PS : All images credit and content copyright : TVN
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Ibu Suk
Hyung masuk ke dalam ruangan dengan pengacara dan hanya bisa melonggo karena
ruangan anaknya yang berantakan. Suk Hyung merapihkan agar bisa duduk. Ibunya
bertanya Siapa dia. Suk Hyung menjawab Dokter spesialis psikiatri, Jeon Jun-u.
“Dia dua
tahun lebih tua dariku, dan senior di kampus. Aku sudah terbiasa dan
menerimanya... Silakan duduk.” Ucap Suk Hyung lalu membuatkan kopi untuk
ibunya.
“Kau bisa
minta ganti ruangan kepada Jung-won. Orang ini butuh bantuan.” Kata Ibu Suk
Hyung.
“Maka dari
itu, aku mengajak Ibu minum kopi di lobi saja.” Kata Suk Hyung. Ibunya mengaku
senang bisa lihat kantornya.
“Tidak
perlu buatkan kopi. Hari ini ibu sudah minum banyak. Ibu mau air putih saja.”
Kata Ibu Suk Hyung.
Suk Hyung
pun memberikan ibunya segelas air. Ibu Suk Hyung memastikan Berarti semua akan berakhir
besok, Pengacara Pyun membenarkan kalau mediasi dilakukan besok pukul 17.00,
dan Ibu Suk Hyung takkan hadir. Jadi,
akan melanjutkan sesuai pembicaraan mereka.
“Bila tak
ada argumen atau perubahan dari kedua belah pihak, maka proses mediasi berakhir,
dan kalian resmi bercerai.” Jelas Pengacara Pyun
“Terima
kasih, Pengacara Pyun. Padahal kau sibuk di Yulje.” Kata Ibu Suk Hyung
“Tidak.
Lagi pula, aku bekerja memang untuk cari uang.” Kata Pengacara Pyun
“Aku suka
Pengacara Pyun. Kau jujur dan memiliki banyak kesamaan denganku.” Komentar Ibu
Suk Hyung.
“Besok
pagi kau ada di rumah, ‘kan? Besok pagi aku akan ke sana.” Kata Pengacara Pyun.
Ibu Suk Hyung bertanya Ada apa
“Sebelum
ke pengadilan, aku tetap harus bertanya apakah niatmu masih sama untuk kali
terakhir.” Kata Pengacara Pyun. Suk Hyung panik merasa itu tak perlu
“Kau boleh
langsung menuju pengadilan.” Kata Suk Hyung. Ibunya pikir sang anak masih belum percaya kepada ibunya.
“Pengacara
Pyun, niatku takkan berubah. Kau pasti sibuk. Lebih baik lakukan pekerjaan
lain. Hubungi aku saja saat keluar dari pengadilan.”kata ibu Suk Hyung.
Pengacara Pyun menganguk mengerti.
“Terima
kasih. Kumohon lakukan seperti itu. Omong-omong, kenapa kau belum menikah?”
ucap Ibu Suk Hyung. Suk Hyung bingung
Ibu Suk Hyung tiba-tiba menanyakan hal itu.
“Maksudku,
kau tampak gagah. Kenapa belum menikah? Menikahlah segera!” kata Ibu Suk Hyung
“Apa Ibu
anggota Komite Pendukung Pernikahan? Kenapa selalu menyuruh semua orang
menikah? Menikah tidak terlalu menyenangkan. Untuk apa menikah?” keluh Suk
Hyung
“Meski
pernikahan memang buruk, aku bisa dapat anak tampan dan keren ‘seperti putraku,
berkatnya. Itu sungguh sebuah berkah. Maka dari itu, lekaslah menikah.” Jelas
Ibu Suk Hyung.
“Aku
sudah punya pacar.” Kata Pengacara Pyun, Ibu Suk Hyung sudah menduga dan ingin
tahu Apa pekerjaan pacarnya.
“Petugas
lapas.” Kata Pengacara Pyun. Ibu Suk Hyung dan anaknya hanya bisa melongo
mendengarnya.
Direktur
Ju kaget mendengar pasienya Istri Menteri Pendidikan yang Dua tahun lalu dia
transplantasi lever di Pusat Medis Kangwoon. Tuan Ju membenarkan Namun,
kelihatannya wanita itu harus dioperasi lagijadi Ini amat konfidensial.
“Menteri
Son adalah juniorku di SMA. Kurasa kali ini dia yang akan menyumbangkan lever. Dipikir-pikir,
berarti sekarang dia mantan menteri, Hari ini dia mengundurkan diri karena
ingin mendampingi istrinya.” Ucap Tuan Ju
“Berarti
kondisinya buruk, melihat dia operasi kembali setelah dua tahun. ” Jelas
Direktur Ju
Wajahnya
kembali menguning karena reaksi penolakan kronis, dan kurasa kondisinya lebih
buruk daripada sebelum operasi. Saat bicara di telepon, dia minta kita memberi
keputusan setelah merapatkan masalah ini.” Jelas Tuan Ju
“Namun,
saat menutup telepon, dia memohon bantuan, hampir menangis sedu sedan. Kenapa manusia
pasti sakit saat menua? Kenapa?” keluh Tuan Ju
“Kalau
tahu jawabannya, aku sudah dapat Penghargaan Nobel. Apa yang harus kita
lakukan? Aku tidak tahu pasti, tetapi biasanya adhesi parah saat operasi ulang,
dan operasi itu sendiri pun pasti sulit. Dikhawatirkan ada komplikasi juga.” Jelas
Direktur Ju
“Karena
itu, tampaknya Pusat Medis Kangwoon keberatan. Mengoperasi orang seperti mereka
tentu saja berat.” Kata Tuan Ju
“Itu
harus berhasil. Jika gagal, citra rumah sakit akan buruk. Bila ada alasan, aku
tak mau menjalani operasi berisiko.” Ucap Direktur Ju
“Memang
kau yang mengoperasi? Kau tak punya wewenang. Itu urusan dokter utamanya.” Kata
Tuan Ju
“Siapa
yang mau jadi dokter utama? Ini berat.” Ucap Direktur Ju. Tuan Ju memberitahu Istri Menteri Son ingin dioperasi oleh Dokter
Lee Ik-jun.
“Sepertinya
mereka dengar dari pasien-pasien yang dirawat di Bangsal VIP, bahwa Dokter Lee
adalah yang terbaik dalam transplantasi lever saat ini.” Kata Tuan Ju
“Memang,
tetapi... kurasa dia pun akan keberatan. Hasil transplantasi ulang pasti tak lebih
baik daripada sebelumnya.” Kata Direktur Ju
“Apa kita
coba tanya Jung-won dahulu?” ucap Tuan Ju.
Akhirnya
Jung Won datang ke ruangan. Tuan Ju pikir Bila dirasa Dokter Lee Ik-jun keberatan, tidak
perlu dibahas lagi karena masih dalam tahap bisa memilih untuk menerima atau
menolak pasien.”
"Keberatan"?
Sifat Ik-jun tidak begitu. Meski begitu, akan kucoba tanya Ik-jun dahulu.”ucap
Jung Won.
Dokter Kwon
melihat dilayar kalau waktu operasi sudah berjalan 2 ja m lalu memberitahu
perawat, ingin mengecek Bagaimana proses operasi penerima donor. Perawat datang
labih memberitahu Dokter Kwon, lever sudah diangkat 30 menit lalu,
“dan kini
sedang merapikan pembuluh darah usai proses hemostasis. Mereka sudah hampir
siap.” Ucap Perawat
“Apa
Secepat ini? Berarti operasi hari ini selesai dua jam lebih cepat?” kata Dokter
Kwon tak percaya.
Ik Jun
sudah ada diruangan, Dokter Jang datang melihat Ik Jun belum pulang, Ik Jun mengaku Nanti, setelah lihat reperfusi dan melihat
Dokter Jang tak makan padahal Operasi selesai. Dokter Jang menjawab harus ke
Unit Perawatan Intensif untuk cek apa donor baik-baik saja.
“Aku
terharu... Ayo Ulurkan tanganmu.. Makan ini. Bilang kalau ingin tambah. Ada
satu boks di ruangan Jun-wan.”ucap Ik Jun menuangkan banyak coklat ke tangan
Juniornya. Dokter Jang pun mengucapkan Terima kasih.
“Kini aku
tak mengantuk. “ ucap Dokter Jang tersenyum bahagia. Saat itu pintu terbuka dan
Jung Won datang.
Jung Won
menyapa dengan santai Dokter Jang bergegas pergi,. Ik Jun heran temanya masih
ada dirumah sakit. Jung Won pikir
temanya sednag senggang. Ik Jun membenarkan dan ingin membahas kalau Jung Won
tadi bicara santai pada Dokter Jang.
“Aku? Tidak.”
Ucap Jung Won menyangkalnya. Tapi Ik Jun ingat temanya mengatkan bilang,
"Hai, Gyeo-ul".
“Kapan?
Tidak.” Kata Jung Won masih tetap menyela. Junn tetap menyangkal dan ingin tahu
kapan serta Pukul berapa?
“Oh... Tidak.
Baiklah, kau tidak melakukannya Ada perlu apa?” tanya Ik Jun. Jung Won
mengingat tujuanya datang.
“Dua
tahun lalu dia mendapat transplantasi donor hidup dari putranya, dan kondisi
terus memburuk karena reaksi penolakan kronis. Penyakit kuningnya parah dan berencana
melakukan terapi CRRT. Kondisinya buruk.” Jelas Jung Won
“Biar kulihat
jadwal. Sebentar”kata Ik Jun melihat ponselnya. Jung Won ingin memastikan
apakah Ik Jun bersedia.
“Nanti
kuatur jadwal secepatnya sesuai kesiapan donor.Bisa jadi harus operasi darurat akhir
pekan.” Jelas Ik Jun. Jung Won pun senang mendengarnya.
“Omong-omong,
Menteri Son Tae-hwan punya gedung bertingkat, 'kan? Kudengar ada di Gangnam.” Ucap
Jung Won
“ Pada
dasarnya, dia memang anak orang kaya.” Kata Ik Jun merasa tak masalah.
“Kudengar
dia sudah berjanji kepada Pak Kepala akan memberi sumbangan bila jadi operasi
di rumah sakit kita.” Kata Jung Won
“Dia
bayar mahal untuk biaya rumah saki dan menyumbang banyak. Pasti Malaikat
Penolong merasa amat terbantu.”ucap Ik Jun
“Tentu. Belakangan,
kau banyak membantu asupan dana Malaikat...” kata Jung Won lalu Ik Jun menerima
telepon masuk dan akan segera kesana
“Hei,
omong-omong, soal CUSA... Bisa dia sumbangkan beberapa benda itu? Itu alat
untuk bedah lever. Yang kita punya jelek. Aku suka donasinya, tetapi tanya apa
dia bisa belikan itu... Tolong, oke?” ucap Ik Jun. Jung Won hanya bisa melonggo
bingung.
Flash Back
Ik Jun
sibuk membersihkan meja saat Jung Won
membantu Song Hwa, lalu bertanya Kali ini beli apa. Song Hwa menjawab Tungku
kayu. Ik Jun mengeluh kesal, dan saat itu Jung Won menarik Song Hwa untuk pergi
sambil memujinya.
Akhirnya Ik
Jun selesai membereskan meja dan saat itu kaget mendengar bunyi suara
ambulance, lalu mencari di jas baju Jung Won, tapi tak menemukan lalu mencari
disaku baju lainya.
[HYEON
JEONG-MI, BAGIAN PELAYANAN SOSIAL - PUSAT MEDIS YULJE, PRIA 78 TAHUN, RINCIAN
DI SUREL] Ik Jun membacanya tak percaya
kalau Ahn Jung-won memang Luar biasa dan sungguh licik.
Song Hwa
dkk mengadakan rapat lalu bertanya Sudah pukul berapa ini, karena ada janji
makan malam. Ia pikir mereka lebih baik menyudahi rapat dan akan bertemu besok.
“Dokter
Chae. Seong-yeong dipanggil Dokter Min Gi-jun tadi.” Ucap Dokter Yong melapor.
“Dokter Min
Gi-jun memanggil Seong-yeong dan memarahinya habis-habisan. Tadi kulihat dia
melamun sendiri.” Cerita Dokter Heo sedih
“Dokter
Min Gi-jun berhak melakukan hal itu di posisinya.” Kata Song Hwa santai
“Astaga,
Dokter Chae... Apa Bisa tolong mengumpat sekali saja?” keluh Dokter Heo. Song
Hwa mengaku pandai mengumpat.
“Aku belum
pernah melihatmu mengumpat. Kumohon mengumpatlah sekali saja.”kata Dokter Heo.
Song Hwa mencoba mengumpat tapi nadanya seperti biasa saja.
“Kata Umpatan,
tetapi tak seperti umpatan. Aku merasa terobati. Serasa dapat berkah. Tadi aku
berniat mentraktir Seong-yeong makan malam, tetapi dia bilang ada janji. Dia
benar-benar ceria. Dia cemberut sampai sore tadi, tetapi kini ceria lagi.
Kurasa dia mau temui pacarnya.” Cerita Dokter Yong
“Dia
janji makan malam denganku. Aku mau traktir dia makan.” Kata Song Hwa
“Dokter
Chae... Kau bahkan memperhatikan dokter magang? Traktir kami juga.” Rengek Dokter
Heo. Song Hwa pun setuju mereka pergi bersama!
Song Hwa
dkk berjalan bersama melihat Ik Jun berjalan dilorong lalu bertanya apakah
sudah makan malam. Ik Jun mengaku terlambat kelas lalu bergegas pergi. Dokter
Yong menceritakan Menurut Dokter Jang Gyeo-ul, bulan ini Dokter Lee sudah
operasi delapan transplantasi lever.
“Jadwal
operasinya selalu banyak.” Cerita Dokter Yong
tak percaya
“Dia
pernah sepuluh kali mengoperasi selama sebulan di rumah sakit sebelumnya.” Cerita
Song Hwa lalu melihat bulan purnama.
“Apa Hari
ini tanggal 15?” kata Song Hwa senang melihat Bulan purnama!. Dokter Ahn
membenarkan setelah melihat ponselnya.
“Kita
harus memohon.” Kata Dokter Yong. Song Hwa bingung Memohon apa?
“Jangan
biarkan Seong-yeong sakit hati dan jadikan dia ahli bedah yang baik.”kata Song Hwa.
Semue mengeluh dengan permintaan Song Hwa unuk orang lain.
“Apa Kau
tak punya permohonan bersifat duniawi atau materialistis?” tanya Song Hwa.
“Akhir
pekan ini, aku akan berkemah. Apa Kuminta diberi tempat bagus?” ucap Song Hwa
Mereka meminta
yang lain saja. Song Hwa pun memikirkan permintaanya, tapi menurutnya Tidak
ada. Song Hwa bertanya apakah Song Hwa mau mencalonkan diri.
Jun Wan
terlihat gelisah dimeja kerjanya, Jung Won sudah berganti pakaian bertanya
apakah tidak pulang. Jun Wan menyuruh pulang lebih dulu karena masih ada
pekerjaan. Jung Won pun mengucapkan Selamat bekerja. Jun Won terlihat gelisah.
Dokter Do
memeriksa pasien yang baru saja melakukan Enema, saat itu seorang bibi
menyapanya ketika keluar ruangan memastikan kalau ia adalah Dokter Do Jae-hak,
Dokter Do membenarkan.
“Begitu?
Aku bibi Kim Hae-beom, pasien Kamar 6303. Senang bertemu denganmu. Kita baru
bertemu karena aku baru saja sampai dari desa. Tunggu sebentar, Dokter. Hae-beom
memintaku membawakan sesuatu. Tunggu sebentar.” Ucap Bibi Kim.
Di depan RUANG
OPERASI, Dokter Cha mengintip melihat Suk Hyung mengeluh karena belum pulang
juga. Perawat menyapa Suk Hyung heran
karena belum pulang, Suk Hyung menjawab sebentar lagi lalu membahas pasienya.
“Bayi Bu
Oh Hye-jun mengalami deselerasi lambat sekali, tetapi kini sudah pulih. Tolong
pantau. Beri tahu aku bila terjadi deselerasi lagi.” Ucap Suk Hyung. Perawat menganguk
mengerti.
“Selamat
bekerja, Semua!”kata Suk Hyung ramah lalu pamit pergi.
Saat itu
Dokter Chae langsung menghampirinya, Suk Hyung bingung karena sudah pulang
tadi. Dokter Chae mengaku Ada barangnya yang tertinggal lalu meminta tolong
antar sampai stasiun kereta. Suk Hyung terlihat bingung.
“Terima
kasih.” Kata Dokter Chae dengan cepat lalu bergegas pergi. Suk Hyung hanya bisa
terdiam.
Jun Wan
yang kebingungan akhirnya menelp Ik Sun bertanya sedang apa lalu mengaku juga hendak pulang
sebentar lagi. Ia pun mengaku dengar dari Dokter Ahn Chi-hong tadi kalau Ik Sun
lulus. Ik Sun merasa tak enak hati Jun Wan tahu dari orang lain.
“Tidak
apa. Tak masalah aku dengar dari siapa pun. Kau merasa bersalah dan tak berani
meneleponku, ya? Kita bicarakan akhir pekan ini. Kita cari jalan keluar.” Ucap Jun
Wan.
“Baiklah.
Kita bertemu dan bicara. Selamat tidur... Aku juga.” Kata Jung Won membalas
pernyatan cinta Ik Sun.
Di
ruangan, Dokter Do bahagia melihat isi buah bernama strawberry, lalu melihat
sebuah kertas yang terselip. Ia membaca isi surat Tuan Kim “Terima kasih kau
tak menyerah akanku. Aku takkan pernah melupakan kebaikanmu ini.”
Dokter Do
menangis membaca pesan dari pasienya, saat itu Jun Wan masuk ruangan mengajak
Dokter Do minum. Dokter Do panik langsung membaringkann kepalanya karena tak
ingin keliatan menangis.
Dokter
Chae membuka bagian mobil Suk Hyung lalu berkomentara Mobil Suk Hyung bersih
sekali karena Tidak ada apa-apa menurutnya seniornya itu memang penuh kejutan.
Suk Hyung bertanya apakah ia seperti orang yang punya mobil berantakan.
“Tidak.
Aku tahu kau rapi, tetapi tidak tahu kalau serapi ini. Apa Rumahmu juga pasti
rapi?” tanya Dokter Chae
“Aku
tidak rapi. Hanya kosong karena malas bersih-bersih. Rumahku juga kosong.”jelas
Suk Hyung
“Tunggu Sebentar,
Dokter.” Ucap Dokter Chae lalu mengangkat telp dan mengaku sedang sibuk dan
bergegas menutup telp.
“Silakan
bicara. Kenapa ditutup?” kata Suk Hyung. Dokter Chae mengaku tadik yang menelp
adalah teman lelakinya.
“Dia
menelepon sepuluh kali sehari.” Ucap Dokter Chae. Suk Hyung tak percaya
menurutnya itu Luar biasa.
“Itu
berlebihan... Dokter, apa kau... Kau tak cemburu, 'kan?” ucap Dokter Chae. Suk
Hyung bingung dianggap cemburu.
“Apa kau
suka aku?” kata Dokter Chae. Suk Hyung bingung mengaku Tidak.
“Tapi aku
suka kau.” Akui Dokter Chae. Suk Hyung tiba-tiba mematung. Dokter Chae pun
meminta berhenti didepan karean akan turun.
Suk Hyung
menepikan mobilnya, Dokter Chae mengucapkan Terima kasih lalu turun dari mobil.
Suk Hyung masi terdiam. Dokter Chae kembali mengetuk jendela lalu
memperingatkan Suk Hyung agar Besok jangan bersikap tak tahu.
“Maksudku,
soal pernyataanku hari ini. Tolong jangan pura-pura tak tahu besok. Kau tidak
perlu menjawab. Aku tak bilang untuk dapat jawaban. Aku hanya...mengungkapkan
perasaanku.”jelas Dokter Chae. Suk Hyung terlihat masih shock.
“Aku
takkan menunjukkannya di rumah sakit. Aku hanya... ingin kau tahu perasaanku. Kalau
begitu, sampai jumpa besok.” Ucap Dokter Chae. Suk Hyung hanya bisa terdiam.
Ik Jun berbaring
memeluk sang anak, lalu tersadar meraskan tubuh anaknya yang panas. Ia pun
memakai termometer melihat suhunya Tiga puluh delapan koma dua, lalu
membangukan U Ju memberikan obat dan mengajaknya tidur lagi.
Ia lalu menerima
telp dari Dokter Jang, kalau Tekanan darah Yu Sang-jun turun lagi, lalu memberi
infus dan norepinefrin. Ik Jun meminta agar Pantau terus apa kondisinya baik setelah
tambah norepinefrin.
“Diberi
antibiotik juga, 'kan? Aku segera ke sana.” Ucap Ik Jun kebingungan karena Demamnya
tak kunjung turun.
Ia sudah
bersiap di pinggir tempat tidur anaknya, saat melihat yang datang hanya
berkomentar orang itu terbang kemari karena cepat sekali datang.
Ik Jun
bergegas pulang membuka pintu kamar anaknya, dan langsung terdiam melihat Song
Hwa berbaring dengan U Ju tanpa pakaian dan memeluknya dengan erat. Ia hanya
bisa tersenyum lalu keluar dari kamar. Song Hwa perlahan keluar dari kamar
melihat Ik Jun sedang masak.
“Kapan
kau tiba?” tanya Song Hwa. Ik Jun menjawab Sepuluh menit lalu dan mengajak
untuk sarapan bersama.
“Apa Kau
sudah tidur?” tanya Song Hwa. Ik Jun menjawab belum. Song He menyuruh agar
tidur saja sebentar.
“Aku tak
bangun kalau kini tidur. Nurungji tidak
apa, 'kan?” kata Ik Jun. Song Hwa pikir itu sarapan terbaik lalu mengeluarkan
lauk dari dalam kulkas.
Song Hwa
memuji makanan Ik Jun Enak. Ik Jun menawarkan untuk nambah. Song Hwa pikir
nanti kalau sudah habis lalu bertanya apakah Jangjorim ini buatan temanya. Ik Jun menjawab Dikirim Ibu lalu bertanya apakah Telur yang
dibuat enak.
“Garamnya
pas. Enak... Hei. Ik-jun, tidurlah.” Ucap Song Hwa. Ik Jun pikir tak masalah.
“Apa Demamnya
sudah turun?” tanya Ik Jun. Song Hwa memberitahu kalau suhunya 36,8 derajat sebelum
keluar kamar. Ik Ju pikir itu Sudah turun.
“Ya
ampun, aku sempat panik karena demamnya tak kunjung turun dini hari tadi. Aku
bahkan bertanya kepada ibuku, dan dia menyuruhku melepas baju U-ju, lalu lap
badannya dengan air hangat.” Cerita Song Hwa.
“Setelah
itu demamnya turun drastis. Para ibu memang jauh lebih baik ketimbang dokter.
Para ibu menakjubkan.” Cerita Song Hwa penuh semangat.
“Kau
menelepon ibumu dini hari?” kata Ik Jun tak percaya. Song Hwa pikir tak ada
yang bisa dilakukan karena U-ju sakit.
Song Hwa
kembali menyuruh Ik Jun agar tidur, Ik Ju mengerti sambil mengeluh temanya itu
yang cerewet dan memberitahu Ada waktu satu jam jadi bisa tidur setelah makan
dan meminta agar membangunkanya. Song
Hwa mengerti dan menyuruh agar cepat tidur
“Ik-jun...
Apa yang kau lakukan untuk dirimu sendiri akhir-akhir ini?” ucap Song Hwa. Ik
Jun kebingungan diberikan pertanyaan itu.
“Lantas
kau?” tanya Ik Jun. Song Hwa memperlihatkan ponselnya kalau baru saja membeli
barang yaitu Tempat kayu bakar.
“Kenapa
kau butuh itu?” keluh Ik Jun. Song Hwa mengatakan Kayu bakar dimasukkan ke
dalam tungku kayu, dan kayu bakar itu disimpan di sini.
“Kau bisa
menyimpannya di lantai. Untuk apa beli itu?” keluh Ik Jun merasa tak berguna.
“Aku beli
untuk diriku sendiri. Aku membelinya untuk memuaskan diri sendiri. Aku sangat
bahagia saat beli ini. Jadi Bagaimana denganmu?
Apa yang kau lakukan? Apa yang kau lakukan untuk dirimu sendiri?” tanya Song
Hwa.
“Makan
denganmu seperti ini. Makan... dan minum kopi denganmu. Kulakukan hal itu
untukku.” Ucap Ik Jun. Song Hwa sempat terdiam mendengarnya lalu mengalihkan
pandanganya.
“Di luar
hujan. Apa Kau tak dengar?” kata Ik Jun. Song Hwa langsung bergegas pergi ke
balkon dan meminta izin membuka jendela. Ik Jun pun mempersilahkan.
“Kau Simpan
saja disana. Biar aku yang bereskan.”kata Song Hwa yang sangat senang melihat
hujan.
“Kau mau
kopi, 'kan?” ucap Song Hwa. Ik Jun pikir akan membuatkanya.
“Prakiraan
cuaca hari ini hujan?” tanya Song Hwa. Ik Jun tak tahu dan berpikir Song Hwa
mengetahuinya.
“Aku
tanya karena tak tahu.” Kata Song Hwa lalu Ik Jun membantu Song Hwa karena
salah memasukan sampah daur ulang.
“U-ju
biasa bangun pukul berapa?” tanya Song Hwa. Ik Jun menjawab Tidak pasti.
“Belakangan
ini, dia bangun sesuka hati.” Ucap Ik Jun. Song Hwa kebingungan memilih sampah.
Keduanya seperti
keluarga dipagi hari ditengah hujan yang turun deras.
PUSAT
MEDIS YULJE
Song Hwa
melihat pasien yang datang Perawat Song Su-bin, yaitu Sahabat Ik-jun. Perawat Song
membenarkan datang membawa anaknya. Song Hwa pun menyuruh keduanya duduk tak
percaya kalau punya anak sebesar ini Perawat Song memberitahu kalau anaknya
sudah kelas dua SMP.
“Ini
sungguh tak terduga... Mendadak, dia bilang penglihatan periferalnya hilang,
lalu kubawa ke dokter mata. Aku malah disuruh membawanya ke Bedah Saraf. So-mi
baik-baik saja, Dokter?” kata Perawat Song.
“Dia
belum menstruasi pertama?”kata Song Hwa. Perawat Song membenarkan dan ingin
tahu Apa itu jadi masalah. Song Hwa terlihat gugup.
Di taman,
tiga sekawan duduk sambil minum es. Ik Jun pikir Ini hari-H, Suk Hyung membenarkan kalau Pengacara Pyeon
ke pengadilan dan menyampaikan pendapat terakhir sore ini jadi Setelah itu
benar-benar selesai.
“Malam
ini kita harus minum-minum.”ucap Jung Won. Ik Jun membahas kalau Hari ini
Jun-wan ada konferensi.
“Ya, di
hotel daerah Gangwon. Dia pasti sudah berangkat.” Kata Jung Won.
Saat itu
Suk Hyung melihat ponselnya dan hanya diam saja. Jung Won heran Suk Hyung Tidak
menjawabnya. Suk Hyung melihat “ KEPALA SEKRETARIS” dan bertanya-tanya alasan
meneleponnya. Ik Jun bingung bertanya Kepala sekretaris siapa. Suk Hyung
menjawabPresdir Yang.
Jun Wan
berlari masuk ke ruangan IGD, Dokter Do memberitahu Diseksi aorta DeBakey tipe
satu, tekanan darah 70/40 dan Ruang Operasi sedang disiapkan. Jun Wan terlihat
kesal sendiri.
Ibu Suk Hyung dan pengacara Pyun terlihat
tegang menunggu didepan ruangan operasi. Jun Wan keluar dengan Suk Hyung, lalu
mematuksn kalau Jun Wan yang akan menjelaskan.
“Bu...
Aku yang mengoperasi, tetapi aortanya rusak, jadi, operasi dilanjutkan seraya
lakukan Resusitasi Jantung Paru. Aku tak tahu apa dia akan kembali sadar karena
durasi henti jantungnya lama.”kata Jun Wan
“Kita
pantau dahulu beberapa hari, dan jika tak kunjung sadar kurasa dia akan sulit
bertahan, Bu. Maafkan aku.”kata Jun Wan membungkuk.
Ibu Suk
Hyung akhirnya masuk ruangan dan meminta pengacara Pyun agar duduk karena
Kakinya pasti sakit. Pengacara Pyun menolkanya . Ibu Suk Hyung mengaku Ada yang ingin dibicarakan jadi
meminta agar bisa duduk.
“Ibu!..”
teriak Suk Hyung tak percaya. Pengacara Pyun memastikan uacpan ibu Suk Hyung
serius.
“Ya.. Batalkan
permohonan ceraiku. Saat sidang mediasi di pengadilan, sampaikan bahwa dari
pihak kita tidak ingin bercerai. Aku masih... mencintainya.” Ucap ibu Suk
Hyung. Keduanya tak percaya mendengarnya.
Bersambung
ke episode 11
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar