PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Jumat, 26 Oktober 2018

Sinopsis Devilish Joy Episode 15 Part 1

PS : All images credit and content copyright : MBN

Gi Bbeum dan Sek Yang duduk di depan ruangan rawat rumah sakit, wajah mereka tegang seperti merasa ketakutan. Ma Sung terbaring di ruang rawat, seperti masih tak sadarkan diri.
“Matikan cahaya di mataku, Meski begitu Aku bisa melihatmu. Tutupi telingaku, Meski begitu, Aku bisa Mendengar suaramu, Tanpa kaki, Aku bisa menjangkaumu, Tanpa mulut, Aku bisa memanggil namamu”
“Dalam cinta mereka yang putus asa. Tolong biarkan bunga merekah.” Ucap Ayah Gi Bbeum menatap pohon kaktus yang tertulis "Gi–bbeum miliknya Ma Sung" setelah membaca puisi. 

Dokter Yoon membeirtahu keadaan Ma Sung mengalami shock ringan, dan Tanda vitalnya sudah kembali normal. Nyonya Gong menatap Ma Sun kalau keponakan itu tahu semuanya sekarang. Dokter Yoon ingin tahu tentang apa, dan berpikir masalah Kecelakaan itu.
“Apa dia akan ingat?” tanya Dokter Yoon sedikit panik.
“Kuharap dia lupa semuanya. Dia kehilangan indra perasanya. Jadi Hentikan pengobatan progresifnya.” Kata Nyonya Gong menatap Dokter Yoon. 

Gi Bbeum berbicara dengan Sek Yang, membahas  terakhir, saat  memberitahu bahwa Ma Sung punya masalah dengan memorinya, Ia merasa kesal kenapa Sek Yang tak memberitahu bahwa kondisi Ma Sung  memburuk. Sek Yang terdiam.
“Kenapa kau tak memberitahuku kebenarannya? Apa dia melarangmu, Bahwa aku tak boleh tahu?” ucap Gi Bbeum sedih
“Maafkan aku... Aku tak yakin apa ini adalah hal yang benar untuk dilakukan. Kau Ambil ini dan Dengarkanlah.” Ucap Sek Yang memberikan sebuah MP3 yang ditemukan diruangan Ma Sung. 

Ma Sung akhirnya sedikit membuka mata, Sek Yang langsung berdiri memastikan kalau Ma Sung masih mengenalinya.  Ma Sung seperti belum mampu membuka matanya dengan lebar, akhirnya bicara dengan mata tertutup bertanya Apa yang terjadi?
“Kau pingsan... Apa Kau tak ingat?” tanya Sek Yang. Ma Sung mengaku tak ingat.
“Sebaiknya memang begitu.” Komentar Sek Yang. Ma Sung pun ingin tahu keberadaan Gi Bbeum. 

Gi Bbeum berdiri diatas jembatan penyeberangan menatap MP3 milik Ma Sung lalu mencoba mendengarkan isinya. Suara Nyonya Gong terdengar “Seluruh negeri ini tertarik pada kasus ini. Satu tindakan gegabah hanya akan menimbulkan lebih banyak masalah.”
“Lalu kau akan lebih kesulitan< untuk keluar dari masalah. Masuk penjara saja untuk sekarang.”
“Kalian akan kehilangan semuanya jika aku buka mulut. Seratus miliar won tak ada artinya bagi kalian. Kalian berdua akan dipenjara dan kehilangan semuanya, bahkan 20 triliun won itu.” Ucap Direktur Kim mengancam.
Gi Bbeum terdiam menginta perkataan Sek Yang kalau meminta agar Ma Sung tahu kalau Gi Bbeum mengetahui tentang ini.


Gi Bbeum  menatap ponselnya, Ma Sung menelpnya  tapi tak diangkat. Ma Sung sudah duduk di atas tempat tidurnya kebingungan karena Gi Bbeum tak bisa dihubungi lalu membaca tulisan yang ada ditanganya “Jangan ingat, Urus semua urusanku.”
Ma Sung terdiam mengingat ucapan Nyonya Gong, seperti mendengar yang dikatakan bibi dan juga Dokter Yoon. Bibi Gong mengatakan kalau Ma Sung yang sudah tahu semuanya sekarang.
“Tentang apa? Kecelakaan itu? Apa dia akan ingat?” kata Dokter Yoon.
“Semoga dia lupa semuanya. Dia kehilangan indra perasanya. Jadi Hentikan pengobatan progresifnya.” Kata Nyonya Gong
Gi Bbeum menatap ponselnya ada miss call dari Ma Sung,  lalu menangis  sendiri karena Ma Sung yang mencoba menanggung semua masalahnya sendirian. 

Ma Sung keluar rumah dan Gi Bbeum akan masuk, keduanya saling menatap dan akhirnya Gi Bbeum memilih untuk pergi. Ma Sung pun menahanya, Gi Bbeum menegaskana kalau benar–benar amat marah kepada Ma Sung sekarang. Ma Sung pun hanya bisa diam.
“Apa Kau menanggung hal mengerikan ini sendirian? Kenapa kau tak memberitahuku padahal aku ada di sana? Aku bertanya–tanya semalaman bagaimana aku harus memahami... “ ucap Gi Bbeum marah
“Bagaimana aku harus memahaminya? Aku berpikir dari sudut pandangmu dan tetap tak mengerti. Kau sekarat di sana dan aku terus bernyanyi, bahkan tak tahu apa pun. Ini bisa saja menjadi akhir dan aku menyanyi seperti orang bodoh.” Kata Gi Bbeum dan Ma Sung hanya bisa terdiam.
“Apa Kau tahu yang terburuknya? Tak bisa berkata selamat tinggal, maaf, atau aku mencintaimu. Serta kau mencoba menanggung hal mengerikan ini sendirian tanpa seizinku. Kenapa? Kenapa kau tak memberitahuku sejak dahulu?” kata Gi Bbeum mengeluarkan semua unek-uneknya. Ma Sung tetap hanya terdiam.
“Apa Kau tahu betapa takutnya aku, berpikir ini adalah akhirnya? Kenapa kau amat egois? Apa Kau akan meninggalkanku sendirian?” tegas Gi Bbeum. Ma Sung pun memeluk Gi Bbeum.
“Maafkan aku.” Kata Ma Sung tak membela diri karena memang kesalahannya tak memberitahu tahu apapun pada Gi Bbeum. 


Jae Min memberikan surat,  Ki Joon melihat isinya  "Gugatan Melawan Anak Tak Tahu Diri" lalu kebingungan dengan sikap ibunya malah membalas dengan mengugatnya. Jae Min bertanya apakah Ki Joon mendapat telepon itu dengan wajah kebingungan.
“Tentang apa?” tanya Ki Jon. Jae Min memberitahu kalau Ma Sung pingsan. Ki Joon kaget dan bergegas keluar dari gedung. 

Ma Sung menuliskan kembali pesan yang ada ditanganya "Urus semua urusan pribadiku" lalu seperti menuliskan list apa saja yang akan dilakukan di masa kritisnya dalam buku jurnalnya.
"Atasi Desa Penyembuhan"
"Bertemu dengan Dr. Dawson dari Johns Hopkins"
"Berpisah dengan Joo Gi–bbeum"
“Aku harus mulai dari mana dan bagaimana cara mengurus ini?” gumam Ma Sung kebingungan. 

Saat itu terdengar suara seseorang masuk, Ki Joon masuk dengan wajah panik mengetahui Ma Sung yang pingsan dan membuatnya takut. Ma Sung menyembunyikan buku jurnalnya mengaku hanya kelelahan dan sekarang sudah baik–baik saja. Ma Sung seperti tak yakin.
“Kau tampak baik–baik saja... Kupikir itu serius.” Kata Ki Joon melihat keadaan sepupunya. Ma Sung pun melihat surat yang dibawa Ki Joon bertanya apa itu.
“Kenapa ibu melakukan ini?” keluh Ki Joon,  Ma Sung juga bingung surat "Gugatan melawan anak tak tahu diri"
“Aku menggugat Ibu untuk bagian warisanku.”akui Ki Joon, Ma Sung kaget mendengarnya.
“Aku tak punya uang. Aku tak bisa meminjam darimu dan aku ingin bagianku.” Jelas Ki Joon yang frustasi.
“Tak ada dasar hukum bagi seorang anak untuk menggugat orang tua atas uang, dasar bodoh.” Komentar Ma Sung
“Lalu bagaimana dengan ibu? Dia juga tak bisa melakukan ini.” Keluh Ki Joon merasa tak adil diperlakukan oleh ibunya.
“Kau mendapat lahan dan gedung itu dengan syarat bahwa kau bekerja keras untuk perusahaan kita. Kau tak pernah melakukannya, tapi terus–menerus meminta uang. Jadi Dia berhak mengambil kembali semua yang dia transfer kepadamu. Itu memungkinkan.” Jelas Ma Sung
“Lalu aku harus bagaimana?” ucap Ki Joon panik, Ma Sung pikir tak ada jalan lain.
“Kau kehilangan semuanya dan kini tak punya sepeser pun.” Ungkap Ma Sung
“Ini Tak mungkin. Selamatkan aku.” Pinta Ki Joon panik. Ma Sung bertanya apa balasanya jika menyelamatkan Ki Joon.
“Apa yang harus kulakukan?” tanya Ki Joon. Ma Sung memberikan USB agar Ki Joon bisa menontonya. Ki Joon tahu kalau isinya sebuah “Video” lalu bergegas keluar rumah untuk melihatnya. 


Nan Joo melihat Gi Bbeum sedang sibuk bertanya sedang mengerjakan apa. Gi Bbeum memberitahu kalau akan mengikuti audisi dan itu diadakan dua bulan lagi. Nan Joo pikir Kenapa Gi Bbeum harus ikut audisi padahal  bisa menghubungi perusahaan perhiasan Mr Kent.
“Aku tak bisa mengandalkan itu dan juga harus melihat pilihan lain. Selain itu Aku punya satu orang lagi yang harus kuurus.” Ucap Gi Bbeum
“Satu orang untuk diurus? Siapa?” tanya Nan Joo. Gi Bbeum dengan bangga kalau itu Gong Ma Sung miliknya
“Gong Ma Sung? Kenapa kau harus mengurus seorang ahli waris kaya?” keluh Nan Joo heran.
“Dia menyumbangkan semua asetnya. Sekarang Dia sakit dan hanya aku yang bisa dia andalkan. Jadi, aku harus merawatnya untuk selamanya.” Kata Gi Bbeum
“Kau sudah gila. Kau bahkan kesulitan dalam mengurus keluargamu dan apa kau ingin tinggal dengan seorang pria yang sakit? Kau Putus saja dengannya.” Ucap Nan Joo
“Apa maksudmu? Aku takkan berpisah dengannya. Apa pun yang akan terjadi mulai saat ini, apa pun yang akan terjadi besok, aku takkan takut dan khawatir.” Ungkap Gi Bbeum yakin
“Aku akan mencintai Ma Sung dengan sepenuh hati setiap saat, agar kami bisa memiliki kehidupan yang biasa dan bahagia seperti yang lainnya. Aku akan tetap dekat dengannya dan mewujudkan itu.” Kata Gi Bbeum dengan wajah sumringah. 


Saat itu Ma Sung menelp, bertanya apakah Gi Bbeum sibuk karena akan mengajak berkencan besok. Gi Bbeum pun setuju untuk berkencan. Ma Sung bertanya apa yang ingin dilakukan Gi Bbeum dan menyebutkanya karena akan melakukan semuanya.
“Ada satu hal yang ingin kulakukan.” Ucap Gi Bbeum seperti memiliki sebuah rencana. 

Gi Bbeum dengan datang dengan dua buah es krim ditanganya lalu memberikan pada Ma Sung yang menunggu ditaman, kalau Es krim untuk memori mereka.
“Bagaimana kalau sepatu ini untuk memori kita?” kata Ma Sung memperlihatkan sepatu heels merah yang dibawanya lalu menyuruh Gi Bbeum duduk.
Ma Sung pun memasangkan sepatu heels untuk Gi Bbeum, Wajah Gi Bbeum pun terlihat senang seperti kenangan saat di Hainan membuatnya bahagia.  Akhirnya keduanya duduk sambil makan es krim, Ma Sung menyindir apakah Hanya ini yang ingin dilakukan
“Kenapa? Ini membuatku amat bahagia. Makan es krim denganmu di Hainan adalah memori yang penting bagiku.” Kata Gi Bbeum bangga.
“Apa mau kutunjukkan trik sulap? Aku akan membuat es krim ini menghilang dalam sekejap.” Ucap Gi Bbeum yang langsung memakan habis es yang ada ditangan Ma Sung lalu tersenyum lebar.
“Kurasa aku tahu triknya. Apa Mau kutunjukkan satu trik sulap? Aku akan mencuri es krimmu. Jadi Aku ingin melakukan hal lain.” Kata Ma Sung membalas dengan mencium Gi Bbeum untuk mengambil es krimnya.
Keduanya tertawa bahagia, Gi Bbeum mengulurkan tangan. Ma Sung pikir Gi Bbeum meminta dompetnya. Gi Bbeum mengenggam tangan Ma Sung sambil berkomentar kalau mereka harus Bergandengan tangan seperti ini. Ma Sung pun mengajak pergi dengan membantu membawakan sepatu miliki Gi Bbeum. 


Mereka pun mulai berkencan di area sekitar Myeongdong, mencoba makan sate toppoki, lalu melihat dari etalase toko, wajah mereka sangat bahagia menikmati kencan yang sesungguhnya. Mereka pun memilih boneka yang mirip dengan wajah masing-masing. 

Saat malam tiba, Ma Sung mengantar Gi Bbeum pulang sambil berkomentar kalau ingin ke tempat yang mewah dan mentraktir makan lezat menurutnya kencan tadi  terlalu sederhana. Gi Bbeum pikir walaupun Sederhana, tapi membahagiakan.
“Aku juga suka hal seperti ini. Apa Kau tak suka?” ucap Gi Bbeum. Ma Sung mengaku suka
“Kita pernah bertemu dan berpisah di Hainan. Mari jangan berpisah lagi.” Ungkap Gi Bbeum lalu melihat sudah sampai di depan jalan rumahnya.
“Aku akan meneleponmu besok.” Kata Gi Bbeum. Ma Sung mengeluh dengan Gi Bbeum yang akan pergi begitu saja.
“Apa Menurutmu, tak ada yang kurang Atau aku saja berpikir begitu?” kata Ma Sung seperti mengingikan sesuatu.
“Apa? Apa Ada hal lain yang ingin kau lakukan?” tanya Gi Bbeum binggung.
“Bukan berarti aku ingin, tapi... Ini sedikit... Apa Keluargamu ada di rumah?” tanya Ma Sung. Gi Bbeum dengan gugup berpikir kalau tak ada siapapun dirumah.
“Boleh aku...” ucap Ma Sung dan akhirnya Gi Bbeum pun mengajak Ma Sung datang ke rumah. 


Gi Bbeum terlihat gugup menawarkan minum, Ma Sung pun ikut gugup meminta minum setelah minum menatap Gi Bbeum dan mendekatkan wajahnya seperti ingin mencium Gi Bbeum tapi saat itu terdengar suara Ja Rang dan Sa Rang.
“Kau yang cuci piring.” Ucap Ja Rang. Sa Rang menolak karena tak pernah mencuci piring
“Kau bilang akan melakukan jika aku membayarmu.” Kata Ja Rang. Gi Bbeum mendengar suara adiknya langsung mengajak Ma Sung bersembnyi diruang rahasia tak lupa membawa sepatunya.
“Aku akan memberi tahu Gi–bbeum.”ancam Ja Rang dan Sa Rang pun masuk memanggil kakaknya
“Apa Dia tak ada di rumah? Dia bilang akan ada di rumah.” Ucap Sa Rang. Ja Rang lalu melihat sepatu Ma Sung yang tertinggal.
“Dia bilang akan pulang larut... Ayo pergi. Kenakan sepatumu... Aku akan mentraktirmu ayam goreng.” Kata Ja Rang mengerti lalu menarik adiknya untuk pergi. 

Gi Bbeum pun bisa bernafas lega karena dua adiknya sudah pergi. Ma Sng melihat sekeliling bertanya Ruangan apa ini. Gi Bbeum memberitahu kalau ini adalah ruang rahasianya dan selalu datang saat ingin berpikir atau sedang khawatir.
“Apa Kau juga menangis di sini?” ucap Ma Sung. Gi Bbeum mengelak kalau tak mungkin menangis.
“Mulai sekarang, pikirkan hal yang menyenangkan.” Kata Ma Sung, Gi Bbeum bertanya apa hal  yang menyenangkan.
Ma Sung memberikan contoh yaitu mencium Gi Bbeum, wajah keduanya terlihat bahagia. Gi Bbeum akhirnya  duduk dipangkuan Ma Sung dan muai menciumnya lebih dalam. Ma Sung pun memeluk erat Gi Bbeum.
Beberapa saat kemudian, Gi Bbeum keluar dengan rambut dan baju sedikit berantakan, Ma Sung pun sudah melepas jasnya hanya mengunakan kaosnya, dengan wajah gugup pamit pergi. Gi Bbeum pun mempersilahkan terlihat senang karena semua berjalan lancar.


Ki Joon ingin melihat USB yang diberikan Ma Sung ingin tahu apa sinya dengan wajah penuh semangat. Tapi binggung kalau itu berisi file Desa Penyembuhan sambil mengeluh kenapa harus menonton itu. Jae Min datang dengan wajah gugup.
“Ki Joon.... Presiden Gong memanggil Ha–im.” Lapor Jae Min.
“Apa? Kenapa Bulu Palsu menemuinya?” kata Ki Joon terlihat marah 

Ha Im sudah berdiri di depan Nyonya Gong dengan wajah tertunduk. Nyonya Gong menyindir ucapan Ha Im, yang bilang bukan berartiakan menjadi menantunya dan ternyata Ha Im adalah pacar dari anaknya. Ha Im dengan sopan meminta maaf pada ibu Ki Joon dengan panggilan “Ibu”
“Aku tak tahu kau adalah ibunya Gi–joon.” ungkap Ha Im. Nyonya Gong dengan kesal menegaskan kalau ia bukan ibu dari Ha Im jadi tak perlu memanggilnya Ibu.
“Aku biasanya amat sopan kepada orang tua. Tapi hari itu aku merasa kurang sehat. Aku benar–benar menyesal. Tak bisakah kau memaafkanku?” ucap Ha Im
“Jika kau ingin pengampunan, sebaiknya kau memikirkannya.” Kata Nyonya Gong. Ha Im binggung apa itu memikirkannya
“Tentu saja. Aku amat menyesal.” Ungkap Ha Im. Nyonya Gong tak percaya.
“Kalau begitu, berlututlah.” Perintah Nyonya Gong. Ha Im binggung apakah harus sekarang berlutut didepan Nyonya Gong.
“Apa Kau ingin melakukannya di depan umum?” sindir Nyonya Gong, Ha Im mengelengkan kepal dan langsung berlutut tanpa malu.
Nyonya Gong tak percaya kalau Ha Im mau berlutut demi Ki Joon lalu memberikan berkas yang ada didalam amplop. Ha Im binggung membaca surat "Permohonan untuk Pembagian Properti" Nyonya Gong menuduh Ha Im yang berada di balik semuanya.
“Astaga, tidak...” ucap Ha Im lalu mengumpat pada Ki Joon yang bodoh.
“Ki–joon memang tampak seperti orang bodoh, jadi apa kau ingin memorotinya? Apa kau seorang mata duitan?” sindir Nyonya Gong. Ha Im tak terima dianggal wanita Mata duitan
“Aku seorang bintang besar. Ayahku memiliki sebuah perusahaan. Kau sedikit keterlaluan.” Ucap Ha Im marah
“Jadi, keluargamu adalah pekerja keras yang merasakan kehidupan kelas atas. Apa Kau pikir kau bisa menikahi ahli waris Sunwoo Group? Seseorang sepertimu? Aku takkan mengulanginya jadi Keluarlah dari kehidupan Gi–joon.” perintah Nyonya Gong
“Kau sama sepertiku... Menggunakan kata–kata kasar dan membuat orang berlutut. Aku juga harus memikirkan itu. Aku takkan putus dengan Ki–joon. Apa yang akan kau lakukan?” kata Ha Im berani melawan.
“Apa Kau takkan putus dengannya? Coba Lihatlah dirimu.” Ucap Nyonya Gong



Saat itu Ki Joon datang melihat Ha Im berlutut marah karena datang menemui ibunya dan mengumpat kalau terlihat amat bodoh. Nyonya Gong yang marah langsung menyuruh mereka keluar sekarang juga.  Ki Joon dengan wajah kesal tak ingin keluar sebelum berbicara.
“Ki–joon, ibumu amat menakutkan.” Rengek Ha Im dibelakang Ki Joon mengadu. Nyonya Gong tak percaya kalau Ha Im sedang berakting lemah dihadapan anaknya.
“Dia menangis! Beraninya kau membuatnya menangis!” ucap Ki Joon marah pada ibunya.
“Ha–im, jangan khawatir... Ibuku selalu menyerah kepadaku. Aku mencintai wanita ini!” ucap Ki Joon pada Ha Im dan juga ibunya. Nyonya Gong seperti tak bisa berkata apa-apa dengan sikap anaknya.

Ki Joon dan Ha Im duduk ditepi sungai, Ha Im masih saja menangis. Ki Joon pun memberikan sapu tanganya meminta agar Jangan menangis dan menghapuslah air matanya. Ha Im merasa kalau Ibu Ki Joon yang sangat  menakutkan jadil lebih baik mereka putus saja. Ki Joon langsung menolak.
“Kencanilah seseorang yang disukai ibumu, jangan aku.” Ucap Ha Im.
“Kubilang tidak. Hentikanlah. Apa Kau tahu yang paling kusuka? Kebahagiaan. (Gi Bbeum dalam bahasa korea)” kata Ki Joon.
“Kenapa kau menyebut Gi–bbeum?” keluh Ha Im marah
“Namanya berarti kebahagiaan. Aku sedang bicara tentang kebahagiaan. Aku paling benci depresi dan kesedihan. Itu seperti kematian. Aku ingin hidupku menyenangkan dan bahagia. Jadi Aku tak mau putus karena aku akan sedih setiap hari.” Tegas Ki Joon.
“Apa kau sedang menyatakan cintamu?”komentar Ha Im. Ki Joon tak menjawab menyandarkan kepalanya meminta agar dipeluk oleh Ha Im.
“Kita takkan putus.” Ucap Ki Jo,  Ha Im pun memeluknya seperti tadi hanya ingin menguji cinta Ki Joon padanya. 


Ma Sung selesai mandi, lalu seperti ingin menuliskan sesuatu didadanya, tapi seperti ingatanya hilang karena tak mengingat yang ingin dituliskan. Ia akhirnya duduk disofa dengan tatapan terlihat memikirkan sesuatu alalu menelp  Tuan Kent.
Gi Bbeum bermimpi seorang anak kecil yang tenggelam disungai, lalu seorang anak menyelamatkanya. Ia pun merasakan kepala terasa sakit karena bangun kaget. Ia lalu membaca pesan Ma Sung yang masuk ke ponselnya “Ayo bertemu hari ini.” 

Gi Bbeum sudah selesai berhias diri lalu pamit pergi pada ayahnya, Tuan Joo berpesa agar Gi Bbeum berhati-hati. Gi Bbeum akhirnya kembali duduk mengingatkan kalau dahulu saat  jatuh ke dalam air seorang bocah menyelamatkannya.
“Apa Kau memimpikan itu lagi?” ucap Tuan Joo sambil merapihkan handuk.  
“Ya. Saat aku sudah melupakannya, hal itu menghantuiku lagi. Apa Kau ingat wajahnya?”tanya Gi Bbeum
“Tentu saja. Dia tampak cerdas.” Kata Tuan Joo. Gi Bbeum pun penasaran.
“Apa Kau ingat namanya?” tanya Gi Bbeum. Tuan Joo  menagku tak sempat menanyakannya.
“Tapi aku punya fotonya.” Kata Tuan Joo, Gi Bbeum kaget ingin tahu dimana fotonya dan ingin melihat.
“Tunggu, Ayah. Kurasa aku sudah terlambat... Aku harus pergi. Nanti saja.” Kata Gi Bbeum. Tuan Joo pun berpesan pada anaknya agar berhati-hati lalu mencari foto yang selama ini disimpan olehnya. 


Ma Sung sudah menunggu di dalam cafe, melihat tiket yang ada disaku bajunya, wajahnya terlihat bimbang. Saat itu Gi Bbeum datang melihat Ma Sung yang sudah menunggu, lalu melambaikan tanganya. Ma Sung melihat dari jendela memberikan senyuman sumringahnya.
“Maaf aku terlambat... Busnya lama sekali.” ucap Gi Bbeum terburu-buru
“Apa Kau amat merindukanku hingga berlari?” goda Ma Sung
“Ya. Tapi kurasa bukan hanya aku yang merindukan seseorang. Ada apa? Apa ada masalah?” kata Gi Bbeum membalas dengan godanya
“Tidak, justru kabar baik. Aku ingin memberitahumu secara langsung.” Kata Ma Sung memberikan sebuah berkas. Gi Bbeum binggung apa itu.
“Aku mendapat telepon dari Royal C&C. Kami akan mengadakan rapat tentang iklan itu, lalu Ada audisi drama di LA jadi Kau harus mencobanya.” Jelas Ma Sung. Gi Bbeum binggung karena harus audisi di Amerika.
“Kau bisa bahasa Korea dan jika kau lulus, mereka akan memberimu tutor. Bukankah ini kesempatan bagus? Kupikir kau akan senang, tapi ternyata tidak.” Komentar Ma Sung melihat wajah Gi Bbeum seperti tak bahagia.
“Masalahnya adalah ini begitu mendadak. Aku tak ingin berpisah denganmu bahkan satu hari pun. Setidaknya, tidak saat ini.” Jelas Gi Bbeum yang khawatir dengan Ma Sung
“Apa Kau menyukaiku sebesar itu? Aku mengerti. Aku ingin ikut, tapi aku sudah punya rencana. Jadi Cobalah dan jangan khawatirkan aku.” Ucap Ma Sung yang sedikit mengoda.
Gi Bbeum bertanya kapan itu,  Ma Sung memberitahu kalau Audisinya tiga hari lagi dan Penerbangan Gi Bbeum dua hari lagi. Gi Bebum pikir kalau Tiga hari lagi sangat Mendadak sekali. Ma Sung meminta agar Gi Bbeum segera pergi dan cepat kembali dengan memberikan sebuah tiket penerbangan. 


Sek Yang diam-diam masuk ke dalam ruang kerja Ma Sung, membaca jurnal "Jangan ingat, urus semua urusanku." Dan kaget melihat sebuah tiket penerbangan. Ma Sung datang bertanya apa yang dilakukan Sek Yang dalam ruang kerjanya.
“Apa Kau menyembunyikan ini? Apa kau akan pergi?” ucap Sek Yang marah. Ma Sung hanya diam saja.
“Kau bilang aku adalah memorimu yang satunya. Bahwa aku bukan keluarga, kekasih, atau siapa pun bagimu. Apa Kau benar–benar akan pergi tanpa memberitahuku?  Teganya kau melakukan ini kepadaku?” ucap Sek Yang kesal
“Woo–jin... Waktuku tak banyak... Aku takkan bisa melakukan aktivitas harianku. Seperti yang kau tahu, aku hampir tak bisa makan dan Tak lama lagi, aku akan lupa semuanya.” Kata Ma Sung lalu mengubah ucapanya.
“Tidak. Aku takkan membiarkan hal itu terjadi... Aku tak menyerah. Aku ingin mencari cara selagi aku masih bisa. Jadi Aku akan kembali saat menemukannya.”jelas Ma Sung
“Apa Gi–bbeum tahu?” tanya Sek Yang. Ma Sung meminta agar jangan memberitahu karena Gi Bbeum  sudah amat menderita.
“Dia tak perlu mengetahui ini. Dan Serta ini takkan terjadi, tapi untuk berjaga–jaga,. jika terjadi sesuatu kepadaku, bisakah kau...” ucap Ma Sung langsung disela oleh Sek Yang
“Tidak, aku tak mau melakukannya... Aku tak menjawab.” Kata Sek Yang marah lalu bergegas pergi. Ma Sun pun hanya bisa diam. 


Gi Bbeum memasukan kotak makan ke dalam koper seperti sudah mulai berkemas, lalu menerima pesan dari Ma Sung “Aku tak bisa mengantarmu ke bandara. Jaga dirimu dan jangan sampai sakit” Tuan Joo sedang ada ditaman melihat anaknya sudah berkemas bertanya apakah Tak lupa apa pun. Gi Bbeum pikir tak ada.
“Aku takkan sempat berpamitan dengan Ja Rang atau Sar Rang.” Kata Gi Bbeum berjongkok didekat ayahnya.
“Kau akan kembali minggu depan... Teleponlah begitu kau tiba.” Pesan Tuan Joo. Gi Bbeum menganguk mengerti
“Ayah, aku merasa sedikit aneh.” Akui Gi Bbeum, Tuan Joo bertanya Kenapa sedikit cemas.
“Itu mungkin Karena kau sudah lama tak keluar negeri. Jangan khawatirkan kami dan jagalah dirimu. Jangan lupa makan.” Pesan Tuan Joo. Gi Bbeum kembali menurut.
“Apa itu Bunga sawwort pegunungan?” kata Gi Bbeum melihat bunga dihalaman. Tuan Joo membenarkan.
Bersambung ke part 2
Udah baca tulisan sinopsis aku 'kan.. hihihi... 
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. Masih kurang 915 lagi, Yuk segera klik Subcribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe akhir tahun ini 

Cek My Wattpad... Dreaming



Cek My You Tube Channel "ReviewDrama Korea"

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 


1 komentar:

  1. Ada yg tau gak lagu yg jd backsong tuh punya siapa?? Waktu masung telpn gi bum gak diangkat

    BalasHapus