat lalu aku dihubungi
oleh pengacara Presdir Yang.
“Katanya,
Presdir Yang Tae-yang meninggalkan surat wasiat. Pengacara dan Kepala
Sekretaris Presdir Yang ingin bertatap muka dan membicarakan surat wasiat itu. Mereka
sedang menuju kemari.” Ucap Pengacara Pyun. Suk Hyung dan ibunya hanya bisa
melonggo bingung.
Dokter
Jang bertemu dengan Nyonya Jung ditaman dan terlihat kaget menurutnya ia
itubukan siapa-siapa bagi Dokter Ahn Jung-won. Nyonya Jung menegaskan kalau ia
adalah ibunya jadi sangat paham putranya. Ia mengaku pernah melihat keduanya
berbincang.
“Aku
langsung tahu begitu lihat tatapan Jung-won. Aku sadar putraku sangat menyukai
dan menyayangimu. Putraku selalu berkata suka bila suka, dan tidak suka bila tidak.
Ekspresinya tak dapat disembunyikan.” Kata Nyonya Jung
“Tak
seharusnya aku ikut campur dan mungkin firasatku salah. Namun, ini harapan
terakhirku. Meski sulit, aku ingin... meminta bantuanmu. Tolong minta kepadanya...
Tolong minta kepada Jung-won agar tidak menjadi pastor dan tetap bekerja di
rumah sakit. Aku mohon minta padanya... Aku mohon.”kata Nyonya Jung. Dokter
Jang hanya bisa terdiam.
Bersambung
ke episode 12
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Lagu yang dinyanyiin Ikjun dikaraoke itu judulnya apa ya??
BalasHapus