PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Senin, 03 April 2017

Sinopsis Radiant Office Episode 6 Part 2

PS : All images credit and content copyright : MBC


Ji Na sedang memoles bibirnya dengan Lipstik, tak sengaja menjatuhkanya dan berusaha mengambilnya. Tiba-tiba bus sedikit oleng karena mencoba menghindari mobil yang ada didepanya. Ji Na dan yang lainya pun panik karena bus seperti tak bisa dikendalikan.
Ki Taek melihat Ji Na yang terjatuh berusaha untuk melindunginya, Kang Ho menjerit memanggil ibunya di tempat tidur. Suk Kyung menahan tanganya agar tak terjatuh dari bangku. Woo Jin menahan Ho Won yang duduk di sampingnya agar tak terjatuh, Ho Won terlihat benar-benar shock dengan kecelakan yang terjadi padanya, seperti punya trauma saat masih kecil.

Ho Won diberikan plester dikepalanya karena sempat terbentur,  Yong Jae masuk sambil menjerit kesakitan dengan bertanya pada Dokter apa yang terjadi padanya. Woo Jin hanya meliriknya dan memperhatikan Ho Won lagi.
“Tadi kenapa kau tidak pasang sabuk pengaman?” ucap Woo Jin memarahinya, Ho Won hanya bisa meminta maaf.
“Kau tidak perlu minta maaf padaku tapi Minta maaflah pada dirimu sendiri.” Kata Woo Jin, Ho Won pun mengucapakan terimakasih.
“Apa ada yang sakit lagi?” tanya Woo Jin terlihat khawawatir, Ho Won mengaku baik-baik saja.
“Aku tidak ingin nanti  kau mengeluh lagi karena kesakitan. Karena sudah di sini, jadi harus  tes kesehatan dan X-ray. Gejala dari kecelakaan mobil  bisa saja fatal.”ucap Woo Jin, Ho Won panik berusaha menolaknya.
“Aku tidak perlu diperiksa dan sungguh baik-baik saja.” Kata Ho Won, Woo Jin pikir Ho Won tidak perlu khawatir karena bukan ia sendiri yang terluka.

Dokter datang memeriksa Yong Jae, pandangan Woo Jin pun melihat Yong Jae seperti bersikap berlebihan dengan lukanya, saat akan berbicara lagi dengan Ho Won, si pegawai kontrak itu sudah tak ada didepanya. Yong Jae yang mengeluh kesakitan meminta agar Woo Jin bisa memegang tanganya untuk menahan rasa sakit. Woo Jin tak peduli memilih untuk keluar dari ruang IGD. 
Ho Won sudah keluar dari rumah sakit merasa kalau melakukan tes pemeriksaan juga takkan mengubah apa pun. Akhirnya ia duduk sendirian dalam halte bus, karena tak punya ia mendekati seoraang ibu kalau baru saja kecelakaan mobil jadi tidak punya uang, dan  ponselnya mati jadi ingin agar bisa meminjam uang dan mengembalikan saat ada di seoul.
Seorang ibu dan Bapak yang diminta bantuan memilih untuk tak mengubrisnya. Ho Won akhirnya mendekati dua pelajar dengan memperlihatkan jaketnya akalu bekerja di Hauline dan barusaja akan ikut acara sukarelawan tapi terjadi kecelakaan mobil jadi ingin meminjam uang. Dua pelajar hanya menatap binggung.

“Kenapa kau menjual nama perusahaan saat kau mengemis seperti itu?” ucap Woo Jin dengan nada sinisnya, Ho Won kaget melihat Woo Jin datang.
“Kau memang pandai sekali cari gara-gara, Kenapa kau kabur kalau tidak punya uang? Dan Juga.., lepas rompi itu. Memalukan sekali.”ucap Woo Jin, Ho Won pun melepaskan dan mengikuti Woo Jin yang mengajaknya pergi. 

Jae Min datang melihat keadaan Yong Jae yang masih terbaring, Kang Ho mendekati Ki Taek menanyakan keadaanya. Ki Taek merasa baik-baik saja, tapi Kang Ho melihat kalau Ki Taek tidak baik-baik saja dan berpikir tulangny patah.
Ki Taek mengatakan hanya  di-X-ray saja dan ingin tahu keadaan Ji Na dan Ho Won.  Kang Ho pikir Ho Won sepertinya baik-baik saja tapi tidak tahu keberadanya, sementara Suk Kyung  dipindahkan ke rumah sakit lain.

Ki Taek berjalan melihat Ji Na sedang diobati bagian luka dikaki, seperti khawatir nanti lukanya akan berbekas. Lalu menanyakan keadaan Ji Na , Ji Na mengaku baik-baik saja karena sudah melakukan -X-ray dan bertanya balik apakah ada yang terluka. Ki Taek mengataka kalau tadi terjatuh.
“Terima kasih...” ucap Ji Na merasa Ki Taek tahu sudah melindunginya. Ki Taek pikir tak perlu
“ Aku senang kau tidak terluka.” Ucap Ki Taek.

Ho Won makan sandwich dengan lahap, Woo Jin merasa kalau Ho Won daritadi kelaparan. Ho Won mengaku kalau tadi pagi tidak sarapan. Lalu ingin tahu apakah yang lain baik-baik saja dan tidak terluka parah, Woo Jin pikir lebih baik Khawatirkan saja diri Ho Won sendiri.
“Kau tidak perlu didiagnosis.  Kenapa kau kabur?” ucap Woo Jin, Ho Won mengelak kalau tidak kabur hanya ingin pergi ke toilet.
“Apa kau khawatir soal biaya rumah sakit  karena kau cuma pekerja kontrak? Pasti tidak adil rasanya kalau  kau mengalami kecelakaan saat akhir pekan.” Kata Woo Jin, Ho Won mengaku tak seperti itu.
“Pagi tadi...,saat bus itu melaju cepat, aku malah merasa seolah bisa bernapas lagi. Musim semi bisa dianggap musim yang kejam bagi mereka yang mencari pekerjaan. Proses rekrutmen itu dari Januari sampai Maret. Kau mempersiapkan berkas-berkas, menyerahkan formulir...,mengikuti ujian, dan ditolak. Habis itu kau tak  tahu harus berbuat apa. Setelah, musim semi berakhir.” Ucap Ho Won


“Masih ada banyak waktu tersisa di musim semi ini.” Ucap Woo Jin
“ "Ketika aku dapat pekerjaan dan dapat gaji pertamaku..., maka aku akan bepergian melihat bunga." Aku berjanji seperti itu  tiap bulan Maret. Aku hanya berjanji-janji saja tapi mengabaikan janji itu  selama beberapa tahun.” Cerita Ho Won
Woo Jin berpikir kalau Ho Won ingin melihat bunga hari ini. Ho Won membenarkan karena Mungkin saja kalau ini musim semi terakhir dalam hidupnya, jadi merasa  seperti sedang liburan gratis dan Senang bisa  berada di luar kota Seoul bahkan tidak pernah membayangkan  jalan-jalan seperti ini.
“Tapi menurutku,  tak sulit buat mewujudkan janji itu.” Kata Woo Jin
“Benar... Kenapa aku tidak mewujudkannya? Ini sangat tidak adil. Aku harusnya lebih sering jalan-jalan memandangi bunga-bunga. Aku menyesalinya sekarang.” Ungkap Ho Won 

Woo Jin memesan satu tiket ke Seoul dan memberikan pada Ho Won  Ho Wo binggung kenapa Woo Jin tak ikut pulang juga. Woo Jin mengaku kalau  ingin mampir ke suatu tempat dulu jadi Ho Won pulang duluan saja. Ho Won mengerti dan pamit akan bertemu hari senin. Tiba-tiba Woon Jin memanggil Ho Won dengan tatapan yang berbeda. 

 Ho Won berjalan disepanjang bunga sakura putih yang berguguran seperti tak percaya kalau itu kampung halaman atasanya. Woo Jin menyuruh Ho Won agar memandangi bunga sesuka hatinya saja Karena banyak bunga Ho Won terlihat bahagia melihat bunga yang bener-bener indah.
Woo Jin datang memanggil sang ayah, Tuan Seo senang melihat anaknya yang datang. Woo Jin mengaku kalau sedang berkerja dekat rumah ayahnya jadi sekalian mampir, Tuan Seo tersenyum mendengarnya. Woo Jin pun memperkenalkan Ho Won sebagai rekan kerjanya. 

Suasana canggung terasa saat Ho Won duduk dengan Woo Jin, Tuan Seo membawa meja untuk makan bersama. Ho Won seperti tak enak hati ingin membantunya. Tuan Seo menyuruh Ho Won duduk saja karena sebagai tamu dirumahnya. Mereka pun duduk bersama untuk makan.
“Pasti sulit bekerja dengan Woo Jin, 'kan?” ucap Tuan Seo, Ho Won dengan polos membenarkan tapi mengubah jawabanya dengan kata “tidak”
“Dia ini orangnya terlalu kaku dan selalu mengerjakan  tugas secara menyeluruh. Aku yakin dia pasti banyak menyusahkan para karyawannya.” Ucap Tuan Seo,  Woo Jin meminta ayahnya agar tak perlu bicara seperti itu.
“Aku jarang bertemu dia tapi lihatlah wajahnya. Dia ini tidak sayang sama ayahnya. Jadi Pasti lebih parah lagi kalau dia di kantor, 'kan?” ucap Tuan Seo mengajak Ho Woan agar bisa  bicara santai saja dengannya.


“Aku harus pulang  sehabis makan ini. Aku sedang bekerja di dekat sini,  makanya mampir menengok Ayah.” Ucap Woo Jin
“Ya, ya, Pak manager... Tentu saja kau sibuk.” Ejek Tuan Seo mengajak agar Ho Won makan yang banyak.
“Aku teringat ayahku. Tiap kali aku pulang sekolah...,ayahku selalu masak untuku” cerita Ho Won
“Woo Jin juga begitu. Ibunya meninggal waktu dia masih kecil. Jadi aku memasak buatnya sampai dia dewasa.” Cerita Tuan Seo, Woo Jin tak ingin berlama-lama menyuruh Ho Won segera makan karena tak punya banyak waktu.
“Dia ini tak ramah sekali.  Sikap dia parah 'kan di kantor?” bisik Tuan Seo mengejek anaknya sendiri. Ho Won hanya bisa tersenyum. 

Woo Jin mencuci piring, Ho Won tak enak hati ingin membantunya. Woo Jin menolak menyuruh Ho Won agar pergi melihat bunga saja. Ho Won pikir tak enak melihat bunga sementara Woo Jin yang mencuci piring.
“Ini 'kan bukan tempat kerja. Ayahku memasak, dan aku  yang cuci piring.” Ucap Woo Jin,
“Kau keren juga pakai sepatu karet.” Puji Ho Won
“Aku memang keren pakai apa saja.” Kata Woo Jin bangga, Ho Won mengejak Woo Jin ternyata bisa bercanda juga.  Wo Jin pikir dirinya itu tadi tak bercanda. 

Ho Won pun melihat bunga yang bermerkaran dan sangat indah, Tuan Seo mendekat melihat Ho Won lalu membahas kalau Woo Jin itu menyebalkan, dan itukang pamer. Ho Won pikir tak seperti itu tapi karena ia memang tidak berpengalaman dan masih karyawan baru.
“Dia saja mencoba mengajari ayahnya dan Pasti dia lebih parah di kantor. “ kata Tuan Seo
“Tapi, kalau dipikir-pikir..., ucapan dia selalu benar.” Komentar Ho Won
“Itulah masalahnya. Ketika kau memikirkan ucapan dia,  maka dia selalu benar. Mendengarnya saja membuatku jengkel. Orang tidak mau mengikuti saran, walaupun saran itu sendiri benar.” Ucap Tuan Seo. Ho Won melihat  mereka berdua sangat beda sekali.


“Dia selalu urutan pertama dalam segala hal dan juga melalui banyak rintangan karena keluarganya yang miskin. Karena aku tidak bisa  menopang biaya hidup jadi  dia harus bekerja paruh-waktu  saat kuliah di luar negeri. Meskipun dia anakku..., tapi aku merasa tidak enak padanya karena selama ini belum berbuat apapun untuknya. Tapi tumben sekali dia seperti ini. Dia tidak pernah mengajak rekan kerjanya kesini” cerita Tuan Seo
“Rekan kerja yang lain juga ikut..., tapi entah kenapa kami berdua jadi berpisah dengan rombongan. Dan  karena aku tadi cerita soal sudah lama tak melihat bunga..., maka dia jadi mengajakku ke sini.” Cerita Ho Won, Tuan Seo mengerti dan mengaku senang karena Ho Won datang.
“Kapan-kapan, kau harus kesini lagi bersama rekan kerja yang lain.” Ucap Tuan Seo, Ho Won makin gembira mendengarnya.
“Tapi sebagai gantinya..., kalau Woo Jin bersikap menyebalkan lagi, jangan diambil hati “Kata Tuan Seo. Ho Won pikir kalau Woo Jin sebenarnya bukan  orang yang seperti itu

Ho Won melihat bunga yang sangat  cantik sekali dan merasa iri, karen bermekaran dan sangat indah. Woo Jin datang berkomentar kenapa Ho Won bicara sendiri. Ho Won mengaku kalau hanya memuji bung ayang sangat indah didepanya.
“Kau boleh petik bunganya, kalau mau. Ada banyak bunga disini.” Ucap Woo Jin, Ho Won menolaknya.
“Lagipula, bunga ini juga layu sendirinya. Jika aku memetiknya..., maka mereka tidak akan bisa menjalani sisa hidupnya.” Ucap Ho Won lalu keduanya terdiam menikmati bunga yang berguguran. 

Ho Won dan Woo Jin naik bus ke seoul bersama, Ho Won menatap Woo Jin seperti tertidur pula lalu berani berkata pada atasanya.
“ Aku kira kau itu... terlahir kaya seperti seorang Chaebol . Aku kira kau tak pernah  hidup susah. Aku berarti harus kerja lebih keras lagi, 'kan? Terima kasih atas hari ini.” Ucap Ho Won lalu menatap keluar jendela.
Woo Jin membuka mata dengan memalingkan wajahnya bisa mendengar ucapan Ho Won. 

Keduanya pun turun dari bus dan akan pulang.
“Jika kondisimu tidak enak badan saat kau bangun pagi besok..., maka kau harus telepon orang kantor dan minta izin sakit” kata Woo Jin. Ho Won mengerti.
“Oh, kau lewat mana? Naik taksi saja akan aku beri uangnya” ucap Woo Jin mengeluarkan dompet.
“Kita bisa pulang bersama saja. Aku bisa turun di depan rumahmu saja.” Kata Ho Won
“Apa Tempat tinggalmu dekat dengan rumahku?” tanya Woo Jin sedikit binggung, Ho Won pikir seperti itu. 

Keduanya pun turun taksi bersama, Ho Won mengucapkan terima kasih pada Woo Jin karena bisa menikmati indahnya musim semi Wo Jin bertanya tempat tinggal Ho Won karena sudah malam jadi lebih baik mengantarnya. Ho Won pikir tak perlu, karena jarakny dekat jadi lebih biak Woo Jin masuk saja lebih dulu.
Tapi akhirnya keduanya jalan bersama, di pejalanan Woo Jin menjerit ketakutan mendengar suara kucing. Ho Won langsung mengejek Woo Jin yang takut kucing, Ho Won mengelak kalau hanya kaget.
“Oh. Jadi karena itu kau sembunyi di belakangku.” Ejek Ho Won, Woo Jin kembali mengelak kalau  tidak sembunyi.
“Ini tempat tinggalku. Terima kasih sudah mengantarku pulang. Sampai jumpa besok.” Kata Ho Won berdiri didepan rumahnya.
Woo Jin pin akan pergi, tapi Ho Won lalu berkata pada atasannya kalau akan berusaha lebih kerasdan akan bekerja lebih keras serta mengucapkan Terima kasih sudah menerima kerja lagi.

Ho Won melihat aplikasi  Pendaftaran Asuransi, lalu berani  menandantanginya sambil mneyakinkana diri kalau tidak akan menyerah dan akan berusaha lebih baik lagi. Sementara Woo Jin heran dengan siakap Ho Won karena Sebentar, menangis lalu tersenyum.

Ho Won terburu-buru masuk ruangan berpikir kalau  terlambat. Tuan Heo pikir Ho Won tak terlambat. Ho Won melihat ruangan masih kosong dan menanyakan yang lain serta keadaan Tuan Heo. Tuan Heo mengingatka kalau tak ikut bus jadi baik-baik saja.
“Asisten Ha, Asisten Lee, dan  Oh Jae Min izin sakit.” Ucap Ki Taek  Apa Kau sungguh tak apa?” ucap Ki Taek. Ho Won mengaku baik-baik saja dengan luka dikeningnya
“Kang Ho, sepertinya kau  harus bekerja sendirian hari ini Kau tahu sendiri,  Manager Park selalu sibuk.”ucap Tuan Heo
Saat itu Suk Kyung datang meminta maaf karena datang terlambat, Tuan Heo kaget melihat Suk Kyung datang karena lengannya luka seharusnya meminta izin. Suk Kyung tahu Memang tak nyaman dengan tangnya yang sakit tapi masih bisa kerja. Kang Ho yang melihatny merasa kalau Suk Kyung itu  memang hebat.


Manager Park berceloteh kalau merasa sedih dengan kecelakaan yang terjadi merasa kalau ada firasat di hari itu harus naik mobilnya. Direktur Han menyindir kalau Manager Park itu sudah  pesan tempat di lapangan golf didekat situ, Manager Park berusaha untuk mengelak.
“Manajer Jo, kau bisa kerja, walau lenganmu masih sakit?” kata Direktur Han, Suk Kyung mengaku tak masalah
“Beberapa hari lagi juga pasti sudah sembuh.” Ucap Suk Kyung, Direktur Han pun  sangat menghargai  semangat kerjanya.
“Tapi..., aku sangat khawatir dengan angka penjualan kita. Apa Kau bisa cari solusinya?” ucap Direktur Han
“Menurutku kondisi akan lebih baik jika kita meluncurkan produk baru. Aku sudah membaca laporan  hasil survei tim pemasaran dan sepertinya kita bisa mengharapkan  respon positif dari konsumen.” Kata Suk Kyung
Manager Park dengan sinis kalau itu  belum tentu dan Survei itu hanya perkiraan saja. Direktur Han menegaskan kalau mereka harus mulai bersiap-siap. Manager Park langsung setuju dan akan membahasnya dengan Suk Kyung. 

Woo Jin membeitahu Hari peluncuran produk sebentar lagi jadi semua harus tetap fokus lalu memberitkan tugas pada Ho Won harus mengambil gambar produk dan memilih untuk pemasaran onlin dan langsung minta persetujuan. Ho Won mengangguk mengerti menuliskan dalam bukunya
“Kuharap yang lain cepat sembuh biar bisa bekerja. Sulit fokus bekerja karena kita butuh banyak bantuan. Manager Seo, kapan kau pulang ke Seoul kemarin?” tanya Tuan Heo. Ho Won  sedikit panik
“Aku langsung pulang setelah istirahat.” Kata Woo Jin lalu mengalihkan pembicaraan dengan memanggil  Ki Taek
“Apa kau sudah memeriksa toko-toko yang  menjual barang dagangan grosir lainnya?” ucap Woo Jin, Ki Taek mengatakan kalau akan memeriksanya. 


Ho Won dkk makan siang bersama, Ki Taek melihat Ho Won seperti senang dan beda dari biasanya. Ho Won mengelak merasa seperti biasa saja.
Saat itu Tuan Heo dan Woo Jin datang meminta izin untuk bergabung, Ho Won terlihat gugup karena Woo Jin yang duduk disampingnya. 

Suk Kyung dengan tangan masih dibalut perban berusaha untuk mengetik laporan lalu memanggl Kang Ho agar meng ambilkan laporan penjualan  tahun lalu dari mejanya Asisten Lee. Kang Ho ingin memberikan laporanya lalu gugup seperti ingin mengatakan sesuatu, tapi akhirnya memberikan sekotak sandwich dan susu. Suk Kyung binggung.
“Tadi aku lihat Manajer Jo tidak  bisa makan karena lenganmu. Aku pikir Anda harus makan biar bisa semangat bekerja.” Ucap Kang Ho, Suk Kyung mengucapakan terimakasih dan akan memakanya.
“Manajer Jo... Apa ada yang harus kuketikkan buatmu?  Aku bisa mengetik cepat.” Kata Kang Ho, Suk Kyung awalnya menolak tapi akhirnya meminta bantuan karena Ada laporan yang harus cepat diselesaikan. Kang Ho menganguk mengerti. 

Sebuah paket datang untuk Eun Ho Won, Ho Won binggung lalu mebuka isinya sebuah baju kantor berwarna putih dan membuka pesan yang ada didalam kotak
“Nunnaa.. Apa Kau sudah dapat kiriman bajunya? Aku sudah menduga kalau aku kirim  uang padamu, pasti kau mengembalikannya lagi ke  aku dan Ibu.  Karena itulah aku minta bantuan petugas toko baju buat memilih baju buatmu. Kau tidak perlu bekerja paruh waktu dan bekerja keras di restoran atau jadi kurir lagi.”
“Aku sekarang sangat senang kau sudah kerja di perusahaan. Jangan khawatirkan kami. Kau berdandan saja,  dan cari pacar. Nikmatilah hidupmu. Sejak Ayah jatuh sakit..., kita belum pernah tertawa lepas. Kerja kerasmu akhirnya sudah dihargai. Selamat. Kakakku, Eun Ho Won. Aku bangga padamu. -Eun Ho Jae-“
Ho Jae menuliskan surat yang ada di rumah dengan menaruh didalam kotak, Ho Won membaca tulisan adiknya hanya bisa menangis. 

Nyonya Choi memuji Keputusan Ho Won  sudah tepat karena harus mendapatkan asuransi selagi masih muda. Ho Won akhirnya menandantangi surat pendaftaran asuransi. 

Ki Taek ingin menelp Ji Na tapi terlihat ragu, sebuah mobil datang Ji Na dan Jae Min turun dari mobil. Ji Na pun mengucapkan terimakasih karena  Kondisinya tidak baik sekarang ini karena merasa frustrasi dan Jalan-jalan naik mobil membuatnya baikan.
“Akulah yang harusnya berterima kasih. Aku bisa bersenang-senang karena kau.” Ucap Jae Min
“Syukurlah, kau Istirahatlah. Sampai jumpa besok.” Ucap Ji Na, Jae Min pun pamit pergi, Ki Taek melihat dari kejauhan kedekatan Ji Na dan Jae Min.


Saat Jae Min sudah pergi, Ki Taek memanggilnya. Ji Na kaget melihat Ki Taek datang. Ki Taek mengaku kalau ingin membesuk karena Ji Na yang tidak masuk kerja hari ini, Ji Na mengaku kalau badanya  masih sedikit sakit.
“Oppa, kau baik-baik saja?  Kau juga terluka karena aku.” Ucap Ji Na merasa bersalah, Ki Taek mengaku kalau baik-baik saja.
“Aku senang kau baik-baik saja.  Jadi aku pamit sekarang.” Ucap Ji Na, Ki Taek memanggi Ji Na sebelum masuk.
“Aku sudah menyimpan fotomu ini di dompetku, tapi aku tidak sanggup... Aku tak sanggup membuangnya. Jadi kupikir aku harus mengembalikannya.” Ucap Ki Taek menahan sedih lalu berjalan pulang sambil menangis. Ji Na merasa tak tega melihat Ki Taek yang pergi meninggalkanya. 

Dua orang pelajar berada di toko buku sedang asik membaca tentang  tentang pasien  di UGD kalau menceritakan   orang yang tidak biasa, kalau Tiga pencari kerja mencoba membunuh diri,  dan mereka dilarikan ke UGD Dan mereka bertiga dipekerjakan di perusahaan yang sama setelah itu. Menurutnya itu lucu dan menarik.
Woo Jin akhirnya pindah ke sisi rak sampingny ada melihat judul buku <[Code Black: Kisah Unit Gawat Darurat - Penulis Seo Hyun] lalu membaca sekilas tulisan “Mereka Bertiga Akhirnya Bertemu Lagi”
Ho Won melihat Woo Jin yang sudah berdiri di depan rumahnya. Woo Jin heran melihat Ho Won baru s sampai rumah padahal pulang dari kantor lebih dulu dan memarahinya karena tidak angkat telepon darinya. Ho Won pun bertanya alasan Woo Jin datang.
“Ada yang ingin kutanyakan padamu. Kupikir...tak bisa tidur nyenyak kalau  tidak menanyakannya. Apa kau benar-benar melakukannya karena aku? Apa kau mencoba  bunuh diri karena aku?” ucap Woo Jin, Ho Won tiba-tiba seperti tak bisa menahan tubuhnya langsung jatuh pingsan. Woo Jin panik melihat Ho Won yang tiba-tiba pingsan.
Bersambung ke episode 7

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 

INSTRAGRAM dyahdeedee09  FANPAGE Korean drama addicted

Tidak ada komentar:

Posting Komentar