PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Sabtu, 16 Mei 2020

Sinopsis Hospital Playlist Episode 10 Part 2

PS : All images credit and content copyright : TVN
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe bulan ini 
Seorang wanita terbaring dengan dua pengawal disampinngnya. Seorang perawat bertanya apakah sudah dengar besok bisa pulang. Seoran wanita berbicara dengan bahasa inggris memastikan kalau pangeran sudah mendeangar ibunya bisa pulang besok.
“Ya, aku dengar dari Dokter Lee.. Terima kasih banyak. Aku tak menyangka ibuku bisa pulang secepat ini. Aku dan ibuku sangat berterima kasih kepada para staf Pusat Medis Yulje dan Dokter Lee.” Ucap Pangeran.
“Dia sudah dengar dari Dokter Lee dan sangat bersyukur. Dia tak menyangka ibunya bisa pulang secepat ini. Dia dan ibunya amat berterima kasihkepada Pusat Medis Yulje dan Dokter Lee.” Jelas si wanita penerjemah.
“Selain itu, ini tagihan biaya rumah sakit setelah dikurangi uang muka. Semua sudah termasuk biaya rawat inap, operasi, dan tes. Biayanya cukup tinggi karena dia tidak punya asuransi medis. Pembayaran bisa menggunakan kartu atau diangsur. Silakan pilih metode apa saja.” Ucap perawat.
“Aku akan membayar tunai hari ini.” Kata Pangeran. Si wanita penerjemah kaget.
“Dia akan membayar sepenuhnya dengan uang tunai hari ini.” Kata Si wanita.Perawat yang mendengarnya hanya bisa melonggo. 



Dokter Jang terlihat gugup masuk ke ruangan, dengan buket bunga mawar yang besar. Dua dokter masuk mengeluh sangat lelah tapi melihat  Dokter Jang membawa Bunga mawar dan berarti sudah punya pacar. Dokter Jang terlihat gugup menyapa dua seniornya.
“Apa itu? Kau menerimanya?” tanya dokter. Dokter Jang membenarkan.
“Kenapa? Ada apa? Jang Gyeo-ul, kau dilamar?” tanya Ik Jun. Dokter Jang terlihat bingung
“Apa Semua sudah hadir? Jang Gyeo-ul, kumohon kali ini pilih operasiku!” keluh seorang dokter masuk ruangan
“Dokter! Sepertinya Gyeo-ul punya pacar. Luar biasa! Berarti kini terbukti dokter bedah umum pun bisa punya pacar! Ini bukti nyata bahwa kita pun bisa punya pacar.” Jerit Dokter Senior bahagia. Dua yang lainya pun ikut senang.
“Im Chang-min! Jang Gyeo-ul punya pacar.” Teriak Ik Jun saat juniornya masuk. Dokter Im tak percaya mendengarnya. Dokter Jang hanya diam saja.
“Kau lihat, 'kan? Lihat!.. Bedah Umum juga bisa punya pacar! Lihat, Chang-min! Kita pun bisa menyeimbangkan kerja dan hidup. Beri tahu teman-temanmu! Residen Bedah Umum pun bisa berpacaran, dapat bunga mawar sepanjang musim semi, panas, gugur, seperti Jang Gyeo-ul.” Jerit Seniornya  bahagia.
“Jang Gyeo-ul... Beranikan diri!.. Kau harus langgeng dengan pacarmu. Nasib Bedah Umum ada di tanganmu.”ucap Dokter Senior menjabat tangan Dokter Jang. Dokter Jang pun mengucapkan terimakasih
“Baiklah. Tenang, Semua! Mari ucapkan selamat, terlepas operasi apa pun yang dipilihnya hari ini. Residen Bedah Umum akan banyak berdatangan. Penderitaan kali ini bukan apa-apa. Benar begitu?”ucap Ik Jun dan mengajak mereka untuk bersulang. 

Saat itu Jung Won masuk ruangan, Ik Jun mengajak temanya ikut untuk bersulang dengan Cola karena Jang Gyeo-ul dilamar hari ini. Jung Won terlihat mencoba untuk tenang dan seolah tak peduli melihat buket bunga diatas meja lalu duduk dimeja.
Mereka pun mulai bersulang, setelah itu mereka ingin tahu siapa yang dipilih Dokter Jang unutk operasi apa selanjutnya, apakah Sudah diputuskan. Dokter Jang mengaku sudah dan akan memilih... Ik Jun terlihat penuh harapan.
“Aku pilih torakoskopi perbaikan atresia esofagus.” Ucap Dokter Jang. Ik Jun hanya bisa melonggo [OPERASI PENUTUPAN ATRESIA ESOFAGUS BEDAH ANAK]
“Aku baru sekali membantu operasi penutupan atresia esofagus. Aku ingin melihat sekali lagi.” Ucap Dokter Jang
“Ini Sulit dipercaya! Aku sudah susah payah membantu... Aku benci kau.” Kata Ik Jun kesal lalu keluar dari ruangan.
Jung Won yang mendengar pilihan Dokter Jang langsung mengucapkan  Terima kasih. Dokter Jang pikri itu Tidak masalah.



Jun Wan tak percaya kalau Jung Won menjual mobilnya.  Jung Won mengaku sudah menjual dan  tidak akan pakai mobil juga. Jung Wan tak percaya temanya menukar rongsokan itu dengan uang menurutnya Sungguh tak berhati nurani.
“Hei, aku hanya jual 200.000 won!” ucap Jung Won kesal. Jun Wan tak peduli menyuruh temanya agar menelp Suk Hyung lagi.
“Tanya pekan ini lagu apa.” Kata Jun Wan. Jung Won menelp tapi tak diangkat.
“Apa ada pasien darurat sepagi ini? Hei, ibu Suk-hyung sudah jauh membaik, 'kan?” ucap Jun Wan
“Ya. Aku sering memeriksanya. Ini Lagu Lee Seung-hwan. Bagus! Aku suka lagu ini.”kata Jung Won membaca pesan dari temanya.
“Dia tak jawab telepon, tetapi membalas pesan?” komentar Jun Wan tak percaya. Jung Won membenarkan kalau Suk Hyung langsung membalasnya.
“Aku sulit memahaminya. Aku sungguh tidak paham apa yang dia pikirkan. Aku tidak cocok dengannya.” Kata Jun Wan kesal
“Bagiku, Ik-jun. Dia temanku, tetapi kadang aku tak mengenalnya.” Kata Jung Won sambil mengeleng-gelengkan kepala.
“Ik-jun? Jangan pahami dia. Dia hanya... orang gila.” Kata Jun Won. 


Suk Hyung masuk ruangan memainakan lagu "L'ESTRO ARMONICO" OLEH VIVALDI. Ik Jun datang langsung membuka pintu. Suk Hyung kaget mengeluh kesal tak percaya temanya sudah datang. Suk Hyung menjawab Ada transplantasi lever.
“Lagu pekan ini apa?” tanya Ik Jun. Suk Hyung menjawab  Lee Seung-hwan. Ik Jun menebak lagu itu. Suk Hyung membenarkan.
“Kau putar lagu apa pagi-pagi begini?” tanya Ik Jun. Suk Hyung heran temanya tak tahu padahal Ini lagu terkenal.
“Aku tahu... "Stasiun berikutnya, Stasiun Wangsimni... Stasiun Wangsimni. Pintu sebelah kanan akan terbuka.” Kata Ik Jun. Suk Hyung mencoba menutup pintu tapi Ik Jun kembali datang.
“Bagi penumpang yang menuju Balai Kota, Shincheon, Seongsu, Jamsil, Oksu, Yongsan, Cheongnyangni, dan Seongbuk, silakan pindah kereta di stasiun ini.”ucap Ik Jun mulai membuat lelucon.
“Pemberhentian selanjutnya, Stasiun Wangsimni. Stasiun Wangsimni. Pintu sebelah kanan akan... Anda bisa pindah ke Jalur Nomor Dua. Jalur Gyeongui-Jungang. Jalur Gyeongui-Jungang." Kata Ik Jun dan Akhirnya Suk Hyung berdiri dibelakang pintu sambil mengumpat Ik Jun memang gila.


Dokter Do memberitahu Kadar kaliumnya 6,5. Dokter Chae memberitahu kadar kaliumnya sekarang 6,5 jadi Itu sangat berbahay jadi Bisa terjadi aritmia maka harus jalani enema. Pasien menolak tidak mau enema. Dokter Chae menjelaskan dalam bahaya bila tak menjalani enema.
“Kau bahkan bisa mati.” Jelas Dokter Chae. Pasien mengaku  lebih baik mati daripada menjalani enema.
“Aku benci enema! Itu sangat sakit, sangat melelahkan, dan sangat... memalukan.” Ucap Pasian
“Hei, Pak... Kemarin kadar kaliummu 6, hari ini 6,5. Jika mencapai tujuh atau delapan, tak aneh bila kau mengalami henti jantung. Kau harus menjalani enema agar selamat!” teriak Dokter Chae dengan nada tinggi
“Aku tidak mau! Aku tidak mau enema meski harus mati. Kenapa memaksa pasien yang tidak mau?” balas si pasien
“Kalau begitu, jangan. Aku sudah memperingatimu.”ucap Dokter Chae tak peduli lalu berjalan pergi.Dokter Do kebingungan. 


Jung Won mengunjung pasien memberitahu  Ji-hu boleh makan bila sudah buang angin. Jadi, tolong beri tahu bila sudah buang angin. Ia lalu pindah ke ranjang lain,seorang anak tersenyum. Jung Won menyapa Yeong-ji.
“Ini hari keempat setelah operasi, tetapi masih diberi antibiotik karena Protein C-reaktif tinggi.” Jelas Dokter Jang. Jung Won pun ingin memeriksanya
“Hari ini jadwal Yeong-ji... ganti itu, ya?” kata Jung Won mencoba menutupinya.
“Apa? Maksudmu, jarum suntik? Ya, hari ini jadwal ganti jarum suntik.” Ucap sang ibu.
“Aku tidak mau disuntik hari ini!” teriak Yeong Ji  menangis histeris. Jung Won hanya bisa menahan emosi dan ibunya mencoba menenangkan anaknya.
“Bukan jarum suntik, Yeong-ji... Kau takkan disuntik hari ini... Jangan menangis. Berhenti menangis.”kata ibunya. 

Jung Won gelisah didepan ruangan, saat itu perawat keluar ruangan. Ia langsung bertanya apakah berhasil. Perawat meminta maaf. Jung Won mengaku tak masalah. Perawat membeitahu Katanya sebentar lagi jam tidur siang Yeong-ji jadi akan mencobanya saat itu dan kembali meminta maaf.
“Kenapa kau minta maaf? Tidak apa. Kau pasti lelah setiap saat?” ucap Jung Won
“Ibunya pasti lebih lelah.” Komentar perawat lalu pamit pergi. 

Jun Wan dan Song Hwa makan dengan lahap dikantin. Jun Wan melihat jam kalau ini Sepuluh menit sebelum operasi. Song Hwa pikir itu cukup untuk makan nurungji,sikat gigi, dan minum kopi. Jun Wan melongo, SongHwa menegaskan kalau punya waktu.Saat itu Dokter Do datang
“Aku ingin konsultasi sebentar. Aku harus bagaimana? Aku sulit mengambil keputusan.” Kata Dokter Do kebingungan. 

“Dia mengalami kardiomiopati dilatasi, sedang menunggu donor, kadar kalium naik sampai tujuh, dan harus segera menjalani enema, tetapi menolak mati-matian?” kata Dokter Do
“Ya. Dalam beberapa jam naik dari 6.5 menjadi tujuh. Menurutku, bahaya jika dia tidak enema.” Ucap Jun Wan sudah mencuci tanganya.
“Bagaimana ini? Pasien tidak mau, dan Dokter Cheon mengizinkan. Apa yang harus kulakukan di situasi ini, Dokter? Apa... dibiarkan saja?” kata Dokter Do bingung.
“Kau mau bunuh pasien? Lekas pergi dan lakukan enema! Kerahkan seluruh diksi, IQ, EQ, dan kemampuan supernaturalmu, bujuk pasien, dan lakukan enema! Saat dokter menyerah, dia bukan dokter lagi. Kenapa diam?” teriak Jun Wan. Dokter Do menganguk mengerti. 


PUSAT MEDIS YULJE
Dokter Ahn dan Dokter Yong masuk ruangan melihat Dokter Do duduk sendirian. Mereka pun bertanya apakah si petani stroberi sudah menjalani enema, Apa dia terus menolak dan ingin tahu kelanjutanya. Dokter Do mengaku sudah melakukanya. Dokter Ahn pun memujinya kalau itu bagus.
“Syukurlah. Bagaimana kau membujuknya? Kau bilang dia menolak mati-matian?” tanya dokter Ahn.
“Aku memohon.” Akui Dokter Do. Keduanya hanya bisa melonggo. Dokter Do mengaku berlutut dan memohon.
“Aku tak terpikir ide lain walau sudah berusaha. Jadi, aku berlutut dan memohon. Aku bilang "Kau bisa mati jika hari ini tidak menjalani enema. Setelah itu, Dokter Cheon mungkin baik-baik saja, tetapi aku mungkin dipecat. Kumohon jalani enema agar aku tidak dipecat." Aku berlutut dan memohon begitu.” Kata Dokter Do
Keduanya hanya bisa terdiam, Dokter Do pikir dirinya pasti dianggap payah, Dokter Ahn menyangkalnya memuji Dokter Do sudah melakukan yang terbaik.  Dokter Do tak percaya Dokter Ahn memanggilnya "Jae-hak". Dokter Ahn menganguk. Dokter Do pun senang sudah dianggap teman. 


Ik Jun keluar dari ruangan operasi sambil menelp kalau ada Pasien yang parasentesis tadi siang dan ke sana sekarang. Ia melihat pasien dalam ruangan ICU, Dokter Jang memberitahu kalau  Tekanan darah turun. Jadi memberi infus.
“Aku memanggilmu karena khawatir.” Kaata Dokter Jang. Ik Jun pun memujinya itu pilihan yang bagus.
“Itu terjadi usai mengosongkan asites. Jadi Tekanan darah pulih. Kita pantau... Tidak apa-apa... Malam ini kau piket lagi?” tanya Ik Jun. Dokter Jang membenarkanya.
“Apa Dua hari berturut-turut?” tanya Ik Jun. Dokter Jang menjawab sudah tiga hari.
“Siapa suruh kau masuk Bedah Umum? Kita pantau satu atau dua jam. Kutunggu di ruanganku. Kulihat Jung-won belum pulang. Apa Mau minum kola bersama?” kata Ik Jun
“Aku harus merawat pasien. Aku tinggal di sini saja.” Kata Dokter Jang. Ik Jun mengerti dan ingin tahu dimana keberadaan Jung Won.
“Di gedung utama lantai empat,Bangsal Bedah Anak, Kamar 4103.” Kata Dokter Jang cepat.
“Apa kau memasang GPS di tubuh Jung-won?” kata Ik Jun melonggo tak percaya. 


Jung Won diam-diam masuk ruang rawat dan meliat Yeong-ji, yang belum tidur sementara ibunya sudah tidur lelap, Jung Won pun bertanya Kenapa belum tidur larut malam begini. Yeong Jin memperlihatkan tanganya kalau disuntik hari ini.
“Sungguh? Kau sungguh disuntik! Luar biasa! Yeong-ji hebat sekali!” puji Jung Won lalu memeluknya dengan erat dan mengendongnya.
“Kau pintar dan cantik sekali. Aku saja tidak bisa disuntik karena takut. Yeong-ji, kau hebat sekali! Anak pintar. Pintar sekali.” puji Jung Won lalu diam-diam Ik Jun melihatnya hanya bisa tersenyum

Keduanya bertemu di ruangan merokok, Ik Jun berkomentar Anak-anak tidak berbohong. Jung Won setuju Mereka berbeda dengan orang dewasa, Mereka bilang sakit saat sakit, dan tak sakit saat tidak menurutnya Anak-anak jujur.
“Sementara orang dewasa pura-pura tak sakit saat sakit dan bersikeras bilang sakit saat sudah sembuh agar bisa terus di rumah sakit.” Ucap Jun Won.
“Kau bagaimana? Apa Kau tak berbohong?” tanya Ik Jun. Jun Won tak tahu menurutnya Kadang berbohong, kadang tidak.
“Kenapa? Ada apa denganmu?” keluh Jung Won melihat tatapan Ik Jun.
“Kau suka Jang Gyeo-ul, 'kan? Kau suka sampai bingung apa harus mundur jadi pastor. Bilang saja kalau memang suka. Aku akan merahasiakannya.” Kata Ik Jun mengoda.
“Tidak. Apa maksudmu? Apa Kau juru bicaranya?”keluh Jung Won. Ik Jun membenarkan kalau ia manajer Gyeo-ul.
“Dia mengerjakan semua sendiri termasuk tugas kepala residen sejak residen tahun pertama, tetapi tak menunjukkan bahwa dia lelah. Aku mengerti bila dia kesal atau mengeluh.” Cerita Ik Jun
“Dia mungkin murung, tetapi tak mengeluh, atau bahkan kabur karena tidak suka. Dia mungkin memang sulit bersimpati terhadap orang lain, tetapi kulihat dia sedang berusaha berubah. Di dalam Ruang Operasi pun, aku tak pernah lihat residen tahun ketiga yang menjahit sebaik dia.” Ucap Ik Jun
“Itu pun dari hasil berlatih sendiri. Perhatian kepada pasien dan usaha belajar. Cara pikirnya sebagai ahli bedah hebat.”kata Ik Jun. Jung Won mengaku sudah tahu.
“Aku belum selesai bicara. Karena itu kuharap Gyeo-ul bahagia dengan Jung-won, sahabatku. Aku ingin kalian bersama.” Ucap Ik Jun langsung bersender dibahu temanya.
“Hei... Jangan dekat aku! Kenapa kau hari ini?”keluh Jung Won mendorong temanya. 



Ik Jun mengangkat telp berbicara dengan Dokter Jang yang memberitahu pasien sudah membaik dan ia ke sana sekarang. Ia pun pamit pergi karena Gyeo-ul mencarinya. Jung Won pun menyuruh Ik Jun enyah saja.  Ik Jun lalu berpesan pada temanya Tuhan pasti mengerti.
“Selain itu, saat otak dan hati tidak sejalan, hatimu yang benar.” Ucap Ik Jun memegang dada Jung Won lalu pergi. Jung Won mengeluh kalau Ik Jun meremasnya.
“Ikutilah kata hatimu. Maka kau takkan menyesal. Jangan terbawa suasana dan cepat memutuskan sepertiku. Pikirkan baik-baik. Dugaan tak ada masalah itu kemujuran, dan hal itu takkan terjadi. Turut campurku hari ini selesai. Aku pergi!” ucap Ik Jun lalu pamit pergi.
Jung Won hanya bisa terdiam seperti hatinya memang gundah dengan keputusan masa depanya. Ia pun mencoba merokok tapi memilih untuk meremasnya. 


Ik Jun mulai menyanyi lagi Lee Seung Kwan dengan wajah bahagia, mereka terlihat makin merdu.
Flash Back
Ik Jun bertanya pada Dokter Jang Apa pekerjaan paca Dokter Jang, Apa pekerjaannya sampai ganti mobil setiap hari, Apakah Dia dealer mobi, Menjual mobil impor. Dokter Jang menjawab  Separuh benar, separuh salah.
“Apa Bukan dealer, tetapi orang kaya?” tanya Ik Jun. Dokter Jang menjawab Sebaliknya.
“Jadi Tak kaya, tetapi dealer?” kata Ik Jun. Dokter Jang menjawab bukan itu.
“Dia dealer, tetapi bukan pacar, ya?” kata Ik Jun memastikan. Dokter Jang membenarkan kalau pria itu adiknya.
“Dia belum lama bekerja sebagai dealer. Dia takut terlambat masuk kerja. Jadi, dia tinggal di rumahku sementara. Rumahku dan kantornya dekat. Dia mengantarku setiap hari untuk mencoba mobil kantor.” Cerita Dokter Jang
“Ini Sungguh menjengkelkan. Aku lebih suka kereta.” Kata Dokter Jang. Ik Jun tersenyum menurutnya tak masalah.
“Gyeo-ul... Kau masih suka Jeong-won, 'kan?” ucap Ik Jun.Dokter Jang hanya bisa tertunduk malu.
“Astaga, kau tak berbakat jadi penipu. Ekspresimu mudah terbaca. Dia berbohong dan tak pernah berkata manis, tetapi Apa kau tetap suka? Gyeo-ul... Biarkan orang pikir adikmu itu pacarmu.” Kata Ik Jun. Dokter Jang bingung. 



Didepan ruangan Dokter Jang sudah membawa buket bunga. Ik Jun pkir mereka coba bertaru. Dokter Jang tak yakin kalau Jung Won akan percaya. Ik Jun menegaskan Bertaruh harus dimulai dari menipu diri sendiri.
"Kartu yang kupegang tidak jelek, ini straight flush." Kata Ik Jun yakin. Dokter Jang mengaku tidak paham poker.
“Maksudku, tanamkan di benakmu, "Dia bukan adikku, tetapi pacar. Orang yang memberi bunga ini adalah pacarku." Mereka segera datang. Cepat masuk.” Ucap Ik Jun. Dokter Jang yang gugup hanya bisa mengucapkan Terima kasih.
“Kalau begitu, hari ini pilih operasiku.” Kata Ik Jun memastikan dan menyuruhnya masuk. Dokter Jang pun melakukan misi yang sudah disiapkan oleh Ik Jun. 

Jung Won mulai menyanyi seperti liriknya merayu seseorang yang dicintainya.
“Wahai, Kau yang kucintai. Aku berjanji diam-diam, Akan menjagamu. Hingga air matamu mengering, Suatu saat nanti, Kita akan mengingat kembali saat ini Sembari sedikit berkecup bila mungkin. Di atas bumi yang luas ini. Di dalam waktu yang panjang itu Di antara banyaknya manusia itu. Aku hanya mencintai dirimu Aku bersyukur.. Bisa bertemu denganmu”
Ik Jun menatap Jung Won seperti merasakan lagu itu untuk Dokter Jang, lalu memberikan jempol karena menyanyi dengan baik. 

Ik Jun datang ke ruangan Song Hwa mengajak makan siang. Song Hwa bertanya apakah belum makan dan sudah terlambat waktunya. Ik Jun mengaku Baru selesai temui pasien rawat jalan dan bertanya apakah Song Hwa sudah makan.
“Ya. Tapi Aku bisa makan lagi.” Ucap Song Hwa. Ik Jun pun bahagia mengajak Song Hwa pergi.
“Ahn Chi-hong boleh ikut, 'kan? Dia ingin bertanya.” Ucap Song Hwa. Ik Jun menganguk setuju.
“Aku suka Chi-hong... Dia baik dan rajin belajar. Dia pasti berhasil, meski tetap menjadi tentara.” Kata Song Hwa. Ik Jun menatap dingin didepan ruangan.
“Kenapa?” tanya Song Hwa. Ik Jun mengeluh kalau sangat lapar, Song wha tersenyum lalu bergegas pergi membawa jas dokternya. 
 Keduanya duduk bersama di kantin, Ik Ju mengingatkan kalau Song Hwa harus menyebutkan Mantra. Song Hwa mengatakan “Semua ini milikku. Tidak ada yang akan mencurinya.” Dan akan makan. Ik Jun mengingat kalau ada Satu kalimat lagi.
“Aku...orang terpelajar.” Kata Song Hwa. Ik Jun pun mengajak mereka mulai makan dan melihat Dokter Ahn datang.
**
Song Hwa sudah selesai makan, Dokter Han memberitahu Song Hwa hendak menulis tesis jadi Lebih baik menulis introduksi atau metode terlebih dahulu. Song Hwa menjawab Bila penelitian sudah selesai, buat kesimpulan dari sana.
“Susun statistik, lalu buat tabel dan angka untuk tesis lebih dahulu. Aku bisa bantu menyusun statistik.” Kata Song Hwa. Dokter Ahn pun mengucapkan Terima kasih.
“Apa Kau juga belum makan?” tanya Ik Jun melhat Jun Wan ikut gabung. Jun Wan mengaku baru selesai operasi.
“Halo, Dokter Ahn Chi-hong. Kau baik, 'kan? Kau terlambat makan siang.” Sapa Jun Wan lalu melihat Dokter Ahn tak mengambil jeruk lalu memberikan miliknya. 
Song Hwa mengingat sesuatu membahas  Seong-yeong tak apa, 'kan. Dokter Ahan mengaku tak masalah. Song Hwa meminta agar  Jangan mengucilkan dia dan tahu mereka tidak begitu, tetapi  ia meminta tolong lebih perhatikan dengan jelas. Dokter Ahn mengerti.
“Itu tak mengganggu kami, tetapi kurasa itu mengganggunya.” Kata Dokter Ahn. 



Di ruangan Seong Yeong duduk sendirian, Dokter Heo melihat juniornya bertanya apakah sudah makan siang. Seong Yeong mengaku sudah. Dokter Yong yang masih kesal ingin bicara untuk terakhir kalinya. Dokter Heo meminta agar berhenti.
“Dokter Chae Song-hwa disebut-sebut di rapat dokter spesialis karenamu... Tidak, bukan disebut-sebut, tetapi dikritik... Dia Dikritik habis-habisan. "Kenapa tim dokter bedah saraf?" Kalau bukan karena Dokter Chae Song-hwa, kau pasti sudah dimarahi habis-habisan.” Ucap Dokter Yong marah
“Maafkan aku.” Ucap Seong Yeong. Dokter Heo meminta agar berhenti dan cukup mengomel.
“Anak magang ada di sini?” ucap seorang dokter masuk. Seong Yeong mengangkat tanganya. Si dokter meminta agar ikut denganya.
“Hei.. Jangan takut! Terima saja.” Kata Dokter Heo menenangkan juniornya seperti sangat tegang. Dokter Yong mengeluh mendengarnya dianggap juniornya itu bocah.
“Seong-yeong, minta maaflah karena kau yang salah. Itu yang benar saat ini.” Saran Dokter Heo. Seong Yeong mengangguk mengerti.
“Ayo Lekas keluar. Nanti kutraktir minum bir.” Ucap Dokter Heo. Seong Yeong mengerti dan mengucapkan Terima kasih.


Jun Wan makan sambil memaanggil Lee Ik-jun dengan formal, Ik Jun membalas dengan memanggilnya Kim Jun-wan bertanya ada apa. Song Hw mengeluh meminta Ik Jun duduk dengan benar. Ik Jun langsung menurunkan kakinya yang dilipat.
“Bagaimana kalau kita minum arak hari ini?” ucap Jun Wan. Ik Jun menjawab ada operasi.
“Operasi apa? Belakangan, kau banyak mengoperasi.” Keluh Song Hwa.
“Aku harus melakukan hepatektomi total penerima donor atas permintaan Dokter Kwon.” Kata Ik Jun. Jun Wan tak percaya Sekarang dan Tiba-tiba?
“Operasi mundur karena tekanan darah pasien turun pagi ini dan harus menjalani USG di Kardiologi. Se-hyeok ambil organ dari pasien yang mati otak. Ada apa? Kenapa?” kata Ik Jun
“Tidak apa... Aku hanya ingin bicara soal banyak hal. Apa kita bertemu malam?” ucap Jun wan.
“Aku ada kelas hari ini.” Kata Ik Jun. Jun Wan pikir bisa ke rumanya nanti malam dan juga rindu U-ju.
“Putri pengasuhku pulang ke Korea hari ini. Jadi Kusuruh dia cuti untuk bertemu putrinya. Aku harus menidurkan U-ju.”kata Ik Jun
“Kenapa? Ada apa? Aku jadi sangat penasaran.” ucap Song Hwa. Ik Jun pikir Bukan masalah besar. Hanya masalah kehidupan.
“Ini Sungguh topik tidak berguna. Kita bicara lewat pesan singkat saja.” Komentar Ik Jun 


Ik Jun langsung bertanya pada Dokter Ahn Chi-hong, apakahpernah telepon Ik-sun baru-baru ini dan apa Kabarnya baik. Dokter Ahn mengaku  Kemarin bicara di telepon. Sekitar pukul 00.00, dini hari,Jun Wan menahan emosi mendengarnya.
“Oh Begitu? Ternyata kalian sedekat itu sampai bicara di telepon larut malam?”ucap Ik Jun
“Kami sama-sama seperti kelelawar. Kami sering membicarakan banyak hal.” Kata Dokter Ahn.
“Pukul 00.00... Apa tidak terlalu malam untuk menghubungi seseorang? Omong kosong.” Kata Jun Wan terlihat marah
“Hei... Kau "Pak Tua"?” ejek Ik Jun pada temanya. Dokter Ahn pikir tak masalah karena memang selalu menelepon tengah malam.
“Kau bilang "Kami"?” jerit Jun Wan. Ik Jun tak peduli ingin memastikan kalau adiknya baik-baik saja
“Ya. Kulihat dia baik-baik saja. Apa Kau pasti belum tahu? Ik-sun lulus.”ucap Dokter Ahn. Ik Jun tak mengerti lulus apa
“Dia lulus beasiswa gelar doktor. Hanya dia yang lulus.” Ucap Dokter Ahn.
“Apa Ik-sun mendaftar untuk gelar doktor?” tanya Ik Jun tak percaya. Dokter Ahn pikir seperti itu.
“Lalu? Setelah lulus bagaimana?” tanya Ik Jun. Dokter Ahn menjawab Dia akan belajar di Inggris tiga tahun. Song Hwa ikut tak percaya mendengarnya.
“Apa Ik-sun tinggal di Inggris tiga tahun?” tanya Ik Jun. Dokter Ahn membenarkan kalau Ada satu posisi kosong dan dia berhasil.
“Luar biasa. Dia memang berbakat. Tapi Apa Berarti aku tak bisa bertemu adikku tiga tahun ke depan? Astaga, dia... Seharusnya dia menceritakan hal macam itu kepada kakaknya. Dia bak orang asing, Bahkan lebih daripada itu.” Keluh Ik Jun lalu berpikir harus pergi.
Song Hwa dan Dokter Ahn pun ikut pergi meninggalkan meja sementara Jun Wan hanya bisa terdiam karena baru mengetahui kalau Ik Sun diterima dan harus pindah ke inggris.
***
Bersambung ke part 3

Cek My Wattpad...  ExGirlFriend

      
Cek My You Tube Channel "ReviewDrama Korea"

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar