PS
: All images credit and content copyright : JBTC
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Saat itu
Eun Soo yang kelelahan menangis mencari minum dan meliha ada botol air mineral
dan langsung meminumnya. Kang Bae masuk ke dalam ruangan kaget melihat Eun Soo
sudah tertidur dan mencoba membangunkanya, tapi tubuhnya malah masuk ke dalam
mimpi.
Kang Bae
panik karena berada dalam kegelapaan lalu menjerit ketakutan. Ia pun berjalan
memanggil bertanya Apa ada orang. Saat itu Wol Ju masuk ke dalam kamar melihat
Kang Bae sudah terkapar di lantai. Ia Pun tahu
ini akan terjadi.
“Ibu, aku
takut... Apa Ada orang di sana?” ucap Kang Bae lalu melihat Wol Ju dalam
kegelapan dan meminta tolong.
“Dasar
bodoh. Kau harus menyalakan lampu.” Ucap Wol Ju lalu menyalakan lampu dan
mereka ada di dalam sebuah bioskop.
“Beraninya
kau mencuri ssanggapju”kata Wol Ju memarahinya. Kang Bae melihat Wol Ju yang
datang langsung memeluknya.
“Nona
Wol-ju. Kau ternyata datang. Aku takut sekali tadi.” Ucap Kang Bae langsung
menangis.
“Siapa
yang izinkan? Bila kau mau masuk ke Dunia Mimpi, aku harus buat jalannya dulu. Kalau
tidak, kau bisa terus terperangkap di alam bawah sadar seseorang.” Jelas Wol Ju
“Jadi, kita
sedang ada di mimpi Eun-su? Kita sepertinya ada di bioskop. Apa ini juga
rencanamu?” kata Kang Bae.
“Ini
pengaturan biasa. Bioskop ini akan memainkan pikiran dari pemilik mimpi. Lupakan
saja. Untuk apa kujelaskan ini kepada maling sepertimu? Filmnya mulai. Karena
kita sudah di sini, kita tonton sebentar. Ya?” ucap Wol Ju.
Keduanya
akhirnya masuk ke dalam mimpi Eun Su, Eun Su mengingat Ibu Andong yang
membawanya kerumah sakit saat masih bayi dan meminta agar Bertahanlah bahkan
saat mulai sekolah, Ibu Andong merawat seperti anak sendiri.
“Ajari
anakmu dengan baik, Bu! Karena itu dia sering dikatai anak tanpa ayah.” Teriak
seorang ibu memarahi Ibu Andong
“Baik!
Lalu bagaimana anakmu bisa seperti itu jika punya ayah? Bila kau sentuh anakku
lagi, aku akan habisi kau! Sudah kubilang, jauhi anakku!” teriak ibu Andong
membel Eun Su dibelakangnya.
“Apa yang
kau bicarakan?” tanya Ibu Andong. Eun Su pikir akan membantu ibunya saja.
“Restoran
ibu masih banyak pengunjung. Untuk apa siswi SMA bekerja? Tak usah berpikir
macam-macam. Fokus saja pada sekolahmu. Paham?” kata Ibu Andong.
Saat
makan Ibu Andong memberikan BUKU TABUNGAN dan meminta Eun Su agar memagang dan
gunakan untuk membeli persiapan lamaran dan pernikahannya.
“Bu
Andong sungguh menjadi ibu untuk Eun-su” kata Kang Bae terharu. Wol Ju mengeluh
Kang Bae itu bukan manusia bila tak begitu.
Tiba-tiba
terdengar suara sirine. Kang Bae panik berpikir ada kebakaran. Eun Su terbangun
melihat ibunya yang sedang henti jantung, sambil menangis memanggil ibunya.
Dokter pun datang meminta semua agar menunggu diluar.
“Nona
Wol-ju, apa sebaiknya kita bantu wujudkan keinginannya sebelum...” ucap Kang
Bae yang langsung disela oleh Wol Ju.
“Cukup...
Bila kau mencuri ssanggapju lagi, kau akan kuhabisi.” Ucap Wol Ju lalu
melangkah pergi.
Di
ruangan Eun Su menangis karena ibunya Kang Bae pun ikut menangis melihat dengan
keadaan ibu Andong tanpa bisa memberikan keinginan yang terakhirnya.
“Nona Wol
Ju.. Tunggu dulu! Akan kulakukan... Aku akan tanda tangan kontrak. Aku akan
tanda tangan dan bawa sembilan orang dalam sebulan. Jadi, kumohon bantu Bu
Andong dulu.” Ucap Kang Bae.
“Apa
Astaga, bagaimana ini? Apa Dia mau tanda
tangan kontrak? Itu mengubah segalanya. Haruskah aku bantu dia? Namun, itu
melukai harga diriku. Tunggu. Harga diri tak bisa bantu aku mendapat 100.000
kasus.” Gumam Wol Ju.
“Nona
Wol-ju. Apa harus Tanda tangan sekarang? Bagaimana?” ucap Kang Bae. Wol Ju pun
meminta Kang Bae menunggu karena akan bawa kontrak dan ssanggapju dari kedai.
Wol Ju
keluar dari rumah sakit melihat Kepala Yeom. Kepala Yeom pun menyapa Wol Ju
merasa tak percaya kala mereka bisa bertemu di sini. Wol Ju pun bertanya kenapa
Kepala Yeom ada disini dengan pakaian putih.
Kepala Yeom pikir Wol Ju tak bisa lihat seragamnya.
“Kematian
punya tujuan jelas bila kemari... Mari kulihat. Nama yang meninggal adalah...”
ucap Kepala Yeom
Saat itu
di ruangan, Eun Su menjerit histeris memanggil Ibu Andong agar jangan pergi dan
jangan tinggalkan dirinya. Wol Ju pikri Dia masih ada waktu sebelum benar-benar
dibawa ke atas, Kepala Yeom yakin Semua
orang juga meminta beberapa hari tambahan padanya.
“Akhirnya
aku harus mengejarnya.” Kata Kepala Yeo. Wol Ju mengingatakan Jangan lupa dia
bersamanya.
“Manager
Gwi juga ada di kedai, jadi, dia tak mungkin kabur. Bila aku tak penuhi
keinginannya, maka dia bisa menjadi roh gentayangan. Bukan begitu, Bu? Ini tak
boleh terjadi.” ucap Wol Ju akhrinya melindungi Ibu Andong yang sudah menjadi
arwah.
“Mengapa
kau memandangku seperti itu? Baiklah, kau boleh bawa dia. Namun, dia harus
kembali besok lusa pada pagi hari. Tidak boleh terlambat.. Jangan terlambat.”
Ucap Kepala Yeom memperingati. Wol Ju akhirnya menganguk mengerti.
KEDAI
MISTIS
Manager
Gwi dan Wol Ju membuat meja peringatan sederhana. Manager Gwi memastikan kalau
Wol Ju akan cari ayah kandungnya. Wol Ju membenarkan. Manager Gwi heran Wol Ju
Padahal kemarin sudah semarah itu dan
Ternyata seputus asa itu.
“Bukan
hanya satu orang... Aku bisa dapat sembilan orang karena dia tanda tangan
kontrak.” Kata Wol Ju
“Untuk
apa kau sampai seperti ini?” keluh Manager Gwi. Akhirnya mereka pun duduk
bersama dengan Kang Bae duduk didepan kursi kosong.
“Karena
kau sudah meninggal, biarkan aku menuang minuman untukmu. Jadi, Bu Andong
sedang duduk bersama kita sekarang?” kata Wol Ju.Kang Bae tak percaya
mendengarnya.
“Kalau
begitu, dia sudah menjadi hantu?” kata Kang Bae. Wol Ju membenarkan. Akhirnya
Kang Bae berdiri memberikan hormat.
“Terima
kasih telah memperlakukanku dengan baik selama ini. Aku tak akan melupakannya.
Beristirahatlah dalam damai.” Ucap Kang Bae.
“Astaga...
Aku yang harus berterima kasih. Aku tak pantas meminta ini, tapi tolong bantu
aku. Bila aku pergi, putriku akan sendirian di dunia.” Kata Ibu Andong
“Beri
tahu semua yang kau tahu tentang Pak Ko pada kami.” Kata Mangaer Gwi
“Aku
hanya tahu namanya adalah Ko Dong-gil. Aku tak tahu tanggal lahir dan asalnya.
Tapi Tunggu sebentar...Ini adalah foto kami zaman dulu. Mungkin bisa membantu.”
Kata Ibu Andong mengeluarkanya.
“Ini
sudah cukup untuk kami.” Ucap Manager Gwi yang tak kasat mata melihatnya lalu
mengambil foto dengan ponselnya.
“Apa ini?
Foto ini sudah lama. Ternyata bisa.” Ucap Kang Bae tak percaya. Manager Gwi
langsung menelp seseorang.
“Apa kau
Sudah dapat pesanku? Aku mencari orang bernama Ko Dong-gil. Foto itu diambil 30
tahun lalu. Baiklah.” Ucap Manager Gwi ditelp.
Kang Bae
bingung apa yang dilakukan Tuan Bae. Wol Ju memberitahu kalau dia sedang Mencari
Pak Ko.
“Kepolisian
Alam Baka punya koneksi hebat. Hanya dengan nama dan foto seseorang, mereka
bisa temukan siapa pun dengan cepat. Walau aku sekarang begini, aku pernah
bekerja di Departemen Kriminal.” Kata Manager Gwi bangga.
Ketiganya
pergi sebuah desa, Seorang nenek kaget kalau
Pak Ko punya anak perempuan. Manager Gwi membenarkan dan bertanya balik
apakah tak pernah dengar ini. Si nenek pikir Siapa yang tahu masa lalunya,
karena Tuan Ko saja tidak tahu. Mereka bertiga tak mengerti.
“Dulu dia
pernah mencoba bunuh diri. Setelah berhasil bertahan, dia justru kehilangan
ingatan. Ketika dia datang pertama kali pun, dia hanya tahu namanya sendiri. Dia
ada di kamar itu. Silakan dicek.” Ucap si nenek. Mereka pun mengucapkan Terima
kasih.
“Apa Dia
hilang ingatan?” kata Manager Gwi. Kang Bae pun ingin tahu apa yang akan mereka
lakukan.
“Kita
coba saja dulu...Coba kau beli makerel.” Kata Wol Ju.
Tuan Ko
makan dengan lahap ikan makarel lalu memuji ini rasanya sangat lezat dan memuji Wol Ju ternyata pintar memasak.
Lalu bertany mengapa memasakkan ini untuknya. Wol Ju mengaku Bukan itu
masalahnya lalu bertanya Apa tak teringat seseorang saat melihat ikan makerel
ini.
“Tidak
juga.” Ucap Tuan Ko. Wol Ju pikir Seharusnya ada. Karean Dulu k bertemu dengan
istrinya di restoran makerel.
“Aku
tidak pernah berhubungan dengan wanita selama hidupku. Kau pasti salah orang.”
Kata Tuan Ko. Semua hanya bisa menghela nafas.
“Kita tak
punya pilihan.” Ucap Wol Ju menyuruh Kang Bae memegangnya. Kang Bae pun
memegang tangan Tuan Ko agar pelan-pelan saja makannya.
“Makerel
ini mengingatkanku pada sesuatu.” Ucap Tuan Ko. Semua langsung bertanya apa itu
dengan wajah penasaran.
“Itu
sudah lama sekali terjadi. Karena kejadian itu, aku tidak bisa makan makerel
lagi. Saat aku memakan makerel, ada tulang menyangkut di tenggorokanku. Aku
sudah makan nasi, minum air, dan cara lain, tapi tetap tak lepas. Aku hampir
mati saat itu.” Cerita Tuan Ko
“Adakah
yang lain?” tanya Manager Gwi. Tuan Ko mengaku Tidak ada.
Kang Bae
pun mengartikan Tuan Ko sepertinya benar-benar tak ingat lalu berpikir mereka tak
bisa masuk ke dalam mimpinya. Wol Ju mengingat Besok Bu Andong dimakamkan. Sebelum
itu, Tuan Ko harus dibawa ke kedai dan minum ssanggapju, lalu mengembalikan
ingatannya.
“Menurutmu,
dia mau begitu saja ikut ke Seoul? Itu tidak mungkin.” Ucap Wol Ju
“Benar
juga! Jadi, sebenarnya... Masih ada sedikit ssanggapju yang aku curi kemarin di
tasku.” Kata Kang Bae
“Bukankah
anak Bu Andong sudah meminumnya?” kata Wol Ju. Kang Bae tahu Dia memang
meminumnya, tapi masih sisa sedikit.
“Mungkin
sekitar satu gelas lagi?” kata Kang Bae. Manager Gwi pun langsung memuji Kang
Bae.
“Apa kau
ingin tutupi itu terus? Sekali ini kulepaskan.” Kata Wol Ju kesal
“Jika
tidak, lalu bagaimana? Kang-bae, hubunganmu dengan Kedai Mistis seperti roti
dan selai kacang merah. Bila dalam sepak bola, seperti FC Barcelona dan Messi. Dengan
kata lain, kau selevel dengan kami. Apa Kau mengerti?” kata Manager Gi.
Kang Bae
yang tak mengerti bola hanya bisa melonggo, Wol Ju mengeluh keduanya berisik
dan mengajak untuk masuk saja.
Tuan Ko
terlihat sangat lusuh duduk di pingiran rel kereta sambil meminum soju. Ia
pikir Apa gunanya hidup kembali, lalu memecahkan botol dan akan bunuh diri.
Saat itu Wol Ju menahanya melihat Tuan Ko ternyata benar-benar kesepian.
“Apa ini
kenangan pertamanya? Aku tak lihat istri dan putranya.Haruskah kita masuk ke
alam bawah sadarnya?.” Kata Manager Gwi.
“Astaga...
Aku sangat tak ingin ke sana.” Keluh Wol Ju. Kang Bae hanya bisa menatap
bingung
Akhirnya
mereka menuruni tanggan dengan dibagian tengah yang terlihat bolong dan juga
dalam. Kang Bae berjalan dibelakang Manager Gwi ketakutan memastikan kalau
mereka sudah berada di alam bawah sadar Pak Ko
“Kita ada
di tempat yang lebih dalam dari itu. Alam bawah sadar yang terdalam. Kita
mencari ingatan yang disembunyikan Pak Ko.”jelas Manager Gwi
“Diam dan
fokus.” Perintah Wol Ju. Tiba-tiba Kang Bae panik karena melihat kecoak.
Manager Gwi pun ketakutan karena hampir jatuh. Wol Ju pun menariknya.
“Ayo Tak
apa-apa. Terus turun.” Kata Wol Ju memimpin didepan. Kang Bae ingin tahu seberapa
dalam tempat ini
“Tak ada
akhirnya... Jadi, berhati-hatilah. Bila kau terjatuh dari sini, kau akan terjebak
dalam kegelapan kekal. Kau akan jatuh terus-menerus sampai jiwamu hilang. Bisa
dibilang, ini lubang hitam untuk jiwa.” Ucap Wol Ju. Kang Bae berjalan
dibelakang dengan wajah ketakutan.
Mereka
berjalan di jembatan seperti jalan sempit dan mereka bisa jatuh. Wol Ju melihat
sebuah pintu dan ada sandinya. Manager
Gwi mengeluh Buat apa sampai secanggih ini. Wol Ju pikir mereka tak bisa masuk
begitu saja.
“Apa kau
tahu sandinya?” tanya Manager Gwi. Wol Ju pikir Tentu tidak tapi menurutnya
Biasanya orang menggunakan "1111"
Ia pun
dengan percaya diri menekanya dan hasilnya “Otorisasi gagal.” Tiba-tiba jalanan
didepan mereka runtuh. Ketiganya panik dan saling berpegangan. Manager Gwi
mengeluh Wol Ju bisa langsung menekannya jadi meminta agar mencoba berpikir
dulu.
“Untuk
apa kita berpikir lama? Kita tebak saja jawabannya.” Kata Wol Ju
“ Kalau
begitu, coba pikirkan sandi yang paling umum digunakan manusia.” kata Manager
Gwi. Wol Ju ingin tahu akhirnya mencoba menekan 0000
Jembatan
makin runtuh dan mereka akan jatuh hanya mengambil satu langkah saja. Kang Bae
menjerit ketakutan kalau tak mau mati. Mereka pun diberitahu kalau Tersisa satu
kali percobaan. Wol Ju mengeluh Manager Gwi mengatakan "Sandi yang paling
umum" Coba berpikir dulu"
“Hei,
jangan bergerak. Kita bisa terjatuh.” Ucap Manager Gwi. Kang Bae pikir Wol Ju
bisa bersabar.
“Apa
mungkin ulang tahunnya? Mungkin ada di profil Pak Ko dari Badan Intelijen...
Tunggu sebentar. Di mana ponselku? Karena aku tak bisa bergerak sekarang, coba
cari ponselku.” Kata Manager Gwi.
Kang Bae
pun mencarinya, Manager Gwi pikir Sepertinya ada di kantongnya. Kang Bae
mencarinya dan merasa Tidak ada di kantong. Manager Gwi terlihat kegelian
karena diraba-raba. Wol Ju pun ikut membantu.
“Ini
ponselmu, 'kan? Aku akan keluarkan untukmu.” Ucap Kang Bae. Manager Gwi kembali
merasa geli karean ketiakanya disentuh. Kang Bae sudah memegang ponsel Manager
Gwi tapi karena Manager Gwi terus bergerak malah membuat ponselnya terjatuh.
“Maafkan
aku...Aku seharusnya bergeming... Namun, ketiakku benar-benar geli.” Kata Manager
Gwi. Wol Ju pun tak mempermasalakannya.
“Aku
minta maaf kalau aku selalu kasar padamu. Aku tak tahu kita akan berakhir
seperti ini. Sampai jumpa, Teman.” Ucap Wol Ju. Kang Bae dan Manager Gwi
bingung
“Tempat
ini terlalu sempit. Bukankah kau yang harus pergi dulu?” kata Wol Ju akan
mendorong Manager Gwi. Kang Bae menahanya.
“Kau berkata
soal ulang tahun, 'kan?” kata Kang Bae mengingat saat bicara dengan Ibu Andong.
“ Eun-su
menikah pada tanggal 9 Mei, 'kan? Bukankah itu ulang tahunnya?” kata Kang Bae
pada Ibu Andong
“Sepertinya
aku tahu sandinya.. Tunggu sebentar.” Kata Kang Bae menekanya. Manager Gwi
pikir bagaimana kalau salah.
“Ini
mungkin saja benar Pak Ko juga seorang ayah, 'kan?.” Ucap Kang bae menekan
tanggal lahir Eun Su dan pintu pun terbuka. Semua menjerit bahagia.
Mereka pun masuk ke alam bawah sadar Tuan Ko dan
melihat Tuan Ko yang sedang mengendong anak lalu Sun Hwa menjemur pakaian. Tapi
semua terhenti karena lupa ingatan. Manager Gwi pikir Ternyata benar. Semua
kenangan masih ada di tempat yang terdalam.
“Untunglah...
Sekarang, ayo kita bawa keluar.” Kata Wol Ju akhirnya hanya dengan menjetikan
jari membuat kenangan Sun Hwa kembali. Keduanya seperti keluarga yang bahagia.
Tuan Ko
akhirnya bertemu dengan anaknya di rumah duka dengan memberikan alasan baru
sekarang mengunjunginya. Eun Su mengaku
tak masalah tapi tak tahu harus berkata apa pada ayah kandungnya.
“Setelah
pemakaman Ibu berakhir, aku akan hubungi kau lagi setelah menjernihkan
pikiranku.” Ucap Eun Su.
“Ini
adalah Sun-hwa, ibu kandungmu. Dia sangat mirip denganku. Lalu... ini adalah Bu
Andong saat masih muda.” Kata Tuan Ko memberikan foto kenangan
“Ibuku
tak pernah bisa berdandan karena dia alergi.” Kata Eun Su. Tuan Ko pikir Mungkin
itu adalah penebusan dosa baginya.
“Mungkin dia
tak berani berhadapan dengan rupa terburuknya, sama seperti aku.” Kata Tuan Ko.
Eun Su
akhirnya berbicara dengan Ibu Andong didepan foto ibunya kalau mengetahui
alasan Ibunya tak berdandan. Ia yakin ibunya
pasti sangat menderita sendirian seumur hidup sambil menangis. Ibu
Andong melihat dari kejauhan anaknya yang menangis.
“Namun,
aku berkata Ibu jangan datang ke sekolah, bahkan berkata aku malu pada Ibu di
depan teman-temanku. Maafkan aku, Ibu... Aku benar-benar minta maaf... Terima
kasih telah membesarkanku. Aku sangat senang karena jadi anakmu. Aku
mencintaimu, Ibu.” Ucap Eun Su.
“Bagaimana
ini? Aku sudah merindukanmu, Bu.” Ungkap Eun Su. Ibu Andong hanya bisa ikut
menangis lalu berjalan pergi.
Ibu
Andong sudah dijemput oleh Tuan Yeom, Wol Ju dan Manager Gu pun mengantarnya.
Ibu Andong memberikan hormat lebih dulu sebagai tanda terimakasih. Setelah itu
Tuan Yeom pun mengajaknya pergi.
“Aku
sudah bisa menerima sekalipun harus masuk neraka.” Kata Ibu Andong berjalan
pergi ke alam baka.
Tapi
langkahnya terhenti melihat sosok wanita yang sudah lama tak ditemuinya. Sun
Hwa memanggil Ibu Andong, Ibu Andong langsung jatuh lemas tanganya bergetar lalu
menangis minta maaf karena sangat bersala Ia pun mengaku kalau Ini semua
kesalahannya.
“Terima
kasih telah membesarkan Eun-su dengan baik.” Kata Sun Hwa mendekati Ibu Andong
“Tidak...
Aku bersalah padamu...Maafkan aku.” Kata Ibu Andong. Sun hwa pikir tak masalah.
“Jangan
mencemaskan apa pun lagi, dan istirahatlah dengan tenang.”kata Sun Hwa dengan
senyuman bahagia. Ibu Andong pun terlihat sangat tenang.
Kang Bae
bermain basket sendirian, Manager Gwi
memuji Lemparan bagus. Kang Bae pun heran Manager Gwi datang. Manager Gwi pikir itu Jelas mau bermain bola
basket.Kang Bae Tak percaya Manager Gwi juga bermain bola basket.
“Tak ada
alasan untuk tak bermain.” Ucap Manager Gwi akhirnya mulai bermain dengan Kang
Bae. Kang Bae terlihat sangat pandai membuat Tembakan tiga poin.
Akhirnya
Manager Gwi kelelahan berbaring di lapangan meminat Kang Bae jujur kalau pasti
bukan manusia tapi mesin pelempar bola.
Ia pikir Seharusnya Sun Jae bermain di NBA tapi mengapa ada di sini. Kang Bae
pikir Manager Gwi itu tahu alasanya.
“Bila aku
bermain, orang-orang akan mengejarku, bukan bolanya.” Kata Kang Bae. Manager
Gwi pikir benar juga.
“Dalam
basket, aku hanya tahu cara melempar bola. Itu saja yang kulakukan sendirian. Kau
datang demi kontrakku, 'kan? Aku padahal ingin ke sana.” Ucap Kang Bae.
“Kau tak
akan menyesal?” tanya Manager Gwi. Kang Bae menceritakan sudah terbiasa gagal, baik
dalam olahraga, atau hubungan.
“Karena itu,
aku menolak saat ditawari. Dampak kegagalannya terasa menakutkan” ucap Kang
Bae.
“Kehidupan
adalah hidup bersama orang lain. Kau tak bisa terus bermain sendiri. Permainan
yang sesungguhnya. Hiduplah di kehidupan yang sesungguhnya.” Kata Manager Gwi.
“Kehidupan
yang sesungguhnya?” tanya Kang Bae bingung, Manager Gwi mengalihkany memuji
kalau Hari ini, kerjanya hebat dengan Bu Andong.
“Kau dan
Bibi Weol-ju yang melakukan segalanya.” Ucap Kang Bae. Manager Gwi pikir Tanpa
Kang Bae, mereka tak akan memulainya.
“Kita tim
yang cukup baik.” Ucap Manager Gwi. Kang Bae tak percaya dianggap Tim dan
melihat beberapa orang bermain basket seperti orang normal dengan tim.
“Aku akan
bergabung di permainan sesungguhnya.” Ucap Kang Bae yakin.
Keduanya
akhirnya saling memberikan tanda tangan kontrak dengan Manager Gwi sebagai
saksinya dan meminta Kang Bae agar menyimpan salinannya.
“Istimewa,
mulai hari ini kau resmi menjadi pekerja paruh waktu Kedai Mistis.” Ucap Manager
Gwi
“Mohon
bimbingannya, Nona Weol-ju... Kau juga, Manager Gwi” kata Kang Bae.
“Jangan
berani mencuri ssanggapju lagi. Kalau tidak, aku akan terus mengulang kejadian
putusmu dalam mimpimu.” Kata Wol Ju mengancam,
“Kalau
begitu, aku takkan mencurinya lagi.” Kata Kang Bae panik. Manager Gwi mengeluh
Wol Ju itu mengagetkan dia saja.
“Kita perlu
mengadakan pesta penyambutan untuk pekerja baru?” kata Manager Gwi.
Wol Ju
menuangkan bir tanpa tumpah dan masih terlihat busanya. Kang Bae memuji kalau
profesional memang berbeda. Manager Gwi pikir karena itu pekerjaannya jadi
biasa saja dan jangan berlebihan. Wol Ju mengeluh mendengarnya. Mereka akhirnya
minum bersama.
***
Manager
Gwi sudah tak sadarkan diri, Kang Bae setengah tersadar. Wol Ju mengeluh kalau
mereka baru saja mulai tapi sudah mabuk. Kang Bae hanay bisa pun meminta maaf.
Ia pun mengeluh mereka bekerja di kedai seperti ini, tapi tak kuat minum
alkohol.
“Kalian
berdua sangat lemah dengan alkohol.” Ucap Wol Ju yang masih kuat minum.
“Nona
Wol-ju... Aku ada pertanyaan untukmu. Mengapa targetnya harus 100.000 orang?
Bukankah itu terlalu banyak?” kata Kang bae menunjuk papan yang sudah berubah.
“Benar,
itu terlalu banyak. Seratus ribu orang? Itu berlebihan. Yang benar saja. Bagaimana
mungkin bisa?” kata Kang Bae tak percaya.
“Itu
karena... aku membunuh 100.000 orang.” Akui Wol Ju. Kang Bae hanya bisa
melonggo.
Seorang
wanita duduk dikursi dengan Wol Ju sebagai terdakwa yang mati. Si dewa memberitahu Karena kesalahan Wol Ju, maka Pohon Keramat yang melindungi negara ini kehilangan
kesaktiannya.
“Itu
sebabnya aku terjebak di Neraka Kuali Minyak beberapa bulan ini. “ kata Wol Ju
“Benar,
tapi... berada di sana pun tak bisa menebus kesalahanmu. Negara yang
mengandalkan kesaktian Pohon Keramat akhirnya kalah dan dijajah negara lain.
Korban meninggal yang jatuh dari perang itu adalah 100.000 orang. Seratus ribu!”
teriak dewa marah
“Bagaimana
kau akan menebusnya? Pergilah ke Dunia Nyatadan bereskan dendam 100.000 orang. Dengarkan
cerita dan hibur mereka. Itu adalah hukuman yang kuberikan padamu.” Kata dewa
“Aku tak
mau. Aku akan terima hukuman apa pun selain itu.” Kata Wol Ju berani melawan
“Apa? Aku
tak meminta pendapatmu. Itu adalah perintah dariku!” tegas dewa.
“Aku bunuh
diri karena membenci manusia. Tapi kau mau aku hidup lagi untuk membantu
manusia? Mengapa kau begitu kejam? Bila menghilangkan kesaktian Pohon Keramat adalah
dosa besar, lebih baik lempar aku ke Neraka Kepunahan, dan biarkan aku
tercabik-cabik di sana.”Kata Wol Ju marah
“Begitu? Dosamu
bukan hanya tentang Pohon Keramat. Coba Lihatlah.” Kata Dewa. Wol Ju melihat
lembaran yang diberikan dewa.
“Jadi,
apa kau masih mau pergi ke Neraka Kepunahan? Aku bisa membuatmu tercabik-cabik,
dan hilang selamanya sesuai keinginanmu.” Kata dewa
“Tidak. Jangan
lakukan itu, Yeomradaewang... Kau bilang 100.000 orang? Akan kulakukan. Aku... akan
terima hukuman itu.” Ucap Wol Ju yang akhirnya menjadi dewasa.
Bersambung
ke episode 3
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Min jadi Kira" dosa selain pohon keramat apa ha?
BalasHapus