PS : All images credit and content copyright : TVN
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Ik Jun
dkk berkumpul disebuah restoran, Jung Won memberikan celemek pada Song Hwa lalu
memesan dua porsi untuk meja Song Hwa dan Jun Won lalu tiga porsi untuk mejanya
bersama Ik Jun dan Suk Hyung. Sementara Suk Hyung sibuk menelp ibuny.
“Aku di
kedai tteokbokki, Bu. Jung-won mentraktir kami. Ya, ‘kan? Konglomerat lebih
kejam... Baik. Selamat tidur, Bu.” Ucap Suk Hyung
“Andrea,
kami boleh makan jjajang tteokbokki?” tanya Jun Wan memohon layaknya pastor
“Kalian
tim perang, pesan sesukanya.” Ucap Jung Won. Song Hwa pun langsung memesan dua
porsi jjajang tteokbokki.
“Ahn
Jung-won, tumben sekali. Apa Depositomu cair?” tanya Song Hwa. Suk Hyung
membenarkan.
“Deposito
100.000 won per bulan yang ditabung tiga tahun akhirnya cair. Dia ajak ibunya
wisata untuk ulang tahunnya Sesungguhnya ke mana gajimu selama ini?.” Jelas Suk
Hyung. Jung Won hanya mengangkat bahunya.
“Tanganmu
kenapa? Memang Inside Men?” tanya Jun Won. Song Hwa menjawab Terbakar karena
tak hati-hati.
“Dia
habis-habisan dimarahi Pak Direktur.”Kata Song Hwa. Ik Jun pun yang sibuk dengan ponselnya mulai
berkomentar.
“Hei... Jung-won,
ajak ibumu ke Mojito dan minum segelas Maladewa.” Kata Ik Jun mulai membuat
banyolan.
“Apa
Menurutmu itu lucu?” ucap Jun Won bingung melihat Song Hwa langsung tertawa.
Song Hwa mengaku suka sekali banyolannya.
Ik Jun
pun berpura-pura memiliki tangan robot yang bisa diputar-putar. Song Hwa terus
tertawa. Ik Jun pun meminta Jung Won
untuk jujur saja. Jung Won bertanya soal apa. Ik Jun tahu kalau Ayah Jung Won pasti mewariskan sesuatu, meski
hanya yang sederhana.
“Aku
yakin. Kau anak satu-satunya yang berkehidupan sosial seperti biasa.” Kata Ik
Jun
“Sebenarnya,
dia memang mewariskan sesuatu.” Akui Jung Won. Semua langsung terkejut
mendengarnya.
“Tanpa
sepengetahuan kami, dia menyumbang ke panti asuhan selama dua juta per bulan.”bisik
Jung Won.
Semua
hanya diam saja, seperti tak penting. Ik Jun mencoba mengaduk makanan. Suk
Hyung memberitahu Belum matang. Ik Jun mengaku sudah tahu lalu mengeluh Jung
Won itu sungguh membosankan menurutnya Tampaknya Jung Won transfer otomatis.
“Aku
menyumbang setiap bulan karena diwariskan kepadaku.” akui Jung Won.
“Jung-won,
hari ini biar aku yang bayar. Aku akan merasa lebih lega... Hei, hari ini aku
yang traktir. Makan yang banyak.” Kata Suk Hyung. Semua langsung berteriak
bahagia.
“ApaAku
boleh pesan mandu” tanya Jun Wan. Suk Hyung mempersilahkan. Jun Wan akhirnya
memesan dua porsi
“Bu, aku
minta satu Sprite dan mi!” teriak Song Hwa. Ik Jun pun memina satu kola juga,
Jun Wan meminta Tteokbokki keju juga!
“Hei,
sungguh tidak apa. Hari ini depositoku cair. Sudah kubilang aku mentraktir.”
Kata Jung Won.
“Tidak
perlu! Apa Kau pikir kami menahan jerat di tempat genting? Bu, aku minta dua
tteokbokki dibungkus!” kata Ik Jun.
“Aku
minta tteokbokki rebus dibungkus.” Kata Suk Hyung. Akhirnya Song Hwa dan Jun
Wan selesai makan lebih dulu.
“Suk-hyung,
bagaimana kondisi ibumu?” tanya Song Hwa. Suk Hyung pikir mau bagiamana lagi
kalau Mengalami kemunduran.
“Astaga!
Berbelas kasihlah, Dewi Kwan Im.” Kata Suk Hyun. Ik Jun pikir Dia tidak mau
cerai lagi.
“Ya. Ibu
tidak mau cerai sampai mati... Aku harus bagaimana? Ibu tak mau meski diberi
perusahaan utuh Presdir Yang, bukan hanya gedung dan toko.” Kata Suk Hyung
“Suk-hyung,
kalau begitu, jika ibumu sudah tidak ada, semua gedung dan toko menjadi
milikmu?” tanya Jung Won. Suk Hyung pikir seperti itu.
“Hei, apa
aku dan U-ju boleh didaftarkan pada kartu keluargamu? Lagi pula, kau tak punya
anak. Angkat aku dan U-ju sebagai anakmu.” Kata Ik Jun
“Gedungnya
hanya sepuluh tingkat, Toko pun kebanyakan kosong. Kau tahu sifat ibuku, 'kan?
Dia lebih suka toko itu kosong daripada disewakan.” Jelas Suk Hyung. Ik Jun
menganguk mengerti.
“Aku baru
ingat, Ayah! Apa Residen yang absen di bagian Ayah sudah kembali?” tanya Ik Jun
berakting berpura-pura kalau Suk Hyung jadi ayahnya.
“Belum.
Bagaimana kau tahu? Putraku memang suka ikut campur.” Bals Suk Hyung
“Aku
hanya dengar rumor. Seluruh staf tahu.” Ucap Ik Jun. Jung Won juga dengar. Tampaknya junior Suk Hyung itu
sangat terpukul.
“Perlakukan
dia dengan baik saat kembali.” kata Jung Won. Suk Hyung pikir itu pasti
Dokter
Chu sibuk dengan berkas di mejanya, saat itu perawat memanggilnya bertanya
Punya waktu untuk kudapan, Dokter Chu melihat semangkuk toppoki mengaku sangat
punya waktu. Si perawat melonggo meihat Dokter Chu yang membuka kaleng bir
setelah makan. Dokter Chu memberitahu kalau Ini tanpa alkohol.
“Rasanya
aku akan berbuat onar kalau tak minum bir hari ini. Aku akan piket malam
selamanya. Kemarin piket malam, hari ini piket malam, besok pun piket malam. Dia
bukan rekan, melainkan musuh!” keluh Dokter Chu.
“Memang
hanya dia yang lelah? Dia pikir aku berteriak, "Hore, aku senang!"
saat masuk kerja? Perawat Han, kalau tahu begini, lebih baik aku tetap bekerja
di laboratorium.” Ucap Dokter Chu.
“Aku
sudah telanjur belajar, lalu memutuskan menjadi dokter, karena muak terkurung
di laboratorium setiap hari. Namun, apa yang terjadi? Rekanku satu-satunya
adalah rekan terlicik, sementara atasanku adalah orang berengsek.” Ungkap
Dokter Chu kesal
“Selesai...
Mulai hari ini, hidupku sebagai dokter selesai... Aku akan akhiri semua ini. Besok
pagi aku akan bicara pada Si Berengsek. Lihat aku. Pekerjaanku bagus, tidak
kabur, dan baik kepada para dokter spesialis, tetapi kenapa dia hanya menghibur
wanita itu?” kata Dokter Chu marah
“
Sementara Eun-won kabur, tidak bisa dihubungi, dan tidak rajin! Namun, kenapa
dia hanya baik kepadanya?”teriak Dokter Chu kesal.
Pagi
hari, Suk Hyung bertanya apakah Min-ha belum datang. Dokter Chu dengan
senyuaman datang menyapa Suk Hyung
merasa Cuaca semakin dingin jadi mempersilahkan agar minum kopi hangat
ini. Suk Hyung pun mengucapkan Terima kasih.
“Aku akan
panggil pasien.” Kata Dokter Chu mencoba tetap tersenyum. Suk Hyung pun tak
bisa berkata-kata
Jun Wan
berbicara di tel bertanya Drainase berapa tapi akhirnya memustuskan kalau akan
sendiri ke sana. Saat itu Ik Jun datang dengan tangan yang masih diplester
memohon agar bisa membantu cuci muka
“Tidak
mau! Aku benci menyentuh wajah pria.” Teriak Jun Won. Ik Jun akhirnya pamit
pergi.
Di
ruangan ICU anak, Jung Won terlihat senang melihat bayi yan dirawatnya makin
membaik lalu keluar ruangan. Ik Jun sudah menunggu berkomentar kalau sudah
menduga temanya ada disana. Jung Won pun ingin tahu memangnya kenapa.
“Bantu
aku cuci muka.” Kata Ik Jun. Jung Won bingung.
Ik Jun mengeluh kalau belum mandi sejak kemarin malam.
“Kau tahu
rasanya, 'kan? Serasa ada serangga merangkak di wajahku.” Kata Ik Jun memperlihatkan
wajahnya yang berminyak.
“Apa Kau
mau aku mandikan?Namun, kau tahu aku mandi satu jam, 'kan? Aku bantu kau cuci
muka. Namun, aku akan memandikanmu dengan teliti.” Ucap Jung Won mengoda.
“Tidak
perlu! Astaga... Song-hwa adalah harapan terakhirku. Aku percaya kepadamu.”
Kata Ik Jun bergegas pergi.
Ik Jun
membuka pintu ruangan terlihat Song Hwa baru saja menganti baju dan terlihat
sedikit bagian pungungnya. Ia pun meminta maaf dan akan kembali nanti. Song Hwa
mengaku tak masalah mengaku sudah selesai. Ik Jun terlihat gugup.
“Wajahmu
kenapa? Kau belum mandi?” ucap Song Hwa melihat wajah Ik Jun yang sangat kusut.
“Astaga...
Ya Tuhan! Sekarang aku sangat paham, kenapa pasien sering bertanya, "Kapan
bisa mandi? Kapan bisa keramas?" setiap kali kutengok. Segar sekali!” ucap
Ik Jun bahagia setelah mencuci wajah
“Apa Perlu
kubantu ganti perban?” tanya Song Hwa Sambil mengeringkan wajah Ik Jun.
“Kurasa
sekarang bisa dilepas. Tunggu Sebentar. Aku harus bertemu Kepala Rumah Sakit karena
ulah Gyeo-ul. Kita makan siang bersama nanti! Tolong lap leherku lagi... Ya
Tuhan, segar sekali rasanya!” kata Ik Jun
Direktur
Ju masuk ruangan bingung, Kenapa atasan Dokter Jang Gyeo-ul banyak. Ik Jun,
Jung Won dan yang lainya ikut diruangan. Direktur tahu kalau ada Bedah Umum.
Dokter lain mengaku Dia pasiennya. Jung Won mengaku Bulan ini giliran
bagiannya.
“Sudah
diatasi, 'kan?” tanya Ik Jun. Direktur mengangguk. Ik Ju pun mengucap syukur.
“Setelah
diselidiki, dia memang pencandu obat terlarang. Belum sampai sebulan dia keluar
penjara. Dia pun tampak tak mau buat onar, dan masalah selesai dengan
permintaan maaf dari Kepala Bedah Umum dan pembebasan biaya rumah sakit.” Jelas
Direktur Ju
“Telepon
dari Bagian Bedah Umum paling menakutkan. Pokoknya, tolong beri tahu para dokter
residen agar berhati-hati. Aku paham mereka lelah, tetapi untuk apa merawat
pasien tiga hari siang malam kalau ada komplain karena salah bicara sedikit?”
ucap Direktur Ju
“Pihak
rumah sakit harus menuruti segala permintaan pasien, dan masalah bisa jadi
bertambah besar.”pesan Direktur Ju
“Terima
kasih, Pak. Aku akan bicara baik-baik kepadanya. Meski begitu, aku tak merasa
Jang Gyeo-ul salah besar Tapi Aku akan bicara dengannya .” Kata Ik Jun
“Aku
pergi dahulu... Aku permisi, Pak. Wali pasien mencariku.” Kata Jung Won keluar
ruangan setelah menerima pesan.
“Sedang
apa kau di sini?” tanya Ik Jun. Dokter Jang ingin tahu hasilnya.
“Ini
Sudah teratasi dengan baik. Dia janji menghapus tulisannya. Masalah sudah
selesai. Jangan khawatir. Jadi apa Mau minum kopi?” kata Ik Jun.
Pasien
mengatakan Konon usia kehamilan pekan ke-12 itu sudah stabil dan Hasil tes
kelainan bawaan pun baik jadi ia bertanya apa sekarang bisa tenang , Suk Hyung
mengaku Sebenarnya ada hal yang membuatnya agak khawatir.
“Dari hasil
sonografi, ada banyak darah menumpuk di sekitar rahim. Penumpukan darah jarang
terjadi di pekan ke-12. Sebisa mungkin kau harus tenang dan waspada karena hal
ini dapat meningkatkan frekuensi keguguran.” Jelas Suk Hyung
“Jika
terjadi pendarahan, kau harus segera ke IGD kapan pun. Pertama-tama, akan
kuberi progesteron untuk menstabilkan endometrium. Kalian tak perlu cemas. Ini
Akan selalu kuperiksa. Mari kita jaga bayi ini.” Ucap Suk Hyung. Si wanita
tiba-tiba langsung menangis.
Ik Jun menatap
sesuatu dengan serius, ternyata hanya menatap soliter yang belum selesai
dimainkan. Tanganya gatal langsun bisa menang hanya dalam hitungan detik,
Dengan bangga ia memuji dirinya lalu memberikan kopi pada Dokter Jang.
“Aku
sudah minta Jung-won datang. Lebih baik kau dihibur Jung-won daripada aku.”
Ucap Ik Jun
“Tidak,
terima kasih... Maafkan aku.” Kata Dokter Jang. Ik Jun pikir Jangan terlalu
kecewa terhadap Pak Kepala atau rumah sakit.
“Banyak
hal terjadi di dunia ini. Jangan patah semangat, dan bila hal ini terjadi lagi,
kau hanya perlu bersikap sesuai pandanganmu.” Ucap Ik Jun
“Terima
kasih... Selain itu, Dokter Ahn Jung-won tidak akan kemari. Kini dia sering ke
Unit Perawatan Intensif Pediatri.” Kata Dokter Jang
“Astaga!
Ada apa dengan Ahn Jung-won? Kuharap dia perlakukan Gyeo-ul setidaknya setengah
saja seperti kepada U-ju. Dia sangat suka anak-anak. Pekan lalu juga dia ke
rumahku dan main bersama U-ju seharian.” Cerita Ik Junn
“Apa
Dokter Ahn Jung-won pergi ke rumahmu pekan lalu?” tanya Dokter Jang. Ik Jun
membenarkan.
“Apa Hari
Minggu juga?” tanya Dokter Jang. Ik Jun mengaku Jung Won datang Sabtu dan
Minggu dan ingin tahu alasanya bertanya.
“Dia bilang kepadaku bahwa akhir pekan dia
sibuk, harus pergi Yangpyeong. Sepertinya kini aku harus menyerah. Kalau dia
sampai berbohong, menyerah adalah keputusan tepat. Terima kasih sudah menjaga
rahasiaku selama ini, Dokter. Terima kasih kopinya.” Kata Dokter Jang. Ik Jun
pun hanya bisa diam saja.
PUSAT
MEDIS YULJE
Dokter
Chu sibuk mengetik, Suk Hyung datang membahas
Bu Park Seon-yeong yang melahirkan dini hari mendapat banyak jahitan
karena laserasi parah dengan meemastikan kalau Episiotominya aman.
“Itu...
Sebelum masuk kamar, setelah persalinan, aman, tetapi setelah itu belum
dicek... Segera kuperiksa, lalu beri tahu Dokter. Maaf.” Ucap Dokter Chu
“Sudah
kubilang periksa pasien setelah masuk kamar.” Kata Suk Hyung. Dokter Chu
langsung meminta maaf.
“Selamat
sore... Maafkan aku.” Ucap Dokter Myung datang. Suk Hyung dkk kaget melihat
Dokter Myung datang.
“Kau
baik-baik saja?” tanya Suk Hyung. Dokter Myung menganguk lalu meminta maaf.
“Sementara
jangan bekerja ke bagian lain. Di sini saja. Nanti aku urus.” Kata Suk Hyung
“Ya
ampun. Wajahmu tirus sekali, Eun-won. Hari ini pulanglah lebih awal.” Ucap
Seorang Dokter Wanita datang
“Tidak.
Hari ini akan kuselesaikan pekerjaan sebelum pulang.”ucap Dokter Myung. Si
Dokter pun mempersilahkan.
“Biar aku
yang tangani pasien Dokter Yang yang masuk hari ini dan besok. Dokter Chu
Min-ha, maaf... Kumohon bantuanmu untuk piket sampai malam ini saja... Maaf.”
Ucap Dokter Myung
Dokter
Chu mencoba menahan amarahnya mengaku tak masalah.
“Perawat
Han, Bu Do Jae-yeong akan masuk setelah mengurus administrasi rawat inap.” Ucap
salah satu perawat.
“Benar!
Aku lupa. Hari ini... Bu Do Jae-yeong akan masuk sore ini. Kelahirannya
prematur sehingga agak sensitif. Mohon rawat dengan baik. Jika kontraksi
teratur atau sakit perut, tolong cek panjang serviks. Cek monitor juga karena
usia kehamilannya 30 pekan.” Jelas Suk Hyung. Dokter Chu menganguk mengerti.
“Aku
permisi akan cek pasien yang sedang proses kontraksi.”kata Dokter Chu lalu
melangkah pergi
“Dan Satu
hal lagi. Ini... Catatan untuk tim medis sebelum dia dirawat dari Do Jae-yeong.
Aku pun hanya menyampaikan. Coba lihat saja.” Kata perawat membawakan lembaran
kertas.
Perawat
Han melihat pesan [HANYA SUAMI YANG
BOLEH MEMIJAT, NYALAKAN LILIN, BUKAN REDUPKAN LAMPU, TIM MEDIS PRIA HANYA
DOKTER YANG, SISANYA WANITA]
Di
ruangan, Ik Jun heran melihat keluarga pasien yang suram. Sang anak mengaku
ayahnya lelah karena seharian menjalani tes dan ingin tahu Kapan hasilnya
kira-kira keluar, Ik Jun menjawab kalau Paling cepat besok atau lusa.
“Pak, kau
sudah makan?” tanya Ik Jun. Sang pasien mengaku tidak berselera dan berharap
bisa cepat operasi.
“Di saat
seperti ini kau harus banyak makan dan lebih bersemangat.” Kata Ik Jun
“Dokter...
Jika terjadi penyebaran, aku tidak bisa dioperasi, ya? Kudengar jika terjadi
penyebaran, pasien akan sulit hidup karena kanker akan cepat menyebar.” Kata Si
pasien.
“Hasil
tes belum keluar. Kenapa Ayah cemaskan hal seperti itu?” keluh sang anak.
“Lagi
pula, meski sudah tersebar, ada kemoterapi dan obat. Kau bisa sembuh. Kau lebih
tahu daripada aku.”ucap Ik Jun.
“Dokter...
Kami tidak selera makan... Kami sekeluarga belum makan hari ini.” Akui sang
istri
“Apa Kalian
berdua tidak bekerja?” tanya Ik Jun. Sang anak mengakusudah mengambil cuti.
“Ujian
sertifikasi gurunya sebentar lagi, tetapi tak dengar kataku untuk pergi
belajar. Kegiatan kami sekeluarga berhenti sepenuhnya.” Ungkap Sang istri.
Semua pun hanya bisa mengeluh.
“Bagaimana
kalau begini? Kita pindahkan Choe Jung-won ke kamar enam orang. Bagaimana? Coba
kau usulkan.” Ucap Ik Jun seperti memikirkan nasib pasiennya. Perawat Kim pikir
itu bagus.
“Tolong
bukakan.” Kata Ik Jun meminta membuka minumanya. Perawat pun akan membantunya.
Kim
Jun-wan baru keluar dari ruangan menerima telp, lalu mengeluh mengaku akan ke atas sekarang. Direktur Ju di ruangan
duduk mengeluh kalau merasa déjà vu karena Ini terjadi beberapa waktu lalu dan
kepalanya jadi pusing.
“Apa Dia
bilang wali tidak punya sopan santun?Ini Sulit dipercaya. Lebih baik berkata
kasar. Aku juga akan komplain jika mendengar hal itu. Anak mana yang tahan
ayahnya disebut tidak punya sopan santun?” ucap Dokter Chae
“Sialnya,
putri pria itu pengacara. Dia punya banyak koneksi di mana-mana. Aku susah
payah mengadangnya agar tak lapor ke stasiun TV.” Jelas Dokter Chae.
“Apa yang
mereka inginkan?” tanya Direktur Ju. Dokter Chae mengatakan Mereka tak butuh
maaf atau surat yang ditulis tangan
“Uang pun
tidak perlu.”kata Dokter Cha. Jun Wan ingin tahu apa jadinya.
“Hukuman
tepat. Mereka ingin kita menunjukkan seberapa serius penanganan dan penyesalan
atas situasi ini dengan hukuman yang pasti bagi dokter residen itu.” Kata
Dokter Chae
“Lalu kau
bilang apa?” tanya Direktur Ju. Dokter Chae menjawab Potongan gaji tiga bulan. Direktur Ju pikir Itu
terlalu berlebihan.
“Mereka
tak bertindak karena aku bilang begitu. Mereka bilang akan mempertimbangkan. Berarti
sedikit banyak cara itu berhasil. Dokter Kim.Kita putuskan begini saja dahulu.”
Kata Dokter Chae.
“Baik.
Aku pergi karena ada pasien darurat.” Ucap Jun Wan lalu melangkah pergi karena
menerima telp.
Di Taman
rumah sakit
“Tampaknya
selama ini aku salah dalam menjalani hidup. Aku ikut ujian profesi enam kali, tetapi
tidak bisa mengurus kontrak sewa dengan baik. Aku seorang Kepala Residen,
tetapi bicara melantur kepada anak yang sedih karena ibunya sakit.” Ucap Dokter
Do
“Ada apa
denganku? Kerjaku tak bagus karena aku bodoh. Aku tidak bisa apa-apa.
Keberadaanku mengganggu. Kau... Jika kelak tak sengaja melihatku di rumah sakit
lain, jangan pura-pura tak kenal. Kita sudah bekerja keras bersama sejak lama. “Keluh
Dokter Do
“Hentikan!
Kau bilang apa? Apa Kau gila? Kenapa berhenti? Tidak boleh!” tegas Dokter Yong
“Benar...
Aku tidak boleh berhenti... Hari ini aku piket malam. Sial! Aku pergi.” kata
Dokter Do berjala pergi sambil menangis.
Perawat
Ha melihat jam lalu memastikan kalau Do
Jae-yeong belum masuk, Perawat membenrkan kalau Sebentar lagi dia masuk jadi
akan pulang setelah terima Do Jae-yeong.
“Maaf, Do
Jae-yeong pasienku... Tolong beri instruksi dan urus proses masuk pasien kepada
dokter piket karena aku harus masuk Ruang Operasi.” Ucap Dokter Myung.
“Begitukah?
Baiklah...” kata Perawat lalu melonggo bingung melihat Dokter Myung sudah
memakai pakaian operasi.
Dokter
Myung masuk ruang operasi. Perawat memberitahu bahkan belum pasang meja operasi
jadi kepana datang cepat sekali bahkan Dokter Yang juga baru keluar tadi dan Bedah
cesar sebelumnya baru selesai. Dokter Myung mengaku hendak membantu mereka
bersiap.
“Dokter
Myung, kau yang ikut operasi? Kudengar Kepala Residen yang ikut.” Kata Suk
Hyung masuk ruangan.
“Aku
ingin lihat sambil belajar karena masih harus banyak belajar.” Kata Dokter
Myung. Suk Hyung pun memujinya lalu mempersilahkan.
“Aku
tunggu di ruangan. Kabari jika sudah siap.” Kata Suk Hyung. Perawat menganguk
mengerti.
PUSAT
MEDIS YULJE
Dokter
Chu yang kelelahan tidur diatas meja, Perawat membangunkanya kalau Pantauan
monitor Do Jae-yeong baik-baik saja, tetapi dia minta diperiksa karena janin
tak bergerak.
“Dia
minta Lagi? Ini sudah tiga kali.” Keluh Dokter Chu akhirnya berjalan ke ruangan,
terlihat sang suami tertidur pulas.
“Tampaknya
gerakan bayi tidak terlalu terasa olehmu. Semuanya baik. Kita tunggu saja.”
Ucap Dokter Chu
“Dokter,
kau sudah cuci tangan?”tanya Nyonya Do. Dokter Chu mengaku sudah cuci tangan sebelum
masuk kamar. Jangan khawatir.
“Aku tidak
ingin pakai monitor itu. Aku tak nyaman. Apa Bisa dilepas saja? Aku tidak bisa
tidur.” Kata Nyonya Do
“Jika
dilepas, kami cemas karena tidak bisamemantau kondisi janin. Kau tetap harus
pakai walau tidak nyaman” ucap Dokter Chu
“Kau bisa
lepas monitor dan lebih sering memantau kemari.” Ucap Nyonya Do
UNIT
PERAWATAN INTENSIF PEDIATRI, Dokter Do tertidur lalu terbangun karena sudah
tanda dari alat memberitahu keadaan pasien. Di telp Jun Won terlihat nama
KEPALA RESIDEN DO JAE-HAK lalu mengangkatnya dan terlihat Ik Sun tertidur
disampingnya.
“Ini
bukan jadwal piketku. Kenapa kau telepon? Dia pasien Dokter Cheon, 'kan?” keluh
Jun Wan sambil mengosok gigi
“Dia memang
pasien Dokter Cheon. Sekarang pun jadwal piketnya. Namun, saat pulang kerja dia
bilang jangan pernah meneleponnya.” Kata Dokter Do. Jun Wan mengeluh
mendengarnya.
“Dia
memintaku sebisa mungkin buat keputusan sendiri, tetapi aku tidak yakin apa
keputusanku benar.” Kata Doktr Do
“Dosis
epinefrin berapa?” tanya Jun Won. Dokter Do menjawaDosisnya 0,2 mikrogram.
“Namun,
tekanan darah tak stabil dan hasil tes tidak bagus. Pengaturan ventilator sudah
kuubah, tetapi CO2 tetap penuh, dan tekanan darah hanya sekitar 50 sampai 60.
Apa harus membuka dada dan revisi pemasangan selang? Aku tidak yakin. Bagaimana
ini, Dokter?” kata Dokter Do panik.
“Baiklah.
Bila tekanan darah tak stabil juga, tambah vasopresin. Aku ke sana secepat
mungkin.” Ucap Jun Wan lalu akan pergi meninggalkan rumah.
Ia
teringat seseorang yang ada dikamar lalu memberikan ciuman dulu pada Ik Sun
sebelum pergi. Ik Sun merasakan ciuman pacarnya hanya bisa tersenyum bahagai
dengan mata tertutup.
Jun Wan
melihat pasien Dokter Chaen, lalu melihat kalau Kondisi ini tak perlu sampai
buka dada lalu memuji Keputusan Dokter Do itu bagus. Jun Wan akhirnya keluar,
Dokter Do mengajak untuk bicara pada seniornya.
Dokter
Chu memperlihatkan sebuah foto lalu memberitahu Dokter Jang kalau itu temannya
saat bekerja kantoran dan minta dikenalkan rekan dokter sejak lama. Jadi Coba
temui dan berhenti mengharapkan yang tak pasti.
“Tidak
perlu.” Kata Dokter Jang. Dokter Chu pikir itu perlu. Karena sudah membuat
janji.
“Besok
pukul 19.00. Mobil SUV hitam. Dia akan menjemputmu di depan IGD. Hanya makan
malam. Sesibuk apa pun kau harus makan, 'kan?” ucap Dokter Chu
“Baiklah.”
Ucap Dokter Jang tak menolak. Dokter Chu pun memujinya lalu mengajak untuk
mereka mulai tidur.
Jun Wan
sudah memalukan operasi hampir 5 jam, lalu mengeluh karena Robek terus. Perawat
memberitahu kalau kebocoran agak berkurang dari sebelum operasi, tetapi masih
banyak. Jun Wan pikir Tidak ada lagi yang bisa kita lakukan.
“Annulusnya
memang kecil sehingga tak bisa diperkecil lagi. Entah karena belum sempurna, daun
katup selalu terpotong tiap dijahit dan makin merusak bentuk.” Kata Jun Wan
“Tekanan
darah terus menurun... Tampak sulit, Dokter.” Kata Dokter Do. Jun Wan bertanya Pakai obat apa
“Epinefrin
0,05, dan dobutamin lima mikrogram.” Ucap Dokter anastesi. Jun Wan meminta agar menaikkan epinefrin
menjadi 0,1.
Dibagian
infus terlihat nama [BAYINYA JO MUN-JEONG, LELAKI, TIGA PEKAN] Jun Wan terus
melihat monitor dan meminta agar Naikkan epinefrin menjadi 0,2.
Suk Hyung
pamit pulang, Perawat pikir Suk Hyung mau pergi kencan. Suk Hyung mengaku Tidak
dan Hanya makan malam bersama ibu. Dokter Chu keluar dari ruang rawat, Suk Hyun
membahas Pendarahan Lee Su-yeon banyak saat persalinan dan ingin tahu
keadaanya.
“Sekarang
hampir tidak ada pendarahan dan saat cek hemoglobin sekitar sembilan. Detak
jantung pun sudah cukup stabil, sekitar 90.” Ucap Dokter Chu
“Begitu?
Aman kalau begitu. Selamat bekerja!” kata Suk Hyung. Dokter Chu mengeluh kalau
Hanya ia yang terjebak di sini.
Jun Wan
melihat pasienya dengan memastikan air kencingnya, lalu hanya bisa menghela nafas.
Ayah Bayi Jo pun melihat Jun Wan keluar lalu meminta istrinya bisa berdiri
tegak. Jun Wan dengan wajah serius meminta agar bicara.
Di meja
receptionist, Dokter Chu mencari sesuatu dikomputer dengan keyword “CONTOH
FORMULIR BIASA - SURAT PENGUNDURAN DIRI, wajahnya hanya menatap kosong. Perawat
memanggil memberitah Do Jae-yeong mengeluh sakit perut jadi meminta agar mencek
kondisinya.
“Dokter?..
Dokter Chu...” panggil si perawat. Dokter Chu mengeluh kalau Malam ini saja
sudah kali kedua.
“Baiklah.
Aku cek sekarang. Dia mungkin pasien terakhirku. Tentu harus aku cek.” Ucap
Dokter Chu sambil mengeluh.
Akhirnya
Dokter Chu pergi ke ruangan DO JAE-YEONG menyapa lebih dulu dan terlihat Nyonya
Do sedang meringis kesakitan. Dokter Do
kaget saat membuka selimut untuk memeriksanya wajahnya panik karena sudah
banyak darah yang keluar.
“Bu Do
Jae-yeong, bertahanlah! Tampaknya ablasio plasenta! Bagaimana ini?” ucap
perawat
“Akan
kuberi tahu para dokter spesialis.” Kata Dokter Chu mengeluarkan ponsel dan
terlihat sangat panik.
“Dokter,
kurasa Do Jae-yeong harus segera dioperasi. Trombus banyak, detak jantung janin
80 dan tak kunjung pulih. Dokter, tolong cepat kemari!” ucap Dokter Chu gemetar
karena panik.
“Cepat
siapkan Ruang Operasi! Hubungi Pediatri juga.”perintah Suk Hyung. Dokter Chu
menganguk mengerti.
“Dokter,
ada pasien darurat persalinan. Minta Ruang Operasi secepatnya. Dia bisa
kehilangan bayi. Cepatlah. Terjadi ablasio plasenta. Pendarahannya banyak. Kumohon
cepat. Baik. Terima kasih.” Ucap Dokter Chu pada bagian Peditri
“Dokter,
aku Chu Min-ha. Bayi dalam bahaya karena ablasio plasenta di pekan ke-30. Kami
akan segera operasi. Mohon ke Ruang Operasi. Baik. Terima kasih.” Ucap Dokter
Chu menelp yang lainya.
**
Bersambung ke part 3
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar