PS : All images credit and content copyright : TVN
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Beberapa
anak remaja minum bir lalu botolnya ditendang seperti permainan. Yi Sang
melihatnya langsun menegurnya kalau Sampah seharusnya dimasukkan di tempat
sampah. Si anak mengeluh Yi sang terdengar seperti ayahnya.
“Kenapa
kamu ikut campur? Biarkan saja mereka. Mereka tidak akan mendengarkan. Ayo
pergi saja.” Bisik Tuan Nam
“Anak-anak.”
Panggil Yi Sang langsung merekam dengan ponselnya.Tuan Nam panik mengajak pergi
saja.
“Jangan
merekam kami! Kamu pikir kamu siapa?”ucap si anak. Yi Sang menjawab kalau ia
adalah orang dewasa.
“Kau seperti
paman yang menyebalkan.. Astaga, aku tidak tahan lagi.” Ucap si remaja. Tuan
Nam terus mengajaknya pergi.
“Hei,
enyahlah.” Ucap si anak. Yi Sang menyurh si anak ambil saja sampah kalian dan buang ke tempat
sampah.
“Mari
kita akhiri video ini dengan baik... Apa masalahnya?” kata Yi Sang tapi
anak-anak langsung menyerang Yi Sang untuk mengambil ponselnya.
Yi Sang
dengan sengaja merekam papan namanya "Kim Ho Jin". "Yoon Nam
Joon." Si anak pun mencoba merampasnya. Yi Sang melempar ponselnya ke arah
TuanNam yang kabur. Tuan Nam berjalan mundur malah tertabrak kotak minuman dan
langsung terjatuh.
“Apa Kau
baik-baik saja?” ucap Yi Sang panik. Tuan Nam merasakan pungungnya sakit. Yi
Sang pun hanya bisa meminta maaf.
Ibu Ha Ri
menelp temanya membahas putra sulungnya menikah dan tidak tahu soal pernikahan
itu. Ia pikir sudah mengirimkan uang untuk ucapan selamat lalu ingin tahu bagaimana
dengan putra keduanya, apakah sudah menikah.
“Putra
sulungmu, guru matematika itu. Apakah dia bercerai? Tidak?” ucap Nyonya Lee dan
akhirnya menelp "Ibu Jong Gu, Salon rambut..."
“Astaga,
kapan aku pernah menolak putramu?Kubilang kita harus menjodohkannya begitu dia
kerja. Apa Dia masih menganggur?” kata Nyonay Lee akhirnya mencoretnya tak bisa
menantunya.
“Astaga,
tidak ada siapa pun.” Ucap Nyonya Lee kebingungan mencari jodoh buat anaknya.
Ibu Ha Ri
akhirnya ke bank, seoran pegawai muda menyapanya. Nyonya Lee mengaku kalau
ingin meminta bantuan agar melakukan
sesuatu untuk putrinya. Si pegawai bingung. Nyonya Lee mengaku punya banyak
uang. Jadi berniat membuat rekening tabungan atau berinvestasi dengan reksa
dana untuknya.
“Biar
kulihat.” Ucap Si pegawai melihat buku tangan Nyonya Lee. Nyonya Lee
berkomentar pegawai itu memiliki kesan pertama yang bagus.
“Apa kau
sudah menikah?” tanya Nyonya Lee. Si pegawai mengaku belum. Nyonya Lee pun
tersenyum bahagia.
Saat itu
telp berdering, sipegawai membahas popok dan lalu menutup telpnya. Nyonya Lee
pikir pegawai itu pasti punya keponakan. Si pegawai mengaku punya seorang putra
dan Istrinya melahirkan sebelum mereka menikah.
“Ada
investasi yang menjamin keuntungan tinggi. Apakah Anda tertarik?” kata si
pegawai. Ibu Ha Ri langsung cemberut menjawab tidak lalu melangkah pergi.
Dikelas
les gitar, Ibu Ha Ri terkesima tertarik pada gurunya yang terlihat seperti
pemusik handal dan akan menjodohkan dengan Ha Ri
“ Dia..
lumayan juga... Atau mungkin aku salah.” Ucap Ibu Ha Ri dan setelah kelas
selesai masuk ke ruang guru.
Ia kaget
melihat kepala gurunya terlihat botak dibagian depan kebelakang. Ia pun
langsung bergegas menutup pintu. Akhirnya Nyonya Ha Ri duduk di halte dengan
wajah sedih melihat beberapa pria bertanya-tanya Semua pria ini menikah dengan
siapa
“Kapan
aku menerima pesan?” ucap Nyonya Lee baru sadar “Besok adalah hari Anda
menjalani gastroskopi.” Ia pun baru sadar kalau
Sudah tiga bulan?
Nyonya
Shim masuk ruangan melihat tugas mereka masih banyak. Ha Ri pikir hampir selesai
dan bertanya Kenapa menginginkan majala. Nyonya Sm pikir Apa gunanya
membiarkannya menumpuk. Nyonya Sim pikir
bisa mengirimnya ke pusat layanan masyarakat dan pusat perawatan
pascapersalinan.
“So Yoon,
tuliskan daftar untukku.” Ucap Nyonya Shim. So Yoon mengerti. Ha Ri pikir mungkin akan memberikan terlalu
banyak.
“Bagaimana
ini? Mereka tidak bisa menyediakan kendaraan tambahan. Tidak ada kendaraan
ekstra.” Ucap Yeon So masuk ruangan dengan wajah kebingungan.
“Kenapa?”
tanya Ha Ri. Yeon So memberikan alasn Karena berkurangnya pemotretan. Soo Yoon
pikir Majalah sudah tidak setebal dahulu.
“Kita
akan mengangkut ini sendiri. Siapa yang membawa mobil besok?” ucap Ha Ri
“Suamiku
membawa mobil untuk perjalanan bisnisnya.” Kata Yeon Ho. Shim. Hyo Jo mengaku
Mobilnya ada di bengkel.
“Kalau
begitu, aku akan membawa mobil ayahku ke kantor besok.” Tanya So Yoon.
“Apa Kau
punya SIM?” tanya Nyonya Shim. So Yoon mengaku punya tapi belum pernah mengemudi di jalanan.
“Siapa
fotografernya besok? Tidak bisakah kita meminta bantuan?”kata Yeon Ho.
Ha Ri
melihat tangan Tuan Nam yang memakai gips.
Lalu menunjuk ke arah Yi Sang kalau dialah alasan kenapa lengannya cedera.
Yi Sang mebela diri kalau Setidaknya sudah mengajari anak-anak itu untuk
membuang sampah di tempat sampah.
“Kau orang
dewasa yang menganggap serius tanggung jawabnya. Benar, kan?” ucap Yi Sang
membela diri. Saat itu Ha Ri membalasnya dengan tatapan.
“Jelaskan
tentang pemotretan besok.” Ucap Yi Sang akhirnya menyerah.
Didalam
mobil, Ha Ri memberitahu kalau Yi Sang
akan memotret acara itu dan akin Ini bukan sesuatu yang ingin dilakukan.
Yi Sang pikir hanya memotret sebuah
acara jadi Apa yang harus disukai atau benci tapi hanya terkejut bekerja dengan
"The Baby" lagi.
“Kenapa
kalian selalu butuh begitu banyak bantuan kecil? Aku benci saat hubungan profesional
menjadi tidak jelas.” Ucap Yi Sang
“Bukankah
kita sudah cukup akrab untuk meminta bantuan kecil seperti ini?” ucap Ha Ri
“Benarkah?
Kukira kau bahkan tidak mau melihatku lagi.” Kata Yi Sang. He Ri berkomentar Yi
Sang itu sulit dipercaya.
“Kau
merangkulku saat aku menangis waktu itu. Kenapa melakukan itu padahal kita tidak
akrab?” ucap Ha Ri
“Kapan
aku merangkulmu? Aku hanya menepuk punggungmu selagi kamu menangis.” Ucap Yi
Sang
“Aku
tadinya membencimu dan sekarang menyukaimu. Itu menakutkan, tapi kurasa
perasaan itu tidak sama. Hanya aku yang mengira kita berteman.” Ejek Ha Ri. Yi
Sang pun hanya bisa terdiam.
Acara "The
Mom" dimulai terlihat di spanduk "Acara
Peluncuran Tahun Kesepuluh The Mom" dan dimeja sudah tertulis nama
"Do Rah" "Ibu Ji Yul" tapi ruangan masih kosong. So Yoon
mencoba memastikan mic menyala dengan benar.
“Cukup.
Kami mendengarmu dengan jelas.” Ucap Nyonya Shim kesal. So Yoon pikir kalau
menyanyikan sebuah lagu
“Aku lebih
suka kamu menelepon. Bukankah sudah satu jam?” kata Nyonya Shim.
Saat itu
dua orang wanita datang, Ha Ri pun langsung menyapa keduanya sambil mengeluh
kalau lama sekali dan akan menujukan kuri sambil memberitahu kalau yang lainnya
belum datang.Salah satu ibu memberitahu Para ibu lainnya tidak akan datang.
“Kami datang
untuk menyatakan pendapat” kata si ibu sinis. Ha Ri bingung apa maksudnya.
“Kau
orangnya, bukan? Wanita yang mencoba membeli sperma secara ilegal. Bagaimana
bisa seorang wartawan untuk majalah bayi melakukan hal seperti itu? Itu tidak
etis.” Komentar ibu yang pertama
“Kami
tidak bisa mendukung majalah saat moral jurnalisnya patut dipertanyakan.” Balas
Ibu keduanya.
“Kupikir
para ibu akan memahami keinginanku menjadi seorang ibu.” Kata Ha Ri
“Karena
itu kami mengambil sikap. Kami ingin anak-anak dibesarkan di lingkungan yang
benar. Kami menyadari bahwa ada wanita yang ingin membesarkan anak-anak saat
belum menikah.”ucap Wanita pertama
“Tapi
bagaimana dengan anak-anak yang akan tumbuh tanpa ayah? Anak-anak bukan mainan.
Menurutku, melahirkan hanya karena kau menginginkannya adalah hal yang egois.
Teganya kau melakukan ini kepada anakmu sendiri.” Kata ibu kedua
“Jika kau
ingin keluarga, cobalah memelihara anjing atau kucing.” Sindir ibu. Ha Ri hanya
bisa tertunduk diam.
“Dengar,
Ibu-ibu! Kau Memelihara anjing saja? Kenapa kalian berkata begitu kepada
pecinta anjing?” ucap Yi Sang membela. Ha Ri kaget meminta agar Jangan ikut
campur.
“Aku
tidak bisa menerimanya. Bukan keputusan kalian apakah dia membesarkan anjing
atau bayi. Apa yang dilakukan Nona Jang? Dia tidak melakukan kesalahan.” Tegas
Yi Sang membela
“Maaf
karena membuat kalian tidak nyaman. Aku mengerti kekhawatiran kalian dan kalian
bisa mengatakan itu karena kalian juga ibu. Namun, melakukan apa yang kalian
pikirkan bukanlah niatku.” Kata Ha Ri menahan tangisnya.
“Aku
bekerja bersama para ibu selama 15 tahun, jadi, kukira aku tahu bagaimana
perasaan para ibu. Tapi kurasa... Ternyata aku tidak tahu. Aku ingin belajar
bagaimana rasanya menjadi seorang ibu dan memahami dunia ibu. Aku sungguh berharap
mendapat kesempatan itu.” Jelas Ha Ri
Tuan Joo
masuk ruangan beberapa orang mencoba menghentikanya. Tuan Joo langsung menemui
Nyonya Shim tak percaya dengan pendukung mereka itu menyatakan pemboikotan dan
ingin tahu keberdaan Ha Ri sekarang. Nyonya Shim mengaku sedang menyuruhnya
membersihkan gudang.
“Hari ini
hampir usai, jadi, bicaralah dengannya besok.” Ucap Nyonya Shim
“Bu Shim,
ini bukan sesuatu yang patut kamu bela. Astaga. Aku tidak tahu aku cukup
berkuasa untuk melakukan itu. Aku ingin dia ke ruanganku begitu dia datang
bekerja besok. Mengerti?” kata Tuan Jo marah. Nyonya Shim mengerti.
Yi Sang
mencoba menelp "'The Baby' Jang Ha Ri" tapi ponse Ha Ri tak
aktif. Ia pun pergi ke tempat cafaa
biasa Ha Ri datang, tapi Ha Ri tak ada.
Ha Ri sedang duduk meminum Soju di warung tenda. Yi Sang pun melihat dari
kejauhan.
“Kau tidak
ada di cafe Jo Jo.” Ucap Yi Sang duduk di depanya. Ha Ri pikir Orang-orang dari
kantor sering ke sana. Yi Sang pun menuangkan minuman.
“Kenapa
kamu mencariku? Apa Kamu pikir aku akan menangis seperti anak kecil? Apa Kamu
berharap bisa menepuk punggungku lagi?” ucap Ha Ri
“Itu
karena aku butuh teman minum.” Ucap Yi Sang. Ha Ri mengaku banyak pikiran hari
ini.
“Kenapa
kau berbohong? Kau tidak memelihara anjing.” Kata Ha Ri. Yi Sang bertanya
Bagaimana Ha Ri bisa tahu itu?
“Kau
pasti sudah membicarakan anjingmu jika punya.” Kata Ha Ri. Yi Sang mengaku
“Ddol Ddol-ku pintar.”
“Andai
saja dia kembali setelah kabur 30 tahun lalu.” Ucap Yi Sang dan keduanya minum
bersama
“Akankah
para ibu memahamiku?” tanya Ha Ri khawatir. Yi Sang menceritakan Orang tuanya selalu berdebat saat waktu
makan.
“Ayahku
harus minum segelas air sebelum makan, tapi ibuku bilang itu akan mengganggu
pencernaannya. Setelah ayahku meninggal, ibuku selalu menyajikan air selama
ritual leluhurnya.” Cerita Yi Sang mengingat saat ibunya membawa semangkuk air.
“Dia
melakukan itu bahkan setelah mengatakan dia tidak memahami kenapa dia melakukan
itu selama 40 tahun. Seseorang pasti tidak mengerti pada awalnya. Jika akhirnya
kau memahami seseorang dalam hidupmu, itu berarti kau memikirkan orang itu
selama itu.” Kata Yi sang.
“Itu
manusia yang bahkan tidak bisa memahami dirinya, tapi memahami orang lain. Jika
kau sungguh memahami, sikapmu akan berubah. Walaupun seharusnya tidak butuh 40
tahun.” Jelas Yi Sang
“Kenapa
kamu datang? Mungkin aku harus digendong
pulang hari ini.” Kata Ha Ri
“Punggungku
lebar... Itu akan nyaman.” Ucap Yi Sang mengoda. Ha Ri mengeluh mendenagrnya.
Yi Sang tertawa mengajak Ha Ri untuk minum lagi.
Keduanya
berjalan bersama, Ha Ri berkomentar kalau Pak Nam benar kala Yi Sang itu orang
baik. Yi Sang itu bertanya Apa yang membuatnya terllihat baik dan ingin
detailnya. Ha Ri pikir akan Anggap saja Yi Sang itu orang biasa.
“Pak
Orang Biasa, akankah kau terus melajang? Kau tampak seperti pria yang baik. Aku
bertanya-tanya apa kau berencana tetap melajang.” Tanya Ha Ri
“Aku
tidak ingin bersemangat. Bergantung pada seseorang dan kecewa, terluka, lalu
menyukai mereka... Aku tidak kuat merasa bersemangat dengan cinta lagi.” Ungkap
Yi Sang
“Jika aku
jatuh setelah berusia 40 tahun, hidup tidak akan baik. Aku ingin hidup seperti
sekarang. Dengan tenang. Tanpa ada kejadian apa-apa.”kata Yi Sang. Keduanya pun
berjalan tanpa bicara sampai di penyebrangan jalan.
Keduanya
berdiri di arah yang berbeda. Yi Sang lalu bertanya ”Tapi kenapa kau ingin
menjadi seorang ibu?” Ha Ri menjawab
“Aku hanya ingin bahagia.” Yi Sang pun
hanya bisa terdiam.
Pagi
hari, Ha Ri berdiri dibelakang Nyonya Shim. Ketua Jo pikir Ha Ri sangat
berdedikasi pada perusahaan dan melakukan promosi yang luar biasa untuk majalah
tapi mendengar kalau Ha Ri juga menjungkirbalikkan komunitas ibu.
“Dia
bilang sedang menyelidiki dengan menyamar, jadi, kita harus menulis artikel
yang berisi itu untuk memperbaiki situasi ini.” Kata Tuan Jo membela
“Dia
memberi tahu pembaca bahwa dia ingin punya anak!” teriak Tuan Jo marah. Tuan
Joo membenarkan
“Jika
ingin bekerja sama, kita harus meluruskan cerita kita.” Kata Tuan Jo. Tuan Joo
membekarkan.
“Aku akan
berusaha memperbaiki...” kata Ha Ri. Tuan Jo memperingatakan Jangan ikut campur!
“Kau
tidak punya anak, jadi, tidak tahu kebutuhan pembaca. Meski berhasil, aku tidak
yakin soal menjadikanmu pemimpin redaksi. Kau hanya menimbulkan masalah.”kata
Tuan Jo marah
“Karena
itu aku berencana punya anak...” ucap Ha Ri yang langsung disela oleh Nyonya
SHm.
“Aku tahu
dari awal bahwa kamu dungu, tapi aku tidak tahu ternyata separah itu.” Kata
Tuan Jo
“Kita
akan mengadakan sidang pendisiplinan.” Ucap Tuan Joo
“Ini kali
pertama dalam 30 tahun sejak kita memulai, jadi, itu tidak akan mudah. Melihat
situasinya, kita akan bersikap sangat tegas.” Kata Tuan Jo
Ha Ri
hanya bisa tertunduk meminta maaf. Nyonya Shim pikir Menodai citra perusahaan itu salah. Tapi
sejujurnya, itu kehidupan pribadi Ha Ri dan . Mereka tidak akan mengurus hidupnya
lalu mengumpat marah. Ha Ri hanya bisa melonggo mendengarnya.
**
Ha Ri
menerma telpi dari ponselnya. Seorang perawat bertanya “Apa Anda wali Lee Ok
Ran? dan memberitahu kalau Ini Rumah Sakit Besar. Ha Ri terlihat bingung.
“Kenapa
tidak datang? Kami tidak bisa memulangkannya tanpa Anda.” Ucap si perawat. Ha
Ri makin bingung.
Akhirnya
Ha Ri sudah duduk di lorong rumah sakit, Perawat memanggil Wali Lee Ok Ran. Ha
Ri pun langsung bangun. Perawat memberitahu Nyonya Lee masih tidur jadi meminta
agar menunggu dan akan mengabari saat keluar. Ha Ri menganguk mengerti
Ha Ri
melihat pasien di ruaangan sebelahnya, Perawat memanggil “Wali Park Shi Ta.
Seorang anak pun datang mendorong kursi roda untuk ibunya. Ha Ri mengingat
ibunya datang untuk vaksinasi bayinya.
“Ini realisasi menyedihkan. Bahkan saat melihat kerutan yang timbul di
wajah Ibu, aku tidak peduli dan hanya menghitung usiaku.”
Ha Ri
mengingat ibunya yang membawa ke rumah sakit, saat itu Ibunya pun datang
kerumah sakit saat seseorang memanggil “Wali Jang Ha Ri?” ibunya hanya bisa
menangis melihat anaknya.
“Karena seorang ibu adalah ibu, aku
selalu berharap bisa mengandalkannya. Kenapa aku menganggap remeh bahwa dia
waliku?”
Perawat
memanggil Wali Lee Ok Ran. Ha Ri pun langsung berdiri mengandeng lengan ibunya
dan bertanya Ibu baik-baik saja. Nyonya Lee menganguk dengan wajah masih
bingung karena anaknya datang.
“Selalu tiba saat seorang anak
menjadi wali orang tua mereka. Pada saat itu, kita tidak punya pilihan selain
menjadi orang dewasa.”
Ha Ri
akhirnya pulang dengan ibunya. Jae Young pikir keduanya pergi ke tempat yang
bagus. Ha Ri mengeluh mendengarnya. Nyonya Lee mengaku Sebelumnya mereka mengizinkan ibunya
sendirian. Jadi pergi sendiri tapi tidak tahu rumah sakit sudah mengubah
kebijakannya.
“Kenapa
Ibu ke rumah sakit sendirian seakan-akan tidak punya keluarga? Hanya aku yang
tidak tahu Ibu menderita kanker perut. Aku menerima telepon di hari operasi
seolah-olah itu piknik” keluh Ha RI
“Bagaimana...
Seharusnya Ibu tidak melakukan itu pada putri Ibu. Kenapa Ibu menjadikanku
putri yang buruk?” keluh Ha Ri
“Apa ada
yang bilang kamu buruk? Semua orang tahu kamu bekerja lembur dan tidak bisa
pulang. Jangan menghiraukan ibu, dan fokuslah pada pekerjaanmu.” Kata Nyonya
Lee
“Bagaimana
bisa aku tidak memikirkan Ibu jika Ibu sakit?” balas Ha Ri
“Ibu
tidak sakit. Mereka bilang ibu baik-baik saja. Seharusnya kau makan dan tidur
dengan teratur selagi bekerja” ucap Nyonya Lee
“Aku
selalu membuat Ibu mengkhawatirkanku. Tidak bolehkah aku mengkhawatirkan Ibu? Sekalipun
aku bersikap kekanak-kanakan, aku bisa mengurus Ibu, jadi, percayalah pada
putri Ibu.” Balas Ha Ri
“Untuk
apa kau merawat ibu? Ibu tidak sakit parah. Simpan omelanmu untuk anak-anakmu. Terima
sperma atau terserah. Milikilah anak dengan cara apa pun. Menyebalkan sekali. “
keluh Nyonya Lee
“Tidak,
itu... Kukira aku bisa membesarkan anak dengan baik, tapi aku tidak memikirkan
anak yang harus hidup tanpa ayah. Aku serakah. Maksudku, aku baik-baik saja walau
hanya memiliki Ibu, jadi...” kata Ha Ri
“Kukira
aku bisa melakukannya dengan baik. Tapi seharusnya aku memikirkan anak itu
dahulu. Kurasa aku tidak memenuhi syarat.” Tanay Ha Ri sedih
“Apakah
seseorang mengatakan sesuatu?” tanya Ibu Ha Ri. Ha Ri menjawab tidak
“Orang
tua punya anak karena mereka menginginkannya. Tidak ada bayi yang lahir dari
kemauan mereka sendiri. Apa Kau pikir ibu melahirkanmu karena kau meminta pada
ibu? Omong kosong apa yang kau ocehkan ini?” keluh Nyonya Lee
“Kau
tidak belajar dan mengikuti tes untuk menjadi seorang ibu. Kamu menjadi ibu
setelah melahirkan. Tidak ada lisensi untuk itu. Jangan bilang kau tidak
memenuhi syarat.” Ucap Nyonya Lee
“Kau
benar. Tidak ada lisensinya. Tapi jika ada tes lisensi untuk itu, skormu pasti
yang tertinggi. Bersikap baiklah kepada ibumu. Omong-omong, menurutku ini bukan
pertengkaran. Menyenangkan melihat kalian berbaikan dan berdamai.” Kata Jae
Young
“Do Ah
menangis. Kutinggal agar kalian bereskan. Aku sayang kalian.” Kata Jae Young
lalu bergegas pergi. Nyonya Lee hanya bisa mengeluh apa yang dilakukan Jae Young.
Malam
hari, Jae Young masuk ke rumah Ha Ri bertanya apakah tak mau minum dan
mengajaknya minum, Ha Ri menolak karena tidak
mau menjadi pecandu alkohol seperti Jae Young.
Jae Young menegkasan akan menuntutnya karena memfitnah.
“Jangan
lakukan itu. Aku muak dihukum.” Kata Ha Ri. Jae Young bertanya apakah Ha Ri
serius.
“Apa yang
bisa kau lakukan? Kau hanya mengalami kesulitan dan kesengsaraan untuk menjadi
seorang ibu.” Kata Jae Young
“Kalau
dipikir-pikir, kamu bahkan tidak bertanya. Tidak ada yang menanyaiku kenapa,
tapi Yi Sang melakukannya. Dia bertanya
kenapa aku ingin menjadi seorang ibu.” Ucap Ha Ri
“Adakah
alasan lain? Kau ingin menjadi seorang ibu karena naluri keibuanmu.” Kata Jae
Young
“Ya, kamu
benar. Tapi dalam perjalanan pulang, aku tiba-tiba teringat hari wisudaku saat
SD.” Ucap Ha Ri
Flash Back
Ha Ri
sarapa dengan ayahnya. Ibunya memperingatkan Jangan pelit dan beri anaknya
buket yang besar lalu ambil banyak foto. Ayahnya menganguk mengerti seperti
hanya mendengarnya.
“Jangan
pergi ke tempat lain, ya? Jika kamu pergi, aku akan marah.” Pesan ibunya. Sang
ayah mengerti
Keduanya
pergi bersama, Ha ri meminta ayahnya membelikan buket mawar yang besar. Tuan
Jang mengerti tapi matanya sibuk menatap ponsel lalu memberitahu kalau harus
membeli film untuk kamera jadi bisa pergi lebih dulu.
“Ayah
tahu aku di kelas berapa?” tanya Ha Ri. Tuan Jang terlihat bingung.
“Aku di
kelas 6-5. Di lantai empat. Apa Ayah bisa pergi ke sana?” tanya Ha Ri. Tuan
Jang menyakinkan.
“Pergilah
dahulu. Ayah akan segera ke sana.”ucap Tuan Jang lalu bergegas pergi. Ha Ri
hanya bisa menatap buket bunga didepanya.
Spanduk
bertuliskan "Sekolah Dasar Ssanggang, Upacara Wisuda Ke-23, Selamat atas
kelulusanmu" Semua orang sibuk mengambil foto dengan orang tuanya.
Sementara Ha Ri hanya duduk sendirian memegang buket bunga tanpa sang ayah.
“Selama apa pun aku menunggu,
ayahku tidak datang. Hanya aku yang berdiri di sana seorang diri, dan aku
merasa malu karena rasanya semua orang menatapku. Tapi aku tidak bisa pulang. Karena
aku tahu ayahku tidak akan pernah kembali.”
Saat itu
seorang ibu datang menyapa Ha Ri yang duduk sendirian. Dan bertanya Di mana
ayahnya. Ha Ri menjawab kalau tak tahu. Sang ibu pun mengajak Ha Ri untuk foto
denganya dan menyuruh Jae Young ikut foto. Jae Young mengeluh. Ibunya pikir keduanya berteman.
“Ayo Senyum.”
Ucap Ibu Jae Young. Ha Ri mencoba untuk tersenyum.
“Kau terlihat
sangat jelek sekarang.” Ejek Jae Young. Ha Ri langsung memukulnya dengan buket
bunga. Keduanya pun akhirnya difoto terlihat seperti sedang berkelahi.
Akhirnya
Ha Ri masuk ke restoran "Kulit Babi" Ibunya sedang sibuk membersihkan
meja. Ha Ri langsun menangis, Nyonya Lee bingung bertanya ada apa dan Di mana ayahnya. Ha Ri
masih saja terus menangis akhirnya Nyonya Lee hanya bisa memeluk anaknya.
Nyonya
Lee pun memberikan Ha Ri makan lalu bertanya Apakah enak. Ha Ri menganguk. Ibunya
membersihkan mulut Ha Ri yang kotor lalu memastikan kalau baik-baik saja tanpa
ayah. Ha Ri menganguk dengan sangat yakin.
“Saat
itulah aku berjanji menjadi orang yang hebat saat aku dewasa. Orang hebat
seperti apa? Seorang ibu. Ibuku adalah orang terhebat di dunai ini. Seorang
ibu.” Ucap Ha Ri
Jae Young
hanya bisa terdiam melihat foto kenangan dengan Ha Ri
Tuan Kim
berkumpul dengan semua pegawai berkomenatr Mereka mungkin akan memotong gajinya
satu sampai tiga bulan. Yeon Ho merasa Tuan Kim pikir ini menyenangkan. Tuan
Kim mengaku bukan itu tapi khawatir
karean Hal terburuk yang bisa terjadi pada pegawai adalah tidak digaji.
“Apa dia
sungguh melakukan kesalahan sebesar itu?”tanya Eu Ddeum. Hyo Joo menjawab Dia
mencoreng reputasi dan kredibilitas perusahaan.
“Seharusnya
aku menangani para ibu itu dengan tenang.” Kata Yeon Ho merasa bersalah.
Nyonya
Shim akhirnya datang, semua ingin tahu
Apa yang terjadi. Nyonya Shi menjawab Mereka menskorsnya selama sebulan.
Semua tak percaya mendengarnya. Tuan Kim memastikan kalau Ha Ri tidak akan
digaji selama sebulan.
“Ini
sulit dipercaya. Mereka tidak boleh menskorsnya untuk ini.” ucap Yeon Ho marah
Bagaimana
kita akan memenuhi tenggat untuk proyek kita?” kata Hyo Jo bingung
“Jadi Di
mana Ha Ri?” tanya Yeon Ho terlihat khawatir.
Ha Ri
berjalan keluar gedung dan Tuan Nam melihatnya langsung mengajar Ha Ri mengaku mendengar
apa yang terjadi. Ha Ri pun tak memperdulikanya dan bergegas pergi. Tuan Nam
pun melambaikan tangan perpisahan lalu menghampiri Yi Sang yang sedang
berkemas.
“Dia
diskors selama sebulan. Dia terlihat sangat marah, bukan?” ucap Tuan Nam. Yi
Sang hanya menatap dari kejauhan.
Ha Ri
pergi ke arcade dan langsung bermain tebak-tembakan, saat itu Yi Sang datang
berkomentar Game ini untuk dua orang jadi Tidak bisa bermain sendiri. Akhirnya
keduanya bermain bersama dan akhirnya mereka kalah.
“Kamu
bersikap wajar, jadi, kupikir kamu penembak runduk.” Komentar Ha Ri
“Selanjutnya
apa? Mau minum atau pergi ke pantai?” tanya Yi Sang. Ha ri mengaku tidak stres lagi.
‘Mungkin
aku diskors, tapi aku masih harus memenuhi tenggat.” Ucap Ha Ri berjalan pergi.
Yi Sang hanya bisa tersenyum melihatnya.
Ha Ri
akhirnya melakukan permotretan untuk anak bayi dan Yi San sebagai
fotographernya. Ia pun meminta sang anak
agar bisa tersenyum dan membuat lelucon dengan meremas-remas tubuh Yi Sang. Yi
Sang hanya bisa menatapnya. Ha Ri pun tersadar.
“Aku
ingin dia menangis kali ini. Apa yang harus kulakukan?” kata Ha Ri lalu mencoba
mengeluarkan suara harimau. Tapi bayi itu tak takut.
“Dia pria
yang sangat jahat. Lihat aku memukul pria jahat ini. Jahat sekali!” kata Ha Ri.
Yi Sang kembali menatapnya.
“Hei..
Dasar anak nakal... Dasar anak nakal!” kata Yi Sang dengan suara tinggi. Yu Bin
langsun menangis ketakutan. Ha Ri berkomentar kalau Yi Sang itu punya bakat.
Yi Sang
memanggil Ha Ri meminta agar memeriksa foto-fotonya. Ha Ri pun melihatnya dan
memilih beberapa foto dan menurutnya semuanya bagus tapi harus menjadi foto
utamanya. Ia pun langsung memuji Yi Sang denga hasil fotonya.
“Pak Han,
aku terkesan.” Kata Ha Ri lalu memberikan cap ditangan Yi Sang "Kerja
bagus!"
“Orang
dewasalah yang benar-benar membutuhkan pujian. Kerja bagus, Pak Han.” Kata Ha
Ri.
Soo Yoon
memanggil Ha Ri kalau ibu bayi itu akan pergi. Ha Ri pun mengantarnya. Yi Sang
menatap cap ditanganya lalu menatap Ha Ri yang sedang bicara lalu merasakan
hatinya seperti mulai bergetar dan merasa kalau Ini gawat.
Bersambung
ke episode 5
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar