PS : All images credit and content copyright : TVN
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Klinik
Wanita Dahan
Yi Sang
berjalan di lorong rumah sakit, perawat datang bertanya apa anda walinya, karena Barangnya tertinggal. Yi Sang bingung melihat
ada bantalan perut milik Ha Ri lalu bertanya apakah Dia pergi sendirian.
Perawat membenarkan lalu memberikan pada Yi Sang.
Ha Ri
duduk di depan rumah sakit terlihat sangat linglung dan shock mengingat kembali
yang dikatakan dokter padanya.
Flash Back
Dokter
mengatakan Peluang mengalami konsepsi alami sebesar tujuh persen tapi bukan
berarti Ha Ri itu mandul. Namun, tingkat kesuburannya akan terus menurun. Ha Ri
mencoba menahan rasa sedihnya.
“Jika
berencana hamil, kau bisa menjalani operasi nanti. Apa yang ingin kau
lakukan?Apa Kau mau bersiap untuk kehamilan atau menjalani operasi?” tanya
Dokter. Ha Ri hanya bisa terdiam dan masih shock.
“Kita
akan melakukan tes lagi dalam enam bulan. Jika kelak makin parah, kita akan
melakukan operasi.” Ucap Dokter. Ha Ri bingung karena harus melakukan operasi
selama Enam bulan.
Yi Sang
datang menghampiri bertanya apa yang sedang dilakukan. Ha Ri dengan gugup
menjawab sedang mencari apotek sambil mengusap air matanya. Yi Sang melihat
wajah Ha Ri yang pucat berpikir tidak enak badan lagi.
“Bukan...
Kenapa aku merasa semuanya sudah berakhir? Ini tidak mungkin akhirnya.” Ucap Ha
Ri menenangkan hatinya.
“Maukah
kau menikah denganku?” ucap Ha Ri seperti pikiranya hilang sejenak. Yi Sang
kaget dan hanya bisa mengaruk-garuk kepalanya.
“Aku
tidak akan bertanya alasannya karena sepertinya ada cerita di balik ini.” Ucap
Yi Sang seperti biasa mengerti.
“Apa maksudmu tidak akan bertanya?” kata Ha Ri
seperti mulai sadar
“Tentang
pernikahan. Aku tidak akan menikah.” Tegas Yi Sang. Ha Ri bertanya balik dengan
siapa
“Denganmu.”
Kata Yi Sang. Ha Ri tak mengerti lalu mulai tersadar kalau sebelumnya
mengatakan Maukah kau menikah denganku?”
“Itu
hanya ucapan terima kasihku... Aku sangat berterima kasih hingga bisa menikahimu....
Terima kasih! "Aku mencintaimu." Semacam formalitas untuk mengatakan
itu. Kau mengerti, bukan?” ucap Ha Ri panik
“Aku sama
sekali tidak mengerti.” Balas Yi Sang. Ha Ri pun mencoba untu tenang.
“Kau
tidak mengerti. Aku berterima kasih dengan cara yang hanya bisa kupahami.
Terima kasih banyak. Aku akan lebih berterima kasih jika kau melupakan semua kejadian
hari ini, termasuk ini.” Ucap Ha Ri menahan malu dan mencoba untuk kabur.
“Tunggu...
Kau tampak linglung. Mau kuberi tumpangan?” kata Yi Sang khawatir.
“Tidak,
aku sudah sadar.... Aku baik-baik saja. Pergilah.” Kata Ha Ri, Yi Sang kembali
memanggilnya.
“Aku
baik-baik saja... Kenapa memanggilku?” keluh Ha Ri. Yi Sang menunju ke arah
mobilnya.
“Kau
sangat baik.” Ucap Ha Ri mengeluh melihat bantalan perutnya, lalu bergegas
mengambilnya dan pergi. Yi Sang hanya bisa menatap dari kejauhan.
Jae Young
jongkok meminta agar berhenti dan juga turun karen ia bisa melakukanya. Nyonya
Ok Ran menaiki tangga mengeluh kalau bisa mengganti bohlam sendiri jadi tak ada
alasan harus melepaskan tugas keren ini
“Diamlah
dan jaga bayimu.” Ucap Nyonya Ok Ran. Jae Young pikir Ibu Ha Ri itu keren meski
tidak bisa melakukannya sendiri.
“Biar aku
saja yang melakukan semua tugas.” Ucap Jae Ryoung merasa tak enak hati sebagai
pria.
“Aku mengizinkanmu
pindah kemari bukan untuk mengurus rumah. Ha-ri dan aku hidup tanpa pria selama
30 tahun. Jangan sentuh alat itu.” Ucap Nyonya Ok Ran memperingati.
“Aku
tidak bisa membiarkannya. Aku harus membantu. Hanya aku pria di rumah ini.”
Ucap Jae Young
“Kau Makan
saja. Itulah kegiatan pria di rumah ibu mertuanya.” Ucap Nyonya Ok Ran. Jae
Young bingung dengan "Ibu mertua"?
“Itu
hanya ungkapan. Anggaplah rumah sendiri. Mintalah Ha-ri untuk menjaga Do-ah. Dia
pasti melakukannya dengan baik.” Ucap Nyonya Ok Ran seperti ingin menjodohkan
anaknya.
“Kenapa
dia harus menjaga Do-ah?” kata Jae Young bingung. Ok Ran hampir mengatakan kalau calon ibu tirinya.
“Dia
keluarga baru Do-ah.” Ucap Nyonya Ok Ran. Jae Young mengerti kalauHa Ri sebagai
Keluarga baru.
“Ha-ri
menyukai bayi. Dia menjaga bayi dengan baik. Kau tahu itu, bukan?” ucap Nyonya Ok
“Ya, aku
tahu. Tapi kenapa kau membahasnya?” ucap Jae Young merapihkan barang-barang.
Nyonya Ok
menuangkan jus lalu menyuruh Jae Young agar meminumnya. Jae Young langsung mengucapkan terimakasih
dan menghabiskanya. Nyonya Oh menegaskan kalau Jae Young harus mengendalikan
diri karena menurutnya Jae Young pria yang baik, tapi menikahi gadis yang
salah.
Ha Ri
berjalan diseberang jalan melihat mobil jemputan TK, lalu melihat beberapa ibu
yang membentangkan tanganya memanggil sang anak. Anak-anak mereka pun berlari menghampiri
ibunya.
Ha Ri
menatap sedih dan berkhayal kalau menjemput anaknya lalu memeluk erat, wajahnya
terlihat bahagia. Tapi impianya itu mungkin pupus karena belum menikah dan
kesempatan memiliki anaknya berkurang.
Ha Ri
melihat ponsel yang bergetar dan melihat nama “Ibuku tersayang, Bu Ok-ran” lalu
mengangkat telpnya. Nyonya Ok keluar dari rumah bertanya apakah sibuk. Ha Ri
mengaku tak ada. Nyonya Ok pun meminta agar datang ke pernikahan Eun-ju akhir
pekan in
“Aku
harus memenuhi tenggat waktu tayang” ucap Ha Ri mencoba menghindari
“Kau akan
selesai sebelum akhir pekan. Mampirlah sebentar. Bibimu akan kecewa.” Kata
Nyonya Ok
“Lihat
nanti saja.” Ucap Ha Ri. Nyonya Oh mengeluh Jawaban macam apa itu?
“Apa
Tenggatmu sepenting itu? Kau selalu menjadikannya alasan. Bibimu tahu kau
sengaja tidak menghadiri pernikahan atau pesta ulang tahun. Apa yang kau
lakukan saat sepupumu menikah?” ucap Ibunya mengomel.
“Jika
tidak hadir di acara ini, kau akan tampak lebih menyedihkan. Kau harus menghadiri
acara-acara ini dan menyelamati mereka dengan bangga. Mengerti?” kata Nyonya Ok
“Memangnya
aku melakukan kejahatan? Kenapa aku harus menunjukkan rasa percaya diriku? Apa
Aku akan terkesan hidup bahagia jika punya suami dan anak?” keluh Ha Ri
“Baiklah,
ibu mengerti.” Kata Nyonya Ok akan menutup telp tapi saat itu Ha Ri ingin
bicara pada ibunya.
Nyonya Ok
kembali mendengarnya, Ha Ri tak bisa mengakui keadaanya. Nyonya Oh pun meminta
agar anaknya pulang cepat karena akan masak malam ini. Ha Ri pun menutup
telpnya dengan wajah sendu.
Ha Ri
akhirnya kembali ke kantor, Yeon Ho melihat Ha Ri langsung mengeluh karena lama
sekali kembali dan Dia sedang geram kepadanya jadi meminta agar bergegas
menemuinya. Ha Ri hanya bisa menghela nafas mengerti.
“Kau
sudah kembali... Kukira kau akan kembali pekan depan.” Sapa Ha Ri pada Nyonya
Shim
“Mana
bisa setelah kekacauan ini? Apa maksudmu? Semuanya lancar. Mulai sekarang,
biarkan Tim Humas membereskan kekacauan mereka. Kenapa kau menulis artikel soal
pengalaman hamil?” ucap Nyonya Shim mengomel
“Tapi
penjualan kita meningkat.” Kata Ha Ri membela diri. Nyonya Sim pun meminta Ha
Ri agar tangani pemotretan Ego. Ha Ri bingung.
“Mereka
tidak memperbarui kontrak dengan kita. Tampaknya Tim Humas menyerah. Jadi Dapatkan
kembali kontraknya. Hyo Jo... Serahkan proyek itu pada Ha-ri.” Kata Nyonya Sim
“Apa?
Sulit mengundang Na-eun untuk pemotretan ini.” Keluh Hyo Jo mencoba menutupi
wajah dongkolnya.
“Kenapa
aku mengambil alih? Kenapa kau terus
memberiku tugas? Aku tidak bekerja untuk Tim Humas.” Keluh Ha Ri kesal
“Kenapa kau
tidak menjadi kepala editor jika ingin melawan senior dan membimbing jurnalis
juniormu? Apa Kau pikir aku meninggalkan bayiku di rumah untuk diperlakukan
begini?” ucap Nyonya Sim
“Aku akan
pulang lebih awal hari ini. Jadi Aku akan minta maaf besok.” Kata Ha Ri lalu
melangkah pergi. Hyo Jo melirik kearah Nyonya Shim.
Nyonya Sim menyuruh semua
anak buahnya agar kembali berkerja.
Ha Ri
duduk di bus mendengar percakapan anak muda dibelakangnya “Hei, Kyung-jin juga
akan menikah bulan depan... Kurasa semua orang akan menikah.” Wajah Ha Ri sedih
karena beberapa orang menikah sementara ia masih melajang.
“Kudengar
putra Myeong-suk diterima di Universitas Seyeon.” Ucap seorang ibu pada
temanya. Temanya menganguk.
“Apa Putrimu
akan kuliah tahun depan?”balas temanya,Si ibu membenarkan.
Ha Ri
makin sedih mendengarnya karena tak ada yang bisa dibahas karena belum punya
anak.
[Episode 2, Apa Aku di Jalan yang Benar?]
Jae
Younbg masuk rumah dan menyalakan lampu yang gelap dan dikagetkan dengan Ha Ri
berbaring dilantai dengan perut yang membesara. Ia mengeluh apa yang dilakukan
Ha Ri dilantai berpikir sedang tidur tapi Kenapa lampunya mati.
“Apa yang
kau lakukan? Kau aneh sekali. Tingkah anehmu. Lihat dirimu. Hei.” Ucap Jae
Young mencoba menendangnya. Ha Ri tak bergeming.
“Ini dari
ibumu... Sepupumu akan menikah.” Ucap Jae Young memberikan undangan.
“Ini
mudah bagi semua orang.” Keluh Ha Ri. Jae Young pikir Sepertinya Ha Ri tertekan soal itu.
“Tidak
juga... Saat usiaku 20-an, kupikir aku tidak perlu berusaha keras untuk
menikah. Di usia 30-an, rasanya seperti tes. Aku harus belajar tentang
berkencan dan pria. Aku berkencan seperti wawancara kerja. “ keluh Ha Ri
“Setelah
usiaku 40 tahun, aku sadar usahaku tidak akan mengubah soal kencan atau
pernikahan. Hei, apa yang harus kulakukan?” ucap Ha Ri
“Kau
harus bertanya? Jika kau tidak bisa menikah, biarlah. Jika usaha semua orang
terbayar, dunia ini akan sempurna.” Balas Jae Young
“Tapi
andai berusaha lebih keras, aku tidak mungkin mengalami ini, bukan? Aku hanya menyesal
telah menyia-nyiakan peluangku dan merenungkan diri agar masa depanku tidak
terbuang.” Kata Ha Ri yang kehilangan kepercayaan dirinya.
“Tidak
ada yang salah..... Tidak. Lupakan saja... Lalu Ada apa di perutmu? Kau
sembelit? Keluarkan.” Ejek Jae Young
“Jangan
ganggu aku. Ini penyesalan dan masa depanku yang mungkin akan hilang. Aku ingin
tetap seperti ini lebih lama.” Ucap Ha Ri ingin tetap terlihat hamil
“Baiklah.
Terserah kau saja... Semoga berhasil. Kau melakukan berbagai macam hal aneh.”
Ucap Jae Young keluar rumah tapi menatap ke arah pintu rumah Ha Ri.
Flash Back
Nyonya Ok
datang ke rumah Jae Ryoung mengaku untuk
meminta bantuannya tapi melihat keadaan Jae Young akhirnya memilih melupakan saja yang akan diminta,
melihat rumah yang berantakan. Jae Young pun ingin tahu Nyonya Ok ingin bantuan
apa.
“Ini soal
Ha-ri. Jika begini, dia tidak akan menikah. Dia sepertinya tidak berminat
menikah. Dia hanya bekerja seumur hidupnya. Bagaimana jika dia mati sendirian?”
ucap Nyonya Ok khawatir.
“Dia
bukan tipe orang yang akan mati sendirian. Pada akhirnya, dia akan menemukan
pria dan hidup bahagia.” Ucap Jae Young yakin
“Jae-young,
tolong berteman baik dengannya. Dia harus bergaul dengan oranguntuk mencari
seseorang. Jika akhirnya terikat,kalian bisa tinggal bersama.” Kata Nyonya Ok
“Sepertinya
mengerikan.” Ucap Jae Young. Nyonya Oh pikir kalau Ha-ri mengerikan
“Maksudku,
itu aneh. Dia dan aku sudah seperti saudara.” ucap Jae Young. Nyonya Ok tahu.
“Karena
itu aku ingin kalian tinggal bersama seperti saudara.” kata Nyonya Ok.
Akhirnya
Jae Young mengingat ucapan Nyonya Ok memilih untuk masuk sambil mengeluh kalau
Ini sangat mengganggunya dan menyuruh Ha Ri untuk bangun lalu minum soju. Ha Ri
mengeluh menyuruh Jae Young pergi saja.
“Baiklah.
Kalau begitu, ayo minum bir.” Ucap Jae Young. Ha Ri langsung bangun. Jae Young
pikir Ha Ri akan tidur di tempat lain
“Hei... Ambil
ini dan jangan pernah kembali.” ucap Ha Ri memberikan tas pada temanya. Jae
Young bingung apa itu.
“Kubelikan
Do-ah celana panjang sebagai hadiah perpisahan. Sampai jumpa. Mari tidak
bertemu lagi. Sekarang pergilah.” Kata
Ha Ri tak ingin digangu.
“Kau Tidak
perlu membeli apa pun.” Keluh Jae Young. Ha Ri malah membalas “Sama-sama.”
Seolah Jae Young mengucapkan terimakasih
“Sekarang
pergilah... Aku tidak mau melihatmu. Jadi Pergilah.” Ucap Ha Ri kesal
“Kurasa
aku tidak bisa pergi... Ini takdir kita.” Ucap Jae Young berhenti didepan
pintu. Ha Ri tak mengerti dan menyuruh segera pergi.
“Terima
kasih atas hadiahnya. Tapi Apa kau Mau kujodohkan dengan pria?” ucap Jae Young
akhirnya dududk disoa.
“Aku tidak
pernah bilang butuh pria.” Ucap Ha Ri mencoba untuk acuh dan jual malah.
“Apa Kau
yakin tidak tahu? Kau tampak menyesal karena tidak berusaha cukup keras.
Begini... Kurasa mungkin terlalu cepat untuk menyerah. Jadi, apa kau mau kencan
buta?”kata Jae Young.
“Lupakan
saja... Usaha pun tidak menjamin akan mendapat pria yang baik. Apa Kau kenal
seseorang yang berkepribadian bagus, baik, dan punya selera humor? Dia tidak
perlu tampan. Pria yang tampak normal juga boleh.” Kata Ha Ri
“Tapi pria
seperti itu tidak akan ada. Jadi, Apa kau tertarik atau tidak? Apa Kau tertarik
jika ada pria seperti itu?” kata Jae Young
“Jika
ada, kau bisa menjodohkanku dengannya.” Ucap Ha Ri mencoba untuk tak banyak
meminta
“Banyak
sekali yang kau pikirkan. Cobalah lebih sederhana. Terima kasih atas hadiahnya.
Jangan lupa, Sikat gigimu dan tidurlah.” Ucap Jae Young lalu keluar rumah.
Ha Ri
hanya bisa terdiam lalu mengingat yang dikatakan dokter “Peluang mengalami
konsepsi alami sebesar tujuh persen bukan berarti kau mandul. Namun, tingkat
kesuburanmu akan terus menurun.”
Pagi
hari, Yi Sang sibuk memanjang tebing, temanya yang ada disamping memuji
posisinya sudah bagus dan mengambil gambar dengan ponselnya. Yi Sang
memperlihatkan senyuman manisnya.
Setelah
itu ia menuiskan caption pada fotonya “Aku belum pernah melakukan panjat
dinding.” Ia tersenyum bahagia setelah menguploudnya dan melihat account "The Baby" lalu
menemukan accont “Jang Ha-Ri” dan hampir semua foto anak bayi.
“Kenapa
ada banyak sekali foto bayi?” ucap Yi Sang heran lalu memberikan tanda suka
pada foto Ha Ri yang terlihat hamil.
Di bak
permainan bola, Jae Young mengajak anaknya bermain petak umpet sambil berbaring
meminta anaknya mencarinya. Do Ah hanya diams aja. Saat itu seorang pria
datang, Jae Young mengeluh temanya bisa saja menelepon jadi Tidak perlu datang.
“Dasar
bodoh... Kenapa kau kemari? Ini menyedihkan.” Komentar temanya.
“Tidak
banyak tempat yang anak-anak bisa masuk.” Kata Jae Young masih berbaring
“Kau
menganggur selama lima bulan, bukan? Apa Kau punya uang?” tanya temanya.
“Aku
menjual apartemen itu.” Ucap Jae Young. temanya bertanya apakah Jae Young tidak
kembali bekerja.
“Entahlah..
Sulit mencari pengasuh paruh waktu.” Kata Jae Young, temanya langsung melempar
amplop. Jae Young bingung apa itu
“Jung-won
menyuruhkumemberimu uang tunjangan anak.” Kata temanya.
“Suruh
dia mengurus dirinya sendiri karena sudah meninggalkannya.” Kata Jae Young
marah mengembalikanya.
“Suami
istri tidak bisa menjadi orang asing setelah bercerai. Tapi aku melakukannya.”
Ucap temanya tetap meninggalkan uang lalu melangkah pergi.
“Hei..
Apa kau Mau kencan buta?” tanya Jae Young
Di studio
foto, Ha Ri melihat accountnya lalu mengeluh kalau Ini menyinggungdan memanggil Nam memberitahu
kalau menemukannya. Han Yi Sang. Tuan Nam tak mendengarnya bertanya “Siapa?” Ha Ri mengejek Yi Sang bilang tidak tertarik,
tapi menyukai foto-fotonya.
“Segeralah
membuatnya.” Ucap Yi Sang tiba-tiba sudah ada dibelakangnya. Ha Ri kaget
bertanya Sedang apa di sin.
“Mengikuti
dan memberi tanda suka. Bukankah begitu cara kerja medsos?” ucap Yi Sang
santai.
“Kau
akrab denganku?” tanya Ha Ri menyindir. Yi Sang balik bertanya Apa harus dengan orang yang akrab saja?
“Orang-orang
mengikuti orang asing.” Kata Yi Sang. Ha Ri menegaskan hanya mengikuti orang yang akrab dengannya.
“Tolak
saja permintaannya.” Balas Yi Sang. Ha Ri mengaku tidak menerimanya jadi bisa
membatalkan saja. Yi Sang menganguk mengerti.
“Apa
Kalian berteman di medsos? Kalian pasti akrab. Kenapa kalian tidak berteman
dekat?” ucap Tuan Nam dari atas.
“Kurasa
aku bisa marah kepadamu.” Ucap Ha Ri kesal. Yi Sang pun ingat kalau Tuan Nam
bilang tidak perlu menemuinya.
“Aku
berusaha menjauhkanmu darinya. Kalian bertemu sebelum aku siap jadi Kalian
membuat ini sulit bagiku.” Ucap Tuan Nam. Ha Ri pun hanya bisa menghela nafas.
“Sepertinya
kau tidak menyukaiku hari ini. Kau bilang sangat bersyukur hingga ingin
melamarku.” Sindir Yi Sang anak naik ke lantai atas.
Ha Ri
mengingat yang dikatakan sebelumnya “ Itu hanya ucapan terima kasihku. Aku sangat
bersyukur hingga bisa menikahimu.” Akhirnya Ia langsung memanggil Yi Sang
menatap dalam mengatakankalau perlu bicara seriu Hanya mereka berdua.
Keduanya
bertemu dicafe, Ha Ri memastikan kalau Yi Sang tidak akan tinggal di studio, Yi Sang malah
balik bertanya alasan Ha Ri menanyakan hal itu.
Ha Ri mengaku ingin tahu jadwal Yi Sang agar bisa menghindarinya. Yi San
ingin tahu alasanya.
“Bukankah
tidak nyaman ada di dekatku?” kata Ha Ri. Yi Sang mengaku Itu penting baginya
karena merasa baik-baik saja.
“Apa Kau
masih tidak nyaman di dekatku?” ucap Yi Sang. Ha Ri pikir Akan aneh jika tidak
begitu.
“Katamu
aku harus memelihara anjing saat pertama bertemu.” Kata Ha Ri
“Kalau
begitu, seharusnya aku yang lebih tersinggung.”balas Yi Sang. Ha Ri tak
mengerti. Yi Sang pikir Ha Ri tak ingat kalau itu Menyinggung.
Flash Back
Ha Ri
yang merasa frustasi minum dengan sangat banyak. Tuan Nam yang melihatnya tak
bisa melarangnya. Ha Ri melihat Yi Sang berjalan disampingnya menarik bajunya
dan bertanya mau ke mana. Yi Sang mengeluh dengan tingkah Ha R.
“Bisakah
kau duduk...” ucap Ha Ri akhirnya menarik Yi Sang duduk. Yi Sang pun hanya bisa
menghela nafas.
“Apa Kau
misoginis? Maksudku, mereka yang percaya bahwa wanita bersikap baik karena
punya niat. Apa Kau salah satunya? Bagaimana kau bisa memiliki prasangka yang
tidak pantas?” ucap Ha Ri yang mabuk.
“Aku akan
berprasangka sekarang.” Kata Yi Sang akan melangkah pergi tapi Ha Ri kembali menariknya.
“Apa Kau
pikir aku tidak paham karena mabuk? Aku tahu itu artinya kau tidak menyukaiku.
Aku tidak menyukaimu. Andai tahu kau orang gila, aku tidak mungkin seberani
ini.” Ucap Ha Ri
“Kau
benar... Aku bukan orang yang kau cari.” Ucap Yi Sang seperti lelah hati diajak
bicara oleh Ha Ri melepaskan tangan Ha Ri dari bajunya.
“Bagaimana
jika kau jatuh cinta kepadaku? Kau akan jatuh cinta kepadaku.” kata Ha Ri
Ha Ri
gugup meminum esnya merasa tak percaya kalau ada orang yang mabuk melakukan hal
itu, tanganya terlihat gemetar. Yi Sang mengingatkan kalau Ha Ri mengatakan
kalau ia akan jatuh cinta padanya. Ha Ri pun bertanya apakah Yi Sang jatuh
cinta padanya.
“Tidak.”kata
Yi Sang tegas. Ha Ri tak percaya mendengarnya. Yi Sang menyakinkan.
“Lantas,
apa?” ucap Ha Ri. Yi Sang heran Ha Ri yang menanyakan itu padahal Ha Ri ang
mengatakannya.
“Mulai
sekarang, aku akan berusaha menghindarimu, jadi, kumohon, bekerjasamalah.” Kata
Ha Ri. Yi Sang menganguk mengerti.
“Mari
berusaha keras untuk menghindar.” Kata Ha Ri. Yi Sang setuju. Ha Ri pun
membayar makanan dan bergegas pergi. Yi Sang pun hanya tersenyum terlihat
santai.
Di
studio, Ha Ri terlihat kebingunan. Tuan mengaku harus pergi dan melakukan
wawancara Yeon-ha sambil mengeluh kalau mereka belum datang. Ha Ri menyakinkan
kalau Mereka dalam perjalanan. Tuan Nam mengeluh merasa tak bisa mengatur dan merekam
semuanya dalam satu jam.
“Rekamannya
berupa perbincangan dengan penulis terkenal. Aku tidak bisa lakukan keduanya.” Keluh
Tuan Nam
“Ini
pemotretan sampul, kita tidak bisa mempercepatnya. Kita juga harus merekam
video. Sangat sulit membuat Na-eun rekaman dengan kita.” Ucap Ha Ri dan terdengar suara yang memanggilnya “Bibi!””
“Lihat?
Kau dengar itu?.... Astag.. Apa dia gila?” keluh Ha Ri tersadar datang
juniornya.
“Halo,
aku Choi Kang Eu-ddeum dari Tim Humas.” Ucap Choi Kang EuDdeum. Tuan Nam pikir
pria itu seorang idola karena pernah melihatnya.
“Bukan.
Namaku Choi Kang, dari marga kedua orang tuaku.” Kata Choi Kang. Tuan Nam
menganguk mengerti.
“Kenapa
kau kemari?”tanya Ha Ri. Choi Kang menjawab
Pak Kim menyuruh membantu karena itu kontrak penting.
“Ini
kontrak penting dan dia mengirimmu?” kata Ha Ri tak percaya. Choi Kang mengeluh kalau tidak menyangka Ha
Ri akan kasar sejak awal.
“Aku akan
sangat membantu.” Ucap Choi Kang. Tuan Nam pikir mereka tidak punya waktu jadi
harus memutuskan sekarang dan menatap ke arah lantai atas.
Ha Ri dan
Tuan Nam duduk dengan wajah kebingungan. Yi Sang didepan komputer bertanya
Kenapa mereka tidak merekam. Tuan Nam terlihat bingung dan membahas Artinya
mereka boleh merekam, lalu meminta agar membantunya sekali ini saja.
“Kita
berjanji hanya akan berbagi ruangan ini dan melakukan pekerjaan kita sendiri.” Ucap
Yi Sang
“Pekerjaan
ini bagus. Menghasilkan dan menyiapkanmu untuk masuk di bidang ini” kata Tuan
Nam mencoba merayu.
“Kau
membahas sampul majalah kita!” keluh Ha Ri frustasi. Tuan Nam mengaku hanya
mengatakannya.
“Hentikan...
Ini terlalu menyedihkan... Maaf aku kemari setelah bilang akan menghindarimu.
Tapi kenapa kau membelakangi orang yang bicara denganmu? Lagi pula, punggungmu
tidak bagus.” Kata Ha Ri kesal lalu melangkah pergi. Yi Sang hanya menatap
bingung.
Ha Ri menyapa Na Eun dan timnya menyapa kalau pasti butuh waktu lama untuk sampai ke sini.
Tuan Nam pun bergegas turun meminta draft foto karena sudah kehabisan waktu dan
mengajak timnya untuk memakai pengaturan ini untuk Na-eun.
“Aku akan
memeriksanya dengan cepat karena waktu kita sempit. Karena tidak berbahaya bagi
tubuh, anak-anak bisa mengisapnya. Kau bisa Perhatikan itu.” Ucap pemilik
produk.
Saat itu
Choi Kang sibuk bermain dengan Na Eun meminta agar Jangan memakannya, tidak
baik untuknya, karena Ini kotor dan Menjijikkan. Ha Ri menatapnya hanya bisa
menghela nafas padahal itu produk yang akan dipromosikan.
“Apa Ada
hal lain yang ingin kau tekankan?” tanya Ha Ri mengalihkanya.
“Begini,
ini juga sangat awet. Kau tahu bagaimana anak-anak melempar mainan? Ini tidak
mudah pecah.” Ucap Si pegawai.
Saat itu
mainan bongkar pasang jatuh dilantai. Choi Kang dengan santai kalau berkomentar
Ini rapuh sekali. Ha Ri pun kebingungan mencoba untuk mengalihkan pembicaraan.
“Ada urusan
mendesak yang harus kuurus. Bisakah kau mengaturnya untukku?” kata si prai
merasa tak enak hati.
“Tentu
saja, kami bisa melakukannya dengan mudah. Jangan khawatir... Kau boleh pergi.”
ucap Ha Ri menahan emosinya pada Choi Kang.
Ha Ri
akhirnya menyusuh semua bongkar pasang agar menjadi istana untuk set foto. Tuan
Nam dengan wajah panik bertanya Berapa sisa waktu mereka tapi Ass-nya seperti
tertidur. Tuan Nam berteriak memanggil Seung-ho bertanya Pukul berapa sekarang?
“Pukul
15.50.” ucap Seung Ho. Tuan Nam pikir waktunya tinggal 10 menit dan merasakan
tanganya Kram. Ha Ri pun terburu-buru menyakinkan pasti bisa.
“Bibi,
begini cara melakukannya?” teriak Choi Kang. Ha Ri mengeluh agar sangat sibuk,
jadi lebih baik diamlah.
“Ha-ri, kurasa
kita tidak perlu membuatnya diam.” kata Tuan Nam dan Choi Kang sudah membuat
istana dan siap memasang bendera untuk sentuhan akhir.
Na Eun
sudah duduk diset foto dan Ha Ri membawa mainan dan bingung melihat Tuan Nam
pergi. Tuan Nam merasa tidak bisa melakukannya. Karean harus menemui Yeon-ha
karena Negeri ini akan malu jika tidak dilakukan.
“Apa
maksudmu? Mustahil kita bisa menjadwal ulang Na-eun.” Kata Ha Ri panik. Tuan
Nam tetap menolaknya.
“Kau Pergilah
setelah memotretnya.” Kata Ha R menahanya. Saat itu Yi Sang datang meminta
draft.
“Apa
fokusnya?” tanya Yi Sang. Tuan Nam meminta agar
Nae Eun tersenyum sedikit dan pamerkan mainannya.
“Drafnya
ada di sini... Maaf, aku harus pergi. Terima kasih! Maafkan aku!” ucap Tuan Nam
bergegas pergi. Ha Ri pun tak bisa berbuat apa-apa
Ha Ri pun
mencoba mengalihkan pandangan Na Eun agar tersenyum didepan camera dan Yi Sang
mulai mengambil fotonya. Ha Ri pun meminta agar Yi Sang melemaskan wajahnya
sedikit karena Anak itu akan menangis. Yi Sang bertanya apakah Punggungnya masih
tidak terlihat bagus.
“Sekarang
terlihat agak lebih bagus.” Ucap Ha Ri gugup dan terus mengalihkan padangan Na
Eun.
Sementara
di ruangan, tiga sekawan seduh duduk sambil meminum kapi. Hyo Joo pikir dengan
Pak Kim dari Tim Penerbit. Yeon Ho melihat dari kejauhan lalu mendengar
Rumornya, homoseksual. So Yun melihat pria yang lewat dibelakangnya.
“Bagaimana
Kalau Pak Oh dari "Fesyen Bulanan"?” kata So Yoon. Yeon Hoo tau Dia punya
pacar selama tujuh tahun.
“Bagaimana
dengan Ha-ri? Benar-benar tidak ada siapa pun untuknya.” Keluh So Yoon
“Pasangan
yang bekerja sama bisa saling memahami dan saling menoleransi tekanan
pekerjaan. Tapi sulit untuk jatuh cinta di tempat kerja.” Ucap Yeon Ho
“Apa Kau
sungguh ingin memacari pegawai kantor?” tanya Hyo Jo. Yeon Ho mengeluh itu Tidak
mungkin karena Kantor mereka buruk.
“Lihat?
Kau bekerja di sini, tapi kantor tetap buruk. Kau ingin menggosipkan rekan
kerjamu, bukan menggoda mereka.”kata
Yeon Ho
“Aku
memacari Seung-ho dari Tim Fotographer” akui So Yoon. Keduanya kaget bertanya Sejak
kapan?
“Aku
bilang menyukainya saat Ha-ri bilang bahwa dia masa depanku.”akui So Yoon. Yeon
Ho memujinya kalau So Yoon memang berani sekali.
“Ada
alasan nyaris tidak ada pasangan di kantor. Jika tidak ada pasangan untuknya di
luar, maka kita harus melihatnya berkeliaran.” Ucap Yeon Ho yakin
***
Bersambung
ke part 2
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar