PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Jumat, 05 Juni 2020

Sinopsis Oh My Baby Episode 7 Part 1

PS : All images credit and content copyright : TVN
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe bulan ini 
 
Dachae Media
Ha Ri masuk ke dalam ruangan dan melihat sebuah cup cake diatas meja [Selamat telah kembali!] wajahnya terlihat sumringah lalu mengucapkan  Terima kasih. Yeon Jo terlihat sinis lalu berubah menjadi senyuma memuji Ha Ri karena artikelnya luar biasa. Ha Ri tak merasa tak begitu, Hyo Joo dan So Yoon langung menyetujuinya.
“Baik atau buruk, kau harus menemuiku.” Kata Nyonya Shim berdiri dengan tatapan dingin
“Karena baru datang, aku harus merapikan mejaku dahulu...” ucap Ha Ri mencoba menghindar. Nyonya Shim tak peduli menyuruh agar ikut dengan sekarang. 

Ha Ri bertemu dengan Tuan Jo kalau akan melakukan tugas reporter majalah dan yakinkan pembaca mereka. Tuan Jo tak percaya kalau  Ha Ri akan meyakinkan mereka, Ha Ri hanya bisa terdiam. Tuan Jo memarahinya karena menyuruh mengunggah permintaan maaf, bukan buku hariannya
“Apa Kau meremehkan ini? Apa Kau meremehkan pembaca kita? Kau tidak takut padaku?” teriak Tuan Jo marah dan langsung melempar kertas. Mereka pun menerima semua teriakan Tuan Jo dan juga lemparan kertas didepan mereka. 

Ha Ri merasa bersyukur karena tidak terlibat masalah sebesar dugaannya. Nyonya Shim menyuruh Ha Ri minum saja karena akan mentraktir. Ha Ri merasa kalau Nyonya Shim yang mentraktirnya karena akan segera menganggur.
“Aku lupa informasi masukku untuk situs pencarian kerja.” Kata Nyonya Shim
“Surat pengunduran diriku akan mengubah keadaan. Aku memahami prinsip perusahaan, tapi hidupku yang akan hancur jika aku berhenti bekerja. Karena menjadi kepala editor, akan sulit mencari pekerjaan baru. Aku harus mempelajari keahlian, tapi sudah terlalu tua.” Ucap Nyonya Shim
“Maksudmu kau akan berhenti?” tanya Ha Ri. Nyonya Shim menganguk
“Bayiku mengidap kejang demam. Kejangnya mungkin menyebabkan strok. Aku harus terus mendampinginya. Bukan masalah serius, tapi aku juga tidak bisa menjaga anak sulungku dengan baik.” Cerita Nyonya Shim
“Karena aku lupa membawakannya selimut, dia tidur di penitipan tanpa selimut selama sepekan. Aku geram pada diriku saat memikirkannya. Itu sebabnya aku akan berhenti.” Kata Nyonya Shim
“Tapi bukankah ini terlalu mendadak?” kata Ha Ri. Nyonya Shim pikir harus mendadak agar mereka tidak bisa memecatnya.
“Kau satu-satunya pegawai yang bekerja di "The Baby" selama 15 tahun. Ada orang yang lebih setia dan mencintai pekerjaan lebih darimu? Mana bisa tidak punya anak menjadi alasan pemecatanmu, sementara orang yang punya anak tidak bisa menjaga anaknya karena pekerjaan?” kata Nyonya Shim. Ha Ri ingin bicara tapi Nyonya Shm disela.
“Bahkan saat aku berhenti, akan kupastikan kau menggantikanku sebelum aku pergi. Aku bersikap sangat profesional. Hanya kau yang memahamiku bahkan saat aku bersikap sangat kejam.  Aku ingin kau menjadi kepala editor.” Kata Nyonya Shim dan mengajak Ha Ri untuk minum saja. 


Yi Sang duduk mengingat yang dikatakan Dokternya “Pengobatan tempo hari gagal. Apa Kau tetap ingin mencobanya?” Wajahnya Yi Sang terdiam mengingat ucapan dokternya. Ia lalu teringat dengan ucapan Ha Ri “Bagaimana saat kau jatuh cinta? Kau tidak pernah ingin menjadi seorang ayah?”
Yi Sang menjawab “Tidak pernah.”dan  bergumam kalau “Tidak kusangka aku akan sangat menderita karenamu.” Seperti ia melakukan semuanya demi Ha Ri. 


 Ha Ri kembali ke rumah dan melihat jalanan didepanya, teringat dengan Yi Sang dan  Jae Young berkelahi saat hujan turun dengan deras. Ia lalu melihat sosok yang dikenalnya sedang duduk di bangku taman lalu memanggilnya. Yi Sang pu melambaikan tanganya.
“Sedang apa kau di sini? Apa Kau begitu sedih bertemu denganku?” ucap Ha Ri yang melihat wajah Yi Sang setelah berlari menghampirinya.
“Kurasa kau ingin menyendiri. Aku permisi.” Kata Ha Ri. Yi Sang langsung menahan agar Ha Ri Jangan pergi dan mengajak untuk mengobrol.
“Apa kegiatanmu hari ini?” tanya Ha Ri akhirnya duduk disamping Yi Sang.
“Hidup ini bagaikan soal matematika. Aku berusaha menyelesaikannya. Aku ingin menjawabnya dengan benar, tapi sulit.” Kata Yi sang
“Perkataanmu dalam. Kau mengubah pertanyaanku menjadi pertanyaan filosofis. Aku menebak, "Aku bermalas-malasan sepulang kerja, lalu berjalan-jalan, kemudian memikirkanmu." Kupikir aku akan mendengarnya, tapi kurasa hanya khayalanku.” Ucap Ha Ri
“Kau benar. Kenapa aku memikirkanmu?” ucap Yi Sang akhirnya berdiri dan pergi. Ha Ri pun sempat terdiam dan akhirnya mengejar Yi sang
** 


“Itu Bisa saja. Kita selalu bertemu di sini dan sebagai tetangga, kau bisa memikirkan kegiatanku dan apakah aku akan datang hari ini. Kau bisa saja penasaran.” ucap Ha Ri
“Kukira kau orang yang aneh. Orang selalu berlagak baik-baik saja saat terluka, menyembunyikan bekas luka mereka, dan tersenyum atas segalanya. Tapi saat melihatmu, aku menjadi malu karena berusaha menutupi rasa sakitku.” Kata Yi Sang
“Kau sendiri sangat terkejut hingga meminta orang asing untuk menikahimu. Bagaimana kau bisa mengaku pada dunia seperti itu? Kau pemberani, Ha-ri. Aku mengatakan ini saat mabuk, tapi Ha-ri, kau hebat.” Puji Yi Sang
“Dan ini stempelku.” Ucap Yi Sang lal mengelus rambut Ha Ri layaknya seorang pacar. Ha Ri hanya terdiam
“Kau membuatku sangat bingung. Terima kasih karena mengakui hal itu.” Ucap Ha Ri dan kembali berjalan. 



Tiba-tiba Yi San kaget melihat ibunya dipinggir jalan, lalu pamit pada Ha Ri agar berhati-hati di jalan. Ha Ri hanya terdiam dan melihat dari kejauhan. Yi Sang pun menghampiri ibunya yang Seharusnya menelepon. Ibunya pikir tak masalah karena tahu Yi Sang selalu sibuk.
“Ibu menitipkan ikan berbumbu kepada penjaga keamanan. Omong-omong, siapa dia?” ucap Ibu Yi Sang lalu menyapa Ha Ri
“Dia rekan kerja. Ayo pulang.” Kata Yi Sang ingin menjauhkan dari Ha Ri.
“Ibu tidak begitu ingin melihat rumahmu. Lepaskan ibu. Siapa namamu?”tanya Ibu Yi Sang
“Aku Jang Ha-ri.” Kata Ha Ri. Ibu Yi Sang pun langsung memuji Namanya secantik wajahnya. Ha Ri pun mengucapkan Terima kasih.
“Kau Pergilah... Ibu, biar kuantar pulang.” Ucap Yi Sang makin panik. Ibunya mengeluh meminta agar melepaskan tanganya.
“Sepertinya kalian berpacaran. Jangan khawatir. Aku bahkan tidak masuk ke rumahnya. Datanglah kapan saja dan bersenang-senanglah.”  Ucap  Ibu Yi Sang
“Tidak. Bukan begitu. Ibu, kami tidak berpacaran. Pergilah. Maaf soal itu.” Kata Yi Sang sambil menyuruh Ha Ri pergi.
“Ibu senang sekali... Ini bagus.” Kata Ibu Yi Sang. Yi Sang meminta agar tak melakuan itu. . Ibu Yi Sang meminta agar melepaskan tanganya.
“Aku menyukainya.” Kata Ha Ri. Yi Sang melonggo kaget dan Ibunya pun terlihat kaget.
“Aku menyukai Pak Han Yi-sang.” Akui Yi Sang. Ibunya pun tersenyum bahagia meminta agar Ha Ri jangan khawatir lalu memegang tangan Ha Ri sambil mengucapkan Terima kasih banyak.
“Taksinya datang... Mari bertemu lain kali. Yi-sang, ibu pergi!” kata Ibu Yi Sang bergegas pergi. 



Ha Ri pulang ke rumah melihat ke arah rumah Jae Young, lalu mengetuk jendelanya. Jae Young membuka jendela dan bertanya Ada apa. Ha Ri bertanya apakah sudah makan. Jae Young pkir Ha Ri sudah gila dan bertanya Pukul berapa ini
“Apa Mau makan babat?” tanya Ha Ri. Jae Young mengeluh  Kenapa membahas itu.
“Babat seperti obat, tapi tidak bisa pesan seporsi.” Kata Ha Ri. Jae Young mengaku sudah makan malam.
“Jadi, ayo makan babat.”kata Ha Ri merengek. Jae Young menyuruh Ha Ri agar Naik, mandi, lalu tidurlah karena berhenti makan babat lalu menutup  tirainya. 

Ha Ri duduk di restoran sendirian, lalu mengingat yang dikatakan pada Yi Sang.
Flash Back
Yi Sang menatap sinis pada Ha Ri setelah mengakui perasanay.Ha Ri bertanya apakah melakukan kesalahan. Yi Sang mengeluh kenapa ini begitu mudah baginya. Ha Ri pikir Ibunya tampak sangat khawatir dan menurutnya Butuh lebih dari cinta untuk berpacaran.
“Kita tidak... Kita tidak lagi muda. Jika tidak bisa saling menerima, kita bahkan tidak boleh mulai.” Ucap Yi Sang
“Kenapa pemikiranmu begitu rumit?” kata Ha Ri. Yi Sang pikr karena tahu akhirnya.
“Aku tahu bahwa kau menginginkan anak. Aku tidak menginginkannya. Aku tidak bisa bertanggung jawab jika membuatmu sedih atau atas perasaanmu.” Tegas Yi Sang
“Pak Han... Aku akan bertanggung jawab atas perasaanku sendiri. Aku membuat kesalahan karena ingin membantu. Mulai sekarang, aku ingin kau berhati-hati agar aku tidak salah paham.” Kata Ha Ri lalu berjalan ergi. 


Ha Ri duduk sendirian, lalu melihat Jae Young datang sambil mengejek Ha Ri adalah wanita paling menyedihkan karena mengira tidak mau makan. Ha Ri hanya melonggo meihat Jae Young yang datanga. Jae Young pkir Seharusnya  mengajaknya minum-minum.
“Aku tidak minum-minum.” Ucap Ha Ri. Jae Young heran  Bagaimana bisa makan babat tanpa soju. Ha Ri pikir akan mabuk.
“Aku tidak tahu siapa dia, tapi jika menyusahkanmu, dia bukan pria yang tepat.” Kata Jae Young. Ha Ri mengelak kalau ini masalah pria. Jae Young pun tak ingin membahasnya.
“Aku tidak percaya itu cukup untuk membuatku antusias.” Kata Ha Ri. Jae Young  bertanya apa maksudnya "Itu"
“Aku meyakinkan diriku bahwa aku tidak butuh pria, tapi aku kalah karena itu.” Kata Ha Ri
“Kau membahas ciuman?” tanya Jae Young. Ha Ri pikir Penilaiannya tersamarkan dan Sudah lama sekali.
“Kau tidur dengannya?” jerit Jae Young. Ha Ri pun kaget mendengar dan panik meminta agar Jae Young menutup mulutnya.
“Asalkan kau tidak tidur dengannya. Kau membuatku takut.” Kata Jae Young bisa bernafas lega. 
“Belaian lembut dan tatapannya cukup untuk memikat hatiku saat usiaku hampir 40 tahun.” Ucap Ha Ri
“Lebih baik kau tinggal sendirian. Kenapa kau memberikan hatimu padahal dia tidak melakukan apa pun? Tarik ucapanmu.”kata Jae Young
“Akankah berbeda andai usiaku 20 tahun? Andai bertemu saat berusia 30-an, kami tidak mungkin sehati-hati ini. Seperti aku yang tidak punya waktu, dia pasti punya alasan yang rumit.” Kata Ha Ri
“Kenapa kau berusaha memahaminya? Alasan rumitnya tidak penting bagimu. Kau bilang tidak punya waktu.” Teriak Jae Young marah
“Aku dokter. Kenapa kau tidak bicara denganku dahulu?” keluh Jae Young
“Aku tidak tahu dokter anak menangani kasus kemandulan.” Kata Ha Ri. Jae Young pikir tetap bisa berkonsultasi.
“Yang benar saja. Apa yang diinginkan hatimu? Kau tidak sempat mengencani pria dan menikahinya. Kau juga tidak pernah bahagia karena pria. Apa Kau masih ingin berharap?” kata Jae Young
“Rasanya sakit karena aku berusaha melupakan harapanku. Andai aku berusia 20 tahun hari ini. Maka aku bisa melekat padanya, berkata bahwa jantungku berdebar.” Ucap Ha Ri 

[Episode 7, Jarak untuk Menjaga Hati Kita agar Tidak Terluka]
Yi Sang mengambil gambar distudio, Hyo Joo mengeluh kalau bisa mengaburkan latarnya. Yi Sang pikir Tidak ada yang bisa diburamkan di latar jadi Apa yang akan diburamkan. Hyo Joo memperlihatkan sebuah gambar.
“Tidak bisakah kau membuatnya seperti ini dengan alat peraga di sana? Bukankah ini soal keterampilan fotografermu?” kata Hyo Joo
“Siapkan alat peraga yang layak dahulu. Aku tidak butuh kau untuk menilai keahlianku..” Ucap Yi Sang. Ha Ri pun mendengar keduanya.
“Sepertinya kau memperumit proyekmu. Lakukan saja perintahku.” Kata Hyo Joo
“Nona Choi Hyo-joo. Bisakah kau menjaga sopan santunmu? Merendahkan keahlianku tidak akan menutupi ketidakcakapanmu.” Balas Yi Sang. 


Ha Ri memanggil Yi Sang meminta agar Tolong ambil foto yang diminta jurnalis. Yi Sang menatapnya, Ha Ri menjelaskan  Nona Choi memikirkan ide itu, menentukan tema, dan menyiapkan alat peraga bahkan mengurus semuanya.
“Kita akan memutuskan setelah mendapatkan foto.” Ucap Ha Ri
“Jika harus merekam lagi, kita akan membuang waktu dua kali. Bisakah Departemen Penyuntingan membuang waktu dan sumber foto?” kata Ha Ri
“Itu juga terserah pada jurnalis karena dia mengawasinya. Lakukan ini untukku.” Kata Ha Ri. Yi Sang pun menganguk mengerti dan Hyo Joo mengikuti Ha Ri dengan senyuman sinis. 

Ha Ri pikir Karena membelanya maka Hyo Joo bisa bertanggung jawab dan yakin kalau Hyo Joo itu salah.  Hyo Joo dengan sinis kalau tidak bisa membiarkannya berbuat seenaknya karena mereka mempekerjakan fotografer.
“Aku tahu dia fotografer terkenal. Tapi bukankah seharusnya dia mendengarkanku?” kata Hyo Joo sinis
“Apa aku berhak memerintahmu? Fotografer dan Departemen Kesenian adalah rekan kita, bukan bawahan. Aku kasihan padamu. Karena enggan disebut suka memerintah, tidak kuajarkan yang seharusnya padamu.” Kata Ha Ri. Hyo Joo hanya bisa tertunduk.
“Aku tahu kau tidak mau, kalau aku memarahimu dan memerintahmu. Kukira kau belajar dengan melihatku. Aku tidak lakukan tugasku. Aku tidak berencana bekerja di sini untuk waktu yang lama. Aku tahu itu. Kau selalu mencari pekerjaan baru.” Ucap Ha Ri
“Itukah alasanmu tidak berusaha?” kata Ha Ri. Hyo Joo mengaku kalau ia  selalu berusaha dan juga ingin bekerja dengan baik.
“Jangan berpura-pura andal. Jadilah benar-benar andal. Jika kau bekerja tanpa harga diri, tempat kerjamu akan buruk. Mulai sekarang, aku akan memberimu kritik. Aku akan berhenti berkata, "Ini cukup bagus." Kata Ha Ri
“Aku akan mengomelimu sampai kau bekerja lebih baik. Agar apa yang kau pelajari di sini bisa dihargai, ke mana pun kau pergi. Kau harus membuat portofolio yang bisa kau tunjukkan kepada orang lain sebelum berhenti.” Ucap Ha Ri lalu melangkah pergi. 



Semua perkerja pun berhenti sejenak untuk beristirahat, Ha Ri masuk studior memberitahu Yi Sang kalau  sudah memilih foto pasangan mandul. Ia pun mengaku kalau sudahmemperlakukannya tanpa hormat dan sepertinya mereka tahu.
“Maaf kubuat mereka memperlakukanmu begitu.” Ucap Ha Ri. Yi Sang mengaku Tidak apa-apa lalu Ha Ri pun berjalan pergi.
“Aku berharap kau tidak merasa tidak enak karena aku.” Kata Yi sang mengingat yang dikatakan Ha Ri semalam
“Aku membuat kesalahan karena ingin membantu. Mulai sekarang, aku ingin kau berhati-hati agar aku tidak salah paham.” Ucap Ha Ri
“Aku pernah punya tunangan dan kami sudah lama berpacaran, lalu membatalkan pertunangan kami. Sejak itu, aku memutuskan untuk tidak menikah dan tidak akan pernah punya anak. Aku tidak ingin jatuh cinta, tapi aku goyah.”akui Yi Sang
“Aku mengirimkan sinyal yang bercampur dan mungkin membuatmu salah paham. Selama ini aku salah paham padamu. Aku sudah memikirkannya dan aku masih suka melajang.” Kata Yi Sang
“Setelah memikirkannya, aku memutuskan untuk tetap melajang. Itulah yang kuputuskan dalam hidupku. Maafkan aku karena membuatmu bingung.” Ungkap Yi Sang
“Aku menerima permintaan maafmu. Kau bilang tidak mau jatuh cinta. Aku setuju denganmu. Meski hanya sebentar,aku juga bingung dan merasa tidak nyaman.” Kata Ha Ri
“Mari kita lupakan soal itu.” Ucap Yi Sang. Ha Ri pun menyetujuinya. 




Ha Ri keluar dari studio dengan wajah sedih, Yi Sang melihat hasil foto diilalang dan melihat foto Ha Ri yang tersenyum bahagia mengambil foto dengan ponselnya. Ia mengingat saat Ha Ri yang mengambil foto terlihat sangat bahagai. 

Nyonya Shim melihat kotak [Pasta Gigi Tepat untuk Anakku] lalu bertanya apakah Semuanya sama lalu mengeluh dengan yang dilakukan perusahaan tersebut. Ia pikir pernah melakukan ini dan hanya bisa dipakai selama enam bulan.
“Mereka tampaknya melimpahkan stok mereka kepada kita.” Kata Nyony Shim kesal
“Dia anak baru. Kenapa tidak memberinya kelonggaran?”ucap Tuan Kim tertunduk.
“Aku bicara padamu.” Kata Nyony Shim sinis. Tuan Kim terlihat ketakutan baru mengetahuinya.
“Hyo-joo..Apa Kau tidak menyuruh Tim Humas memeriksa tanggal kedaluwarsanya?” tanya Nyonya Shim. Hyo Joo terlihat bingung mengaku berniat...
“Dia menyuruhku, tapi aku lupa... Maafkan aku...” Kata Eu Ddeum.  Hyo Joo menatap seperti tak percaya ada yang membelanya.
“Kita tidak bisa memberikan ini kepada pembaca kita. Belilah yang baru.” Kata Nyony Shim
“Kita tidak bisa mengembalikannya. Kau tahu betapa sulitnya mereka... Katakan saja. Jangan menatapku seperti itu.” Kata Tuan Kim takut melihat Nyonya Shim berbicara dengan tatapanya.
“Aku ingin kau melakukan apa pun untuk membeli yang baru.” Kata Nyonya Shim. Tuan Kim menganguk mengerti.
“Apa Kau mengerti?” kata Tuan Kim pada Eu Ddeum. Eu Ddeum menganguk mengerti. Nyonya Shim pun keluar dari ruangan. Eu Ddeum pun meminta agar jangan khawatir. 


Hyo Joo berjalan dengan Eu Ddeum mengaku Tadinya ingin memberitahu tapi lupa karena sandal replika itu membuatnya bingung. Eu Ddeum bisa mengerti.  Hyo Jo pikir kalau Eu Ddeum tadi membantunya. Eu Ddum mengaku tidak ingin dimarahi.
“Kau sudah dimarahi tadi. Dimarahi lagi pasti membuatmu sangat sedih. Omong-omong, kenapa kau selalu dimarahi? Aku dimarahi karena masih baru.” Kata Eu Ddeum
“Aku tidak dimarahi.” Kata Hyo Joo marah. Eu Ddeum pun mengejek kalau Rupanya Hyo Joo itu mudah marah.
“Omong-omong, aku hanya mencoba menyapamu. Kau yang terus berbicara denganku.” Kata Eu Ddeum
“Maksudmu kau tidak suka aku bicara denganmu?”kata Hyo Joo sinis. Eu Ddeum mengaku bukan seperti itu.
“Aku lebih suka mengobrol denganmu daripada hanya menyapamu. Mari berbincang lebih lama lain kali. Sampai jumpa. Semangat.” Kata Eu Ddeum lalu bergegas pergi.
“Intinya, dia menyatakan perasaannya kepadaku. Siapa yang melakukannya seperti itu?” kata Hyo Joo bahagia. 


Jae Young menunggu didepan gedung menyapa Ha Ri dengan senyuman. Ha Ri mengeluh Jae Young itu tersenyum dan sangat tidak menyenangkan. Ia pun bertanya apa yang dinginkannya.  Jae Young mengajak Ha Ri untuk makan bersama.
“Kau kemari hanya untuk mentraktirku makan siang?”ucap Ha Ri tak percaya
“Karena aku tidak mau makan sendirian.” Kata Jae Young lalu berjalan pergi.
“Pasti terjadi hal yang mencurigakan.” Ucap Ha Ri. Jae Young mengajak untuk pergi. 

Ha Ri duduk direstoran mengaku tidak punya uang dan waktu jadi Tidak ada yang bisa dilakukan. Jae Young mengaku datang karena ingin makan bersamanya jadi meminta agar Berhentilah marah kepadanya dan menikmati makanannya.
“Aku banyak berpikir, berdasarkan pertemanan kita selama 39 tahun. Anggap saja kau sakit parah dan bisa mati kapan saja. Kurasa tidak ada salahnya menjadi pilihan terakhirmu. Aku akan menikahimu.” Kata Jae Young
“Lima menit. Tidak. Kuberi satu menit untuk berpikir.”kata Jae Young. Ha Ri tak peduli langsung makan dengan lahap.
“Bisakah setidaknya berpura-pura berpikir?” keluh Jae Young. Ha R mulai berpikir 

“Sayang, kapan makanannya siap? Apa Kau sudah mencuci kaus kakiku?” teriak Jae Young yang duduk santai menonton TV. Ha Ri sibuk didapur teringat dengan kaos kaki Jae Young
“Satu hal lagi... Aku ingin kemejaku disetrika besok. Aku akan berendam setelah makan. Siapkan airnya di suhu 39,5 derajat Celsius. Aku sensitif.” Kata Jae Young 

Ha Ri membayangkan kalau menikah dengan Jae Young merasa Selera makannya hilang lalu mengeluh Kenapa tidak mempekerjakan pembantu. Jae Young pun heran dengan Ha Ri yang sangat membencinya. Ha Ri pun memastikan keyakinan Jae Young. Jae Young mengaku sangat yakin.
“Aku menghargai perhatianmu, tapi jangan libatkan pertemanan kita. Kenapa belakangan ini kau aneh  Apa Aku tampak begitu menyedihkan?” kata Ha Ri
“Belakangan ini, aku... Aku hanya kesepian.” Akui Jae Young. Ha Ri pikir temanya krisis paruh baya?
“Kau tiba-tiba kesepian, hidup terasa tidak berarti, dan emosional?” kata Ha Ri
“Lebih seperti pubertas daripada itu. Aku mencintai kehidupan, lalu membencinya, dan marah tanpa alasan. Jadi, kumohon, uruslah aku agar tidak bertingkah.”kata Jae Young
“Aku mengawasimu. Makanlah.” Ucap Ha Ri. Jae Young meminta Ha Ri  makan perlahan atau perutnya akan sakit.

Eu Ddeum pergi ke perusaahan pasta gigi, Seorang pria meminta agar Eu Ddeum menunggu dan tidak tahu kapan manajer timnya datang. Eu Ddeum pikir Semoga sebelum dipecat. Si pria menganguk mengerti. 

Di ruanngan, Tuan Joo melihat isi surat [Surat pengunduran diri, Shim Jung-hwa - Aku tidak bisa bekerja sambil menjaga anak-anakku] Lalu berdiri memberitahu kalau tidak memintanya mengundurkan diri tapi merekomendasikan agar cuti.
“Sepertinya kau memintaku mengundurkan diri. Sudah saatnya aku berhenti. Juniorku akan dipromosikan jika aku melakukannya.” Kata Nyonya Shim
“Aku tidak bisa menghentikanmu karena tahu anakmu sakit. Kau bisa bekerja sampai kami menemukan pengganti, bukan?” kata Tuan Joo
“Tidak... Aku akan mengundurkan diri setelah menyerahkan pekerjaanku pada Nona Jang.” Kata Nyonya Shim
“Kau berhenti begitu mendadak tidak akan menjadikan Nona Jang kepala editor yang baru. Dia akan jadi pengganti sementara.” Tegas Tuan Joo
“Aku juga menganggap Nona Jang sebagai anggota tim berharga. Tapi Pimpinan terlalu marah padanya, Sulit menjadikannya kepala editor. Jadi, tinggallah di sini sampai kami menemukan pengganti.” Ucap Tuan Joo. Nyonya Shim pun menganguk mengerti dan pergi.
“Hei, Ju Seung-tae... Kau harus memilih antara menjilat Pimpinan atau menjadi bos yang perhatian untuk timmu. Atau kau bisa lebih baik melakukan keduanya. Semoga harimu menyenangkan!” ucap Nyonya Shim sinis. Tuan Joo ketakutan melihat Nyonya Shim. 



Ha Ri baru sajal pulang dan bertemu dengan Eu Dddeum yang baru akan pulang dan berpikir sudah pulang. Eu Ddeum emngaku menghabiskan sepanjang hari di luar kantor, tapi aku tetap tidak bisa menemui Pak Park. Ia pikir tidak menyelesaikan apa pun, jadi...
“Apa Kau hanya duduk seharian, menunggunya? Apa Pak Kim menyuruhmu melakukan ini?” kata Ha Ri
“Aku harus memperbaikinya karena ini salahku... Nona Jang, aku belajar banyak dari artikelmu.”kata Eu Ddeum. Ha Ri pikir Tidak ada yang perlu dipelajari.
“Bahwa aku harus menjaga kehidupan pribadiku dengan baik dan aku harus sedikit lebih berani. Aku terlalu muda untuk menentukan siapa yang benar dan salah. Aku hanya kagum padamu.” Kata Eu Dddeum
“Ada apa denganku?” komentar Ha Ri heran. Eu Ddeum mengaku bahkan tidak tahu apa yang diinginkan.
“Aku masih bingung. Tapi kau sangat yakin dengan keinginanmu dan hidup untuk mewujudkannya. Sesuatu yang tidak akan banyak orang pikirkan atau bertindak soal itu meski mereka memikirkannya. Kau luar biasa.” Kata Eu Ddeum.
“Eu-ddeum, kau mengerti aku orang macam apa?” kata Ha Ri. Eu Ddeum mengerti kalau Punya mimpi tidak ilegal. Ha Ri pun hanya bisa terdiam lalu pamit pergi.
Bersambung ke part 2

Cek My Wattpad...  ExGirlFriend

      
Cek My You Tube Channel "ReviewDrama Korea"

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar