PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Jumat, 01 Mei 2020

Sinopsis Hospital Playlist Episode 8 Part 2

PS : All images credit and content copyright : TVN
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe bulan ini 
 
Ik Jun dkk berkumpul disebuah restoran, Jung Won memberikan celemek pada Song Hwa lalu memesan dua porsi untuk meja Song Hwa dan Jun Won lalu tiga porsi untuk mejanya bersama Ik Jun dan Suk Hyung. Sementara Suk Hyung sibuk menelp ibuny.
“Aku di kedai tteokbokki, Bu. Jung-won mentraktir kami. Ya, ‘kan? Konglomerat lebih kejam... Baik. Selamat tidur, Bu.” Ucap Suk Hyung
“Andrea, kami boleh makan jjajang tteokbokki?” tanya Jun Wan memohon layaknya pastor
“Kalian tim perang, pesan sesukanya.” Ucap Jung Won. Song Hwa pun langsung memesan dua porsi jjajang tteokbokki.
“Ahn Jung-won, tumben sekali. Apa Depositomu cair?” tanya Song Hwa. Suk Hyung membenarkan.
“Deposito 100.000 won per bulan yang ditabung tiga tahun akhirnya cair. Dia ajak ibunya wisata untuk ulang tahunnya Sesungguhnya ke mana gajimu selama ini?.” Jelas Suk Hyung. Jung Won hanya mengangkat bahunya.
“Tanganmu kenapa? Memang Inside Men?” tanya Jun Won. Song Hwa menjawab Terbakar karena tak hati-hati.
“Dia habis-habisan dimarahi Pak Direktur.”Kata Song Hwa. Ik Jun pun  yang sibuk dengan ponselnya mulai berkomentar.
“Hei... Jung-won, ajak ibumu ke Mojito dan minum segelas Maladewa.” Kata Ik Jun mulai membuat banyolan.
“Apa Menurutmu itu lucu?” ucap Jun Won bingung melihat Song Hwa langsung tertawa. Song Hwa mengaku suka sekali banyolannya.
Ik Jun pun berpura-pura memiliki tangan robot yang bisa diputar-putar. Song Hwa terus tertawa.  Ik Jun pun meminta Jung Won untuk jujur saja. Jung Won bertanya soal apa. Ik Jun tahu kalau  Ayah Jung Won pasti mewariskan sesuatu, meski hanya yang sederhana.
“Aku yakin. Kau anak satu-satunya yang berkehidupan sosial seperti biasa.” Kata Ik Jun
“Sebenarnya, dia memang mewariskan sesuatu.” Akui Jung Won. Semua langsung terkejut mendengarnya.
“Tanpa sepengetahuan kami, dia menyumbang ke panti asuhan selama dua juta per bulan.”bisik Jung Won.  
Semua hanya diam saja, seperti tak penting. Ik Jun mencoba mengaduk makanan. Suk Hyung memberitahu Belum matang. Ik Jun mengaku sudah tahu lalu mengeluh Jung Won itu sungguh membosankan menurutnya Tampaknya Jung Won transfer otomatis.
“Aku menyumbang setiap bulan karena diwariskan kepadaku.” akui Jung Won.
“Jung-won, hari ini biar aku yang bayar. Aku akan merasa lebih lega... Hei, hari ini aku yang traktir. Makan yang banyak.” Kata Suk Hyung. Semua langsung berteriak bahagia.
“ApaAku boleh pesan mandu” tanya Jun Wan. Suk Hyung mempersilahkan. Jun Wan akhirnya memesan dua porsi
“Bu, aku minta satu Sprite dan mi!” teriak Song Hwa. Ik Jun pun memina satu kola juga, Jun Wan meminta Tteokbokki keju juga!
“Hei, sungguh tidak apa. Hari ini depositoku cair. Sudah kubilang aku mentraktir.” Kata Jung Won.
“Tidak perlu! Apa Kau pikir kami menahan jerat di tempat genting? Bu, aku minta dua tteokbokki dibungkus!” kata Ik Jun.
“Aku minta tteokbokki rebus dibungkus.” Kata Suk Hyung. Akhirnya Song Hwa dan Jun Wan selesai makan lebih dulu. 
“Suk-hyung, bagaimana kondisi ibumu?” tanya Song Hwa. Suk Hyung pikir mau bagiamana lagi kalau Mengalami kemunduran.
“Astaga! Berbelas kasihlah, Dewi Kwan Im.” Kata Suk Hyun. Ik Jun pikir Dia tidak mau cerai lagi.
“Ya. Ibu tidak mau cerai sampai mati... Aku harus bagaimana? Ibu tak mau meski diberi perusahaan utuh Presdir Yang, bukan hanya gedung dan toko.” Kata Suk Hyung
“Suk-hyung, kalau begitu, jika ibumu sudah tidak ada, semua gedung dan toko menjadi milikmu?” tanya Jung Won. Suk Hyung pikir seperti itu.
“Hei, apa aku dan U-ju boleh didaftarkan pada kartu keluargamu? Lagi pula, kau tak punya anak. Angkat aku dan U-ju sebagai anakmu.” Kata Ik Jun
“Gedungnya hanya sepuluh tingkat, Toko pun kebanyakan kosong. Kau tahu sifat ibuku, 'kan? Dia lebih suka toko itu kosong daripada disewakan.” Jelas Suk Hyung. Ik Jun menganguk mengerti.
“Aku baru ingat, Ayah! Apa Residen yang absen di bagian Ayah sudah kembali?” tanya Ik Jun berakting berpura-pura kalau Suk Hyung jadi ayahnya.
“Belum. Bagaimana kau tahu? Putraku memang suka ikut campur.” Bals Suk Hyung
“Aku hanya dengar rumor. Seluruh staf tahu.” Ucap Ik Jun. Jung Won  juga dengar. Tampaknya junior Suk Hyung itu sangat terpukul.
“Perlakukan dia dengan baik saat kembali.” kata Jung Won. Suk Hyung pikir itu pasti 

Dokter Chu sibuk dengan berkas di mejanya, saat itu perawat memanggilnya bertanya Punya waktu untuk kudapan, Dokter Chu melihat semangkuk toppoki mengaku sangat punya waktu. Si perawat melonggo meihat Dokter Chu yang membuka kaleng bir setelah makan. Dokter Chu memberitahu kalau Ini tanpa alkohol.
“Rasanya aku akan berbuat onar kalau tak minum bir hari ini. Aku akan piket malam selamanya. Kemarin piket malam, hari ini piket malam, besok pun piket malam. Dia bukan rekan, melainkan musuh!” keluh Dokter Chu.
“Memang hanya dia yang lelah? Dia pikir aku berteriak, "Hore, aku senang!" saat masuk kerja? Perawat Han, kalau tahu begini, lebih baik aku tetap bekerja di laboratorium.” Ucap Dokter Chu.
“Aku sudah telanjur belajar, lalu memutuskan menjadi dokter, karena muak terkurung di laboratorium setiap hari. Namun, apa yang terjadi? Rekanku satu-satunya adalah rekan terlicik, sementara atasanku adalah orang berengsek.” Ungkap Dokter Chu kesal
“Selesai... Mulai hari ini, hidupku sebagai dokter selesai... Aku akan akhiri semua ini. Besok pagi aku akan bicara pada Si Berengsek. Lihat aku. Pekerjaanku bagus, tidak kabur, dan baik kepada para dokter spesialis, tetapi kenapa dia hanya menghibur wanita itu?” kata Dokter Chu marah
“ Sementara Eun-won kabur, tidak bisa dihubungi, dan tidak rajin! Namun, kenapa dia hanya baik kepadanya?”teriak Dokter Chu kesal. 



Pagi hari, Suk Hyung bertanya apakah Min-ha belum datang. Dokter Chu dengan senyuaman datang menyapa Suk Hyung  merasa Cuaca semakin dingin jadi mempersilahkan agar minum kopi hangat ini. Suk Hyung pun mengucapkan Terima kasih.
“Aku akan panggil pasien.” Kata Dokter Chu mencoba tetap tersenyum. Suk Hyung pun tak bisa berkata-kata 

Jun Wan berbicara di tel bertanya Drainase berapa tapi akhirnya memustuskan kalau akan sendiri ke sana. Saat itu Ik Jun datang dengan tangan yang masih diplester memohon agar bisa membantu cuci muka
“Tidak mau! Aku benci menyentuh wajah pria.” Teriak Jun Won. Ik Jun akhirnya pamit pergi.
Di ruangan ICU anak, Jung Won terlihat senang melihat bayi yan dirawatnya makin membaik lalu keluar ruangan. Ik Jun sudah menunggu berkomentar kalau sudah menduga temanya ada disana. Jung Won pun ingin tahu memangnya kenapa.
“Bantu aku cuci muka.” Kata Ik Jun. Jung Won bingung.  Ik Jun mengeluh kalau belum mandi sejak kemarin malam.
“Kau tahu rasanya, 'kan? Serasa ada serangga merangkak di wajahku.” Kata Ik Jun memperlihatkan wajahnya yang berminyak.
“Apa Kau mau aku mandikan?Namun, kau tahu aku mandi satu jam, 'kan? Aku bantu kau cuci muka. Namun, aku akan memandikanmu dengan teliti.” Ucap Jung Won mengoda.
“Tidak perlu! Astaga... Song-hwa adalah harapan terakhirku. Aku percaya kepadamu.” Kata Ik Jun bergegas pergi. 
Ik Jun membuka pintu ruangan terlihat Song Hwa baru saja menganti baju dan terlihat sedikit bagian pungungnya. Ia pun meminta maaf dan akan kembali nanti. Song Hwa mengaku tak masalah mengaku sudah selesai. Ik Jun terlihat gugup.
“Wajahmu kenapa? Kau belum mandi?” ucap Song Hwa melihat wajah Ik Jun yang sangat kusut.
“Astaga... Ya Tuhan! Sekarang aku sangat paham, kenapa pasien sering bertanya, "Kapan bisa mandi? Kapan bisa keramas?" setiap kali kutengok. Segar sekali!” ucap Ik Jun bahagia setelah mencuci wajah
“Apa Perlu kubantu ganti perban?” tanya Song Hwa Sambil mengeringkan wajah Ik Jun.
“Kurasa sekarang bisa dilepas. Tunggu Sebentar. Aku harus bertemu Kepala Rumah Sakit karena ulah Gyeo-ul. Kita makan siang bersama nanti! Tolong lap leherku lagi... Ya Tuhan, segar sekali rasanya!” kata Ik Jun 



Direktur Ju masuk ruangan bingung, Kenapa atasan Dokter Jang Gyeo-ul banyak. Ik Jun, Jung Won dan yang lainya ikut diruangan. Direktur tahu kalau ada Bedah Umum. Dokter lain mengaku Dia pasiennya. Jung Won mengaku Bulan ini giliran bagiannya.
“Sudah diatasi, 'kan?” tanya Ik Jun. Direktur mengangguk. Ik Ju pun mengucap syukur.
“Setelah diselidiki, dia memang pencandu obat terlarang. Belum sampai sebulan dia keluar penjara. Dia pun tampak tak mau buat onar, dan masalah selesai dengan permintaan maaf dari Kepala Bedah Umum dan pembebasan biaya rumah sakit.” Jelas Direktur Ju
“Telepon dari Bagian Bedah Umum paling menakutkan. Pokoknya, tolong beri tahu para dokter residen agar berhati-hati. Aku paham mereka lelah, tetapi untuk apa merawat pasien tiga hari siang malam kalau ada komplain karena salah bicara sedikit?” ucap Direktur Ju
“Pihak rumah sakit harus menuruti segala permintaan pasien, dan masalah bisa jadi bertambah besar.”pesan Direktur Ju
“Terima kasih, Pak. Aku akan bicara baik-baik kepadanya. Meski begitu, aku tak merasa Jang Gyeo-ul salah besar Tapi Aku akan bicara dengannya .” Kata Ik Jun
“Aku pergi dahulu... Aku permisi, Pak. Wali pasien mencariku.” Kata Jung Won keluar ruangan setelah menerima pesan. 



 Dokter Jang sudah menunggu didepan ruangan, Jung Won keluar ruangan melihatnya. Dokter Jang langsung terunduk meminta maaf. Jung Won mengaku tak masalah lalu mengucapkan Selamat bekerja dan bergegas pergi. Ik Jun keluar ruanga kaget melihat Dokter Jang.
“Sedang apa kau di sini?” tanya Ik Jun. Dokter Jang ingin tahu hasilnya.
“Ini Sudah teratasi dengan baik. Dia janji menghapus tulisannya. Masalah sudah selesai. Jangan khawatir. Jadi apa Mau minum kopi?” kata Ik Jun. 
Pasien mengatakan Konon usia kehamilan pekan ke-12 itu sudah stabil dan Hasil tes kelainan bawaan pun baik jadi ia bertanya apa sekarang bisa tenang , Suk Hyung mengaku Sebenarnya ada hal yang membuatnya agak khawatir.
“Dari hasil sonografi, ada banyak darah menumpuk di sekitar rahim. Penumpukan darah jarang terjadi di pekan ke-12. Sebisa mungkin kau harus tenang dan waspada karena hal ini dapat meningkatkan frekuensi keguguran.” Jelas Suk Hyung
“Jika terjadi pendarahan, kau harus segera ke IGD kapan pun. Pertama-tama, akan kuberi progesteron untuk menstabilkan endometrium. Kalian tak perlu cemas. Ini Akan selalu kuperiksa. Mari kita jaga bayi ini.” Ucap Suk Hyung. Si wanita tiba-tiba langsung menangis. 

Ik Jun menatap sesuatu dengan serius, ternyata hanya menatap soliter yang belum selesai dimainkan. Tanganya gatal langsun bisa menang hanya dalam hitungan detik, Dengan bangga ia memuji dirinya lalu memberikan kopi pada Dokter Jang.
“Aku sudah minta Jung-won datang. Lebih baik kau dihibur Jung-won daripada aku.” Ucap Ik Jun
“Tidak, terima kasih... Maafkan aku.” Kata Dokter Jang. Ik Jun pikir Jangan terlalu kecewa terhadap Pak Kepala atau rumah sakit.
“Banyak hal terjadi di dunia ini. Jangan patah semangat, dan bila hal ini terjadi lagi, kau hanya perlu bersikap sesuai pandanganmu.” Ucap Ik Jun
“Terima kasih... Selain itu, Dokter Ahn Jung-won tidak akan kemari. Kini dia sering ke Unit Perawatan Intensif Pediatri.” Kata Dokter Jang
“Astaga! Ada apa dengan Ahn Jung-won? Kuharap dia perlakukan Gyeo-ul setidaknya setengah saja seperti kepada U-ju. Dia sangat suka anak-anak. Pekan lalu juga dia ke rumahku dan main bersama U-ju seharian.” Cerita Ik Junn
“Apa Dokter Ahn Jung-won pergi ke rumahmu pekan lalu?” tanya Dokter Jang. Ik Jun membenarkan.
“Apa Hari Minggu juga?” tanya Dokter Jang. Ik Jun mengaku Jung Won datang Sabtu dan Minggu dan ingin tahu alasanya bertanya.
 “Dia bilang kepadaku bahwa akhir pekan dia sibuk, harus pergi Yangpyeong. Sepertinya kini aku harus menyerah. Kalau dia sampai berbohong, menyerah adalah keputusan tepat. Terima kasih sudah menjaga rahasiaku selama ini, Dokter. Terima kasih kopinya.” Kata Dokter Jang. Ik Jun pun hanya bisa diam saja. 



PUSAT MEDIS YULJE
Dokter Chu sibuk mengetik, Suk Hyung datang membahas  Bu Park Seon-yeong yang melahirkan dini hari mendapat banyak jahitan karena laserasi parah dengan meemastikan kalau Episiotominya aman.
“Itu... Sebelum masuk kamar, setelah persalinan, aman, tetapi setelah itu belum dicek... Segera kuperiksa, lalu beri tahu Dokter. Maaf.” Ucap Dokter Chu
“Sudah kubilang periksa pasien setelah masuk kamar.” Kata Suk Hyung. Dokter Chu langsung meminta maaf.
“Selamat sore... Maafkan aku.” Ucap Dokter Myung datang. Suk Hyung dkk kaget melihat Dokter Myung datang.
“Kau baik-baik saja?” tanya Suk Hyung. Dokter Myung menganguk lalu meminta maaf.
“Sementara jangan bekerja ke bagian lain. Di sini saja. Nanti aku urus.” Kata Suk Hyung
“Ya ampun. Wajahmu tirus sekali, Eun-won. Hari ini pulanglah lebih awal.” Ucap Seorang Dokter Wanita datang
“Tidak. Hari ini akan kuselesaikan pekerjaan sebelum pulang.”ucap Dokter Myung. Si Dokter pun mempersilahkan.
“Biar aku yang tangani pasien Dokter Yang yang masuk hari ini dan besok. Dokter Chu Min-ha, maaf... Kumohon bantuanmu untuk piket sampai malam ini saja... Maaf.” Ucap Dokter Myung
Dokter Chu mencoba menahan amarahnya mengaku tak masalah. 



“Perawat Han, Bu Do Jae-yeong akan masuk setelah mengurus administrasi rawat inap.” Ucap salah satu perawat.
“Benar! Aku lupa. Hari ini... Bu Do Jae-yeong akan masuk sore ini. Kelahirannya prematur sehingga agak sensitif. Mohon rawat dengan baik. Jika kontraksi teratur atau sakit perut, tolong cek panjang serviks. Cek monitor juga karena usia kehamilannya 30 pekan.” Jelas Suk Hyung. Dokter Chu menganguk mengerti.
“Aku permisi akan cek pasien yang sedang proses kontraksi.”kata Dokter Chu lalu melangkah pergi
“Dan Satu hal lagi. Ini... Catatan untuk tim medis sebelum dia dirawat dari Do Jae-yeong. Aku pun hanya menyampaikan. Coba lihat saja.” Kata perawat membawakan lembaran kertas.
Perawat Han melihat pesan [HANYA SUAMI YANG BOLEH MEMIJAT, NYALAKAN LILIN, BUKAN REDUPKAN LAMPU, TIM MEDIS PRIA HANYA DOKTER YANG,  SISANYA WANITA

Di ruangan, Ik Jun heran melihat keluarga pasien yang suram. Sang anak mengaku ayahnya lelah karena seharian menjalani tes dan ingin tahu Kapan hasilnya kira-kira keluar, Ik Jun menjawab kalau Paling cepat besok atau lusa.
“Pak, kau sudah makan?” tanya Ik Jun. Sang pasien mengaku tidak berselera dan berharap bisa cepat operasi.
“Di saat seperti ini kau harus banyak makan dan lebih bersemangat.” Kata Ik Jun
“Dokter... Jika terjadi penyebaran, aku tidak bisa dioperasi, ya? Kudengar jika terjadi penyebaran, pasien akan sulit hidup karena kanker akan cepat menyebar.” Kata Si pasien.
“Hasil tes belum keluar. Kenapa Ayah cemaskan hal seperti itu?” keluh sang anak.
“Lagi pula, meski sudah tersebar, ada kemoterapi dan obat. Kau bisa sembuh. Kau lebih tahu daripada aku.”ucap Ik Jun.
“Dokter... Kami tidak selera makan... Kami sekeluarga belum makan hari ini.” Akui sang istri
“Apa Kalian berdua tidak bekerja?” tanya Ik Jun. Sang anak mengakusudah mengambil cuti.
“Ujian sertifikasi gurunya sebentar lagi, tetapi tak dengar kataku untuk pergi belajar. Kegiatan kami sekeluarga berhenti sepenuhnya.” Ungkap Sang istri. Semua pun hanya bisa mengeluh. 


“Bagaimana kalau begini? Kita pindahkan Choe Jung-won ke kamar enam orang. Bagaimana? Coba kau usulkan.” Ucap Ik Jun seperti memikirkan nasib pasiennya. Perawat Kim pikir itu bagus.
“Tolong bukakan.” Kata Ik Jun meminta membuka minumanya. Perawat pun akan membantunya. 

Kim Jun-wan baru keluar dari ruangan menerima telp, lalu mengeluh mengaku  akan ke atas sekarang. Direktur Ju di ruangan duduk mengeluh kalau merasa déjà vu karena Ini terjadi beberapa waktu lalu dan kepalanya jadi pusing.
“Apa Dia bilang wali tidak punya sopan santun?Ini Sulit dipercaya. Lebih baik berkata kasar. Aku juga akan komplain jika mendengar hal itu. Anak mana yang tahan ayahnya disebut tidak punya sopan santun?” ucap Dokter Chae
“Sialnya, putri pria itu pengacara. Dia punya banyak koneksi di mana-mana. Aku susah payah mengadangnya agar tak lapor ke stasiun TV.” Jelas Dokter Chae.
“Apa yang mereka inginkan?” tanya Direktur Ju. Dokter Chae mengatakan Mereka tak butuh maaf atau surat yang ditulis tangan
“Uang pun tidak perlu.”kata Dokter Cha. Jun Wan ingin tahu apa jadinya.
“Hukuman tepat. Mereka ingin kita menunjukkan seberapa serius penanganan dan penyesalan atas situasi ini dengan hukuman yang pasti bagi dokter residen itu.” Kata Dokter Chae
“Lalu kau bilang apa?” tanya Direktur Ju. Dokter Chae menjawab  Potongan gaji tiga bulan. Direktur Ju pikir Itu terlalu berlebihan.
“Mereka tak bertindak karena aku bilang begitu. Mereka bilang akan mempertimbangkan. Berarti sedikit banyak cara itu berhasil. Dokter Kim.Kita putuskan begini saja dahulu.” Kata Dokter Chae.
“Baik. Aku pergi karena ada pasien darurat.” Ucap Jun Wan lalu melangkah pergi karena menerima telp. 


Di Taman rumah sakit
“Tampaknya selama ini aku salah dalam menjalani hidup. Aku ikut ujian profesi enam kali, tetapi tidak bisa mengurus kontrak sewa dengan baik. Aku seorang Kepala Residen, tetapi bicara melantur kepada anak yang sedih karena ibunya sakit.” Ucap Dokter Do
“Ada apa denganku? Kerjaku tak bagus karena aku bodoh. Aku tidak bisa apa-apa. Keberadaanku mengganggu. Kau... Jika kelak tak sengaja melihatku di rumah sakit lain, jangan pura-pura tak kenal. Kita sudah bekerja keras bersama sejak lama. “Keluh Dokter Do
“Hentikan! Kau bilang apa? Apa Kau gila? Kenapa berhenti? Tidak boleh!” tegas Dokter Yong
“Benar... Aku tidak boleh berhenti... Hari ini aku piket malam. Sial! Aku pergi.” kata Dokter Do berjala pergi sambil menangis. 


Perawat Ha melihat jam lalu memastikan kalau  Do Jae-yeong belum masuk, Perawat membenrkan kalau Sebentar lagi dia masuk jadi akan pulang setelah terima Do Jae-yeong.
“Maaf, Do Jae-yeong pasienku... Tolong beri instruksi dan urus proses masuk pasien kepada dokter piket karena aku harus masuk Ruang Operasi.” Ucap Dokter Myung.
“Begitukah? Baiklah...” kata Perawat lalu melonggo bingung melihat Dokter Myung sudah memakai pakaian operasi. 

Dokter Myung masuk ruang operasi. Perawat memberitahu bahkan belum pasang meja operasi jadi kepana datang cepat sekali bahkan Dokter Yang juga baru keluar tadi dan Bedah cesar sebelumnya baru selesai. Dokter Myung mengaku hendak membantu mereka bersiap.
“Dokter Myung, kau yang ikut operasi? Kudengar Kepala Residen yang ikut.” Kata Suk Hyung masuk ruangan.
“Aku ingin lihat sambil belajar karena masih harus banyak belajar.” Kata Dokter Myung. Suk Hyung pun memujinya lalu mempersilahkan.
“Aku tunggu di ruangan. Kabari jika sudah siap.” Kata Suk Hyung. Perawat menganguk mengerti. 

PUSAT MEDIS YULJE
Dokter Chu yang kelelahan tidur diatas meja, Perawat membangunkanya kalau Pantauan monitor Do Jae-yeong baik-baik saja, tetapi dia minta diperiksa karena janin tak bergerak.
“Dia minta Lagi? Ini sudah tiga kali.” Keluh Dokter Chu akhirnya berjalan ke ruangan, terlihat sang suami tertidur pulas.
“Tampaknya gerakan bayi tidak terlalu terasa olehmu. Semuanya baik. Kita tunggu saja.” Ucap Dokter Chu
“Dokter, kau sudah cuci tangan?”tanya Nyonya Do. Dokter Chu mengaku sudah cuci tangan sebelum masuk kamar. Jangan khawatir.
“Aku tidak ingin pakai monitor itu. Aku tak nyaman. Apa Bisa dilepas saja? Aku tidak bisa tidur.” Kata Nyonya Do
“Jika dilepas, kami cemas karena tidak bisamemantau kondisi janin. Kau tetap harus pakai walau tidak nyaman” ucap Dokter Chu
“Kau bisa lepas monitor dan lebih sering memantau kemari.” Ucap Nyonya Do 


UNIT PERAWATAN INTENSIF PEDIATRI, Dokter Do tertidur lalu terbangun karena sudah tanda dari alat memberitahu keadaan pasien. Di telp Jun Won terlihat nama KEPALA RESIDEN DO JAE-HAK lalu mengangkatnya dan terlihat Ik Sun tertidur disampingnya.
“Ini bukan jadwal piketku. Kenapa kau telepon? Dia pasien Dokter Cheon, 'kan?” keluh Jun Wan sambil mengosok gigi
“Dia memang pasien Dokter Cheon. Sekarang pun jadwal piketnya. Namun, saat pulang kerja dia bilang jangan pernah meneleponnya.” Kata Dokter Do. Jun Wan mengeluh mendengarnya.
“Dia memintaku sebisa mungkin buat keputusan sendiri, tetapi aku tidak yakin apa keputusanku benar.” Kata Doktr Do
“Dosis epinefrin berapa?” tanya Jun Won. Dokter Do menjawaDosisnya 0,2 mikrogram.
“Namun, tekanan darah tak stabil dan hasil tes tidak bagus. Pengaturan ventilator sudah kuubah, tetapi CO2 tetap penuh, dan tekanan darah hanya sekitar 50 sampai 60. Apa harus membuka dada dan revisi pemasangan selang? Aku tidak yakin. Bagaimana ini, Dokter?” kata Dokter Do panik.
“Baiklah. Bila tekanan darah tak stabil juga, tambah vasopresin. Aku ke sana secepat mungkin.” Ucap Jun Wan lalu akan pergi meninggalkan rumah.
Ia teringat seseorang yang ada dikamar lalu memberikan ciuman dulu pada Ik Sun sebelum pergi. Ik Sun merasakan ciuman pacarnya hanya bisa tersenyum bahagai dengan mata tertutup. 

Jun Wan melihat pasien Dokter Chaen, lalu melihat kalau Kondisi ini tak perlu sampai buka dada lalu memuji Keputusan Dokter Do itu bagus. Jun Wan akhirnya keluar, Dokter Do mengajak untuk bicara pada seniornya. 

Dokter Chu memperlihatkan sebuah foto lalu memberitahu Dokter Jang kalau itu temannya saat bekerja kantoran dan minta dikenalkan rekan dokter sejak lama. Jadi Coba temui dan berhenti mengharapkan yang tak pasti.
“Tidak perlu.” Kata Dokter Jang. Dokter Chu pikir itu perlu. Karena sudah membuat janji.
“Besok pukul 19.00. Mobil SUV hitam. Dia akan menjemputmu di depan IGD. Hanya makan malam. Sesibuk apa pun kau harus makan, 'kan?” ucap Dokter Chu
“Baiklah.” Ucap Dokter Jang tak menolak. Dokter Chu pun memujinya lalu mengajak untuk mereka mulai tidur. 


Jun Wan sudah memalukan operasi hampir 5 jam, lalu mengeluh karena Robek terus. Perawat memberitahu kalau kebocoran agak berkurang dari sebelum operasi, tetapi masih banyak. Jun Wan pikir Tidak ada lagi yang bisa kita lakukan.
“Annulusnya memang kecil sehingga tak bisa diperkecil lagi. Entah karena belum sempurna, daun katup selalu terpotong tiap dijahit dan makin merusak bentuk.” Kata Jun Wan
“Tekanan darah terus menurun... Tampak sulit, Dokter.” Kata Dokter Do.  Jun Wan bertanya Pakai obat apa
“Epinefrin 0,05, dan dobutamin lima mikrogram.” Ucap Dokter anastesi.  Jun Wan meminta agar menaikkan epinefrin menjadi 0,1.
Dibagian infus terlihat nama [BAYINYA JO MUN-JEONG, LELAKI, TIGA PEKAN] Jun Wan terus melihat monitor dan meminta agar Naikkan epinefrin menjadi 0,2.




Suk Hyung pamit pulang, Perawat pikir Suk Hyung mau pergi kencan. Suk Hyung mengaku Tidak dan Hanya makan malam bersama ibu. Dokter Chu keluar dari ruang rawat, Suk Hyun membahas Pendarahan Lee Su-yeon banyak saat persalinan dan ingin tahu keadaanya.
“Sekarang hampir tidak ada pendarahan dan saat cek hemoglobin sekitar sembilan. Detak jantung pun sudah cukup stabil, sekitar 90.” Ucap Dokter Chu
“Begitu? Aman kalau begitu. Selamat bekerja!” kata Suk Hyung. Dokter Chu mengeluh kalau Hanya ia yang terjebak di sini.

Jun Wan melihat pasienya dengan memastikan air kencingnya, lalu hanya bisa menghela nafas. Ayah Bayi Jo pun melihat Jun Wan keluar lalu meminta istrinya bisa berdiri tegak. Jun Wan dengan wajah serius meminta agar bicara.  

Di meja receptionist, Dokter Chu mencari sesuatu dikomputer dengan keyword “CONTOH FORMULIR BIASA - SURAT PENGUNDURAN DIRI, wajahnya hanya menatap kosong. Perawat memanggil memberitah Do Jae-yeong mengeluh sakit perut jadi meminta agar mencek kondisinya.
“Dokter?.. Dokter Chu...” panggil si perawat. Dokter Chu mengeluh kalau Malam ini saja sudah kali kedua.
“Baiklah. Aku cek sekarang. Dia mungkin pasien terakhirku. Tentu harus aku cek.” Ucap Dokter Chu sambil mengeluh.



Akhirnya Dokter Chu pergi ke ruangan DO JAE-YEONG menyapa lebih dulu dan terlihat Nyonya Do sedang  meringis kesakitan. Dokter Do kaget saat membuka selimut untuk memeriksanya wajahnya panik karena sudah banyak darah yang keluar.
“Bu Do Jae-yeong, bertahanlah! Tampaknya ablasio plasenta! Bagaimana ini?” ucap perawat
“Akan kuberi tahu para dokter spesialis.” Kata Dokter Chu mengeluarkan ponsel dan terlihat sangat panik.
“Dokter, kurasa Do Jae-yeong harus segera dioperasi. Trombus banyak, detak jantung janin 80 dan tak kunjung pulih. Dokter, tolong cepat kemari!” ucap Dokter Chu gemetar karena panik.
“Cepat siapkan Ruang Operasi! Hubungi Pediatri juga.”perintah Suk Hyung. Dokter Chu menganguk mengerti.
“Dokter, ada pasien darurat persalinan. Minta Ruang Operasi secepatnya. Dia bisa kehilangan bayi. Cepatlah. Terjadi ablasio plasenta. Pendarahannya banyak. Kumohon cepat. Baik. Terima kasih.” Ucap Dokter Chu pada bagian Peditri
“Dokter, aku Chu Min-ha. Bayi dalam bahaya karena ablasio plasenta di pekan ke-30. Kami akan segera operasi. Mohon ke Ruang Operasi. Baik. Terima kasih.” Ucap Dokter Chu menelp yang lainya.
**
Bersambung ke part 3


Cek My Wattpad...  ExGirlFriend

      
Cek My You Tube Channel "ReviewDrama Korea"

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar