PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Selasa, 09 Oktober 2018

Sinopsis 100 Days My Prince Episode 9 Part 1

PS : All images credit and content copyright : TVN

Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe bulan ini 
Hong Shim sudah menyiapkan makanan untuk suaminya lalu melihat Won Deuk sudah pulang dan bertanya apakah sudah diselesaikan dengan baik. Won Deuk terdiam menatap Hong Shim dengan tatapan kebingungan. Hong Shim pikir Won Deuk pasti melelahkan.
“Sini duduk. Ayo kita makan malam.” Ucap Hong Shim bersemangat.
“Kenapa kau mengirimku ke sana?” tanya Won Deuk. Won Deuk mengatakan kalau ada sesuatu yang harus diketahui.
“Seperti kenyataan kalau aku bukan Won Deuk?” kata Won Deuk terdengara marah. Hong Shim membenarkan.
“Tepat... Kau bukan Won Deuk.” Jelas Hong Shim
“Jika aku bukan Won Deuk, lalu siapa aku?” tanya Won Deuk. Hong Shim kebingungan dan mengaku tidak tahu.
“Lalu kenapa kau berbohong dan mengatakan bahwa aku Won Deuk?” tanya Won Deuk terdengar marah
“Putra Mahkota memerintahkan kita untuk menikah, tapi aku tidak mau. Aku diseret ke Biro Hakim. dan menghadapi 1 dari 2 pilihan. Aku bisa dipukul sampai mati atau menjadi selir Tuan Park. Itulah kenapa... aku memanfaatkanmu. Kupikir aku bisa pura-pura menikahimu.” Akui Hong Shim.
“Lalu kenapa, sekarang memberitahuku bahwa aku bukan Won Deuk? Apa kau tidak membutuhkanku lagi karena sudah selesai? Yang ingin kau lakukan adalah berpura-pura dalam pernikahan. Apa kau tiba-tiba... merasa terbebani karena aku ingin tidur denganmu?” ucap Won Deuk marah
“Kau dapat berbuat semaumu dan menceraikanku jika itu yang kau inginkan. Sampai ingatanmu kembali, kau boleh tinggal di sini selama yang kau suka. Aku menempatkanmu dalam kekacauan ini, jadi aku akan melakukan apa pun yang kau mau.” Jelas Hong Shim.
“Perasaanku.... harus dibagaimanakan perasaanku?” kata Won Deuk berjalan pergi. Hong Shim memanggil Won Deuk untuk menenangkan.
“Jangan memanggilku dengan nama itu lagi... Aku... bukanlah Won Deuk...”tegas Won Deuk lalu berjalan pergi. 


Won Deuk berjalan keluar rumah mengingat kembali jadian sebelumnya, saati ituai berpikir kalau nama Won Deukxsepertinya asing baginya. Saat ditangkap oleh Bibi pemilik bar menanyakan siapa dirinya, Won Deuk kebingungan menjawab siapa dirinya.
“Mungkinkah aku menjadi lebih bodoh? Aku seorang pria yang tidak mengenal diriku.” Gumam Won Deuk menatap ke arah rumah dengan lampu yang menyala.


Hong Shim duduk diam sambil menjahit, mengingat kembali saat bersama dengan Won Deuk.
Flash Back
“Aku tidak akan melakukan apa yang kau katakan. Karena aku tidak dapat menerima bahwa aku Won Deuk.” Ucap Won Deuk
“Kau membuat janji, apa kau ingat? Kau bilang akan membuatku bahagia. Jika aku menikahimu, kau bilang akan melakukan apapun untukku.” Kata Hong Shim mengaitkan jeri kelingkingnya.
“Kenapa aku pernah menjanjikanmu itu?” tanya Won Deuk
“Karena kau mencintaiku.” Ungkap Hong Shim. 


Hong Shim keluar dari rumah melihat sepatu yang ada di depan kamar. Won Deuk berbaring dengan lengan tanganya menjadi bantal. Saat merasakan Hong Shim masuk, matanya langsung tertutup berpura-pura tidur.
Saat itu Hong Shim menatap Won Deuk yang sedang tertidur, lalu mengambil bantal dan menaruh diatas kepala suaminya. Ia juga memberikan selimut agar tak kedingingan, sebelum keluar menatap baju putih yang digantung lalu keluar dari kamar.
Won Deuk membuka matanya kembali, hanya terdiam merasakan kepedulian Hong Shim padanya. Lalu menarik bantal yang diberikan Hong Shim agar tidur dengan nyenyak. 

Moo Yeon terbaring dengan luka yang sudah diberikan obat, dua temanya menemani disampingnya. Suara So Hye bertanya apakah bisa membuka pintu sebentar. Keduanya pun membuka pintu agar So Hye bisa melihat keadaaln Moo Yeon.
“Di mana tabibnya?” tanya So Hye. Salah satu pria menjawab tabibakan kembali besok pagi dan beruntung keadaan Moo Yeon tidak kritis.
“Lalu, kenapa dia belum bangun?” tanya So Hye terlihat khawatir dan juga marah
“Kita perlu menunggu kepulihannya.” Jelas Si pria. 

So Hye keluar dari rumah melihat ayahnya sedang ada ditaman. Tuan Kim berkomenatr kalau anaknyakeluar dari istana jauh dari kesialan, tapi hampir terlibat dengan masalah yang lebih buruk. So Hye berpikir kalau ayahnya yang mencoba membunuh Moo Yeon.
“Jika aku berencana membunuhnya, aku tidak akan membaringkannya di ruang tamu.” Tegas Tuan Kim
“Lalu kenapa kau tidak melakukan apa-apa? Ini cukup bagimu untuk mengumpulkan para pejabat lain dan membuat skema melawan Ratu.” Kata So Hye marah
“Lalu Aku harus menjelaskan tentang dia pada semua orang.  Apa kau ingin aku mengadakan interogasi dan mengaku salah satu prajuritku tertembak dengan panah atas nama Putri Mahkota? Mengungkap kejadian ini tidak akan menguntungkan bagi kita.” Jelas Tuan Kim
“Kudengar kau bersama Moo Yeon sendiri bahkan tanpa Pelayan Kang denganmu. Putri Mahkota di luar istana seharusnya tidak membiarkan orang lain melihat bersama pria lain.” Tegas Tuan Kim
“Dia sudah memberikan kontribusi yang luar biasa bagiku. Kupikir aku harus membayar harga untuk mencegah masalah yang mungkin terjadi.” Komentar So Hye.
“Kau Pergi istirahatlah... Jika kau kehilangan bayimu, maka semuanya akan sia-sia.” Ucap Tuan Kim. 



Tuan Yeon terlihat bahagia membawa dua butir telur ditanganya, lalu melihat Hong Shim keluar dari rumah bertanya Mau kemana pagi-pagi begini. Hong Shim mengatakan kalau pergi untuk memilih tanaman obat. Tuan Yeon pun menyuruh Hong Shim agar Cepat pulang.
“Kau ambil ini sebelum pergi... Aku mendapat ini dari Gu Dol. Lalu Bagikan ini dengan Won Deuk saat sedang panas.” Kata Tuan Yeon penuh semangat.
“Dia bukan Won Deuk lagi.” Kata Hong Shim. Tuan Yeon binggung apa maksudnya.
“Aku bilang kepadanya bahwa dia bukan Won Deuk.” Akui Hong Shim. Telur yang dipegang Tuan Yeon langsung jatuh dan pecah.
“Kenapa kau tidak mendengarkanku?  Sudah kubilang kita harus menunggu sedikit lebih lama. Jadi, Apa yang dia katakan? Bagaimana?” tanya Tuan Yeon panik
“Dia tidak mengatakan apa yang akan dia lakukan.” Ucap Hong Shim
“Kau harus memastikannya dahulu. Ini bukan waktunya pergi  untuk memilih tanaman obat.” Keluh Tuan Yeon
“Kakakku sudah datang... Dia bilang kepadaku untuk segera pergi, tapi aku minta waktu karena Won Deuk. Jadi Aku harus segera pergi. Aku akan melunasi hutangnya sebelum aku pergi. Aku mungkin tidak akan pulang sepanjang hari sampai aku menemukan sesuatu yang berharga.” Jelas Hong Shim. Tuan Yeon pun tak bisa berkatakat lagi. 



Won Deuk keluar dari kamar menatap meja dengan menu makanan sederhana dan lengkap. Tuan Yeon datang memanggil Won Deuk dengan wajah panik. Won Deuk marah menegaskan kalau Itu bukan namanya tapi itu nama yang dibuat Tuan Yeon sesuka hati.
“Benar, aku melakukannya... Hong Shim tidak melakukan kesalahan apa pun...Ini semua salahku... Aku tidak akan membodohimu sejak awal. Ketika aku pertama kali menemukanmu,maka aku harus menyelamatkanmu terlebih dahulu.”jelas Tuan Yeon ingin membuat Won Deuk tak marah
“Di mana kau pertama kali menemukanku?” tanya Won Deuk. Tuan Yeon terdiam
“Apa Kau akan mengaku jika aku membawamu ke Biro Hakim?” ancam Won Deuk. Tuan Yeon menganguk mengerti. 


Keduanya pergi ke hutan lalu berhenti disemak-semak, Tuan Yeon menujuk dibawah semak kalau sengaja turun untuk mengambil sampah saat sedang bertugas lalu jantungnya hampir berhenti ketika aku melihat tangan manusia berlumuran darah.
“Aku tidak bisa memikirkan apa pun selain untuk menyelamatkanmu, jadi aku membawamu ke gubuk dan mengurusmu.” Kata Tuan Yeon
“Apa kau menemukan hal lain di sini? Sesuatu seperti pakaian yang bisa menunjukkan statusku.” Tanya Won Deuk penasaran.
“Jangan mencari hal semacam itu. Aku tidak ingin ingatanmu kembali. Kau seharusnya mati.” Ucap Tuan Yeon panik. Won Deuk tak mengerti apa maksudnya.
“Aku ketakutan begitu melihatmu. Seseorang pasti mencoba membunuhmu dengan sengaja. Mereka pasti tidak membiarkanmu hidup.” Jelas Tuan Yeon
“Apa itu kenapa kau mengambil Hong Shim juga? Hanya karena perasaanmu?” kata Won Deuk sinis
“Orang tuaku dituduh salah dan dipukuli sampai mati. Mereka dijebak membongkar penyimpanan biro hakim. Semua orang di desa tahu bahwa orang tuaku bukan pelakunya.” Jelas Tuan Yeon
“ Itu berlaku untuk Hong Shim juga. Seluruh keluarganya dibunuh karena tuduhan palsu. Dia seharusnya sudah mati. Dia gadis kecil yang lugu, aku hanya tidak bisa membiarkannya mati. Itu sebabnya aku membesarkannya. Aku merasakan hal yang sama ketika melihatmu. Kau akan mati jika bukan karena aku.” Cerita Tuan Yeon.
“Bagaimana jika aku seorang pelarian yang melarikan diri? Apa yang akan kau lakukan?” tanya Won Deuk.
“Aku memiliki pengalaman bertahun-tahun. Aku tahu mata untuk orang-orang di usiaku ini. Dan juga, kau sudah melakukan pengkhianatan tingkat tinggi atau melanggar prinsip-prinsip moral, kau tidak ada hubungannya dengan itu sekarang. Aku hanya ingin kau tetap sebagai Won Deuk dan menantuku. Bisakah kau hidup seperti ini?” ungkap Tuan Yeon memohon. Won Deuk hanya diam.
“Aku mengerti. Lagipula, tidak semuanya di dunia berjalan seperti yang diharapkan. Aku harus bertugas sekarang. Saat aku pergi, jangan terlalu sering menyudutkan Hong Shim. Dia tidak melakukan kesalahan apa pun.” Pinta Tuan Yeon lalu meninggalkan Won Deuk. 

Hong Shim mencari tanaman obat di hutan dengan wajah cemberut. Kkeut Nyeo mendekat berkomentar kalau Hong Shim yang tidak mengenakan sepatu bermotif bunga. Hong Shim beralasan kalau jalanan becek, Kkeut Nyoe tahu kalau sepatu itu pasti sangat berharga bagi temanya.
“Sepertinya ayahmu sengaja tidur di rumahku agar kalian memiliki waktu berduaan bersama. Bagaimana kau menghabiskan malam itu?” goda Kkeu Nyeo. Hong Shim meminta agar Jangan mulai.
“Itu malam menegangkan yang membuat hatiku berdebar.” Goda Kkeut Nyeo. Hong Shim mengeluh temanya masih saja membahasnya.
“Ketika Won Deuk menimbulkan masalah pinjaman, aku sangat khawatir, tapi syukurlah. Apa kau ingat ketika kita melajang? Coba Lihatlah, kita sekarang sudah menikah... Seperti mimpi.” Ungkap Kkeut Nyeo bahagia.
“Apa Kau menyukai pernikahanmu? Kau tidak menyukai Gu Dol, karena dia bodoh.” Tanya Hong Shim.
“Dia bodoh, tapi dia manis dan baik hati. Ibuku dulu bilang, yang terbaik adalah menikah dengan pria yang baik. Lalu Bagaimana Won Deuk?” tanya Kkeut Nyeo.
“Dia kuat... Dia sangat kuat hingga aku bergantung padanya... Aku dulu sangat mandiri.” Ungkap Won Deuk dengan mata berkaca-kaca
“Kau bisa mandiri ketika dia tidak melihat. Dia benar-benar kebalikan dari Gu Dol. Aku hanya ingin punya bayi, lalu kau Punya putra yang mirip Won Deuk. Aku akan memiliki anak perempuan yang mirip denganku. Ayo kita nikahi mereka Jangan biarkan mereka melajang..” Kata Kkeut Nyeon dengan wajah bersemangat.
Hong Shim malah menangis mendengarnya, Kkeut Nyeo panik berkomentar kalau tidak bermaksud bahwa Won Deuk lebih baik daripada Hong Shim. Hong Shim tetap menangis, Kkeut Nyeo binggung karean perkataan itu menyakiti perasaannya.
“Karena kau bilang bahwa Won Deuk kuat, Maksudku, akan menyenangkan memiliki putra seperti dia. Kenapa? Ada apa ini?” ucap Kkeut Nyeo binggung. Hong Shim menatap temanya terlihat kebingungan sambil menangis. 



Won Deuk pergi ke hutan lalu tiba-tiba meraskan dari belakang ada panah yang mengarahnya. Lalu merasakan ada pertarungn didepanya dengan orang yang berseragam, tapi tak tahu siapa. Won Deuk seperti sangat berusaha untuk mengembalikan ingatanya. 

Keduanya akhirnya duduk ditepi sungai, Kkeut Nye mendengar cerita Hong Shim mengeluh karena tidak memberitahuku sebelumnya. Hong Shim mengaku tidak pernah berpikir memiliki banyak pasang surut dalam hidupnya.
“Orang lain juga melalui berbagai hal, dan mengalami rasa sakit dan kesedihan. Aku tidak ingin mengeluhkan rasa sakitku. dan kesedihanku secara dalam. Tapi hari ini aku sedikir mengkasihani diriku sendiri.” Ungkap Hong Shim.
“Kau pasti sangat terluka... Tidak apa-apa. Segalanya akan baik-baik saja. Menurutku, Won Deuk tidak akan meninggalkanmu bahkan jika ingatannya kembali.” kata Kkeut Nyeo menyakinkan.
“Terima kasih, Kkeut Nyeo... Kau, selalu kuanggap sebagai saudaraku.” Ungkap Hong Shim sambil memeluk temanya.
“Kenapa terdengar seperti ucapan selamat tinggal untuk selamanya?” komentar Kkeut Nyeo melepaskan pelukan Hong Shim lalu endorong Hong Shim ke sungai dangkal. Hong Shim berteriak marah
“Bermain di air adalah obat terbaik untuk kesedihan. Bagaimana? Apa itu Menyegarkan?” ejek Kkeut Nyeo.
“Sepertinya aku memanjakanmu.” Keluh Hong  Shim akhirnya menarik Kkeut Nyeo ke dalam sungai dan mereka bermain air dengan wajah bahagia.


Won Deuk tak sengaja melihat keduanya bermain air dengan wajah bahagia, terlihat kesal. Akhirnya Hong Shim pulang dengan pakaian basah kaget melihat Won Deuk ada didepan rumah seperti menunggunya.
“Apa yang terjadi dengan pakaianmu? Kau pasti bersenang-senang, bermain di air.” Sindir Won Deuk marah
“Tidak, itu... aku tidak bermain di air.” Kata Hong Shim binggung.
“Kau tertawa... Kau membuatku merasa tidak nyaman seperti ini, tapi kau tersenyum.”sindir Won Deuk
“Lalu, Aku harus bagaimana? Apa aku harus Menangis? Apa itu akan membuat perbedaan?” balas Hong Shim.
“Menangis akan lebih baik... Aku tidak suka kau baik-baik saja.” Ucap Won Duk. Hong Shim akan masuk rumah, tapi Won Deuk menyuruhnya agar duduk.
“Aku harus memeriksa sesuatu.” Kata Won Deuk. Hoong Shim meminta agar ganti baju dulu.
“Ooho! Aku menyuruhmu duduk.” Tegas Won Deuk dengan gaya seorang Pangeran yang tak pernah hilang. 


Hong Shim duduk dengan gugup ingin tahu Apa yang perlu diperiksa. Won Deuk mengatakan harus mencari tahu berapa banyak kebohongan yang sudah dibuat Hong Shim padanya. Ia mengingat kalau pertama kali melihat Hong Shim di depan Biro Hakim.
“Apa kita belum pernah bertemu sebelumnya?”tanya Won Deuk. Hong Shim menjawab mereka tidak pernah bertemu.
“Itu pertama kalinya aku melihatmu juga.” Akui Hong Shim. Won Deuk mengangguk mengerti.
“Tapi kau bilang aku jatuh cinta padamu pada pandangan pertama, dan melamarmu di bawah pohon sakura. Apa Kau berbohong sepanjang waktu?” kata Won Deuk. Hong Shim membenarkan.
“Kemudian, siapa dia dalam kebohonganmu? Apa ini Won Deuk yang asli?” tanya Won Deuk penasaran.
“Bukan, itu aku mengarang semuanya.” Akui Hong Shim terburu-buru.
“Ceritakan padaku, bagaimana dan apa yang kau buat.” Tegas Won Deuk. Hong Shim mengaku membuat kesalahan, minta maaf dan  menyesalinya.
“Aku tidak ingin mendengar permintaan maaf.” Ucap Won Deuk
Hong Shim pikir kalau Won Deuk ingin dirinya berlutut dan memohon pengampunanmu. Won Deuk mengaku bukan itu. Hong Shim ingin tahu apa yang diingikan.,  Won Deuk mengatakan Kincir air. Hong Shim terlihat binggung.
“Kau bilang, kita menghabiskan malam di kincir air. Apa itu bohong?” tanya Won Deuk.
“Kenapa kau ingin tahu itu sekarang?” keluh Hong Shim gelisah. Won deuk mengaku kalau dirinya cemburu dan ingin Hong Shim menjawab pertanyaannya.
“Aku mendengar dari ayahku, ada seorang bocah bernama Won Deuk yang tinggal di seberang sungai. Dia pekerja keras dan dapat dipercaya. Itulah bagaiman aku ingin menikah dengannya. Tapi aku tidak dapat bertemu dengannya karena dia bergabung dengan tentara.” Cerita Hong Shim
“Jadi kau sudah mendengar tentang dia, tapi tidak pernah bertemu dengannya?” kata Won Deuk memastikan. Hong Shim membenarkan.
“Itu memang baik bahwa kau tidak bertemu dengannya. Wajah yang asli Won Deuk adalah pemandangan yang suram.” Komentar Won Deuk bahagia.
“Kau tidak boleh menilai buku dari sampulnya. Wajah yang tampan tidak sepenting hati yang baik. Itu Terlihat tidak masalah bagiku sama sekali.” balas Hong Shim mengejek.
Won Deuk tak percaya dengan lirikan mata tajam, Hong Shim yakin dengan ucapanya. Won Deuk menatap dengan wajah tampanya, Hong Shim mengaku bukannya  wajah itu yang paling penting tapi itu tidak sepenuhnya memang  penting, berusaha agar mengelak.
Won Deuk tersenyum mendengarnya, lalu menyuruh Hong Shim agar ganti baju karena bisa sakit. Hong Shim pun bergegas akan masuk  kamar untuk berganti baju sambil mengeluh tangan Won Deuk itu membawa api dan air. Won Deuk kembali memanggilnya.
“Kau memulai pernikahan ini, tapi hanya aku yang bisa mengakhirinya. Sebelum aku mengakhirinya, maka kau adalah istriku dan aku suamimu. Jadi Ingat itu.” Tegas Won Deuk. Hong Shim pun tak bisa berkata-kata. 




Kwon Hyuk dkk minum bersama mengaku kalau Sementara mengucapkan selamat atas promosi Je Yoon , membuat itu sedikit keluar dari kesuraman. Bahkan tidak pernah memikirkan Je Yoon sebagai tipe orang yang sangat berkuasa.
“Untuk mengatur otoritas, seseorang harus terlebih dahulu melangkah ke dalamnya.” Kata Je Yoon.
“Aku mendengar bahwa gubernur lama, Jo Boo Young... berkuasa selama berabad-abad. Sesudah kau di sana, menjaga orang-orang dan menjadi gubernur yang baik, dan kembali secepat mungkin.” Ucap Ae Won
“Tentu saja! Kau harus segera kembali. Hanyang penuh dengan hiburan. Apa yang akan kau lakukan di antah berantah? Bagaimana bisa kau bermain dengan sawah atau ladang?” ejek Soo Ji yang mabuk
“Entah Kenapa, kupikir itu mungkin menyenangkan.”akui Je Yoon
“Apa karena wanita yang kau sayangi ada di Songjoo?”ejek Soo Ji, Je Yoon mengelak. 
“Siapa wanita dari Desa Songjoo? Tunggu Sebentar. Apa kau memiliki wanita di setiap bagian negara?” kata Soo Ji. Ae Won seperti cemburu mendengarnya. 



Je Yoon bertemu Ae Won diluar ruangan. Je Yoon mengucapkan Terima kasih sudah membantunya. Ae Won mengaku  sudah menyerahkan surat it useperti yang dikatakan padanya jadi tidak ada yang terjad, tapi Itu sangat menjijikkan untuk membuat pria itu meraba-raba tubuhnya.
“Tapi jika kau pergi, bagaimana dengan janji yang kau buat untukku?” kata Ae Won menagih
“Aku akan menyimpannya.” Ucap Je Yoon lalu mengeluarkan sesuatu dari dalam bajunya lalu memberikan pada Ae Won.
“Aku memintamu melihat bunga berdua.” Keluh Ae Won bahagia melihat cermin yang terlihat cantik.
“Kau secantik bunga, kenapa kau mencari tempat lain?” goda Je Yoon. Ae Won terihat bahagia mendengarnya.
“Jika Wakil Perdana Menteri datang, sesudah aku meninggalkan Hanyang, dapatkah kau nanti memberitahuku siapa yang dia temui?” ucap Je Yoon. Ae Won  menganguk mengerti. 


Won Deuk duduk didalam kamar dengan gayanya sambil berpikir, sementara Hong Shim didapur ingin membuat tanaman yang baru diambil dari hutan. Won Deuk datang didepan pun mengajak mereka untuk bicara. Hong Shim pun duduk didepan Won Deuk dalam kamar.
“Pernikahan dikenal sebagai peristiwa besar dalam kehidupan seseorang. Ini adalah salah satu peristiwa paling penting. Tidak ada acara yang lebih besar daripada pernikahan, itulah kenapa kita harus berhati-hati.”jelas Won Deuk.
“Ini sering disebut sebagai "Teman Berlayar". Pasangan yang sudah menikah mengarahkan perahu yang sama menyeberangi sungai. Mereka berbagi pasang surut dalam hidup.” Ucap Won Deuk. Hong Shim mengeluh tak mengerti yang dikatakan Won Deuk.
“Pernikahan itu penting, tapi milikku hancur. Kau memanfaatkanku. Kau membodohiku dengan kebohonganmu, dan aku dipaksa menikahi orang yang tak kukenal. Bagaimana kau akan mengimbanginya?” kata Won Deuk
“Aku minta maaf. Aku sudah meminta maaf.” Keluh Hong Shim.
“Itu tidak cukup... Aku merasa tidak nyaman dan kesal. Aku mengorbankan diriku yang berharga untukmu, tapi apa yang sudah kau lakukan untuk membalasku? Coba Lihatlah ujung lengan bajuku. Ini Jahitannya buruk sekali Ini bukan pakaian untuk seseorang yang menyelamatkan hidupmu..” keluh Won Deuk
“Apa Maksudmu, kau menginginkan baju baru kan?” kata Hong Shim
“Jika kau menginginkannya, aku akan mengatakan apa yang kuinginkan.” Ucap Won Deuk
“Tidak, jangan katakan. Aku akan membuatkanmu baju baru.” Kata Hong Shim buru-buru pergi dengan wajah panik.
“Aku belum selesai.” Kata Won Deuk. Hong Shim kembali duduk bertanya apa lagi yang ingin dikatakan.
“Seperti yang kau tahu, aku bukan Won Deuk. Pada Kenyataannya,aku tahu nama itu tidak cocok untukku. Namun, aku tidak dapat mengingat namaku. Itu sebabnya aku butuh bantuanmu.” Jelas Won Deuk.
“Coba Lihat aku... Nama apa yang kau lihat dalam diriku?” kata Won Deuk.
“Do Do... Kau selalu membanggakan dirimu yang tinggi dan kuat.” Ucap Hong Shim.
“Itu tidak terdengar seperti nama seseorang... Coba yang lain.” Komentar Won Deuk.
“Yi Hwang?” ucap Hong Shim. Won Deuk pikri Sepertinya itu nama orang yang meninggal.
“Untuk beberapa alasan, aku merasa seperti nama keluargaku adalah Yi. Apa namaku? Aku akan mengatakan apa yang terlintas dalam pikiran, tuliskanlah.” Ucap Won Deuk. 

Hong Shim sudah memegang pena menuliskan nama yang mungkin terlintas dikepala Won Deuk.  Dimulai dari Yi Sa, Yi Sang, Yi Sae, Yi Juck. Won Deuk berpikir keras memikirkan kalau mungkin namanya Yi Yun
“Bagaimana dengan Yi Yun? Rasanya...” kata Won Deuk penuh semangat lalu tersadar kalau Hong Shim sudah tertunduk sambil tertidur.
Hong Shim tak bisa menahan kantuknya, akan menjatuhkan kepalanya. Won Deuk dengan sigap memberikan pundaknya agar Hong Shim bisa bersadar padanya. Hong Shim seperti sangat nyaman bisa bersadar pada suaminya dan makin tertidur lelap.
“Bagaimana dia bisa tertidur ketika kita berada di ruangan yang sama?” keluh Won Deuk dan tiba-tiba merasakan tak bisa menahan sesuatu dalam dirinya lalu mendorong Hong Shim dengan kasar.
“Jika kau ingin tidur, pergilah ke kamarmu!” teriak Won Deuk. Hong Shim terbangun sambil mengeluh kalau Won Deuk tak perlu berteriak lalu keluar dari kamar.
Won Deuk gelisah seperti merasakan sesuatu yang aneh, lalu berusah menghilangkan dengan olaharaga squat, lalu terbaring lelah. 


Je Yoon pergi ke sebuah tempat melihat seseorang yang terbaring dengan luka dileher.
Flash Back
Dua pengawal membawa mayat dalam gerobak ke sebuah tempat, Je Yoon diam-diam mengikutinya dan ternyata itu adalah Kasim Yang sengaja dibunuh oleh Tuan Kim.
“Dia harus hidup apa pun yang terjadi.” Ucap Je Yoon pada tabib yang merawat Kasim Yang
“Aku akan melakukan yang terbaik, tapi tidak dapat menjamin apa pun.” Ungkap Tabib. Je Yoon meminta agar diberitahu kalau Kasim Yang sadar dan akan segera datang. 

Won Deuk sudah tertidur lelap di kamarnya dengan lampu yang dimatikan. Moo Yeon datang dengan pedang dengan kain yang menutup wajahnya, lalu siap membunuh Won Deuk untuk kedua kalinya. Saat itu juga Won Deuk terbangun dan panik melihat sekeliling kamarnya, lalu seperti menyakin kalau orang itu adalah orang yang berusaha menyerangnya.
“Mungkinkah mereka orang yang sama? Aku harus mencari tahu siapa aku, dengan begitu aku bisa membuat keputusan. Aku bisa tinggal bersamamu atau harus meninggalkanmu.” Ucap Won Deuk yakin. 

Tuan Park mencoba beberapa bahan makanan fermentasi dalam guci meminta agar mereka berhati-hati dan  jangan sampai tumpah. Pengawal mengatakan kalau tidak bisa karena pergelangan kaki terkilir. Tuan Park marah karena pengawal itu seharusnya tak diizinkan untuk terluka.
“Kau adalah properti dari Biro Hakim. Aku akan memenggal lehermu jika kau terluka lagi.” Kata Tuan Park mengancam. Keduanya menganguk mengerti.
“Dasar Sialan. Siapa yang bisa mengambil ini? Kalian Panggil Goo Dul untuk membantumu dan Juga, awasi pergelangan kakimu.” Perintah Tuan Park. Keduanya pun keluar dari biro hakim memanggil Goo Dul. 

Saat itu Won Deuk datang menemui Tuan Park di Biro Hakim. Tuan park bertanya apa tujuanya datang. Wn Deuk mengatakkankalau harus membaca catatan biro. Tuan park terlihat binggung. Won Deuk pikir Setiap peristiwa yang terjadi di Gunung Chunwoo dan di biro ini harus ditulis secara detail.
“Tentu saja, tanpa diragukan lagi. Mulai saat matahari terbit dan sampai terbenam, semua yang terjadi di Songjoo dituliskan. Aku sudah menghabiskan banyak malam tanpa tidur menulis entri.” Kata Tuan Park bangga.
“Yang Choon kehilangan cincin, pertarungan di bar Mi Geum, dan insiden itu... Tapi Kenapa kau ingin melihatnya?” ucap Tuan Park.
“Aku punya sesuatu untuk diperiksa.” Ucap Won Deuk.
“Kenapa aku harus menunjukkannya kepadamu ketika kau bukan gubernur?” keluh Tuan Park. Won Deuk memohon kalau hanya sebentar saja.
“Inilah kenapa aku tidak pernah berteman dengan orang-orang ini. Mereka selalu meminta bantuanku. Aku mungkin merayakan ulang tahunmu, tapi jangan menganggapku enteng. Aku tidak pernah mencampur bisnis dengan masalah pribadi. Jadi Sekarang cukup dengan omong kosong ini. Aku sensitif karena menyangkut persembahan kepada raja.” Keluh Tuan Park
Won Deuk tetap diam, Tuan Park heran Won Deuk masih ada didepanya. Padahal Won Deuk bilang, tanpa seorang gubernur maka ia sebagia bos di sini, tapi tidak akan mendengarkannya. Won Deuk mengerti dan akhirnya berjalan pergi. Tuan Park mulai berpikir kalau Won Deuk. tahu tentang itu. 


Sementara di rumah, Seorang pria memarahi Won Deuk karena suaminya yang mencuri kuda  yang diterima ayahanya dari raja secara langsung. Ia pikir kalau Won Deuk itu akan aman sesudah mencuri kuda yang berharga itu. Hong Shim hanya bisa meminta maaf.
“Apa Kau menyesal? Kupikir dia orang yang mulia dan terhormat. Ternyata dia hanya orang biasa? Rakyat jelata itu mencuri kuda seorang leluhur bahkan berpura-pura seperti kekasih seseorang ketika dia sudah menikah.” Aku akan pergi langsung ke Biro Hakim sekarang.” Keluh si pria marah
“Aku akan menemukan kuda itu untukmu... Jangan terlalu marah.” Ucap Hong Shim menahan pria sebelum pergi ke biro hakim.
“Aku memiliki orang-orang yang mencari di setiap sudut gunung, Tapi tidak dapat menemukannya. Jadi bagaimana menurutmu, apa kau dapat menemukannya?” ucap Si pria meremehkan.
“Aku bisa menemukannya... Aku akan menemukannya pasti, jadi tolong maafkan dia.” Ungkap Hong Shim.
“Jika kau tidak dapat menemukannya hari ini, maka dia harus menahan diri untuk hukuman mati.” Tegas si pria. Hong Shim yakin bisa menemukanya.
Bersambung ke part 2
Udah baca tulisan sinopsis aku 'kan.. hihihi... 
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku, aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe akhir tahun ini.

Cek My Wattpad... Ada Wanita lain 

Cek My You Tube Channel "Review Drama Korea"

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar