PS : All images credit and content copyright : TVN
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Jun Wan
mengandeng tangan Ik Sun lalu menaruh disakunya, lalu bertanya apakah
Persiapannya banyak. Ik Sun mengaku Tidak. Jun Wan pikir Kini hanya sisa sebulan dan tak menyangka
akan berpacaran jarak jauh di umur sebegini.
“Maaf,
Jun-wan.” ucap Ik Sun. Jun Wan pikir Jangan minta maaf karena ini tak masalah
dan Itu kesempatan bagus.
“Omong-omong,
tiga tahun lagi umurmu 43 tahun.” Kata Ik Sun. Jun Wan pikir Apa bedanya 40 dan
43 tahun?
“Perbedaan
waktu delapan jam pasti tidak mudah. Kita pasti akan saling salah paham dan
bertengkar. Ya, 'kan?” kata Ik Sun
“Ya. Kita
pasti akan saling salah paham dan bertengkar. "Kau yang kemari. Aku yang
ke sana. Kenapa kali ini tinggal sebentar sekali? Kenapa tak terima telepon?
Ponselku pakai mode getar." Kita mungkin bertengkar begitu.” Cerita Jun
Wan.
“Setelah
itu, kita pun putus.” Kata Ik Sun. Jun Wan mengelu karena Ik Sun bahkan belum
pergi.
“Kenapa
mencemaskan hal yang belum terjadi?” kata Jun Wan kesail. Ik Sun tahu kalau Jun
Wan ingin menikah dan punya anak.
“Bagaimana
jika tiga tahunmu sia-sia karenaku?” kata Ik Sun. Jun Wan menegaskan tidak suka
itu.
“Tidak...
Kalau kau mau, aku bisa terus begini lima atau sepuluh tahun lagi. Aku tidak
apa-apa. Yang kuinginkan bukan menikah, melainkan kita selalu bersama. Tentu
aku ingin menikahimu. Namun, tidak perlu jika kau tak ingin. Saat ini pun aku
bahagia.” Ucap Jun Wan menyakinkan
“Ik-sun...
Tiga tahun cepat berlalu... Empat puluh tahun pun cepat. Jadi Ulurkan tanganmu.
Kuberi sesuatu.” Kata Jun Wan dengan wajah serius,
“Jangan...
Aku sudah bilang tidak mau. Saat awal berpacaran, aku sudah jelas bilang jangan
lakukan apa pun untukku. Aku tidak suka cincin, kalung, hadiah, dan semacamnya.”
Tegas Ik Jun
“Aku
bukan mau memberi hal macam itu.” Ucap Jun Wan lalu mengeluarkan earphone. Ik
Sun hanya bisa tersenyum malu.
“Kau
pasti malu?” ejek Jun Wan. Ik Sun pun meminta Jun Wan memberikanya.
“Aku
takkan melakukan apa pun yang tak kau suka. Aku pacar yang baik. Apa sudah Terdengar?”
tanya Jun Wan. Ik Sun mengaku belum dan akhirnya mulai Terdengar.
“Aku
suka... Aku sangat suka lagu ini... Judulnya apa, ya?” kata Ik Sun. Jun Wan
menjawab IGD. Ik Sun pikir Bukan.
“Benar,
IGD. "Emergency Room". Lagu yang paling dibenci staf medis.” Kata Jun
Wan
“Kenapa
benci? Aku suka sekali. Sangat tepat untuk musim ini. Aku suka sekali.” kata Ik
Sun bahagia.
Song Hwa
mengemudikan mobilnya bertanya apakah Akhir pekan tidur di rumah sakit dan
berpikir akan mengantar sampai rumah. Dokter Ahn pikir tak masalah karena sudah
nyaman tidur di sana. Song Hwa menyuruh agar Lekas pindah ke dekat rumah sakit.
“Kita
juga butuh istirahat dengan baik.” Kata Song Hwa. Dokter Ahn mengerti lalu
melihat ada yang menelp Song Hwa
“Aku
sedang menyetir. Di samping ada Chi-hong dan kupakai pengeras suara. Tutup jika
ingin mengomong kosong.” Kata Song Hwa dengan tegas
“Apa Kau
mengantar Dokter Ahn Chi-hong?” tanya Ik Jun. Song Hwa membenarkan dan ingi
tahu kenapa menelpnya.
“Hanya
ingin tanya sedang apa. Baiklah. Selamat mengantar Chi-hong. Kita bicara lagi
nanti.” kata Ik Jun. Song Hwa mengerti lalu menutup telpnya.
Song Hwa
pun mengantar Dokter Ahn mengatakan Sampai jumpa hari Senin. Dokter Ahn pun
mengucapkan Terima kasih lalu memberitahu kalau Hari ini ia berulang tahun.
Song Hwa kaget mendengarnya dan mengeluh kalau baru bilang sekarang
“Apa Kau
tak butuh sesuatu? Hei, kau ulang tahun, tetapi datang ke rumah sakit? Ada apa
denganmu? Apa Kau tak punya teman?” ucap Song Hwa.
“Temanku
banyak. Kemarin aku sudah berpesta dengan teman-teman dan makan malam dengan
staf rumah sakit. Tapi Operasimu selesai larut malam. Jadi, aku tidak sempat
bilang.” Jelas Dokter Ahn.
“Hari ini
belum berakhir. Kau ingin hadiah apa? Akan kubelikan. Katakanlah.” Ucap Song
Hwa.
“Aku
ingin menerima sebuah hadiah... Apa aku boleh bicara santai? Aku takkan
melewati batas.” Kata Dokter Ahn. Song Hwa menatapnya lalu mempersilahkan.
“Hati-hati
di jalan, Song-hwa.” Kata Dokter Ahn. Song Hwa hanya bisa tersenyum melihat
tingkah juniornya.
“Sampai
bertemu Senin.” Ucap Dokter Ahn lalu meneuk bahu Song Hwa. Song Hwa terlihat
gugup dan Dokter Ahn pun keluar dari mobil
“Dia
kembali terlalu cepat.” Kata Jun Wan. Song Hwa pikir Suk Hyun istirahat sepekan
lebih jadi Sudah saatnya kembali bekerja.
“Ik-jun
di mana? Aku lapar.”keluh Jun Wan. Saat itu Ik Jun membuka pintu membawa
makanan. Keduanya ingin tahu apa yang dibawa Ik Jun.
“Samgyeopsal.”kata
Ik Jun bangga. Keduanya langsung menjerit bahagia. Ik Jun dan Jung Won menatap
dua temanya penuh arti.
Ik Jun
dan Jung Wan akhirnya menyiapkan semua makan diatas meja. Jun Won bertanya
apakah harus panggil mereka di luar. Ik Jun menyuapi temanya lebih dulu dan
meminta agar menunggu. Jung Won memuji kalau ini makanan Enak sekali.
“Panggil
mereka.”kata Ik Jun. Jung Won membuat sam lebih dulu karena tak ingin
dihabiskan makanya. Jun Wan dan Song Hwa berdiri didepan pintu terlihat seperti
anjing yang kelaparan.
Keduanya
makan dengan lahap seperti orang tak makan seminggu. Dua temanya hanya bisa
melongo, Jun Wan pun menyuapi kimchi panggang untuk Song Hwa. Jung Won mengeluh
keduanya itu rakus sekali jadi sangat cocok. Ik Jun mengejek keduanya Imut-imut sekali.
“Tetaplah
berteman. Jangan saling menikah, dan bertemu saat makan saja.” Kata Jung Won
“Benar. Bagaimana
bisa mereka saling melihat saat makan seperti ini sebagai pasangan?” kata Ik
Jun.
Keduanya
masih makan dengan sangat lahap seorang tak peduli dengaan dua temanya. Jung
Wan menerima telp. Dokter Jang memberitahu kal pasien sudah mulai anestesi.
Jung Wo mengerti kalau meminta agar bersiap.
“Operasi
darurat? Hari ini kau tak ada jadwal operasi, 'kan?” kata Ik Jun
“Ada,
anak tujuh tahun. Bedah kista urachal” kata Jung Won. Ik Jun pikir itu Suaranya
seperti Gyeo-ul.
“Benar.
Hari ini dia jadi dokter utama.” Kata Jung Won. Ik Jun tak percaya jadi Dokter
utama?
“Apa Berarti
ini operasi pertama Gyeo-ul?”kata Ik Jun bahagia.Jung Won membenarkan.
Song Hwa
melihat sisa makan nasi Jung Won dan akan memakanya. Jun Wan menyuruha gar mencampurnya. Song Hwa
menolak. Keduanya masih saja sibuk makan sampai mulut penuh.
Jung Wan
akhirnya masuk ruangan operasir memberitahu Dokter Jang, pimpinlah operasi hari
ini dan ia jadi asisten. Perawat pun memberika selamta pada Dokter Jang karena
Ini operasi pertamanya dan Jung Won jarang izinkan dokter lain pimpin bedah
anak.
“Kau harus
melakukannya dengan baik.” Ucap Dokter. Dokter Jang langsung mengucapkaTerima
kasih dan akan memulainya.
***
Dokter
Jang pun memulai meminta forsep. Jung Won berkomentar kalau harus dipindahkan
lebih ke kanan. Dokter Jang mengerti kalau Pembuluh darah akan diikat lebih
dahulu. Operasi terlihat berjalan dengan lancar dengan meminta mixer
“Apa
benar benda yang terlihat itu kista?” kata Dokter Jang. Jung Won membenarkan
kalau Itu harus diangkat,
“Tetapi
jalur atas dan bawah harus ditahan dahulu.” Ucap Jung Won. Dokter Jang pun
meminta Forsep right-angle dan Pengikatan dimulai.
Di
ruangan terjadi ketegangan, Tuan Ju ingin tahu Kapan Jung Won bilang. Dokter Ju
mengatakan Beberapa waktu lalu dan tak yakin apa tepat beri tahu mereka karena
ini masalah rumah sakit jadi Itu alasannya kalau dari awal tak bilang.
“Omong-omong...
Dokter Ahn ada masalah?”tanya Dokter Ju khawatir.
“Jong-su,
Ruang Merokok di mana?” tanya Nyonya Jung tak bisa menahan amarahnya. Tuan Ju
mengajak Rosa keluar sekrang.
Diruangan Ik Jun bertemu pasien dengan
keluarga besarnya lalu membertahu kalau
pria itu mengalami sirosis lever. Juga terlihat adanya tumor kanker sekitar
empat sentimeter. Semua keluarga terlihat terkejut.
“Dalam
kasus ini, cara penyembuhan terbaik adalah transplantasi. Kita masukkan kau ke
daftar transplantasi. Meski begitu, kanker bisa bertambah parah selama
menunggu. Jalan tercepat dan terbaik adalah transplantasi donor hidup.” Jelas
Ik Jun
“Transplantasi
donor hidup? Soal itu, aku tidak setuju. Aku tidak ingin membebani keluarga.”
Kata Chang Hak
“Chang-hak,
apa maksudmu? "Membebani"? Jangan bilang begitu. Kita keluarga.” Ucap
Sang ibu
“Benar.
Kami akan mendiskusikannya dengan baik. Kau tak perlu khawatir.” Kata adik
prianya.
“Dokter
Lee, jika dia mau didaftarkan, ada beberapa pemeriksaan lagi. Kurasa dia harus
tes sekarang.” Ucap perawat. Si pasien pun akhirnya keluar.
“Nak, bagaimana
kalau kau yang jadi donor? Kau masih muda. Donor yang tepat adalah kau.” Kata
sang ibu mertua pada istri Chang Hak.
“Benar.
Kau istrinya... Tentu. Kau harus menyelamatkan suamimu. Yang terpenting
sekarang adalah menyelamatkan suamimu.” Kata sang ayah mertua.
“Maaf,
Nak. Kami berdua sudah tua, sedangkan dia lemah sejak kecil. Menurutku, kau
adalah pilihan terbaik.” Ucap Sang ibu.
“Baik...
Aku bersedia, Dokter.” Kata Sang istri dengan wajah tertunduk. Ik Jun hanya
bisa menatapnya.
“Kalau
begitu, kapan tes dimulai, Dokter?” tanya Ibu Chang Hak. Ik Jun menjawab
Semakin cepat tes, semakin cepat dioperasi.
“Mohon
percepat tesnya, Dokter.” Pinta sang ibu. Ik Jun pikir Bila pendonor sudah diputuskan, maka akan
usahakan agar bisa segera tes.
“Dia
harus didaftarkan untuk tes. Tapi Bisa tolong lakukan pembayaran dahulu di
lantai satu?” kata Ik Jun.Dua adik Chang Hak pun bergegas pergi.
“Kondisi
putra kalian kurang baik. Kurasa lebih baik bila ada yang menemaninya saat tes.”
Kata Ik Jun. Dua orang tua Chang Hak pun keluar.
Akhirnya
anak Chung Hak sibuk bermain sendiri. Istri
Chung Hak hanya bisa tertunduk diam. Ik Jun memberitahu Menyumbang organ
adalah pertaruhan hidup dan mati dan paham itu tak mudah.
“Terlebih
lagi jika ada keluarga yang harus dirawat. Aku amat paham. Tak satu pun bisa
mengecammu bila kau menolak. Jujurlah kepadaku bila kau tidak bersedia. Aku bisa
bilang bahwa kau tidak bisa” kata Ik Jun bisa tahu kalau istri Chang Hak
tertekan.
“Dokter.
Setelah menjalani tes... dan setelah hasilnya keluar, kumohon beri tahu mereka
bahwa aku tidak cocok. Maafkan aku. Aku sungguh minta maaf.” Kata istri Chang
Hak menangis.
“Kau
tidak perlu merasa bersalah. Aku akan bicara pada mereka.” Ucap Ik Jun.Istri
Chang Hak terus meminta maaf.
Nyonya
Jung masuk ke lobby rumah sakit dengan wajah tegang. Tuan Ju pikir Sulit
membujuk Jung-won mengubah pikiran. Nyonya Jung mengaku sudah tahu.
“Berhenti
membuat Jung-won sengsara, dan biarkan dia lakukan apa yang dia mau. Kau bisa
bercengkerama denganku.” Kata Tuan Ju. Nyonya Jung tiba-tiba berhenti melangkah
“Kenapa?
Tidak mau?” tanya Tuan Ju. Nyonya Jung bertanya
Taman tengah di mana. Tuan Ju heran Nyonya Jung bertanya.
“Aku
janji bertemu Jung-won di sana. Dia mengajak bertemu di sana selesai
operasi.”kata Nyonya Jung
“Biar
kuantar. Di depan sana.”kata Tuan Ju lalu mengeluh melihat Nyonya Jung hanya
terdiam saja.
“Apa
boleh buat? Dia sudah dewasa. Perkataan kita sudah tak mempan. Urungkan niatmu.
Menyerahlah sepenuhnya. Ayo!”kata Tuan Ju memegang tangan Nyonya Jung agar
menenangkanya.
Keduanya
akan masuk taman dan melihat Jung Won sedang duduk bersama Dokter Jang. Tuan Ju pikir akan menghampiriny, tapi Nyonya
Jung menahanya. Tuan Ju pun bingung. Di luar, Dokter Jang bertanya apakah tidak
memotong terlalu panjang
“Tidak.
Itu cukup.” Ucap Jung Won. Dokter Jang bertanya apakah Jahitannya juga bagus, Jung Won menjawab
kalau itu Bagus.
“Ini kali
pertamamu. Bisa selesai dalam 30 menit itu bagus.” Kata Jung Won. Dokter Jang
menyakinan akan segera pulih.
“Sesaat
lagi dia ke kamar. Kita lihat bersama. Mulai besok perhatikan perbannya.” Kata
Jung Won.
Saat itu
telp Dokter Jang berdering lalu pamit pergi. Nyonya Jung melihat Dokter Jang
pergi berjalan dibelakangnya. Saat itu Jung Won terlihat tersenyum sambil meminum
kopinya. Nyonya Jung memberitahu Tuan Ju kalau ada ide. Tuan Ju bertaya Ide
apa?
“Jalan
terakhir... agar Jeong-won bisa hidup sebagai putraku, bukan pastor. Ini sebuah
taruhan, tetapi aku harus mencobanya.” Ucap Nyonya Jung. Tuan Ju bingung Coba
apa?
“Ayo! Aku
ingin makan jjamppong.”kata Nyonya Jung penuh semangat. Tuan Ju bingung karena tak
bertemu Jung-won. Nyonya Jung mengaku tidak dan lebih baik ikut denganya.
Di ruang
ICU anak, Jun Won menghela nafas panjang melihat bayinya. Dokter Do memberitahu
Yun Bok kalau Namanya Chae-yun dan Kondisinya buruk karena pekan lalu mengalami
emboli mikro di otak. Yoon Bok langsung mencatat diponselnya.
“Dokter
Kim pun jadi terusik karenanya.” Jelas Dokter Do. Yoon Bok pikir "Emboli
mikro" itu penyumbatan kecil?
“Wahh... Kau
harus masuk Bedah Torakoplastik... Benar. Chae-yun mendapat diagnosis Sindrom
Hipoplasia Jantung Kiri sebelum lahir, dan lahir prematur di pekan ke-34 dengan
berat 1,6 kg. Ventrikel kiri belum terbentuk dan butuh beberapa tahap operasi
agar bisa hidup hanya dengan ventrikel kanan.” Jelas Dokter Do
“Hingga
kini, sudah dua kali dioperasi sejak lahir dan dipulangkan 100 hari setelah lahir.
Operasi berikutnya dijadwalkan setelah umur enam bulan. Namun, dua bulan lalu
dia dibawa ke IGD karena kondisi tiba-tiba memburuk. Dia sudah pakai paru-paru
buatan selama dua bulan, tetapi tidak ada cara lain selain transplantasi.” Ucap
Dokter Do
“Tidak
ada donor?”tanya Yun Bok. Jun Wan menjawab
Donor jantung bayi sangat jarang dan Transplantasi jantung bay tidak
sampai tiga kali per tahun secara nasional.
“Dokter
Do Jae-hak, tolong panggilkan ibu Chae-yun.”perintah Jung Won. Keduanya
menganguk mengerti.
Jung Wan
memberitahu Kelumpuhan yang disebabkan oleh emboli mikro sudah sedikit membaik
setelah diberi antikoagulan, tetapi jujur saja, kondisinya amat buruk. Ia pun
tak mengerti apakah bisa memberitahu kalau
berharap donorsegera muncul. Saat ini... itu satu-satunya cara.
“Dokter...
Selama lima bulan dari tujuh bulan umur Chae-yun dihabiskan di rumah sakit.
Meski sering ada masa kritis, kami dapat melaluinya berkat kau. Kini, dia bisa
bernapas dan bergerak. Dia masih hidup.” Ucap Ibu Chae Yun
“Dokter,
Chae-yun pasti selamat... Donor akan segera muncul dan pasti bisa operasi. Oleh
karena itu, kumohon jangan menyerah, Dokter.” Kata Ibu Chae Yun
“Tentu.
Aku takkan menyerah. Jangan khawatir. Aku akan berusaha maksimal.” Kata
JungWon. Keduanya pun mengucapkan Terima kasih.
Didepan
pintu, Dokter Chae berlatih memanggil “Dokter Yang.” Beberapa kali agar telihat
santai. Ia lalu berlatih bicara. Dokter Yang, kau sudah makan? Bagaimana
kondisi ibumu? Bagaimana kalau kita makan bersama?”
“Bagaimana
ini? Dia janji makan malam dengan kami.” Jawab Jun Wan berjalan dilorong dengan
Jung Won.
“Selamat
malam. Sampai jumpa.” Kata Dokter Chae panik dan langsung mencari jalan
berbalik arah. Keduanya akhirnya tertawa
dan masuk ruangan.
“Kau
datang lebih cepat.”komentar Jun Wan keluar dari ruangan. Suk Hyung
mengaku melihat rekam medis karena besok
banyak pasien.
“Song-hwa
mana?” tanya Suk Hyung. Jung Won menjawab
Makan-makan tim Bedah Saraf jadi akan bergabung nanti.
“Lalu Ik-jun?”
tanya Suk Hyung. Jung Won menjawab Makan-makan
tim Bedah Saraf.
“Ik-jun
sungguh sangat suka bergaul.” Kata Suk
Hyung da ketiganya pun berjalan bersama.
Semua
anak terlihat sudah mulai mabuk, lalu mulai memutar botol untuk bermain. Ik Jun bertanya pada Song Hwa apakah Permainan
ini masih populer karena Belum pernah dimainkan sejak 20 tahun lalu. Song Hwa
pikir Di umur mereka pasti saling ingin tahu dan menurtnya lucu.
“Kenapa
tak tanya lewat pesan teks?” keluh Ik Jun. Song Hwa menyuruh Diam karena sudah
baik kalau diajak.
Mereka
mulai memutar botol soju dan mengarah pada Dokter Yong. Dokter Yong terlihat
santai merasa merasa mereka tak punya pertanyaan, salah satu dokter bertanya
Bagaimana pendapat Dokter Yong tentang Dokter Heo Seon-bin
“Hei, sudah
kubilang tak ada apa-apa. Sudah berapa kali kubilang?” keluh Dokter Heo.
Temanya meminta Dokter Heo diam saja.
“Minum
saja kalau kau sulit menjawab” kata temanya. Ik Jun meminata agar bisa
berhenti.
“Kalian,Harus
Begini agar dia jawab. Apa Kalian anak bau kencur? Ayolah. Jadi Jawablah,
Seok-min.”kata Ik Jun setelah menunangkan soju pada gelas besar.
“Menurutku,
dia rekan yang baik.”kata Dokter Yong. Semua mengeluh kalau jawabnya
Membosankan.
“Pertanyaan
kalian salah. Tentu dia jawab begitu jika itu pertanyaannya. Kalian sungguh tak
tahu caranya bermain. Kau suka Heo Seon-bin, 'kan? Ayo Jawablah, Seok-min.”
Ucap Ik Jun
“Astaga,
itu hanya contoh.” Kata Dokter Yong panik. Ik Jun terlihat bahagia karea
melihat Dokter Yong yang terlihat resah
“Reaksinya
harus seperti itu. Paham? Kalian harus bertanya begitu.” Kata Ik Jun. Song Hwa
mengejek Sungguh pembelajaran yang baik.
Akhirnya
botol diputar dan mengarah pada Ik Jun. Ik Jun pun dengan santai meminta tanya
apa saja karena pasti jawab semua. Dokter Chai ingin tahu Apa hubungannya
dengan Dokter Chae Song-hwa, tapi akhirnya mengulang pertanyaanya.
“Maaf,
Dokter Chae... Dokter Lee... Apa kau pernah merasa tertarik kepada Dokter Chae
Song-hwa sebagai lawan jenis, meski hanya sekali?” tanya Dokter Heo. Dokter
Yong memuji kalau itu Pertanyaan bagus.
“Heo
Seon-bin memang cepat belajar.” Puji Dokter Yong. Song Hwa tak percaya kalau
mereka sungguh penasaran
“Sangat
ingin tahu!” jerit juniornya. Song Hwa
mereka sungguh teman. Mereka tak suka dengan jawaban Song Hwa menegaskan
kalau Ini permainan..
“Ayo Lekas!
Katanya kau jawab semua?” kata Dokter Yong. Ik Jun terdiam sejenak dan Dokter
Ahn pun gugup.
“Aku tak
ingin jawab.”kata Ik Jun lalu meminum sojunya. Semua menjerit menurutnya
"Tak ingin jawab" Ini jelas "ya". Song Hwa mengeluh kesal.
“Heo
Seon-bin, beraninya kau bicara santai? Pangkatku lebih tinggi daripadamu...
Astaga, aku terdengar seperti pria tua, ya?” ucap Ik Jun tertawa. Dokter Heo
hanya bisa meminta maaf. Dan sungguh
menyesal.
Botol
diputar, Ik Jun bersembunyi tapi botol
mengara padanya lagi lalu dengan bahagia mengaku sungguh beruntung karena terus
terpilih jadi akan beli banyak lotre saat pulang. Dokter Heo kembali mengajukan
pertanyaan. Ik Jun mengejek kalau Heo Seon-bin lagi!
“Cinta
pertama... Siapa dan kapan cinta pertamamu?” ucap Dokter Heo. Ik Jun mengeluh mendengarnya dan mencoba
minum tapi Dokter Ahn mengambil gelasnya.
“Hei!
Apa-apaan kau? Apa Kau sukarelawan? Kenapa pria membantu pria” keluh Dokter
Yong
“Kini
sudah kuminum. Jadi, aku boleh minta sesuatu, 'kan?” ucap Doktr Ahn. Ik Jun
mempersilahkan.
“Tolong
jawab pertanyaan tadi, Dokter. Kau pernah tertarik kepada Dokter Chae sebagai
lawan jenis, 'kan?” ucap Dokter Ahn.
“Ya,
pernah... Tentu pernah.. Apa Kau sungguh ingin tahu soal itu?” keluh Ik Jun
yang mabuk menatap Song Hwa. Song Hwa hanya bisa terdiam. Mereka pun langsung bersorak dan Dokter Ahn
pun terlihat menahan kecewa.
***
Bersambung
ke Part 3
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
BalasHapusVery interesting to see and read. I personally like Korean dramas like here Syair Prediksi