PS : All images credit and content copyright : TVN
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Song Hwa
menatap ke arah jendela luar, lalu seseorang mengetuk pintu. Ia pun bertanya
siapa, Seseroang masuk ruangan. Sementara Jung Won berlari keluar dari parkiran
sambil berbicara dengan ibunya di telp, mengeluh karena Ibu pergi tanpa menemuinya.
“Ibu di
mana? Kutraktir makan malam. Aku tidak
akan membahas soal pastor. Kita makan malam dahulu.” Ucap Jung Won
“Ibu
bukan ingin menemuimu. Ibu pulang. Kembalilah bekerja.” Kata Nyonya Jung
bergegas
Jung Won
memanggil ibunya yang akan masuk mobil. Nyonya Jung melihat anaknya menyuruh
pergi karena janji makan malam dengan Jong-su. Jung Won bingung karena Direktur
Ju sedang perjalanan dinas. Apa...
Nyonya Jung sudah pergi keluar rumah sakit
dengan cepat, sementara Jung Won terlhat bingung.
Dokter
Jang hanya bisa diam saja ditaman, Ik Sun melihatnya bertanya Sedang apa di
sini, menurutnya Bila tak ada yang mencarinya lebih baik lekas sembunyi di Ruang
Piket. Dokter Jang mengaku tak masalah dan bertanya balik kenapa Ik Sun tidak
pulang
“Kadang
kala kau gila kerja.” Komentar Dokter Jang. Ik Jun mengaku sedang menunggu
Song-hwa untuk makan malam.
“Dia
konsultasi dengan seseorang. Aku tunggu dia. Kau sedang gelisah, ya? Katakanlah.
Akan kubantu cari solusi... Ayo Katakanlah.” Ucap Ik Jun
“Dokter
Lee... Lupakanlah.” Kata Dokter Jang ragu. Ik Jun ingin tahu ada apa. Dokter Jang mengurungkan niatnya mengaku Bukan
apa-apa.
“Aku jadi
ingin tahu! Pasti ini soal Ahn Jung-won.. Perlu kubawa dia kemari hidup-hidup?”
kata Ik Jun mengoda.
“Jangan.
Dia bisa terluka.” Kata Dokter Jang. Ik Jun mengeluh pada Dokter Jang karena
membuatnya penasaran ingin tahu.
“Sejak
kapan... kau suka Jung-won? Aku jadi penasaran.” kata Ik Jun.Dokter Jang pikir
kalau sudah jelas.
Dokter
Ahn datang menemui Song Hwa karena akan pindah ke rumah sakit di Sokcho. Song
Hwa merasa baru bilang tadi pagi tapi Berita memang cepat menyebar. Dokter Ahn
menegaskan akan ikut ke Sokcho.Song Hwa langsung melarangnya.
“Jangan konyol.
Untuk apa kau ke Sokcho?” ucap Song Hwa. Dokter Ahn memberikan alasan Karena
Song Hwa ke Sokcho.
“Logislah
berpikir, Ahn Chi-hong. Di sana tak ada dokter residen. Jika ikut, kau harus
lakukan semuanya sendiri. Tak sepadan merelakan jabatanmu di sini. Lagi pula,
jika kau pindah sebelum jadi Kepala, mungkin akan ada masalah saat nanti
wawancara. Ini bukan pilihan terbaik untukmu.” Tegas Song Hwa
“Chi-hong.
Tak ada residen yang pindah di tahun keempat. Kau harus lebih banyak lakukan
operasi dan merawat pasien. Itu yang paling kau butuhkan. Itu asetmu. Setahun
terakhir ini adalah masa terpenting bagimu. Bertahan setahun lagi dan tuntaskan
masa residen. Paham?” tegas Song Hwa
“Keputusan
hidupku adalah pilihanku. Kim Sang-man sudah di Ruang Operasi. Aku pergi
dahulu.”ucap Dokter Ahn lalu melangkah pergi.
Jun Wan
melihat cincin yang harus diberikan pada Ik Sun tapi akhirnya di simpanya
kembali. Ia lalu mengeluarkan ponselnya, Ik Sun mengaku baru akan meneleponya.
Jung Wan bertanya sedang apa. Ik Sun mengaku Baru sampai rumah dan bertanya
balik.
“Aku Baru
mau pulang.” Ucap Jun Wan.Ik Sun pikir Jun Wan
Hari ini pulang begitu awal.
“Apa
rencanamu nanti?” tanya Ik Sun. Jung Wan mengatakan akan ke tempatnyaa
sekarang. Jangan tidur dahulu.
“Sekarang?”
tanya Ik Sun kaget. Jun Wan langsung menutup telp dan akan bertemunya nanti.
Ik Sun
bersenandung “Mau makan atau kelaparan?” lalu membuka pintu ruangan Suk Hyung.
Suk Hyung terdiam didepan meja kerjanya dengan wajah sedih. Song Hwa bertanya
apakah ada masalah lagi lalu kaget mendengarnya.
“Hidup ini begitu payah.” Kata Suk Hyung hanya
bisa tertawa tak percaya.
“Kenapa
ayahmu? Kau kini tak bisa berkata buruk tentangnya.” Kata Ik Sun.
Flash Back
Suk Hyung
melihat surat wasiat ayahnya [SELURUH ASETKU DIWARISKAN KEPADA PUTRAKU, YANG
SEOK-HYEONG] Ibunya hanya bisa menghela nafas lalu bertanya Kapan
menulis surat wasiat ini. Pengacara Tuan Yang menjawab Musim semi tahun
ini.
“Di hari
Kim Tae-yeon memberi tahu kabar kehamilannya. Dia tulis malam itu”kata
pengacara Tuan Yeon
“Lelaki
tua gila! Apa dia mewariskan sesuatu kepada Kim Tae-yeon?” tanya Ibu Suk Hyung
“Setahuku,
tidak. Presdir menganggap wanita itu sebagai perawat di sisa hidupnya. Hanya
itu. Itu menurut pandanganku.” Kata Pengacara Tuan Yang
“Dasar
bajingan. Dia sudah menghamilinya. Omong kosong macam apa itu? Dasar bajingan
egois. Dasar serangga egois! Hanya memikirkan diri sendiri!” ucap Ibu Suk Hyung
mengumpat marah
“Apa Tak
ada hal lain di surat wasiat?” tanya Song Hwa. Ik Jun ingin tahu apakah Tak ada pesan lain untuk Suk Hyung atau
ibunya.
“Ada.
Perusahaannya harus kukelola. Dia tulis, aku harus berhenti jadi dokter dan
mengambil alih perusahaan. Dia tampaknya
terlampau peduli akan hidupku.” Ucap Suk Hyung tak percaya
“Jadi...kau akan berhenti?”
tanya Ik Jun
PUSAT MEDIS YULJE
Ik Jun
berjalan dilorong melihat Dokter Do dan Dokter lainya berdiri didepan ruangan
Song Hwa. Lalu bertanya Antrean apa ini.
Dokter Do mengaku Konsultasi dan hendak berkonsultasi dengan Dokter Chae yaitu konsultasi
karier.
“Dia
sibuk dan sakit.” Kata Ik Jun. Saat itu Dokter Yong keluar menyapa Ik Jun.
“Seok-min,
kau konsultasi soal apa?” tanya Ik Jun. Dokter Yong menjawab Masalah cinta.
“Dia juga
bantu masalah itu?”tanya Ik Jun tak percaya. Dokter Yong membenarkan.
“Dia
serbabisa. Pusat Panggilan Dasan pun kalah.” Ucap Dokter Yong lalu bergegas
pergi. Di ruangan Song hwa berkomentar kalau
Itu masa terindah.
“Ayo
makan!” ucap Ik Jun saat membuka pintu. Dokter Do dan yang lainya mengeluh. Ik
Jun menyuruh keduanya agar diam.
“Aku ada
kelas 20 menit lagi. Enyah kau. Dokter Do Jae-hak.”kata Song Hwa.
Dokter Do
langsun masuk dan menari dengan lirik “Si Cantik Chae Song-hwa! Dokter Chae
paling bersinar! Selamat siang, Dokter Chae.”
Song Hwa hanya bisa menahan tawa melihat tingkah Dokter Do
Ik Jun
pergi ke ruangan Jun Wan mengambil cemilan dilaci, seperti meredakan amarah
dengan makan coklat. Ia pun mencari sesuatu di laci Jung Won dan melihat semua
perlekapan menjadi pastor masih tersimpan dengan rapih lalu perlahan
menutupnya.
Jung Won
baru saja keluar dari ruang ganti, Dokter Bae menelp memberitahu kalau Pasien
wanita, tujuh tahun, trauma benda tumpul di abdomen. Status mental sadar,
tekanan darah baik, tetapi detak jantung tinggi.
“Menurut
hasil USG FAST, dia mengalami laserasi lever tingkat empat. Sudah kupindai CT
abdomen karena dugaan hemoperitoneum, ternyata ada pendarahan aktif.” Ucap
Dokter Bae.
“Baik.
Aku segera ke sana.” Kata Jung Won. Sementara Dokter Jang sedang makan mie
mangkuk kedua dan mengangkat telp dari Jung Won.
“Dokter
Jang Gyeo-ul! Gadis usia tujuh tahun, trauma benda tumpul abdomen, di IGD yang
harus operasi darurat karena tanda vital buruk. Hubungi Anestesiologi dan siapkan
Ruang Operasi secepatnya, juga transfusi darah untuk pasien.” Kata Jung Won.
Dokter Jang mengerti dan langsun meninggalkan makanannya.
KANTOR
MEDIS 4 OBSTETRI/GINEKOLOGI
Ik Jun
sedang makan dengan Dokter Chu, tak percaya kalau membantu karya ilmiah Suk-hyung dan ingin
tahu alasanya.Dokter Chu pikir Ik Jun tak perlu berpikir kalau karena Ik Jun
yang meminta bantuannya. Ik Jun tak
percaya kalau Suk-hyung memintanya.
“Hei... Sedang
apa kau di sini?” ucap Suk Hyung datang. Dokter Chu melihat Suk Hyung
mengajaknya duduk disampingnya.
“Sebenarnya
bagian mana yang tak kau datangi, Ik-jun?” komentar Suk Hyung
“Aku
berkeliaran...Suk-hyung. Boneka Beruang...Apa Kau minta bantuan karya ilmiah
kepada Dokter Chu? Dokter residen sibuk. Jangan ganggu mereka.” Kata Ik Jun.
Suk Hyung terlihat bingung seperti merasa tak memintanya.
“Tidak
ada kuah! Siapa mau mi gelas? Kalian makanlah. Aku ada pasien rawat jalan.”
Ucap Ik Jun malu dan langsung bergegas perg.
Suk Hyung
santai meminta sumpit dan langsung memakan toppoki. Dokter Chu dengan senang
membagi makananya.
Jung Won
sudah memeriksa pasienya lalu mengajak kedua orang tuanya bicara mengaku sudah
lakukan tes dan hasil Levernya sobek parah serta pendarahan terjadi di rongga
perutnya. Ia pikir harus dilakukan bedah perut darurat.
“Kami
akan mencari pembuluh darah yang rusak dan mengikat atau menghentikan
pendarahannya. Namun, kami mungkin harus memotong sebagian leveryang dirasa tak
dapat dihentikan pendarahannya.” Kata Jung Won
“Operasinya
berapa lama?” tanya Ibu Pasien. Jung Won menjawab Setidaknya dua jam.
“Jika
operasinya kian sulit, mungkin bisa sampai empat jam. Namun, hal itu mungkin
baru bisa diketahui saat operasi. Kami akan berusaha maksimal.” Ucap Jung Won.
Sementara
di ruangan Ik Jun, Seorang wanita kaget karena mereka suami istri tapi Kenapa
tidak bisa, Ik Jun ingin menjelaskan, tapi si wanita lebih dulu bicara kalau sudah melaksanakan pesta dan foto pernikahan
sungguhan bahkan Saksi pun sangat banyak.
“Dia
sering mengalami asites belakangan ini. Bahkan sempat menjalani operasi
endoskopi karena muntah darah. Keadaannya mendesak, Dokter.”kata si istri
“Aku
paham perasaanmu, tetapi pernikahan harus terdaftar di catatan sipil.” Jelas Ik
Jun
“Akan
kami daftarkan, Dokter. Hari ini juga.” Ucap Sang istri. Ik Jun menjelaskan
Meski sudah terdaftar
“Menurut
peraturan KONOS, mereka harus menikah setahun agar transplantasi donor hidup
dapat disetujui. Prosedur pendaftaran donor terhitung ketat untuk menghindari praktik
jual beli organ.” Jelas Ik Jun.
“Aku
tidak apa. Aku takkan mati secepat itu, Sayang.” Ucap Sang suami memegang
tangan istrinya.
“Tentu.
Kenapa kau mati? Jangan bicara begitu. Ada ibumu.” Ucap Sang istri
“Lebih
baik transplantasi sekarang, tetapi jika memang harus menunggu donor, bagaimana
jika kau menjalani pengobatan di Penyakit Dalam dan melanjutkan proses
transplantasi hidup tahun depan? Akan kami bantu pantau juga. Kapan pernikahan
kalian?” kata Ik Jun
“Empat
bulan lalu... Andai waktu itu segera didaftarkan, kami hanya perlu menunggu
delapan bulan lagi.” Ucap Sang istri sedih
“Bila
tidak keberatan, boleh aku tahu alasan belum didaftarkan?” tanya Ik Jun
“Aku yang
melarang mereka. Putraku didiagnosis sirosis saat mereka masih berpacaran.
Meski kedua keluarga menentang, mereka bersikeras menikah. Lantas kularang
mereka mendaftarkan pernikahan.” Ucap sang Ibu mertua.
“Dia putri
berharga bagi keluarganya. Jika terjadi sesuatu pada putraku, bagaimana
nasibnya?” kata Sang Ibu merasa bersalah.
“Dokter..
Apa yang harus kulakukan selama setahun? Aku akan berolahraga teratur dan
menjaga kesehatan. Aku pun akan rajin makan obat bila harus. Aku akan kembali
tahun depan, menemui Dokter di sini, dan mendapat persetujuan operasi. Jadi, Dokter tolong selamatkan suamiku.,
Kumohon.” Kata sang istri dengan berkaca-kaca dan menangis.
Akhirnya
pasien pun keluar, Ik Jun mengatakan Pertanyaan untuk Hong Do. Hong Do menjawab Menurutnya mereka pertama bertemu saat
berlibur Atau kencan buta. Ik Jun hanya bisa menghela nafas mendengarnya
lalu memberitahu kalau Lebih baik jika sang suami bisa dapat lever
donor mati otak.
“Apa
kriteria untuk mendapatkan lever donor mati otak? Apa Kau tidak tahu?” kata Ik
Jun. Hong Do hanya bisa meminta maaf
“Astaga.
Itu pengetahuan dasar. Pelajari itu sampai besok.” Perintah Ik Jun. Hong Do
mengerti. Ik Sun pun memanggil Pasien selanjutnya.
“Astaga...
Orang tuanya pasti sedih. Mereka pasti amat khawatir.” Kata Si Dokter tapi
tiba-tiba terdengar suara perut Dokter Jang.
Dokter Jang langsun meminta maaf.
“Orang
tua Dokter Jang Gyeo-ul juga pasti sedih jika tahu anaknya tak sempat makan
saat kerja. Dokter Jang Gyeo-ul, nanti kutraktir makan enak.” Kata Dokter
senior. Dokter Jang menolaknya.
“Dokter
Ahn Jung-won, traktir dia makan enak. Aku paling sering bertemu Dokter Jang
akhir-akhir ini.” Kata Si dokter Dokter Jang merasa tak perlu.
“Nanti
kutraktir makan jika operasi berakhir lancar, dan anak ini pulih.”kata Jung
Won. Dokter Jang pun mengucapkan Terima kasih.
“Lemaskan
bahumu saat menjahit. Pembuluh darahnya tipis. Jahitlah perlahan.” Perintah
Jung Won. Dokter Jang menganguk mengerti.
Di
ruangan Dokter Yong memberitahu Dokter Ahn kalau harus cek hasil lab karena
Dokter Min Gi-jun sensitif saat menengok pasiendan juga harus bantu residen
tahun pertama. Ia juga meminta Dkter Ahn Saat akan konferensi, pastikan semua
bahan sudah lengkap.
“Kau
harus pelajari presentasi dengan baik agar konferensimu lancar.” Kata Dokter
Yong
“Chi-hong,
kau sudah dapat rumah?” tanya Dokter Heo. Dokter Ahn menjawab belum.
“Selain
itu, lekas pindah rumah. Kau akan kian sibuk saat jadi Kepala. Setidaknya harus
bisa tidur di rumah.” Kata Dokter Yong
“Aku suka
Ruang Piket, Pindah rumah lebih repot.” Kata Dokter Ahn.
Saat itu
Song Hwa datang melihat Dokter Yong
menyindirnya kalau sering kabur dari tempat belajar. Semua pun berdiri
menyapa Song Hwa. Dong Hwa mengaku belum
selesai serah terima Bahkan Dokter Do Jae-hak belum mulai fokus belajar.
“Kenapa,
Dokter? Kau tidak suka aku kemari? Apa Aku dilarang kemari?” kata Dokter Yong
mengoda
“Memang kau
takkan kemari jika kularang? Hei Chi-hong, Yun-bok. Kutraktir makan malam. Ayo!”
kata Song Hwa.
Dokter
Yong dan Dokter Heo mengeluh karena tak diajak,
Song Wha menyuruh agar makan berdua saja. Dokter Yong panik memintaa gar
Son Hwa tak melakukan. Song Hwa memberitahu Hari ini kantin dokter spesialis
membuat galbitang untuk kali pertama
“Dan
tersisa satu meja karena banyak orang.Pikir siapa yang harus tak ikut? Ahn
Chi-hong calon Kepala, atau Yun-bok, calon residen Bedah Saraf?” ucap Song Hwa
“Aku dan
Seon-bin yang harus tak ikut.” Kata Dokter Yong. Song Hwa pun mengajak keduanya
pergi.
“Sebenarnya
seberapa jauh visi Dokter Chae Song-hwa? Kapan dia memikirkan hal itu?” keluh
Dokter Heo
“Aku yang
bilang.”ucap Dokter Yong. Dokter Heo bingung
Bilang apa.
“Bahwa
aku menyukaimu. Kubilang aku ingin menyatakan cinta, tetapi tidak berani. Dia
membawa mereka demi aku.” Kata Dokter Yong. Dokter Heo hanya terdiam dengan
wajah melonggo
“Ini...
agak... canggung. Kita makan malam terpisah saja.” Kata Dokter Yong akhirnya
bergegas pergi.
Jung Won
bertemu dengan keluarga pasien memberitahu Sesuai dugaan, sebagian pembuluh
darah di lever sobek dan mengalami pendarahan. Ditambah lagi Jaringan di
sekitarnya rusak dan darah sulit dihentikan sehingga lever harus dipotong.
“Menurut
pantauan setelah operasi, tak ada pendarahan lagi di perut. Namun, ada
kemungkinan pendarahan dari organ lain. Dia harus diawasi satu atau dua hari di
Unit Perawatan Intensif.” Ucap Jung Won
“Apa
lever akan tumbuh kembali setelah dipotong? Itu tak membahayakan nyawanya,
'kan?”tanya Ibu pasien
“Masa
kritis sudah lewat. Lever yang dipotong akan berkembang bertahap dalam beberapa
bulan. Segala yang bisa kulakukan sudah dilakukan. Kini, kita harus memantau
seberapa cepat dia bisa pulih.” Kata Jung Won
“Kalian
bisa melihat Ji-hyeon di Unit Perawatan Intensif.” Kata Jung Won. Semua
keluarga pun mengucapkan terimakasih.
Jung Won
memeriksa pasien dengan Dokter Jang, lalu kedua melihat ke pintu PICU kalau
semua keluarga mencoba mengintip. Akhirnya Jung Won kembali keluar ruangan
emebritahu kalau Ji-hyeon akan dibuat tidur total selama satu atau dua hari dengan
bantuan pernapasan dari ventilator.
“Dia bisa
dibangunkan sekarang, tetapi pasti kesakitan dan akan banyak bergerak. Itu
lebih buruk baginya.” Kata Jung Won.
“Jadi,
dia bukan belum bangun selepas operasi, melainkan sengaja dibuat tidur?” tanya
Nenek Ji Hyeon
“Benar,
Bu. Tadi Dokter sudah menjelaskan kepada kami.” Kata Ibu Ji Yeon
“Dia
lebih baik tidur seharian agar tenang ketimbang banyak bergerak karena sakit
perut dan menderita karena sulit bernapas.” Jelas Jung Won.
Saat itu
seorang wanita datang memanggil ibunya,
Ibunya mengeluh melihat anaknya yang datang lalu memberitahu kalau Dia bibi Ji-hyeon dan disampingnya adalah
sang paman. Jung Won pun menyapanya. Bi
Ji Hyeon mengetahui kalau Ji-hyeon belum sadar dengan wajah panik.
“Bukankah
bahaya jika belum bangun selepas operasi?” ucap sang bibi
“Soal
itu, Ji-hyeon bisa dibangunkan sekarang, tetapi dia akan lebih sakit...” ucap
Jung Won dan langsun disela oleh suaminya
“Dokter.
Biar aku yang jelaskan.” Ucap Paman Ji
Hyeon lalu mengajak pergi istrinya agar bisa menjelaskan.
“Ji-hyeon
akan baik-baik saja semalaman ini, 'kan? Mohon titip Ji-hyeon.” Kata Ibu Ji
Hyeon
“Ya. Ada
perawat. Aku pun akan selalu di rumah sakit. Jangan khawatir.” Ucap Jung Won.
Mereka pun mengucapka Terima kasih.
30
NOVEMBER 2019
Jung Won
kembali memeriksa pasienya, sementara Suk Hyung belajar diruanganya. Jun Wan
berada diruangan operasi sudah berjalan 6 jam lebih. Song Hwa juga belajar
dengan penyangah leher. Ik Jung juga mengetik [KASUS, PRIA, 72 TAHUN, KANKER
HATI LANJUTAN]
Jung Won
melihat Song Hwa diruangan bertanya Apakah Belum pulang. Song Hwa menjawab
sebentar lagi dan bertanya apakah mau bergadang. Jung Won membenarkan akalu
Tadi siang ada pasien yang dioperasi karena laserasi lever.
“Dan kurasa
nanti malam ventilator harus diatur karena kadar sedasi rendah.” Ucap Jung Won
dengan wajah sedikit panik
“Dia akan
baik-baik saja, Jung-won.” Kata Song Hwa
menenangkan. Jung Won pun berpikir seperti itu.
“Song-hwa...
Aku membebanimu sementara kau sakit... Aku egois. Soal Malaikat Penolong.
Jangan khawatir dan berobatlah di Sokcho. Biar kuurus masalah itu.” Ucpa Jung
Won
“Tidak
mau! Jangan begitu. Aku ingin melakukannya. Aku bisa melakukannya di sana.
Belakangan ini, aku berdebar memikirkan tugas itu. Akan kulakukan. Mengerti? Jangan
coba-coba rebut!” tegas Song Hwa.
“Baiklah...
Hati-hati menyetir. Jika mungkin, naik taksi. Aku pergi.” ucap Jung Won. Song
Hwa menganguk mengerti.
Ik Sun
sudah menuliskan makalahnya lalu mulai bermain kartu, Suk Hyung masuk ruangan
bertanya apakah belum pulang. Ik Jun memberitahu kalau U-ju ke Changwon jadi
Ini hari liburnya dan ingin bersantai lalu membahas kalau Pekan ini tak
berlatih band.
“Ya.
Jeong-won harus di rumah sakit selama akhir pekan. Konferensimu pekan depan,
'kan?” ucap Suk Hyung. Ik Jun membenarkan.
“Ya. Berarti
kita takkan berlatih sementara. Baiklah. Selamat bekerja.” Kata Suk Hyung
“Kurasa
Dokter Chu Min-ha menyukaimu. Apa Kau tidak merasakannya?” tanya Ik Ju memutar
kursinya agar mendekat.
“Dasar
tidak peka. Apa Dokter Chu menyatakan cinta kepadamu? Bagus.” Kata Ik Jun
“Aku
sudah bicara baik-baik bahwa aku tidak tertarik. Dia sudah cukup lama
mengatakannya. Min-ha bilang tidak apa, dia hanya ingin aku tahu perasaannya.
Tapi Mana bisa kuabaikan? Kami bekerja bersama setiap hari.” Ucap Suk Hyung
“Aku tak
ingin kami canggung dan tak nyaman. Jadi, kami bertemu di luar dan bicara. Aku
berKata, "Cari pria baik lain. Jangan aku. Kini aku terlalu sibuk untuk
menjalin hubungan dengan seseorang." Cerita Suk Hyung
“Aku juga
bilang, "Aku dud dan hidupku sedang rumit. Jangan terlibat denganku. Lekas
cari pria baik." Kini kami bekerja biasa seperti sediakala.” Kata Suk
Hyung. Ik Jun menatap tak percaya
“Sungguh...
Kami ini... generasi modern. Itu biasa.” Kata Suk Hyung. Ik Jun pikir Ini
tafsiran lainnya.
“Jika bukan
duda dan hidupmu tak pelik, kau akan mengencani Dokter Chu.” Tanya Ik Jun
“Tidak. Sekarang
aku sungguh tidak ingin menjalin hubungan dengan siapa pun. Begitu pula ke
depannya. Tentu saja, aku pun tak tertarik kepada Dokter Chu Min-ha. Aku suka
sendirian. Hidupku sempurna kini.” Kata Suk Hyung
“Aku
punya U-ju, Jung-won punya kakak-kakaknya, bahkan Tuhan. Jun-wan punya pacar.
Meski sering bertengkar, Song-hwa punya kakak-kakaknya. Lalu Kau punya siapa?”
kata Ik Jun menasehati.
“Meski
kau punya kami, adakalanya kita merasa lebih terhibur hanya dengan keberadaan
keluarga atau kekasih. Jangan terlalu menolak kesempatan-kesempatan itu
sendiri.” Jelas Ik Jun
“Aku tak
ingin dia terluka. Aku takut dia terluka karena aku dan keadaanku. Semenjak
melihat Sin-hye sengsara, aku berjanji takkan lagi menjalin hubungan.” Kata Suk
Hyung. Ik Jun hanya menatap temanya.
“Berhenti
memandangku. Kenapa? Apa Aku menyedihkan?” kata Suk Hyung
“Tidak.
Aku jadi ingin minum-minum. Dasar Menyebalkan! Mau minum-minum? Kebetulan besok
akhir pekan.” Kata Ik Jun
“ Apa? Tunggu.
Takkan ada panggilan darurat untukku, 'kan?” ucap Suk Hyung gugup
“Tidak ada.
Ini sudah pukul 02.00 lebih! Pukul 02.00 lebih! Hei, ada dokter piket malam juga!Ayo
Maju, jalan.” Kata Ik Jun mendorong temanya keluar.
Jun Wan
menelp Ik Sun yang masih belum tidur
padahal Sudah pukul 02.00 lebih dan menyuruhnya Lekas tidur. Ik Sun
menceritakan kalau tidak bekerja hari ini jadi Sudah puas tidur tadi siang,
lalu bertanya paakah baru selesai operasi.
“Ya. Aku
sedang berjalan ke luar rumah sakit. Aku lapar, mengantuk, dan rindu padamu.”
Kata Jun Wan mengoda.
“Jangan
menyetir. Kau bahkan sulit buka mata karena lelah.” Pesan Ik Sun
“Aku
memang berencana naik taksi. Aku hendak memesan... Ik-sun. Aku berhalusinasi.”
Kata Jun Wan saat keluar dari IGD
“Apa maksudmu?”
tanya Ik Sun. Jun Wan mengaku melihat Ik Sun. Ik Sun mengeluh dengan yang
dikatakan pacarnya.
“Sungguh.
Seorang wanita berdiri sambil pegang ponsel di depanku. Dia sangat mirip
denganmu.” Kata Jun Wan mencoba memastikan
“Apa Dia
juga sedang menelepon?” tanya Ik Sun. Jun Wan membenarkan kalau wanita itu menyeberang
jalan.
“Dia
mendekatiku.” Kata Jun Wan panik dan wanita itu terus mendekati, ternyata
memang benark Ik Sun.
“Selamat
malam, aku Halusinasi.” Kata Ik Sun langsung memeluk Jun Wan dan mereka pun
berciuman didepan IGD sama seperti dengan lagu yang disukai Ik Sun.
***
Bersambung
ke part 2
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar