PS : All images credit and content copyright : TVN
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Nyonya
Shim sedang memompa asi lalu menerima telp dari bibinya yang terlihat panik. Ia meminta bibinya agar
tenang tapi segera ke UGD dan akan di sana lalu memasukan asi ke dalam plastik.
“Ny Shim,
Pak Joo mencarimu.” Kata So Yoon. Nyonya Shim mengerti tak bisa menemui
anaknya.
Tuan Jo
melihat Laporan Penjualan Media Dachae memberitahu kalau Hanya "The
Baby" yang melaporkan penurunan penjualan. Tuan Kim berpikir soalnya, industri
ini dalam resesi...Saat itu pesan masuk dalam ponsel Nyonya Sim [Suami: Hasil
pemeriksaan bayi kita keluar.]
“Ny.
Shim... Sekarang kau sudah kembali dari cuti hamil, aku ingin kau fokus pada
penjualan departemenmu. Sudah melakukan yang terburuk selama 3 tahun terakhi dan
telah kehilangan penawaran iklanmu. Bukankah kau seharusnya merasa bertanggung
jawab?” ucap Tuan Joo.
“Para
jurnalis dan aku telah mengajukan penawaran iklan seperti halnya Departemen
Periklanan. Aku bahkan tidak mengambil cuti untuk merawat anakku lebih lama”
kata Nyonya Sm
“Harus...
walaupun kau yakin kau akan kembali. Membesarkan anak tidak berakhir hanya
dengan 3 bulan, jadi kalau kau tidak kembali setelah mengambil cuti, kau hanya akan
membebani uang perusahaan.” Kata Tuan Joo
“Aku
tahu, Pak. Itu sebabnya aku tidak mengambil cuti meskipun aku berhak. Kau terus
menyarankanku tidak mengambilnya” ucap Nyonya Shim
“Pak,
tidak peduli seberapa keras kita bekerja, kita tidak bisa melakukan apa-apa
dengan tingkat kelahiran rendah atau...” kata Tuan Kim yang langsung disela
oleh Tuan Joo
“Bagaimanapun,
kita diminta untuk mengiklankan Kota Mureung. "The Baby" harus
menerimanya. Tadinya untuk "The Deco", tapi aku hanya memberikannya
padamu untuk meningkatkan penjualanmu, jadi lakukan pekerjaan dengan baik.”
Jelas Tuan Joo
“Jika
Kota Mureung senang dengan hasilnya, semua proyek dari pemerintah daerah akan
diserahkan ke "The Baby". Kata Tuan Joo
“Pak Joo,
ya ampun. Kau hanya bersikap keras pada kami untuk menawarkan kami kesepakatan
ini, tapi kami terlalu bodoh membaca niat Bapak. Terima kasih, Pak.” Kata Tuan
Kim. Nyonya Shim hanya bisa terdiam.
“Itu
sebabnya berada dalam posisi ini bisa jadi kesepian.” Kata Tuan Joo bangga.
Ha Ri
duduk dimeja kerjanya, Nyonya Shim mengeluh melihat Ha Ri yang ada dikantor dan menyuruhnya agar Pulang
dan bersenang-senanglah. Ha Ri mengaku tidak nyaman dirumah. Nyonya Sim
menegaska kalau Itu hukumannya.
“Aku
lebih suka bersenang-senang di sini walau tidak nyaman.” Ucap H aRi. Nyonya
Shim pun tak memperdulikanya.
“Kota
Mureung sudah meminta kami untuk membuat iklan. Kau akan naik pesawat kesana
dan mengumpulkan catatan selama sehari. Outlet media lain akan ada di sana, jadi
pastikan muncul ide dari kalian yang bisa menghantam pikiran masyarakat Kota
Mureung.” Jelas Nyonya Shim
“Siapa
yang mau pergi?” tanya Nyonya Shim. Yeon Joo mengaku meliput 15 cerita bulan
ini.
“Yah, aku
akan ke Provinsi Gangwon untuk bekerja di gudang grosir.” Kata Hyo Joo
“Sebenarnya,
aku ingin tanya ada rencana apa untuk pembaca edisi pertama kami. “kata Soo
Yoon. Semua pun mengarah pada Ha Ri
“Ha Ri
takut naik pesawat.” Ucap Yeon Joo. Hyo Joo pikir Selain itu, bagaimana bisa Ha
Ri pergi saat sedang diskors
“Dia
tidak bisa karena dia keluar bersenang-senang.” Ucap So Yoon. Ha Ri tersenyum.
“Karena
aku lagi diskors, aku akan menulis bagian ini.” Kata Ha Ri.
Yi Sang
menegaskan kalau tidak bisa pergi. Tuan Nam ingin tahu alasanya. Yi Sang
mengaku melakukan kesalahan saat mabuk di depan Nona Jang. Tuan Nam tak percaya
mendengarnya dan memastikan kalau menunjukkan padanya sisi imutnya. Yi Sang
membenarkan.
“Dasar
bodoh! Bagaimana kau bisa menatap mata Nona Jang sekarang?” keluh Tuan Nam
“Rasa
malu mungkin membunuhku, tapi aku akan mencoba dan bertahan di sana.” Ucap Yi
Sang
“Foto-foto
ini penting untuk bagian ini sehingga mereka butuh fotografer ahli, tapi
lenganku patah. Aku tidak bisa cari uang dengan lengan patah yang artinya aku
tidak bisa menyewa freelancer... Luar biasa... Aku harus jual studio.” Jerit
Tuan Nam
“Cukup...
Aku tidak bisa menatap mata Nona Jang lagi. Terserahlah sekarang!” balas Yi
Sang
Ha Ri
menelp Pak Nam memberitahu kalau fotografer belum menghubunginya dan berpikir
kalau masih belum menyewa fotografer. Tuan Nam mengaku ada orangnay disana
sebagai rekanya jadi Ha Ri bisa melihat sekeliling.
“Apa?
Rekanku? Apa... Aku menemukannya.” Ucap Ha Ri tersenyum melihat Yi Sang sudah
menunggu dibandara.
Ia pun
mendekati Yi Sang menyapanya dan langsung mengajak pergi. Keduanya pergi ke minimarket, Ha Ri pikir Kenapa
tidak telepon bilang bergabung dengannya karena mereka bisa berbagi tumpangan
lalu menawarkan snack. Yi Sang langsung menolaknya.
“Bagaimana
kalau cumi mentega atau dendeng?” tanya Ha Ri. Yi Sang tetap menolaknya.
“Bagaimana
kalau kita minum setelahnya? Aku suka, alkohol membuatmu imut dan tulus.” Kata
Ha Ri mengingat Yi Sang bergaya imut saat mabuk. “Ini bukan liburan, kau
tahu...Tapi ini masih perjalanan.” Tegas Yi Sang.
“Apa
salahnya membeli makanan ringan dan buat menyenangkan? Kita bahkan naik
pesawat.. Luar biasa. Aku benci pesawat.” Balas Ha Ri
“Tapi
kita tidak akan berlibur saja.” Ucap Yi Sang. Ha Ri pergi ke kasih memastikan
kalau Yi Sang tidak mau makanan ringan.
Yi Sang
langsung mengambil banyak makanan ringan, Ha Ri melonggo kalau kebanyakan. Yi
Sang tak peduli.
Di dalam
pesan, semua pramugari memastikan penumpangnya lebih dulu. Ha Ri terlihat
gugup. Yi Sang memastikan kalau Ha Ri baik-baik saja. Ha Ri mengaku hanya gugup
sebelum pesawat lepas landas tapi akan baik-baik saja begitu kita di atas awan.
“Kau
tidak sakit atau apa, kan?” ucap Yi Sang. Ha Ri mengaku tidak mencoba untuk
relax
Saat itu
pesawat mulai lepas landas, Ha Ri ketakutan memegang erat kursi sambil
memejamkan matanya. Saat Yi Sang melihatnya akhirnya memegang tangan Ha Ri agar
tenang. Ha Ri kaget sempat mengintip tapi karena takut memejamkan matanya
kembali.
Di
ruangan, Jae Young terlihat gugup mencoba untuk bergaya yang bagi. Tapi saat
itu Yeon Joo dan Sang Hee yang datang, Jae Young pun bertanya Apa Ha Ri tidak
ikut dengannya. Yeon Joo memberitahu Ha Ri ada dinas ke Kota Mureung dengan Pak
Han.
“Ke kota
Mureung yang sangat jauh sendirian dengan Pak Han, tanpa anggota staf lainnya.”
Ucap Jae Young lalu jatuh lemas.
“Mereka
pergi bersama. Apa yang mereka lakukan di sana, mereka pergi berduaan? Apa
banyak tempayan.” Bisik Jae Young
Saat itu
pramugari memberitahu pilot telah mematikan tanda sabuk pengama Tetapi, karena
mungkin ada turbulensi, harap tetap pakai sabuk pengaman saat duduk. Ha Ri
langsung menarik tanganya, Yi Sang terlihat malu berusaha pergi.
Tapi
kakinya tersandung kursi, Yi Sang pun jatuh tertulungkup diatas lantai.
Pramugari memastikan keadaanya. Yi Sang seperti malu untuk kedau kalinya dan
bergegas ke toilet. Ha Ri menatap tanganya yang disentuh oleh Yi Sang.
Sementara
Yi Sang terlihat bingung karena sikapnya pada Ha Ri menatap wajahnya di cermin
“Mungkin
dia bisa menjadi... Apa itu dia?Bus yang aku lewatkan. Ini selalu terjadi.”
Gumam Ha Ri melihat sosok Yi Sang yang duduk disampingnya saat naik taksi.
Ha Ri
mengingat saat menunggu bus tapi masih lama akhirnya memilih naik taksi tapi
malah macet dijalan dan bus yang akan
dinaiki lewat disampingnya.
“Terutama
saat aku terlambat untuk janji penting, bus tidak akan datang. Kalau aku naik
taksi untuk menghemat waktu, kami terjebak kemacetan, dan bus yang aku tunggu melaju
cepat di jalur ekspres bus” ucap Ha Ri membayangkan.
“Jika
ketidaksabaranku mengambil kendali, dan membuatku melewatkan pertemuan yang
ditakdirkan, Akankah aku menyesal tidak memegang tangannya nanti?” kata Ha Ri
lalu mencoba membuka botol yang tak bisa terbuka seperti meminta pertolongan Yi
Sang.
“Astaga...
Dibuka dengan mudah...Mereka membuatnya dengan baik. Kau tahu... Apa Mau minum
ini?” tanya Ha Ri. Yi Sang menolaknya
Tiba-tiba
taksi mereka mengerem mendadak. Ha Ri mengeluh karena minumanya jadi jatuh. Yi
Sang memberika sapu tanganya, tiba-tiba tanganya tersentuh oleh Ha Ri. Keduanya
hanya bisa terdiam
“Aku memberimu
saputanganku, bukan tanganku.” Kata Yi Sang. Ha Ri mengerti lalu melepaskan
tangan dan telp berdering
“Hei, Ha
Ri... Haruskah aku memakai jubahku atau melepasnya?” tanya Jae Young
“Kenapa
tanya padaku buat melepas pakaian? Tanyakan pada reporter di sana.” Kata Ha Ri.
Saat itu Yi Sang terlonjak kaget.
“Keduanya
terlihat bagus?” ucap Jae Young. Ha Ri meminta agar Berhentilah beranda karena
membuatnya malu saja.
“Baiklah.
Haruskah aku mengambil foto dengan jubah atau tidak?” kata Jae Young
“Lepaskan
jika kau mau. Aku tidak peduli.” Keluh Ha Ri lalu menutup telp.
“Jadi
Lebih baik pakai saja? Oke, aku mengerti. Bekerja keraslah.” Ucap Jae Young
berpura-pura ditelp.
“Dia
bilang aku terlihat baik pakai jubah.” Kata Jae Young dan Yeon Jo yang ada
diruangan mencoba menahan emosinya.
Yi Sang
memastikan kalau Apa itu Dr. Yoon Jae Young. Ha Ri membenarkan dan kembali Jae
Young kembali menelpnya. Ia pun mengeluh Apa lagi kali ini. Jae Young ingin
tahu apakah harus duduk atau berdiri untuk foto, Akan lebih baik berdiri di dekat
jendela terlihat keren.
“Taruhan
saja lebih baik duduk di mejaku sehingga papan namaku kelihatan.” Kata Jae
Young
“Duduk
untuk foto dan tutupi ususmu.” Ucap Ha Ri marah. Jae Youn megerti dan meminta
Ha Ri untuk berkerja keras. Yeon Joo hanya bisa mengaruk-garuk kepalanya.
“Apa?
Kenapa? Apa? Apa?” tanya Ha Ri kesal kesal Jae Young kembali menelpnya.
“Haruskah
aku tersenyum atau tidak? Lebih baik tidak tersenyum, kan? Untuk terlihat
serius dan profesional... Tidak. Tersenyum mungkin lebih baik... Ini rumah
sakit setempat... Jadi akan lebih baik untuk terlihat ramah.” Ucap Jae Young
“Tutup
saja leluconmu dan ambil fotonya, brengsek.” Kata Ha Ri mengamuk.
“Baik... Aku
terlihat hebat dari dua arah? Apa?.. Cukup, Ha Ri.” Ucap Jae Young
Akhirnya
Jae Young tak bisa menahannya memberitahu Jae Young kalau fotonya hanya ukuran
kecil saja. Jae Young menahan malu mengak kalau ini tidak mudah.
Ha Ri
akhirnya sampai ditempat, seseorang memberitahuDinamai Mureung karena tidak ada
makam kerajaan, Untuk menyembunyikan lokasi kuburan para raja, mereka membangun
kuburan palsu di sini jadi Ada legenda bahwa naga bangkit dari sana dan Begitulah
kata pepatah.
“Ambil
semua foto yang kau inginkan. “ kata si pria. Akhirnya Yi Sanbg pikir mengambil
beberapa foto. Ha ri menganguk dan langsung mengikutinya.
“Aku
pikir itu akan terlihat bagus.” Ucap Ha Ri melihat Yi Sang yang mengambil
gambar diatas jembatan, seperti terkesima.
“Iya.
Jadwal resmi untuk hari ini sudah berakhir. Silakan mengambil lebih banyak
foto... Kalau ingin lebih banyak mengenal, silakan juga. Terima kasih semuanya.”
Ucap Si pria.
“Ha Ri.
Menurutmu, kita butuh sesuatu yang lebih baik untuk foto utama?” kata Yi Sang.
“Haruskah
kita ambil beberapa foto matahari terbenam?” tanya Ha Ri
Jae Young
pulang bertanya pada Nyonya Lee Apa Ha
Ri belum pulang. Nyonya Lee tahu Ha Ri pergi ke Mureung jadi mungkin akan
pulang terlambat dan mengajak untuk makan. Jae Young memberitahu kalau Fotografer
adalah seorang pria.
“Bagaimana
jika terjadi sesuatu saat mereka bersama?” ucap Jae Young. Nyonya Lee bertanya Sesuatu
seperti apa?
“Sesuatu
yang menakutkan.” Kata Jae Young lalu bergegas masuk kama.
“Aku
ingin tahu apa kita perlu sampai menyewa mobil hanya untuk mengambil satu
foto.” Ucap Ha Ri
“Kau bilang
harga dirimu dipertaruhkan. Itu akan tertulis, "Foto oleh Han I
Sang." Jadi harga diriku juga dipertaruhkan. Walau aku menolak untuk
melakukan ini, aku tidak pernah memberi kurang dari 100%.”tegas Yi Sang. Ha Ri
juga tahu
“Apa
waktu kita cukup?” tanya Ha Ri. Yi Sang pikir mereka bisa pulang jika cepat-cepat.
Keduanya
pun sampai ditepi pantai saat matahari terbenam. Yi Sang bertanya Bagaimana
dengan foto ini untuk penjelasanya tentang Kota Mureung. Ha Ri terkesima hanya
terdiam, Yi Sang bertanya ada apa.
“Kau
adalah fotografer pertama yang mengambil foto sambil memikirkan artikel. Itu
sempurna.” Ucap Ha Ri
“Haruskah
kita mengambil beberapa lagi?” ucap Yi Sang. Ha Ri menganguk menegrti.
Sementara
Jae Young keluar kamar, Nyonya Lee pikir
Ha Ri pergi ke sana untuk bekerja
jadi tak ada yang mungkin terjadi. Ia yakin anaknya itu pergi dinas
beberapa hari dengan para pria dan tidak ada yang terjadi. Jae Young takut
kalau Bagaimana jika sesuatu terjadi kali ini
“Kau
pernah mendengar insiden seperti itu. Kau bekerja seperti orang gila dan
ketinggalan kereta. Kau mencari tempat tinggal, dan hanya ada satu. Selain itu,
mereka punya satu kamar kosong. Aku benci sekali hal-hal klise dan ofensif ini”
kata Jae Young
“Kenapa
dia tidak bisa pulang karena tidak ada kereta? Iya 'kan? Kecuali ada badai
hujan...” ucap Nyonya Lee.
Ha Ri ada
ditepi pantai tiba-tiba bingung merasakan sesuatu, Yi Sang pikir mau hujan. Dna
mereka pun bergegas masuk mobil karena hujan makin deras.
“Mereka
tidak bisa pergi kemana pun, dan hujan. Pakaian mereka basah kuyup, dan
kedinginan. Dan ketel di penginapan rusak.” Ucap Nyonya Lee
“Mereka
harus berada dalam situasi dimana mereka tidak dapat membantu tapi berbagi suhu
tubuh masing-masing. Saat itulah sesuatu akhirnya akan terjadi. Kau tidak tahu
apa-apa.” Keluh Nyonya Lee
“Aku
bahkan tidak mau memikirkannya.” Kata Jae Young mengelengkan kepalanya.
Ha Ri
melihat pemberitahuan dari ponselnya kalau Penerbangan kita dibatalkan. Yi sang
tahu kalau kalu Sopir bus ekspres mogok, dan tiket kereta semuanya terjual
habis. Ha Ri pun bertanya apa yang harus dilakukan.
“Kita
harus menyewa mobil sedikit lebih lama. Lagipula kita tidak bisa naik pesawat
untuk pulang. Apa menurutmu kita bisa pulang? Selama jalan tidak terhalang
karena tanah longsor, kita bisa pulang. Jangan khawatir.” Ucap Yi Sang yakin
mengemduikan mobilnya.
Di rumah,
Nyonya Lee dan Jae Young menonton berita di TV “ Berita. Karena hujan lebat di
barat daya, tanah longsor telah terjadi di Kota Mureung yang akhirnya menghalangi
jalan pantai terdekat.”
“Pihak
berwenang telah mengirim orang untuk segera membersihkan jalan, dan mereka
mengumumkan akan memakan waktu sekitar 6 jam. Kami akan memperbarui informasi
kami begitu kita mendengar lebih banyak.”
“Dia
tidak mungkin di sana, kan?” tanya Nyonya Lee. Jae Young yakin itu Tidak
mungkin.
Ha Ri tak
percaya dengan yang terjadi pada dirinya dan juga Yi Sang karena terjebak karena
badai hujan dan longsor karena Sepertinya seseorang merencanakan ini. Yi Sang
merasa Ha Ri ber pikir kalau ia yang merencanakan ini
“Kaulah
yang menyarankan agar kita datang ke sini. Aku tahu ada sesuatu yang aneh saat
kau bersikeras menyewa mobil supaya kita bisa datang jauh-jauh kesini. Aku
tidak percaya kau gunakan ini sebagai umpan. Itu adalah ide yang sangat bagus.
Kau benar-benar membodohiku.”kata Ha Ri
“Kau bisa
hentikan omong kosongmu? Lalu, maksudmu aku yang menyebabkan tanah longsor?”
kata Yi Sang
“Tidak,
tapi kau bisa melihat ramalan cuaca.” Ucap Ha Ri. Yi sang pkir lebih masuk akal
Ha Ri lah yang membuat skenario ini
“Tidak,
aku tidak ketinggalan zaman dalam hal romansa. Hal-hal semacam ini bahkan tidak
terjadi dalam drama. Skenario semacam ini adalah untuk orang yang kuno sama
sepertimu.” Ucap Ha Ri
“Apa?
"Kuno"? Kau serius akan menyalahkanku?” tanya Yi Sang tak terima.
“Kita
akan segera tahu. Tunggu dan lihat saja. Kita akhirnya tidur dan sarapan di penginapan
yang dikelola oleh seorang wanita tua.” Tegas Ha Ri
Keduanya pergi
ke penginapan yang terlihat sedikit tua, lalu mencoba memanggil pemiliknya tapi
tak ada yang menyahutnya.. Ha Ri bertanya Apa ini satu-satunya tempat yang bisa
ditemukan, Yi Sang pikir juga lihat peta tadi dan Ini satu-satunya tempat
menginap dan sarapan.
“Makanya.
Aneh kalau kau pergi ke suatu tempat di mana hanya ada satu tempat tidur dan
sarapan. Apa tidak ada orang di sini?” ucap Ha Ri memanggil
“Apa kau
disini untuk menginap?” tanya seorang nenek dan tiba-tiba datang Ha Ri dan Yi
Sang terlihat ketakutan.
“Ya, kami
di sini untuk bermalam.” Kata Ha Ri. Yi Sang yakin dia akan bilang hanya ada 1
kamar yang tersisa.
“Ada 3
kamar.. Tapi, apa kau hanya membutuhkan satu kamar? Kau bisa menyewa seluruh
kamar tambahan.” Kata si nenek
“Kami
akan...Kami akan membayar kamar tambahan. Kami akan mengambil kamar
masing-masing. Dan dia bahkan akan menggunakan kamar ekstra. Kami akan tidur
secara terpisah. dan pastikan kita bahkan tidak menyentuh.” Ucap Yi Sang
“Lakukan
sesukamu.” Ucap Si nenek lalu berjalan pergi. Keduanya pun mengucapkan
terimakasih.
“Aku kira
kita perlu menggunakannya untuk memasak nasi kita sendiri.”ucap Ha Ri melihat
panci besar. Yi Sang merasa sepert itu.
“Tapi apa
menurutmu bisa tidur di sini? Aku akan tidur di dalam mobil.” “ucap Yi Sang
ketakutan
“Tidak,
aku yang akan tidur di dalam mobil.” Ucap Ha Ri. Tiba-tiba si enek datang lagi,
keduanya takut lagi.
Si nenek
memberikan baju agar mereka bisa ganti baju. Keduanya menganguk mengerti dan
akan menganti baju sambil memuji si nenek yang baik sekali.
Jae Young
mencoba menelp Ha Ri tapi dimatikan lalu mengedor pintu Nyonya Lee memberitahu
kalau Ha Ri masih belum pulang dan Ponselnya mati juga. Nyonya Lee dengan
santai memberitahu kalau Ha ri bilang baterai lemah jadi tidak bisa pulang
malam ini.
“Apa Dia
akan tidur di luar? Dia dengan Pak Han, kan? Apa bibi akan membiarkan putrimu
menghabiskan malam bersama seorang pria? Kau harus pergi ke sana dan
menyeretnya pulang.”ucap Jae Young
“Aku
sebenarnya senang putriku menghabiskan malam dengan seorang pria. Pria macam
apa dia? Apa dia normal? Berapa umurnya? Dia punya rumah sendiri? Apa dia
rajin?” kata Nyonya Lee penasaran
“Dia
tidak punya apa pun, dan dia sudah sangat tua. Selain itu, dia terlihat sangat
menakutkan. Dia punya kulit yang sangat gelap. Dia orang aneh. Aku tidak suka
dia.” Kata Jae Young
“Lalu,
kenapa kau tidak menikahi Ha Ri saja?” keluh Nyonya Lee melihat sikap Jae Young
“Aku
hanya khawatir dengannya seperti kakak laki-laki.” Ucap Jae Young lalu berjalan
berpergi.
“Jangan
lampiaskan padaku. Kakak laki-laki apanya. Kau lahir sebulan kemudian.” Kata Nyonya
Lee
“Tunggu
sampai dia pulang. Aku akan beri anak nakal itu pelajaran.” Ucap Jae Young
marah.
Ha Ri
mencoba mencari sinyal tapi ternyata ponselnya tak berfungsi, lalu melonggo
melihat seseorang yang datang dengan
banyak kayu bakar. Yi Sang terlihat bangga dan mulai membakarnya. Ha Ri
berkomentar kalau Yi Sang seperti anak desa.
“Apa
Maksudmu? Orang mengira aku dari luar negeri. Mereka memanggilku Kevin, Daniel.”
Ucap Yi Sang. Ha Ri pun bisa tahu.
“Kenapa
membakar kayu bakar? Kami punya kompor gas. Ini kompor induksi. Apa itu
sebabnya kau tidak dapat menemukannya?” komentar bibi datang
“Kami
lihat kuali besi.” Ucap Ha Ri bingung. Si nenek mengakumenaruhnya di sana
supaya membuat tempat itu terlihat bagus.
“Apa kau
memasak nasi? Kami menyediakan makanan untuk para tamu. Kami membawanya ke
kamarmu seperti layanan kamar hotel. Kalian sangat kuno.”komentar si nenek.
Keduanya hanya bisa melonggo melihat menu makan diatas meja yang sudah
disiapkan.
Yi Sang
melihat kalau ini Nyaman dan hangat dan memberikan semangkuk kopi untuk Ha Ri. Ha
Ri mengaku belum pernah minum kopi dalam mangkuk. Keduanya pun minum bersama
sambil menatap ke arah langit didesa. Ha Ri pun bertanya bagaimana akhirnya Yi
Sang bisa terjun ke dunia fotografi.
“Ayahku biasa
menikmati mengambil foto. Aku dulu mengikuti ayahku setiap kali ke studio foto
untuk mencetak fotonya. Lalu, aku akan mengikutinya lagi begitu foto-fotonya
sudah siap. Aku senang melakukan itu.” Kata Yi sang
“Aku kira
itu sebabnya fotomu selalu begitu hangat. Fotomu sama sepertimu. Kembali di masa
lalu, kita harus menunggu sampai foto keluar. Sangat menyenangkan menunggu foto
itu.Seperti halnya aku tidak sabar untuk mencari tahu apa yang akan terjadi
besok.” Kata Ha Ri
“ Aku
lebih penasaran dengan hari ini. Aku penasaran bagaimana kita akan menghabiskan
malam bersama.” Ucap Yi Sang. Keduanya saling menatap lalu terlihat gugup
buru-buru meminum kopi mereka.
Yi Sang
kelua dari kamar melihat Ha Ri yang sudah selesai mandi. Ha Ri membenarkan. Yi
Sang pikir baru saja mau mandi lalu bertanya Apa mereka punya air pana. Ha Ri
mengaku banyak. Keduanya terlihat sangat gugup. Yi Sang pun pamit sambil
mengucapkan Selamat malam
Ha Ri
berbaring diatas tempat tidurnya, tapi tak bisa tidur. Yi Sang pun merasakan
hal yang sama akhirnya memilih untuk keluar dari kamar dan melihat ke arah
kamar Ha Ri. Ia akhirnya memilih untuk kembali masuk ke dalam kamar.
Kali ini
Ha Ri yang keluar kamar mencoba mengirimkan pesan [Pak Han, apa kau masih
bangun?] tapi mengurungkan niatnya dan kembali masuk ke kamar. Saat itu Yi Sang
mendengar suara pintu kamar Ha Ri yang baru saja ditutup.
Pagi
hari, Ha Ri keluar dari kamar tak melihat Yi Sang akhirnya berjalan keluar dari
penginapan dan melihat Yi Sang dalam ilalang, lalu berteriak memanggilnya dan
bertanya Sedang apa disana. Yi Sang memberikan kode agar tak bersuara.
“Apa itu?”
tanya Ha Ri bingung sampai akhirnya mendekat dan Yi Sang terus mengambil gambar
dengan kameranya.
Saat itu
burung bertebrangan, Ha Ri terkejut dan langsung mengeluarkan ponselnya. Yi
Sang pun juga sibuk dengan kameranya dan saat itu tanpa sengaja mengambil
gambar foto Ha Ri yang tersenyum bahagia dengan ponselnya.
“Astaga,
anginnya. Rambutku berantakan.” Ucap Ha Ri panik lalu berlindung dibelakang Yi
Sang. Yi Sang pun mengoda dengan bersembunyi dibalik tubuh Ha Ri karena Hari
yang berangin.
“Jadi
pria besar, aku yakin kau bisa memblokir angin untukku...” keluh Ha Ri kesal
berlindung dibalik punggung Yi Sang.
Tapi Yi
Sang malah membalikan badanya, keduanya saling menatap seperti sudah penuh
cinta. Akhirnya Ha Ri memberikan diri mendekati Yi Sang seperti membuka hatinya
selebar-lebarnya agar bisa masuk.
Bersambung
ke episode 6
Tidak ada komentar:
Posting Komentar