PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Rabu, 03 Oktober 2018

Sinopsis 100 Days My Prince Episode 8 Part 1

PS : All images credit and content copyright : TVN

Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe bulan ini 
Tuan Yeon mengaku kalau Sebenarnya, Won Deuk bukan namanya. Hong Shim ingin tahu siapa Won Deuk  sebenarnya. Tuan Yeon mengaku tidak tahu juga. Hong Shim tak percaya kalau Tuan Yeon membiarkan menikah dengan pria yang tidak dikenalinya.
“Itu untuk menyelamatkanmu. Itu satu-satunya yang ada di pikiranku. Kupikir itu akan lebih baik daripada dipukuli sampai mati atau menjadi selir” jelas Tuan Yeon. Hong Shim akan pergi.
“Kau mau kemana?” tanya Tuan Yeon menahan Hong Shim.
“Aku harus memberitahunya bahwa dia bukan Won Deuk.” Jelas Hong Shim.
“Hong Shim.... Tidak bisakah kita hidup seperti ini? Dia sudah menyebabkan beberapa masalah, tapi dia pintar dan sopan. Kulihat, dia sangat cocok untukmu.” Kata Tuan Yeon memohon.
“Bagaimana bisa kau mengatakan itu? Mungkin dia lelaki yang luhur. Keluarganya mungkin mencarinya.” Kata Hong Shim khawatir.
“Tidak, dia harus dianggap mati... Aku menyelamatkannya dari kematian. Dia pasti sudah mati kalau bukan karenaku.” Jelas Tuan Yeon
“Jadi, kau akan membuatnya hidup sebagai Won Deuk padahal dia bukan Won Deuk? Aku tidak bisa melakukan itu.” Kata Hong Shim
Tuan Yeon memohon, tapi Hong Shim juga mengaku tidak pernah kecewa pada ayahnya sepanjang hidupnya sampai sekarang. Tapi menurutnya ini sungguh tidak benar. Tuan Yeon hanya bisa menatap sedih 




Won Deuk menatap sepatu yang dibelinya. Moo Yeol melihat Won Deuk dan siap menarik panah dan melepaskanya, saat itu tersadar kalau Hong Shim datang. Hong Shim melihat panah dari belakang dengan mata melotot.
Won Deuk pun tersadar dengan tatapan Hong Shim lalu melihat panah mengarah padanya. Ia pun langsung berusaha menyelamatkan diri dengan Hong Shim dengan jatuh diladang.
“Itu panah, kan? Sepertinya Tuan Park sudah mengirim preman lagi karena dendam.” Kata Won Deuk panik
“Aku harus pergi memberitahu inspektur kerajaan.” Ucap Hong Shim. Won Deuk menahanya.
“Dia pasti belum pergi jauh. Kita tidak boleh bergerak sekarang. Kita tak tahu berapa banyak yang dia kirim ataupun berapa banyak panah yang mereka miliki. Aku akan memancing mereka kesana. Kau harus tetap di sini.” Ucap Won Deuk
“Jangan pergi... Tetap di sini, di sisiku.” Kata Hong Shim. Won Deuk terdiam mendengar kata-kata Won Deuk. 


Raja kaget karena tahu Putri Mahkota sedang hamil. Tuan Kim berdiri setelah berlutu mengaku sudah cukup lama sejak anaknya tahu tapi tidak bisa membiarkan yang lain tahu. Ia juga mengaku So Hye  juga tidak enak badan, sepertinya khawatir akan mengalami keguguran.
“Itu pasti karena kutukan Ratu. Jimat yang menarik darah dan kemalangan hampir mengambil darah bangsawan.” Kata Tuan Kim
“Yang Mulia.... Kita tidak boleh menganggap insiden jahat ini dengan enteng. Ini bisa menjadi memalukan selama beberapa generasi, kau jangan meninggalkan cacat dalam pemerintahanmu turunkanlah tahta Ratu dan Pangeran Seowon.” Kata Mentri pendukung Tuan Kim.
“Ini adalah hari yang menyenangkan. Sudah saatnya ekstra hati-hati untuk stabilitas Putri Mahkota. Bagaimana kalau kau mengirim tabib kerajaan dan minta dia diperiksa?” saran Tuan Jung
“Ayo kita lakukan itu.” Kata Raja seperti masti tak percaya
“Terima kasih atas kemurahan hatimu yang tak terbatas, tapi menurut "Puisi Klasik", jika seorang raja tidak dapat memperoleh dukungan rakyat, dia akan kehilangan hak untuk menjadi raja.” Kata Tuan Kim mencoba meyindir.
“Dengan demikian, dia tidak akan lagi menjadi raja. Jika kau kalah, apa yang akan kau dapatkan? Sebuah proses dan peraturan yang tepat diikuti bahkan untuk menceraikan isteri.” Kata Tuan Kim memprofokasi.
“Bagaimana bisa memutuskan melengserkan Ratu negara ini dalam semalam? Berikan aku waktu.” Ucap Raja Lee sinis.
“Butuh waktu lama untuk mendapatkan dukungan orang. Tapi hanya butuh sedetik untuk kehilangannya. Silahkan atasi masalah ini secepat mungkin.” Komentar Tuan Kim seperti memperingati. 

Di Ruang Ratu, semua mentri pendukung duduk bersama sambil berpikir. Salah satu berkomentar mereka menyalakan api di Gunung Mokmyuk dan mengalihkan perhatian untuk sementara waktu, Mentri lain mengeluh kalau itu masih dianggap sebagai tindakan balasan.
“Jika kita melakukan itu, mereka akan semakin marah, dan beranggapan, itu semua karena perbuatan Ratu.” Kata Mentri menolak rencana bodoh.
“Apa Putri Mahkota benar-benar mengandungbayi Putra Mahkota? Semua orang tahu bahwa pasangan itu tidak dalam kondisi baik.” Kata Ratu Park
“Kau bahkan mungkin dijatuhi hukuman mati bukannya digulingkan dengan membicarakan masalah itu. Kumohon sadarkan dirimu.” Komentar Tuan Jung
“Tidak akan ada yang terjadi jika bukan karena Juru sita Jung. Bagaimana bisa menemukan jimatnya? Apa Keluargamu bahkan di bawah kendali?” komentar Ratu Park kesal. Tuan Jung hanya bisa terunduk meminta maaf.
“Apa Kau pikir ini dapat selesai hanya dengan permintaan maaf? Tidak bisa begini.. Aku akan menemui Raja sekarang.” Kata Ratu
“Kau Tidak boleh mengunakan pakaian itu... Jika kau akan pergi, berdandanlah dulu.”saran Tuan Jung. 



Je Yoon berada di dalam gudang dengan tangan diikat, meminta agar diberikan sesuatu untuk makan sebelum membunuh mereka semua.  Ia mengeluh aklau Pembunuhan terburuk di dunia ini, membuat seseorang lapar sampai mati.
“Aku ingin kau masuk, hadapi aku, dan bunuh aku dengan baik dan bersih. “ kata Je Yoon menantang. Saat itu seseorang dengan baju sutranya.
“Sepertinya, aku cukup pintar, tapi kali ini aku salah. Apa Kau akan membunuhku karena menemukan jimat?” kata Je Yoon melihat siapa yang datang adalah Tuan Jung
“Aku akan melakukannya jika ingin membunuhmu. Apa kau sadar situasi seperti apa yang disebabkan ambisimu?” komentar Tuan Jung sempat memukul Je Yoon.
“Ini Bisa diprediksi... Ratu digulingkan. Apa bukan itu?” kata Je Yoon
“Kau sudah dimanfaatkan oleh Wakil Perdana Menteri. Artinya kau melemparkan mangsa ke Wakil Perdana Menteri yang mencari kesempatan untuk menggulingkannya.” Jelas Tuan Jung
“Orang-orang akan mengetahuinya. Kalu Orang dibalik pembunuhan Putra Mahkota...” kata Je Yoon langsung disela oleh Tuan Jung.
“Sang Ratu tidak memerintahkannya. Memang Sudah menjadi tugasku merencanakan skema semacam itu, tapi aku tidak pernah melakukan semua itu.” Jelas Tuan Jung
“Jangan-jangan, kau menculikku untuk memohon ketidakbersalahanmu.” Kata Je Yoon kaget.
“Aku tidak tahu kenapa kau menyebabkan masalah di sana-sini, tapi jangan bertindak sembrono lagi. Seseorang sepertimu tidak seharusnya menempelkan hidungmu dalam masalah ini.” Tegas Tuan Jung memperingati.
“Aku punya permintaan untukmu... Aku butuh dua hal... Seragam resmi dan tandu. Hidupku sepertinya sudah di ambang.” Jelas Je Yoon memohon.


Hong Shim dan Won Deuk masih ada didalam semak. Won Deuk pikir mereka tidak bisa tetap seperti ini sampai matahari terbenam jadi harus memeriksa. Hong Shim memohoan agar Won Deuk  Jangan memancing mereka.
“Kita tidak tahu berapa banyak preman di sana. Aku tidak rela mereka mengejarmu.” Ucap Hong Shim khawatir.
“Sekarang kau sangat mengkhawatirkanku, jadi aku harus mengirim orang lain.” Kata Won Deuk. Hong Shim terlihat binggung.
Won Deuk mengambil sepatu Hong Shim dan langsung melempar kearah lainya, tak ada suara dan pergerakan apapun. Won Deuk mengartikan  mereka sudah pergi dan Tidak ada yang terjadi. Hong Shim kesal karena  Won Deuk seharusnya melemparkan sepatu jeraminya, bukan miliknya sendiri.
“Apa kau menyuruhku berjalan tanpa sepatu?” kata Hong Shim kesal mencari-cari keberadaan sepatunya.
“Coba pakai ini... Aku ingin membeli sepasang bordir dengan bunga sakura, tapi hanya menemukan bunga prem. Suatu hari nanti pasti, aku akan memastikan untuk memberikanmu sepasang itu sebagai hadiah.” Kata Won Deuk memberikan hadiah sepatu untuk istrinya.
Hong Shim terdiam seperti tak percaya kalau Won Deuk bisa membelikan sepatu untuknya. Won Deuk heran melihat Hong Shim hanya diam saja, bukan mencobanya. Hong Shim tetap terdiam.
Won Deuk dengan senyuman merasa Tidak ada pilihan lain jika Hong Shim yang menginginkan untuk membantu memakainya. Hong Shim menolak karena akan memakainya sendiri. Won Deuk berkomentar kalau sepatunya sangat cocok untuk Hong Shim.
“Aku...ingin mengakui sesuatu.” Kata Hong Shim. Won Deuk mengaku sudah tahu apa yang ingin dikatakan.
“Kau dilahirkan di keluarga bangsawan.” Ucap Won Deuk Hong Shim. terlihat binggung.
“Apa? Aku tidak tahu apa yang kau bicarakan. Apa yang dilakukan wanita dari keluarga bangsawan?” ucap Hong Shim mencoba mengelak.
“Kau tahu buku apa yang aku sembunyikan. Artinya, kau bisa membaca.” Ucap Won Deuk.
“Aku belajar beberapa karakter saat bekerja serabutan.” Akui Hon Shim.
“Kau bisa membaca tapi tidak membuat buku. Bahkan Kau bisa mendapat untung dengan menjualnya. Mungkin kau ingin menyembunyikan statusmu.” Kata Won Deuk.
“Toko buku baru dibuka belum lama ini.” Ucap Hong Shim membela diri.
“ Kau juga tahu sarjana miskin adalah inspektur kerajaan. Itu hal yang sulit untuk diperhatikan.” Balas Won Deuk.
“Dia membicarakannya sepanjang waktu. Begitulah aku mengetahuinya.” Jelas Hong Shim.
“Kau berbicara dengan aksen Hanyang kadang-kadang. Kata Won Deuk. Hong Shim berdalih kalau bekerja untuk seorang kerabat di Hanyang jadi mempelajarinya.
“Jika kau tidak ingin memberi tahu, kau tidak perlu melakukannya. Aku tidak keberatan mencari tahu satu-persatu tentangmu.” Kata Won Deuk
Hong Shim terdiam seperti merasa sedih. Won Deuk berpikir kalau Hong Shim sedih karena tidak suka sepatunya. Hong Shim mengaku menyukainy, hanya khawatir Tuan Park akan terus mengganggu mereka. Won Deuk mengaku punya rencana jadi Hong Shim jangan khawatir.
“Bau jelai di angin sangat harum. Aku lupa apa yang terjadi pada kita di masa lalu, tapi aku tidak akan pernah melupakan momen ini.” Ungkap Won Deuk menghirup udara yang selama ini tak pernah dirasakanya. 


Sebuah tandu tertutup dihentikan depan pintu, petugas meminta agar membuka jendelanya karena harus memeriksa identitasnya. Je Yoon mengeluarkan tanda pengenalanya sebagai juru sita. Petugas ingin tahu alasan ada dalam tandu.
“Aku di sini dan itulah yang penting... Biarkan aku masuk sekarang juga.” Kata Je Yoon. Saat tandu masuk anak buah Tuan Park melihat diam-diam. 

Je Yoon mencari buku “Catatan Sekretariat Kerajaan” lalu mulai membaca apa yang terjadi. Saat itu tertulis Tuan Kim yang mengatakan sangat percaya itu yang terbaik untuk tidak menghadiri upacara hujan yang akan datang.
Flash Back
Raja menyuruh Lee Yeol harus menghadiri upacara hujan di tempatnya, Lee Yeol meminta ayahnya agar membatalkan pesanannya, menurutnya tak ada yang lebih penting daripada upacara hujan.
“Sebelum menjadi Putra Mahkota, aku adalah putramu. Bisakah kau tidak memberiku kesulitan yang tidak bisa kuhadapi sendiri?” ucap Lee Yeol
“Apa Sesuatu yang mengerikan yang tidak bisa dia pecahkan? Jadi Itu sebabnya dia tidak mau menghadiri upacara Tapi dia tidak punya pilihan lain. .. Itu adalah saran Kim Cha Eon.. Apa Wakil Perdana Menteri membunuh Putra Mahkota?”gumam Je Yoon yakin. 


Je Yoon datang menemui Tuan Kim di ruanganya, Tuan Kim melihat surat yang dibawa Je Yoon bukan segel Putra Mahkota. Je Yoon mengaku kalau itu adalah dokumen pribadi dan Tuan Kim bisa memeriksa tulisan tangan. Tuan Kim  ingin tahu Apa yang ingin di dapatkan, Jabatan atau kekayaan.
“Aku ingin mendapatkan hatimu.” Kata Je Yoon. Tuan Kim kaget mendengarnya.
“Aku ingin bekerja untukmu, bukan mendiang Putra Mahkota. Itu adalah kenapa aku memberimu surat rahasia ini.” Kata Je Yoon mendekati wajahnya agar Tuan Kim yakin.


Ayah Hong Shim gelisah didepan bar, lalu melihat keduanya pulang mengeluh karena datang larut sekali. Hong Shim mengaku pergi menemui tabib padahal sudah bilang baik-baik saja tapi Hong Shm yang terus khawatir. Hong Shim memberitahu kalau tangan Won deuk terluka.
“Kau terluka untuk menyelamatkan Hong Shim, kan? Aku bangga dengan menantuku.” Ungkap Ayah Hong Shim
“Wajar bagi seorang pria untuk melindungi istrinya.” Kata Won Deuk dengan senyuman bahagia.
“Tapi jika kau bangga denganku, bisakah aku makan nasi sup?” ucap Hong Shim. Won Deuk mengaku belum makan sepanjang hari dan lapar.
“Kau tidak perlu hanya makan 1 mangkuk. Kau dapat makan 2.” Kata Tuan Yeon. Won Deuk tak percaya mendengarnya.
“Mi Geum, bisakah kau membawa semangkuk sup dengan banyak makanan padat?”kata Tuan Yeon lalu mengajak Hong Shim untuk berbicara.


Keduanya duduk dalam kamar, Tuan Yeon yakin kalau Hong Shim tidak memberitahunya,  Hong Shim mengaku tidak bisa. Tuan Yeon memujinya, menurutnya Won Deuk percaya, dirinya Won Deuk dan Jika Hong Shim  bilang kepadanya dia bukanlah Won Deuk, pasti akan sangat terkejut.
“Aku belum memutuskan tidak akan memberitahunya.” Ucap Hong Sim
“Ada waktu untuk segalanya. Kehilangan ingatannya tidak akan bertahan selamanya. Ingatannya akan kembali suatu hari nanti. Kau bisa mengatakannya yang sebenarnya padanya.” Jelas Tuan Yeon.
“Bagaimana mungkin ingatannya kembali ketika kita menipu dia? Kita berbohong padanya. Pada awalnya, dia sadar dia bukanlah Won Deuk. Aku mengabaikannya ketika dia mengatakan itu. Aku tidak bisa meninggalkannya seperti ini. Aku harus membantunya memulihkan ingatannya.” Jelas Hong Shim. 


Di kamar Won Deuk memikirkan yang harus dilakukan karena Peringatan yang tidak siap hanya akan menyebabkan lebih banyak preman terlibat. Saat itu terdengar teriak Goo Dul memanggil Won Deuk dan Hong Shim agar keluar. Keduanya pun keluar dari pintu berbeda.
“Kenapa kalian berdua di kamar berbeda?” tanya Kkeut Nyeo curiga.
“Aku sedang berbicara dengan Ayah. Lalu Kenapa kau di sini?” tanya Hong Shim mencoba mengalihkan.
“Kami mengadakan pesta untuk merayakan pemecatan hakim. Dan Kami menunggu tapi kau tidak datang, aku membawa beberapa kue pelangi.” Jelas Kkeut Nyeo memperlihatkan kue beras.
“Apa kue-kue itu dibuat dengan pelangi?” tanya Won Deuk yang polos melonggo tak percaya.
“Ya ampun. Ada apa dengan otaknya... Apa Kau kesurupan?” komentar Goo Dul lalu menarik Won Deuk untuk ikut denganya saja.


Kkeut Nyeo melihat sepatu apa yang digunakan temanya. Hong Shim mengaku kalau itu Hadiah Dari Won Deuk. Kkeut Nyeo tak pecaya kalau Wajah cantik seperti Won Deuk memberikan hadiah yang cantik?
“Aku sangat cemburu. Kau punya suami seperti dia... Kemalangnya aku. Keberuntunganku seperti kue beras ini.” Ungkap Kkeut Nyeo iri. 

Goo Dul memberikan sebuah botol, karena Petugas Taman menyimpan anggur bokbunja jadi membawa untuk Won Deuk untuk meminumnya lalu beraksilah larut malam ini. Won Deuk binggung  Kenapa harus ber-aksi pada larut malam.
“Apa kau tak tahu? Kau dan Hong Shim perlu berlatih.” Komentar Goo Dul.
“Jika itu adalah anggur, aku tidak membutuhkannya... karena kita tidak memiliki hubungan semacam itu.” Ucap Won Deuk
“Kau tidak memiliki hubungan semacam itu? Apa Maka maksudmu kau belum tidur dengannya?” tanya Goo Dul tak percaya.
“Kami tidur di kamar yang berbeda.”akui Won Deuk. Goo Dul makin melonggo kalau mereka tidur Terpisah.
“Ini gila... Itulah mengapa tidak turun hujan, Meskipun semua pria dan wanita menikah.. Ini semua salahmu... Sudah lama kau menikah dan Apa kau belum tidur dengannya? Apa Kau tidak waras? Kau pasti gila...Won Deuk, jangan-jangan kau biksu.” Ejek Goo Dul.
“Jenis biksu apa yang punya rambut dikepalanya?” balas Won Deuk. Goo Duk tak peduli memilih untuk pergi memberikan anggur untuk Won Deuk. 



Goo Dul dan Kkeut Nyeo berjalan pulang. Goo Dul membahas Won Deuk bukan hanya baik-baik saja, tapi tidak bisa diprediksi. Terkadang Won Deuk  terlihat pintar, tapi terkadang tidak bisa mengerti.  Kkeut Nyoe membela kalau Won Deuk tidak bodoh.
“Apa Kau tahu, dia membelikan Hong Shim sepatu?” kata Kkeut Nyeo.
“Sebentar. Apa Kau cemburu?” ucap Won Deuk. Kkeut Nyeon pikir sudah pasti cemburu.
“Dia mungkin menghutang... Haruskah aku melakukan itu juga? Haruskah aku pergi ke rentenir dan membelikanmu sepatu? Seberapa bodoh dirimu?” kata Goo Dul kesal berjalan mundur tak sadar ada orang dibelakangnya.
“Maafkan aku, Tuan... Seharusnya aku melihat jalanku.” Ucap Goo Dul tertunduk saat melihat Moo Yeol dengan pakaian bangsawan.
“Aku punya sesuatu untuk ditanyakan. Apa hubungan kedua orang yang kau temui di bar?” tanya Moo Yeol
“Mereka suami-istri” ucap Goo Dul. Moo Yeol kaget mendengarnya kalau adiknya sudah menikah.
“Apa kau tahu bagaimana mereka berakhir seperti itu?” tanya Moo Yeol
“Putra Mahkota memerintahkan setiap pria dan wanit menikah. Hong Shim umurnya kelewatan, tapi dia tidak punya suami.” Kata Goo Dul mengejek. Kkeut Nyeo langsung mencubit suaminya.
“Tapi Kenapa Tuan bertanya?” tanya Kkeut Nyeo. Moo Yeol mengaku  Pria muda itu terlihat seperti seseorang yang dikenal.
“Kau harus memastikannya... Oh tunggu. Won Deuk menderita kehilangan ingatan, dia mungkin tidak mengenalimu.” Ucap Goo Dul. Moo Yeol kaget lagi.
“Pada awalnya, dia tidak tahu namanya, bahan dia juga tidak mengenali Hong Shim. Ingatannya mungkin akan kembali jika dia melihat wajah yang dikenalnya, silahkan masuk ke dalam.” Kata Goo Dul
“Itu tidak perlu. Aku yakin itu adalah pria yang hanya terlihat seperti temanku. Pokoknya, pulanglah dengan selamat.” Kata Moo Yeol segera pergi.
Kkeut Nyeo mengeluh karena suaminya yang memberitahunya semua itu. Goo Dul pikir itu karena Moo Yeol yang menanyakan. 




Won Deuk duduk didepan kamarnya mengingat kembali yang dikatakan Goo Dul “Kau sudah lama menikah dan Apa kau belum tidur dengannya? Apa Kau tidak waras? Kau pasti gila.”  Saat itu Hong Shim keluar kamar mengatakan menyiapkan meja untuk sup dan kue beras.
“Asal kau tahu, itu dibuat dengan gandum, biji wijen, mugwort, dan kudzu. Ini enak, jadi cobalah beberapa.” Jelas Hong Shim
“Kenapa kue itu dinamai pelangi?” tanya Won Deuk. Hong Shim pikir Goo Dultampaknya belum membacanya atau bahkan pernah mendengarnya.
“Aku tidak menyukai namanya.” Kata Won Deuk. Hong Shim ingin tahu Won Deuk menyukai apa.
“Biasanya kau makan apa?” tanya Hong Shim. Won Deuk menjawab  suka Pancake daging.
“Aku ingat menikmatinya.” Kata Won Deuk. Hong Shim bertanya apakah Won Deuk ingat di mana memakannya
“Di rumah Tuan Park.” Ucap Won Deuk. Hong Shim merasa ragu itulah pertama kalinya.
“Coba pikirkan di mana kau makan sebelumnya.” Ucap Hong Shim. Won Deuk mencoba memikirkan tentang Sebelumnya
“Goo Dul mengambil satu! Dia mencuri satu untuk Kkeut Nyeo dan...” kata Won Deuk mengebu-gebu. Hong Shim tak bisa berkata-kata lagi.
“Kau pasti lapar, silahkan makan.” Kata Hong Shim tak ingin membahasnya.
“Apa Kau tidak akan makan denganku?” tanya Won Deuk. Hong Shim mengaku lebih nyaman makan bersama ayahnya dan perlu bicara juga.
“Benar. Nikmati makanan dan percakapanmu. Malam ini adalah malam terakhirmu akan tidur di kamarnya.” Ungkap Won Deuk. Hong Shim terlihat kaget. 



Saat itu diam-diam Moo Yeol menatap dari kejauhan, dua anak buahnya datang menghampiri kalau Pria di bar. Moo Yeol mengatakan mengurusnya sendiri, jadi meminta merkea kembali dan menunggu saja. Anak buahnya ingin tahu alasanya.
“Dia ada dalam jangkauan kita.” Kata Anak buanya. Moo Yeol beralasan kalau harus memeriksa ulang.
“Apa Maksudmu itu belum tentu Putra Mahkota? Biarkan aku memeriksa apa itu dia.” Kata Anak buahnya
“Adikku... Wanita yang bersamanya adalah adikku.” Ucap Moo Yeol 

Ratu Park bersimpuh denga baju putihnya di depan ruangan suaminya. Raja melihat dari belakang.
“Yang Mulia.. Tolong jangan biarkan Pangeran Seowon digulingkan. Sebagai ibunya, aku akan bertanggung jawab penuh. Selamatkan hidupnya dengan memberiku racun. Tolong maafkan Pangeran Seowon, Yang Mulia.” Jerit Ratu Park sambil menangis.
“Ibu.. Ibu, jangan berbicara tentang kekejaman seperti itu.” Kata Pangeran Seowon menghampiri ibunya.
“Kembali ke kamarmu... Akulah orang yang berdosa, oleh karena itu aku akan dihukum. Bahkan jika aku harus mengorbankan diriku sendiri, aku akan melindungimu sampai akhir. “Ucap Ratu park.
“Aku akan meninggalkan istana. Jadi bersiap-siaplah” kata Raja pada pengawalnya. 

Mentri melihat tulisan dari Lee Yeol berpikir Karakter Cina untuk "tumit" dan ingin tahu apa maksud Putra Mahkota dengan surat ini. Tuan Kim pikir tak peduli apa itu menurutnya Apa pun yang bisa menghantui mereka  hanya harus dihancurkan dengan membakar surat Lee Yeol
“Tuanku, kau ada tamu.”kata Kasim memberitahu
“Apa dia tidak punya sopan santun? Ini Sudah larut, jadi katakan padanya untuk kembali besok.” Ucap Tuan Kim marah. Tapi saat itu pintu terbuka dan seorang masuk.
“Siapa yang berani membuka pintuku tanpa izin?” teriak Tuan Kim, Mentri panik karena Raja ternyata yang datang.
“Menteri, tinggalkan kami.” Ucap Raja. Mentri pun menganguk mengerti. 
Keduanya duduk bersama, Raja mengaku suadh menelantarkan ibu dari putranya, dan bilang pada diriku sendiri, itulah satu-satunya cara untuk melindungi putranya, bahkan berusaha menemukan kenyamanan dalam kata-kata itu.
“Tindakanku menyebabkanku kehilangan anakku juga. Aku tidak ingin menindaklanjutiny menjadi orang yang membunuh putraku.” Ucap Raja seperti ingin curhat.
“Apa Bahkan jika itu Ratu dan Pangeran Seowon?” tanya Tuan Kim
“Kutuk aku karena menjadi raja yang lemah... Namun, aku tidak dapat menelantarkan istri dan putraku lagi.” Jelas Raja
“Raja harus tahu kapan harus berhati-hati. Jika kau membiarkan emosi mempengaruhimu,kau mungkin menempatkan seluruh bangsa dalam bahaya. Selain itu, jika kau memaafkan kejahatan anggota keluarga, orang-orang tidak akan menghormatimu lagi.” Ucap Tuan Kim
“Orang-orang? Apa Orang yang kau katakan? Aku tahu betul kalau itu kau, orang yang menggerakkan orang-orang. Mulai saat ini, kau harus berhenti mempengaruhi orang-orang.” Tegas Raja mengetahui Tuan Kim yang licik.
“Untuk apa aku melakukan itu?” balas Tuan Kim mengelak.
“Kenapa tidak menjadi raja sendiri saat itu? Kenapa kau membiarkanku mengambil tahta?” ucap Raja
“Apa maksudmu ingin menyerah?” tanya Tuan Kim menyindir.
“Aku tidak akan membiarkan Ratu dan Pangeran digulingkan. Jika Putri Mahkota memiliki seorang putra, maka aku berjanji untuk memproklamasinya sebagai cucu sahku.” Jelas Raja
“Kau pikir itu,apa yang kuinginkan?” ucap Tuan Kim. Raja ingin tahu apa lagi yang dinginkan Raja.
“Aku harus memikirkannya, jadi silahkan kembali dan tunggu jawabanku.” Kata Tuan Kim 


Tuan Park berada didalam kantor hakim menyuruh petugas agar membersihkan semua yang berantakan sambil mengeluh para pengawal kerajaan yang  tidak bisa lebih lembut dengan penangkapan dan harus membuat kekacauan.
“Won Deuk, sialan. Apa kau harus menembaknya di sini?” keluh Tuan Park mencoba mencabut panah yang tempel disela-sela batu.  Won Deuk datang melihat panah yang dilepaskan.
Tuan Park menyuruh petugas agar membersihkan lainya, lalu melihat buku yang berserakan dan menmukan daftar keluarga. Ia kaget  karena nama belakangnya adalah Won dan nama depannya adalah Deuk Tapi nama lengkapnya adalah Na Won Deuk.

Hong Shim datang ke bukit membawakan panah, bertanya apakah bisa menembak, karena luka Won Deuk pasti masih sakit. Won Deuk juga tak tahu karena Lenganku terasa sangat tidak nyaman, jadi mungkin menembak salah satu tenggorokan mereka.
“Haruskah aku berterima kasih kepada Tuan itu? Aku yakin, sudah melakukan panahan sebelumnya Dan mungkin, aku pandai dalam hal itu.” Kata Won Deuk akan melepaskan panahnya.
Saat itu Tuan Park sedang mengobrol dengan teman-temanya, lalu dikagetkan dengan panah yang menancap di tiang kayu. Semua panik dan berpikir kalau itu surat peringatan yang lain. Tuan Park membacanya dengan wajah panik.
“Aku sudah tahu, kau punya preman untuk menggertak orang. Jika kau melakukan hal seperti itu lagi, aku tidak akan memaafkanmu. Ingatlah aku, Inspektur Kerajaan Heo Man Shik, aku mengawasimu.”
“Inspektur kerajaan belum meninggalkan desa. Sepertinya dia masih mengincar kita, apa yang harus kita lakukan?” kata teman Tuan Park panik
“Apa yang bisa kita lakukan? Kita harus mengalah untuk sementara waktu.” Ucap Tuan Park ketakutan melihat sekeliling. 
Won Deuk melihat dari kejauhan kalau Sepertinya itu ide yang bagus untuk memanfaatkan inspektur kerajaan. Hong Shim pikir Mereka pasti kaget. Jadi mungkin tidak bisa menindas mereka untuk sementara.
Won Deuk mengatakan kalau ingin tidur di rumah bukannya di bar mulai hari in jadi mengajak untuk membersihkan rumah. Hong Shim hanya terdiam menatap Won Deuk yang pergi lebih dulu. 


Saat pulang ke rumah, Kkeut Nyeo dkk sedang membereskan rumah. Hong Shim binggung Apa yang sedang mereka  lakukan di rumahnya.  Teman Hong Shim mengaku datang untuk membersihkan kekacauan di rumah Hong Shim Jika melakukan semuanya bersama, akan segera selesai.
“Kau pernah bilang, orang harus saling membantu.” Ucap Kkeut Nyeo merapihkan alas tidur. Hong Shim tersenyum bahagia mendengarnya.
“Aku akan mendekorasi ruanganmu dengan baik, jadi malam ini... Tahu, kan?” bisik Goo Dul. Won Deuk malah bertanya Apa yang harus di lakukan.
“Kalian Pergi membuat lem ke kertas rumah.” Ucap Tuan Yeon. Won Deuk binggung diminta Membuat lem
“Beristirahatlah. Aku bisa mengurusnya.” Ucap Hong Shim. Won Deuk mengajak untuk melakukan bersama.
“Ini Sungguh aneh, semakin aku melihatnya.” Komentar Tuan Park melihat Won Deuk curiga.
“Apa yang aneh?” tanya Tuan Yeon. Tuan Park mengaku tak adan mengajak agar terus berkerja.
“Lakukan ini juga. Aku tidak bisa melakukannya. Kenapa tidak berfungsi? Wah.. Pintu-pintu ini seperti bangkai kapal.” Komentar Tuan Park membantu memperbaiki pintu. 


Tuan Kim memberitahu kalau  Cendikia Seonggyungwan sudah berhenti memprotes, jadi Tidak akan ada lagi banding dan Juga, semua pejabat sudah setuju tidak membahas deposisi lagi. Raja ingin tahu apakah Tuan Kim sudahkah berpikir tentang apa yang diinginkan.
“Kursi kerajaan.” Kata Tuan Kim. Raja kaget mendengarnya.
“Apa kau menuntut tahta?” kata Raja kaget tak percaya. 

Semua sibuk membereskan rumah, tiba-tiba Ma Chil datang dengan nada mengejek memuji mereka yang sudah kerja bagus. Tuan Kim bertanya alsan datang dan berpikir kalau datang untuk bantuan.
“Karena apa yang terjadi pada Tuan Park yang dulunya memiliki punggungku, aku dalam masalah bersamanya. Aku terburu-buru karena menghasilkan uang dari uang orang lain. Jadi Bayarlah hutangmu senilai 45 Yang sekaligus, Atau menawarkan Hong Shim sebagai gantinya.” Ucap Ma Chil semua kaget.
“Kau dan aku membuat janji.” Ucap Won Deuk, Ma Chil mengaku  Won Deuk yang menghadapi orang yang salah.
“Aku bukan tipe orang yang menepati janji.. Itu sifatku.” Kata Ma Chil menarik Hong Shim untuk ikut denganya.
“Lepaskan aku, bicaralah dulu.” Kata Hong Shim. Tuan Yeon menahan Ma Chil.
“Kenapa kau melakukan ini? Ambillah aku sebagai gantinya.”kata Tuan Yeon.
“Tidak ada yang akan menggunakan pria tua sepertimu sebagai budak.” Ucap Ma Chil
Tuan Yeon memohoan agar Jangan membawa Hong Shim. Ma Chil marah langsung mendorong Tuan Yeon karena Kapal sedang menunggu jadi tidak ada waktu. Hong Shim akhirnya mengigit tangan Ma Chil dan mencoba menolong ayahnya yang terjatuh.
“Ini Adalah tindaka ilegal menjual orang dengan dokumen palsu.” Ucap Won Deuk akhirnya memberikan pukulan ada Ma Chil dan langsung terjatuh.
“Kenapa kau tidak melakukan apa-apa? Hakim tidak ada, kau harus menyelesaikan masalah ini.” Ucap Won Deuk marah pada Tuan Park hanya diam saja.
“Ma Chil.... Dia tidak bernafas...” jerit Goo Dul. Semua kaget, Tuan Park mendekat mencoba membangukan Ma Chil dan mengatakan kalau sudah meninggal.
“Tidak mungkin... Bisakah seseorang mati dengan mudah?” kata Hong Shim. Tuan Yeon pikir harus memeriksa.
“Jangan sentuh dia jika kau tidak ingin pergelangan tanganmu dipotong. Ini adalah kasus pembunuhan. Jangan ada yang bergerak.” Jerit Tuan Park. Semua pun terdiam, Won Deuk pun terlihat shock.
Bersambung ke part 2

Cek My Wattpad... Kang Daniel 


Cek My You Tube Channel "Review Drama Korea"


 PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 




Tidak ada komentar:

Posting Komentar