PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Selasa, 16 Oktober 2018

Sinopsis 100 Days My Prince Episode 11 Part 2

PS : All images credit and content copyright : TVN

Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe bulan ini 

Mereka pergi ke toko buku, Hong Shim percaya kalau yang harus dibeli adalah novel erotis. Je Yoon pikir Novel erotis yang terbaik untuk membaca sentimen publik. Kesedihan orang-orang, perjuangan emosional, dan bahkan hubungan cinta tertulis dalam novel erotis tersebut.
Ia lalu melihat judul "50 Nuansa Pria seksi dari gourmet”merasa suka judulnya, menurutnya tulisannya juga luar biasa. Hong Shim tiba-tiba meminta bantuan Je Yoon untuknya. Je Yoon mendekat ingin tahu apa itu. 
“Melihat bahwa suamiku mempertaruhkan dirinya untukmu, aku yakin gambaran besar yang kau katakan adalah sesuatu yang benar. Harap capai tujuanmu, tapi jangan menempatkan penduduk desa dalam kesulitan” ungkap Hong Shim.
“Kebanyakan orang di Desa Songjoo sangat bersahaja dan hangat hati. Mereka tak menangis karena kelaparan. Tapi Mereka kebanyakan menangis karena kekuasaan.”cerita Hong Shim.
“Aku akan mengingatnya. Selama aku di sini,maka aku tak akan membuat mereka menangis.” Kata  Je Yoon berjanji. 



Pemilik toko buku berkomentar kalau buku itu sangat menarik lalu melihat Hong Shim bertanya Di mana Won Deuk, Kenapa tak datang hari ini. Ia mengeluh karena Won Deuk juga tak mau mengerjakan buku-buku baru menurutnya Salinan yang dibuat Won Deuk adalah yang paling populer.
“Dia sibuk dengan urusan lain belakangan ini.” Kata Hong Shim panik dan mengaku harus pergi berbelanja jadi bergegas pergi.
“Aku harap kau memilih novel erotis yang bagus.” Kata Hong Shim pada Je Yoon segera pergi.
“Aku akan membayar dua jeon per salin, katakan padanya untuk datang ke sini.” Teriak pemilik buku.
“Bisakah kau tunjukkan padaku buku-buku yang dia salin?” tanya Je Yoon mulai penasaran.
“Kau memegangnya sekarang.” Kata pemilik buku. Je Yoon melihat buku yang berjudul "50 Nuansa Pria seksi dari gourmet"


Won Deuk melihat kipas yang tergeletak dijalan dan bertanya Apa ini barang yang hilang. Ae Wol membenarkan, dengan bangga kalau sudah menemukan barang berhargaku kembali berkat Won Deuk.  Won Deuk membuka kipas milik Ae Wol.
“Kepala Seksi Kebudayaan dan Pendidikan adalah pejabat peringkat kelima. Tak ada cara dia diberikan kipas 40 rusuk. Selain itu, ukiran dan pernisannya dibuat secara sembarangan.” Gumam Won Deuk.
“Kau lebih baik tak tinggal dekat dengan orang yang memberimu kipas ini.” Komenta Won Deuk. Ae Wol ingin tahu alasanya.
“Ini palsu. Kau bisa Periksa sendiri jika tak dapat mempercayaiku.” Kata Won Deuk.  Ae Wol yakin kalau itu tak mungkin. Won Deuk akan berjalan pergi.
“Tunggu Sebentar... Kau harus mengambil gajimu sebelum pergi.” Kata Ae Wol
“Semuanya akan berbeda jika kipas itu asli, tapi aku tak dibayar untuk menemukan palsu seperti itu.” Kata Won Deuk.
“Itulah alasan untuk membiarkanku membayarmu. Aku hampir memberikan hati dan tubuhku kepada orang yang salah. Terima kasih kepadamu, aku menghindari kesalahan.” Ungkap Ae Wol
“Aku tak akan menolak jika kau bersikeras.” Kata Won Deuk mengambil uang dan berjalan pergi. 



Ae Wol datang menemui Je Yoon menceritakan Pria yang disuruh untuk menemuinya, seperti tak tampak biasa. Je Yoon ingin tahu dalam hal apa itu. Ae Wol menceritakan Won deuk yang tahu bahwa kipas itu palsu dan tak pernah membayangkan Tuan Kim akan memberikan yang palsu.
“Ini Sudah selesai... Kau tak akan bisa mengenalinya, bahkan jika aku menggambarnya, jadi kenapa kau memintanya?” keluh Ae Wol yang selesai mengambar wajah Won Deuk.
“Gubernur Jung, aku minta maaf mengganggu waktu bahagiamu, tapi Tuan Park sangat ingin bertemu.” Ucap Tuan Park pada Je Yoon. 

Je Yoon menemui Tuan Park dirumahnya,Tuan Park menceritakan  harus menunda jadwalnya untuk pergi ke Hanyang jadi mengirim seseorang untuk mengatur janji, tapi malah mendengar berita mengejutkan. Je Yoon penasaran apa itu.
“Wakil Perdana Menteri Kim hilang Dan istana sudah setuju untuk mengukuhkan Pangeran Seowon sebagai putra mahkota berikutnya.” Ucap Tuan Park. Je yoon kaget mendengarnya.
“Kudengar raja menunda pengukuhan karena Putri Mahkota belum melahirkan. Tapi dia tiba-tiba berubah pikiran. Aku ingin tahu apa yang sedang terjadi.”ucap Tuan Park penasaran.
“Bisakah kau membantuku? Aku harus pergi ke Hanyang.” Kata Je Yoon. 



Won Deuk pulang kerumah melihat Hong Shim dengan wajah cemberut sedang memetik daun dan bertanya apa itu. Hong Shim mengaku ingin menyajikan beberapa makanan untuk para tetangga, karean tak bisa pergi begitu saja ketika mereka memberikan banyak bantuan sejauh ini.
“Liburan Dano dua hari lagi, aku akan menjadikannya sebagai alasan.” Jelas Hong Shi,
“Apa kau menghabiskan uang yang didapatkan dari menjual lemari ini?” tanya Won Deuk
“Apa membuatmu tak nyaman?” sindir Hong Shim. Won Deuk menaku  tak semurah itu. Selain itu, menurutnya ia sudah mendapatkan jumlah uang yang lebih besar.
“Coba Lihat ini... Kau Kerjakan batu kilangan itu.” Ucap Hong Shim tak ingin terbawa emosi.
Won Deuk menarik bajunya mulai memutar batu untuk menjadi tepung, Hong Shim ingin tahu tentang Gisaeng tadi menurutnya wanita itu sangat cantik. Won Deuk pikir itu terlihat tak ada artinya baginya, menurutnya itu juga tak penting karena sifatlah yang lebih penting.
“Maka itu bukan aku.” Ucap Hong Shim. Tapi Won Deuk pikir itu adalah Hong Shim.
“Apa maksudmu aku memiliki sifat yang baik tapi aku jelek?” ucap Hong Shim sinis. Won Deuk hanya bisa tersenyum mendengarnya. Hong Shim mengeuh melihat Won Deuk malah tersenyum seperti mengejeknya.
“Karena kau cantik.” Puji Won Deuk, Hong Shim bisa tersenyum mendengarnya mengaku  merasa tak nyaman karena sangat bahagia sekarang.
“Jangan pulihkan ingatanmu. Jangan pergi ke mana pun Atau Aku akan menggilingmu dengan batu-batu ini.” Ancam Hong Shim. Won Deuk kembali tersenyum.
“Aku tak bercanda.” Tegas Hong Shim. Won Deuk pikir kalau harus menandatangani kontrak. Hong Shim setuju akan mengambil akan mengambil tinta dan kertas. Won Deuk malah menariknya.
“Kenapa? Apa Kau tak ingin menandatangani kontrak?” tanya Hong Shim binggung.
Won Deuk langsung memberikan ciuman di bibir Hong Shim dan menganggap itu sebagai kontraknya, Hong Shim hanya bisa terdiam seperti bahagia yang tak bisa tertahanya. 

Tuan Park tertidur didepan ruangan hakim, Won Deuk datang membawakan sesuatu dan menaruh ditanganya. Tuan Park binggung bertanya Apa kesepakatannya, Kenapa memberikan sesuatu. Ia lallu melihat kalau itu isinya Kue beras.
“Kue beras... Ini sebenarnya dibuat dengan tepung beras...Bagaimana bisa kau mampu... Apa Kau meminjam dari Ma Chil lagi?” kata Tuan Park marah
“Aku menjual lemari mutiaraku.” Kata Won Deuk. Tuan Park memujinya karena Won Deuk sudah dewasa sekarang.
“Kau sekarang lebih baik... Lemari itu tak cocok untuk rumah jerami.” Ungkap Tuan Park
“Kau bekerja untuk hakim selama lebih dari 10 tahun. Kau pasti mengikuti ujian.” Kata Won Deuk. Tuan Park heran dengan Omong kosong yang dibuat Won Deuk menurutnya itu tak mudah.
“Aku melihat dokumen yang kau organisir. Kau teliti dan rajin, jadi kau akan melakukannya dengan baik. Kau bisa membuat peringkat kesembilan junior yang tak buruk. Bahkan jika kau mengatakannya, tak semudah itu...” ucap Won Deuk
“Apa Kau melihat catatan Biro? Aku sudah memberitahumu berkali-kali untuk jangan nekat.” Keluh Tuan Park dan hanya bisa melihat Won Deuk pergi. 


Goo Dul sibuk makan kue beras yang menurutnya sangat enak, karena tak percaya akan makan kue beras deltoid. Sementara Hong Shim memberikan sepasang sepatu untuk Kkeut Nyeo seperti sebagai tanda perpisahan. Kkeut Nyeo heran kenapa Hong Shim memberikanya.
“Apa kau tak suka? Aku memilih yang tercantik.” Kata Hong Shim.
“Ada yang tak beres... Apa kau... Tak boleh, jangan pergi. Aku tak akan membiarkanmu.” Kata Kkeut Nyeo memeluk Hong Shim sambil menangis.
“Hei.. Apa ada masalahnya? Ayo Makan kue beras.” Keluh Goo Dul. Kkeut Nyeo kesal suaminya itusangat tak mengerti.

Raja gelisah dikamarnya, lalu melihat sosok pria berdiri didepan kamarnya dan pedang dengan bekas darah. Ia panik melihat Tuan Kim yang datang lalu bertanya Apa yang diinginkan. Tuan Kim mengangkat pedang seperti ingin membunuh raja, Raja pun berteriak histeris ketakutan.
“Yang Mulia. Apa ada masalah?” tanya Kasim kebingungan melihat raja menjerit histeris.
“Apa istana dijaga dengan aman?” ucap Raja panik. Kasim menjawab itu sudah pasti.
“Pastikan keamanannya ketat Bahkan tikus pun tak boleh masuk. Minta penjaga mengelilingiku dengan ketat.” Perintah Raja. Kasim menganguk mengerti dan meminta Raja agar bisa tenang. 

Beberapa mentri berkumpul mengaku menerima surat-surat rahasia memanggil datang ke restoran dan aku ingin tahu tentang apa ini. Salah satu mentri mengaku sibuk mempersiapkan upacara angsuran dan mengeluh Siapa yang mengatur pertemuan ini.
“Kenapa...Menteri Kebudayaan dan Pendidikan di sini?” tanya Mentri lain sinis.
“Aku di sini karena aku juga menerima surat rahasia.” Kata Mentri yang sebelumnya mendukung ratu.
“Aku tak tahu bahwa dia sudah beralih sisi.” Komentar Mentri lainya.
“Sesudah Pangeran Seowon menjadi Putra Mahkota, Kita butuh koneksi ke Ratu.” Ucap Mentri seperti akan pindah ke sisi ratu.
“Kau ada benarnya. Ini adalah waktu untuk menghubunginya, dan kita memiliki peluang bagus jika kita melalui Menteri Kebudayaan dan Pendidikan.” Komentar Mentri
“Beraninya kau mengatakan itu?” ucap mentri pendukung Tuan Kim. Mentri mengaku mengatakannya karena hidup mereka dipertaruhkan.
“Kau bahkan tak tahu di mana Wakil Perdana Menteri Kim sekarang. Apa Kau masih menyebut dirimu tangan kanannya?” balas mentri lainya.


Saat itu Tuan Kim datang, semua kaget dan langsung berdiri menyambutnya. Tuan Kim berjalan dan langsung meminta kembali duduk dan memilih duduk dibagian tengah meja sebagai pemimpin. Mereka ingin memastikan kalau Tuan Kim yang mengirim surat rahasia.
“Kenapa kau tak datang ke istana ketika masih hidup dan sehat? Apa Kau sudah dengar? Mereka akan mengukuhkan Pangeran Seowon sebagai Putra Mahkota.” Tanya Mentri
“Aku sudah dengar.” Ucap Tuan Kim. Mereka heran melihat Tuan Kim terlihat begitu santai.
“Haruskah kau tak melakukan sesuatu untuk mencegah upacara pengukuhan? Kita butuh rencana. Apa yang harus kita lakukan?” tanya mentri panik
“Dengan segenap hati kalian, bantulah raja persiapkan upacara pengukuhan.” Kata Tuan Kim.
Mentri kalau Tuan Kim mememinta agar membantu mengukuhkan Pangeran Seowon sebagai Putra Mahkota dan mereka mengetahui kalau raja adalah orang yang menyerang Tuan Kim, lalu atasan mereka itu takkan melakukan apa-apa, karena seharusnya harus membalasnya.
“Butuh waktu lama untuk berlatih seekor kuda belaka. Terlebih lagi untuk melatih seseorang. Jika membalas raja dengan tergesa, hanya akan membuang waktu. Aku bertekad untuk menempatkan cucuku di atas takhta.” Kata Tuan Kim. Mereka ingin tahu rencananya.
“Minta para pasukan bersiap. Kita akan pergi ke Desa Songjoo.” Kata Tuan Kim seperti memiliki rencana. 


Moo Yeon tersadar melihat sekelilingnya banyak tumpukan jerami,  Hyuk melihat Moo Yeon sudah sadar bergegas membantunya. Moo Yeon bertanya Di mana mereka ini. Hyuk mengaku harus memindahkankany ke suatu tempat yang aman.
“Wakil Perdana Menteri Kim  sudah tahu dan Beom sudah mati. Sepertinya dia mengetahui Putra Mahkota tinggal di Desa Songjoo. Pasukan menyerang kami dan Wakil Perdana Menteri Kim dalam perjalanan ke sana. Lalu Aku pergi dan membawamu ke sini.” Cerita Hyuk.
“Aku harus pergi ke Desa Songjoo.” Kata Moo Yeon. Hyuk pikir Moo Yeon tak cukup kuat.
“Adikku akan berada dalam bahaya.” Ucap Moo Yeon sangat khawatir.
“Para pasukan itu besar jumlahnya. Mereka sangat terampil. Wakil Perdana Menteri Kim mungkin sudah mati.” Ucap Hyuk.
“Bagaimana jika dia masih hidup?” kata Moo Yeon seperti tahu kalau Tuan Kim itu tangguh. Hyuk pun memutuskan akan ikut dengannya. 

Je Yoon datang ke pintu gerbang istana memberikan tanda pengenalnya kalau untuk menemui seorang petugas penjaga istana. Pengawal mengatakan kalau Je Yoon tak boleh memasuki istana karean Yang Mulia memberi perintah untuk memperkuat keamanan di gerbang.
“Ini penting... Tolong panggil Petugas Kwon Hyuk untukku. Aku tak akan lama.” Ucap Je Yoon memohon. 

Soo Hye ada dikamar menerima surat dari Pelayan, bertanya apa itu. Pelayan memberitahu kalau Kasim Woo diam-diam mengantarkannya. Soo Hye pun membaca surat yang dititipkan padanya, ternyata surat dari Moo Yeon.
“Aku tak dapat menemuimu karena aku harus segera pergi. Aku sekarang mengembalikan gelang yang pernah kau berikan kepadaku. Itu sudah melindungiku sejauh ini, dan sekarang itu akan melindungimu. Aku berharap kau melahirkan anak yang sehat yang mirip denganmu. Itulah satu-satunya harapanku untukmu.”
Soo Hye langsung bangun dari tempat duduknya, pelayan ingin tahu kemana.  Soo Hye pikir harus mencari Moo Yeon, Pelayan memohon agar Soo Hye tak melakukan karena sudah terlambat. Soo Hye menyuruh pelayanya minggir.
“Tolong, Yang Mulia... Aku hanya mengkhawatirkan kesejahteraan anakmu.”kata Pelayan. Soo Hye akhirnya jatuh lemas lalu menangis.
“Kenapa semua orang meninggalkanku? Kenapa?” ucap Soo Hye menangis tersedu-sedu. 

Kwon Hyuk akhirnya keluar di pintu istana bertanya alasan Je Yoon datang dimalam hari.  Je Yoon mengaku butuh kepastiannya. Kwon Hyuk pun mengajak Je Yoon masuk ke dalam istana, di depan perpustakaan Je Yoon memperlihatkan gambar yang dibawanya.
“Pernahkah kau melihat wajah ini?” tanya Je Yoon ingin memastikan.
“Itu adalah Putra Mahkota. Apa sketsa ini? Kenapa kau memilikinya?” kata Kwon Hyuk kaget
“Pernahkah kau mendengar desas-desus bahwa Putra Mahkota mungkin hidup?” tanya Je Yoon.
“Ini menyebar di kalangan wanita pengadilan tapi segera mereda. Dan Rupanya, salah satu pria yang mengirim barang ke istana tampak seperti dia.” Cerita Kwon Hyuk
“Lalu Kapan upacara pengukuhan?” tanya Je Yoon. Kwon Hyuk menjawab dalam empat hari.
“Aku sedang berada di pemakaman hari ini. Aku akan mengirim kabar nanti, jadi tinggallah di tempatku malam ini.” Ucap Kwon Hyuk
“Tidak, aku harus kembali ke Desa Songjoo.” Kata Je Yoon, Kwon Hyuk kaget karean Je Yoon akan pergi malam ini juga.
“Ngomong-ngomong, siapa pria yang mirip dengan Yang Mulia?” tanya Kwon Hyuk penasaran
“Pria yang terlihat seperti Putra Mahkota adalah Yang Mulia.” Akui Je Yoon. 


Hong Shim memegang dinding dengan wajah sedih, Won Deuk yang melihatnya berpikir kalau Hong Shim pasti merasa bersalah sekarang karena harus pergi. Hong Shim memberitahu kalau sudah tinggal di sini selama 10 tahun dan juga sekarang memiliki dinding yang indah berkat Won Deuk.
“Ke mana pun kita pergi, aku akan memasangnya lagi dengan bunga juga.” Ucap Won Deuk. Hong Shim pun setuju.
“Kita harus berkemas.” Kata Hong Shim mengajak masuk ke dalam kamar. 

Won Deuk panik memeluk bajunya karena tak ingin meninggalkanya. Hong Shim mengeluh karena Won Deuk yang ingin membawa semua barangnya. Won Deuk pikir Semakin panas maka akan berkeringat di jalan jadi membutuhkan banyak pakaian ganti.
“Ini bukan piknik. Tak ada waktu untuk itu.” Tegas Hong Shim. Tuan Yeon pikir Hong Shim Jangan terlalu kasar.
“Aku akan membawakannya.” Ucap Tuan Yeon. Won Deuk memuji Tuan Yeon yang sungguh murah hati.
“Menantuku, kemas apa pun yang kau inginkan.” Kata Tuan Yeon. Won deuk mengaku akan membawakan semuanya.
“Bagaimana dengan tempat tidur di kamarku?” kata Won Deuk tak ingin melepaskan semua barang-barangnya.
“Apa yang kau bawa terserahmu, tapi kakak-ku tak menyukai orang matre.” Kata Hong Shim
“Aku tak boleh kehilangan dukungan di matanya karena alasan itu.” Kata Won Deuk lalu perlahan melepaskan semua barang yang dibawanya, mulai dari baju lalu bantalan untuk duduk, karena harus berkemas ringan. Hong Shim dan Tuan Yeon hanya bisa menahan senyum melihat tingkah Won Deuk. 

“Kenapa kau mengemas sepatu ketika aku memberimu untuk dipakai?” keluh Won Deuk melihat Hong Shim memasukan sepatu didalam tas.
“Karena Takut rusak.” Kata Hong Shim yang ingin menyimpan pemberian Won Deuk.
“Setiap barang memiliki tujuan,, Pakaian harus dipakai begitu juga sepatu. Jika kau tak memberi mereka tujuan, maka kau menjadi materialistis.” Ucap Won Deuk.
“Tetap saja, itu akan rusak selama perjalanan panjang kita.” Pikir Hong Shim.
“Jika kau memakai sepatu jerami, kakimu akan rusak. Jadi Kenakan sepatu.” Tegas Won Deuk. Hong Shim pun menurutinya. 


Tuan Yeon tertidur pulang diatas barang yang akan dibawanya, Won Deuk pun tertidur sambil duduk. Hong Shim terlihat gugup didepan rumah karena kakaknya tak datang dan berpikir kalau mungkin sesuatu terjadi padanya.
“Kau yang  mengatakannya sendiri. Dia juga ada sesuatu untuk diselesaikan sebelum dia pergi. Dia mungkin terlambat beberapa hari.” Kata Won Deuk keluar dari kamar
“Tidak, bukan itu yang aku lihat di matanya. Dia tampak seolah-olah ada alasan untuk pergi dalam 10 hari. Dia tampak sangat bertekad.” Ucap Hong Shim.
Itulah alasannya, Aku akan menunggu di sini, jadi sana istirahatlah.” Kata Won Deuk. Hong Shim menatap keluar seperti tak bisa pergi begitu saja.
“Oho... Seorang istri harus mendengarkan apa yang dikatakan suaminya.” Ucap Won Deuk. Hong Shim pun memutuksan akan masuk ke dalam.



Tuan Kim mengingat saat bertemu dengan Beom yang ada di penjara.
Flash Back
Tuan Kim ingin tahu Apa benar-benar membunuh Putra Mahkota. Beom sempat terdiam. Tuan Kim menegaskan kalau Beok memiliki satu kesempatan untuk mengatakan yang sebenarnya. Beom akhirnya mengaku Lee Yeol yang mengidap amnesia.
“Dia tak ingat siapa dirinya dan dia hidup sebagai petani biasa.” Kata Beom. Tuan Kim tak percaya kalau Lee Yeol yang tak  mengenal dirinya.
“Ya, tak ada orang di sekitarnya yang tahu siapa Lee Yeol bahkan Yang Mulia sendiri juga.” Ucap Beom.
Saat itu Moo Yeon dengan sekuat tenaga menunggang kudanya walaupun bekas lukanya terasa sakit, Tuan Kim pun dengan pasukanya akan pergi menemui Lee Yeol. 


Tuan Yeon pikir mereka harus makan banyak sebelum melakukan perjalanan panjang. Hong Shim merasa punya firasat buruk dan tak bisa hanya duduk diam. Won Deuk setuju berpikir Jika dia tak datang, mereka harus mencarinya.
“Kau bahkan tak tahu di mana dia tinggal, bagaimana caranya?” tanya Tuan Yeon
“Jembatan Mojeong di Hanyang. Kami sepakat untuk bertemu di sana jika kami berpisah. Kita mungkin bisa menemukan apa yang dia rencanakan jika kita memasang sketsa gabungan di pasar.” Ucap Hong Shim
“Tapi bukan sekarang. Ayo kita menunggu sampai malam ini.” Saran Won Deuk

Saat itu Goo Dul datang melihat mereka malah makan padahal  keadaaan sangat heboh di pasar karena hari libur Dano hari ini, Ada pertandingan ssireum, rombongan sirkus dan, ada banyak hal yang menyenangkan untuk ditonton.
“Apa itu benar? Won Deuk, Kau pergi ke sana dengan Hong Shim. Hanya Merengut di sini tak akan membuatnya segera kembali.” ucap Tuan Yeon
“Aku tak dalam mood untuk itu.” Kata Hong Shim, Won Deuk pikir merasa sedih.
“Kita mungkin harus tinggal di desa pegunungan atau di pulau mulai sekarang. Ini adalah kesempatan terakhir untuk menikmati festival Hari Libur Dano. Aku akhirnya akan kehilangan kesempatan ini.” Kata Won Deuk.
“Apa yang kau bicarakan?” tanya Hong Shim. Won Deuk mengaku bukan apa-apa.
“Aku hanya berbicara kepada diri sendiri karena kesusahan.” Komentar Won Deuk. Hong Shim pun mengajak Won Deuk pergi saja agar puas. 


Semua rakyat berdiri didepan papan pengumuman tapi mereka semua mengeluh karena tak tahu cara membaca. Kkeut Nyeo juga binggung  mereka yang terus mengirimkan pemberitahuan ketika  semua peduduk bahkan tak dapat membacanya.
“Apa yang dikatakan? Haruskah kita memanggil Won Deuk di sini?” ucap Kkeut Nyeo
“Ini tentang pengukuhan putra mahkota baru.” Kata Ae Wol yang berdiri dibelakang.
“Apa Karena Putra Mahkota meninggal tempo hari?” pikir Goo Dul dan lalu melotot terpana melihat Ae Wol yang cantik.
“Haruskah aku berkunjung ke Hanyang? Aku tak ingin melakukannya.” Kata Ae Wol lalu berjalan pergi.
“Apa dia seorang peri?” komentar Goo Dul. Kkeut Nyeo yang melihatnya langsung memberikan tamparan untuk Goo Dul menurutnya itu pelakor, bukan peri.

Semua penduduk melihat pertunjukan tari, lalu berteriak gembira karena Rombongan sirkus datang. Won Deuk pikir suasana meriah di mana-mana dan menurutnya itu bagus mereka memutuskan keluar dari rumah. Meol Goo datang menyapa Won Deuk dengan sopan.
“Won Deuk Hyeong-nim, aku bisa makan gukbap berkat Hyeong-nim.” Ucap Meok Goo.
“Baiklah, makan banyak makanan enak dan tumbuhlah sehat.” Won Deuk bahagia mengelus kepala Meok Goo. 
“Ngomong-ngomong, kau tak boleh berdiri di sini seperti ini. Ayo kita menuju ke sana. Pertunjukan sulap akan segera dimulai.” Ajak Meok Goo.
“Apa ada yang terjadi antara kalian berdua?” tanya Hong Shim melihat Meok Goo yang mengandeng tangan Won Deuk
“Meok Goo akhirnya mendapat penilaian karakter yang baik.” Ucap Won Deuk. Meok Goo pun menarik Won Deuk untuk pergi. 


Petunjukan sulap dimulai, Meok Goo mengajak Won Deuk duduk dibagian depan dengan Hong Shim. Dua pesulap membuat sulap mengunakan koin dan juga kantong., sebelumnya mereka meminta penonton agar memastikan itu adalah uang yang nyata.
“Tapi dua koin ini tak cukup untuk mengisi perutku. Jadi, aku akan mengumpulkan tepi saputangan ini. Di sini aku memiliki lebih banyak koin.” Ucap Si pesulap. Mereka pun memberikan tepuk tangan karena dari koin bisa berubah juga menjadi burung.
“Sekarang, aku butuh seseorang untuk membantu keajaiban kita berikutnya kali ini. Kau, pria tampan di sana.” Ucap Si pesulap menunjuk ke arah Won Deuk. Won deuk terlihat binggung.
“Wanita cantik di sebelahnya... Maukah kau membantuku?” kata si pesulap mengulurkan tanganya.
“Beraninya kau mencoba memegang tangan wanita yang sudah menikah?” ucap Won Deuk marah
“Dia bilang aku cantik.” Kata Hong Shim tak masalah, akhirnya Won Deuk membiarkan Hong Shim pergi. 


Pesulap meminta Hong Shim agar berbaring di atas meja, lalu membuat mantra dan Hong Shim akan menghilang seolah-olah tak pernah ada. Semua tak percaya mendengarnya, menurutnya tak masuk akal. Tapi saat hitungan ketika ketika kain diangkat Hong Shim menghilang diatas meja. Meok Goo bertanya kemana Hong Shim.
“Jangan khawatir. Itu bukan sihir.” Ucap Won Deuk santai.
“Jangan khawatir, semuanya. Dia akan muncul lagi.” Kata pesulap lalu mulai menutup kain.
Tapi saat dibuka, Hong Shim tak ada diatas meja, si pesulap binggung. Won Deuk marah  bertanya Di mana menyembunyakan istrinya. Si pesulap mengejek reaksi Won Deuk yang kehilangan istrinya lalu menyuruh duduk saja karena Hong Shim akan muncul lagi. Kain diangkat kembali, Hong Shim pun akhirnya kembali terlihat. Si pesulap pun memberikan lagi setangkai bunga mawar dengan trik sulapnya.
Won Deuk melihat Hong Shim seperti senang dengan bunga mawar. Hong Shim tak tahu kalau itu adalah bunga mawar, karean ini pertama kalinya melihat mawar, menurutnya Ini bunga yang sangat berharga dan memuji para pesulap itu sangat mengesankan. 

“Apa yang sudah kau lakukan?” ucap Hong Shim melihat Won Deuk yang tiba-tiba langsung membuang bunga mawar.
“Aku tak ingin kau bahagia dengan bunga yang diberikan pria lain. Kau Tunggu sebentar di sini.” Ucap Won Deuk lalu berjalan pergi. Hong Shim menatap binggung.
**
Won deuk membawa bunga edelwise ditangnya, lalu seorang nenek memanggil untuk melihat barang dagangnya. Saat itu Je Yoon melihat dari kejauhan, teringat kembali yang ditanyakan Kwon Hyuk  “Ngomong-ngomong, siapa pria yang mirip dengan Yang Mulia?”
“Jangan menyelidikinya lebih lanjut. Apa yang ingin kau ketahui?” ucap Lee Yeol yang sebelumnya bertemu dengan Je Yoon
Je Yoon mengingat suara yang sama di milik Won Deuk. Sementara Won Deuk tak sadar sedari tadi Je Yoon menatap dari kejauhan lalu melangkah pergi tak membeli barang-barang milik si nenek. 


Won Deuk kembali ke tempat Hong Shim menunggu memberikan buket bunganya, Hong Shim bingung apa maksudnya. Won Deuk pikir harus menikahi Hong Shim  segera. Hong Shim menatap Won Deuk merasa kalau mungkin Won Deuk lahir dari kalangan bangsawan.
“Keluargamu mungkin mencarimu dengan putus asa. Apa Kau tak menyesal pergi denganku?” tanya Hong Shim memastikan
“Yang kuyakini, aku akan menyesal jika meninggalkanmu. Lalu Kenapa kau tak menjawab?” ucap Won Deuk.
“Inilah jawabanku.” Ucap Hong Shim memberikan kecupan di pip Won Deuk dan saat itu kembang api terlihat di langit.
“Uangnya dari pajak... Tapi itu sangat cantik. Seakan itu memberkati kita.” Komentar Won Deuk berjalan ke arah depan.
Tapi saat berbalik Won Deuk tak melihat Hong Shim, lalu berpikir istrinya sedang bercanda. Ia menegaskan kalau memang jatuh kedalam trik sulap tapi  tak akan jatuh untuk trik yang dibuat Hong Shim. Hong Shim tak juga terlihat bahkan bungnya terjatuh di jalan.
“Beraninya kau? Sudah kubilang jangan bercanda... Hong Shim... Ayolah.” Kata Won Deuk mencari Hong Shim, tiba-tiba beberapa orang langsung mengepung Won deuk.
“Siapa kalian?” tanya Won Deuk. Saat itu Tuan Kim datang bertanya apakah mengenalnya.
“Aku tak tahu siapa kau, tapi biarkan aku lewat.” Kata Won Deuk yang memang amnesia.
“Aku tak bisa membiarkanmu pergi. Apa yang kalian lakukan? Tunjukkan rasa hormat padanya. Kau harus kembali ke istana, Putra Mahkota.” Kata Tuan Kim, semua anak buahnya pun berlutut. Sementara Hong Shim sudah dibawa pergi oleh Moo Yeon dalam keadaaan pingsan.
Bersambung ke episode 12
Udah baca tulisan sinopsis aku 'kan.. hihihi... 
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe akhir tahun ini 

Cek My Wattpad... Capcay & Dimsum  

Cek My You Tube Channel "Review Drama Korea"

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 



5 komentar: