PS : All images credit and content copyright : TVN
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Dachae
Media
Ha Ri
masuk ke dalam ruangan dan melihat sebuah cup cake diatas meja [Selamat telah
kembali!] wajahnya terlihat sumringah lalu mengucapkan Terima kasih. Yeon Jo terlihat sinis lalu
berubah menjadi senyuma memuji Ha Ri karena artikelnya luar biasa. Ha Ri tak
merasa tak begitu, Hyo Joo dan So Yoon langung menyetujuinya.
“Baik
atau buruk, kau harus menemuiku.” Kata Nyonya Shim berdiri dengan tatapan
dingin
“Karena
baru datang, aku harus merapikan mejaku dahulu...” ucap Ha Ri mencoba
menghindar. Nyonya Shim tak peduli menyuruh agar ikut dengan sekarang.
Ha Ri
bertemu dengan Tuan Jo kalau akan melakukan tugas reporter majalah dan yakinkan
pembaca mereka. Tuan Jo tak percaya kalau
Ha Ri akan meyakinkan mereka, Ha Ri hanya bisa terdiam. Tuan Jo
memarahinya karena menyuruh mengunggah permintaan maaf, bukan buku hariannya
“Apa Kau
meremehkan ini? Apa Kau meremehkan pembaca kita? Kau tidak takut padaku?”
teriak Tuan Jo marah dan langsung melempar kertas. Mereka pun menerima semua
teriakan Tuan Jo dan juga lemparan kertas didepan mereka.
Ha Ri
merasa bersyukur karena tidak terlibat masalah sebesar dugaannya. Nyonya Shim
menyuruh Ha Ri minum saja karena akan mentraktir. Ha Ri merasa kalau Nyonya
Shim yang mentraktirnya karena akan segera menganggur.
“Aku lupa
informasi masukku untuk situs pencarian kerja.” Kata Nyonya Shim
“Surat
pengunduran diriku akan mengubah keadaan. Aku memahami prinsip perusahaan, tapi
hidupku yang akan hancur jika aku berhenti bekerja. Karena menjadi kepala
editor, akan sulit mencari pekerjaan baru. Aku harus mempelajari keahlian, tapi
sudah terlalu tua.” Ucap Nyonya Shim
“Maksudmu
kau akan berhenti?” tanya Ha Ri. Nyonya Shim menganguk
“Bayiku
mengidap kejang demam. Kejangnya mungkin menyebabkan strok. Aku harus terus mendampinginya.
Bukan masalah serius, tapi aku juga tidak bisa menjaga anak sulungku dengan
baik.” Cerita Nyonya Shim
“Karena aku
lupa membawakannya selimut, dia tidur di penitipan tanpa selimut selama
sepekan. Aku geram pada diriku saat memikirkannya. Itu sebabnya aku akan
berhenti.” Kata Nyonya Shim
“Tapi
bukankah ini terlalu mendadak?” kata Ha Ri. Nyonya Shim pikir harus mendadak agar
mereka tidak bisa memecatnya.
“Kau
satu-satunya pegawai yang bekerja di "The Baby" selama 15 tahun. Ada
orang yang lebih setia dan mencintai pekerjaan lebih darimu? Mana bisa tidak
punya anak menjadi alasan pemecatanmu, sementara orang yang punya anak tidak
bisa menjaga anaknya karena pekerjaan?” kata Nyonya Shim. Ha Ri ingin bicara
tapi Nyonya Shm disela.
“Bahkan
saat aku berhenti, akan kupastikan kau menggantikanku sebelum aku pergi. Aku
bersikap sangat profesional. Hanya kau yang memahamiku bahkan saat aku bersikap
sangat kejam. Aku ingin kau menjadi
kepala editor.” Kata Nyonya Shim dan mengajak Ha Ri untuk minum saja.
Yi Sang
duduk mengingat yang dikatakan Dokternya “Pengobatan tempo hari gagal. Apa Kau
tetap ingin mencobanya?” Wajahnya Yi Sang terdiam mengingat ucapan dokternya.
Ia lalu teringat dengan ucapan Ha Ri “Bagaimana saat kau jatuh cinta? Kau tidak
pernah ingin menjadi seorang ayah?”
Yi Sang
menjawab “Tidak pernah.”dan bergumam
kalau “Tidak kusangka aku akan sangat menderita karenamu.” Seperti ia melakukan
semuanya demi Ha Ri.
“Sedang
apa kau di sini? Apa Kau begitu sedih bertemu denganku?” ucap Ha Ri yang
melihat wajah Yi Sang setelah berlari menghampirinya.
“Kurasa
kau ingin menyendiri. Aku permisi.” Kata Ha Ri. Yi Sang langsung menahan agar
Ha Ri Jangan pergi dan mengajak untuk mengobrol.
“Apa
kegiatanmu hari ini?” tanya Ha Ri akhirnya duduk disamping Yi Sang.
“Hidup
ini bagaikan soal matematika. Aku berusaha menyelesaikannya. Aku ingin
menjawabnya dengan benar, tapi sulit.” Kata Yi sang
“Perkataanmu
dalam. Kau mengubah pertanyaanku menjadi pertanyaan filosofis. Aku menebak, "Aku
bermalas-malasan sepulang kerja, lalu berjalan-jalan, kemudian
memikirkanmu." Kupikir aku akan mendengarnya, tapi kurasa hanya
khayalanku.” Ucap Ha Ri
“Kau
benar. Kenapa aku memikirkanmu?” ucap Yi Sang akhirnya berdiri dan pergi. Ha Ri
pun sempat terdiam dan akhirnya mengejar Yi sang
**
“Itu Bisa
saja. Kita selalu bertemu di sini dan sebagai tetangga, kau bisa memikirkan
kegiatanku dan apakah aku akan datang hari ini. Kau bisa saja penasaran.” ucap
Ha Ri
“Kukira
kau orang yang aneh. Orang selalu berlagak baik-baik saja saat terluka, menyembunyikan
bekas luka mereka, dan tersenyum atas segalanya. Tapi saat melihatmu, aku
menjadi malu karena berusaha menutupi rasa sakitku.” Kata Yi Sang
“Kau
sendiri sangat terkejut hingga meminta orang asing untuk menikahimu. Bagaimana
kau bisa mengaku pada dunia seperti itu? Kau pemberani, Ha-ri. Aku mengatakan
ini saat mabuk, tapi Ha-ri, kau hebat.” Puji Yi Sang
“Dan ini
stempelku.” Ucap Yi Sang lal mengelus rambut Ha Ri layaknya seorang pacar. Ha
Ri hanya terdiam
“Kau
membuatku sangat bingung. Terima kasih karena mengakui hal itu.” Ucap Ha Ri dan
kembali berjalan.
Tiba-tiba
Yi San kaget melihat ibunya dipinggir jalan, lalu pamit pada Ha Ri agar
berhati-hati di jalan. Ha Ri hanya terdiam dan melihat dari kejauhan. Yi Sang
pun menghampiri ibunya yang Seharusnya menelepon. Ibunya pikir tak masalah
karena tahu Yi Sang selalu sibuk.
“Ibu
menitipkan ikan berbumbu kepada penjaga keamanan. Omong-omong, siapa dia?” ucap
Ibu Yi Sang lalu menyapa Ha Ri
“Dia
rekan kerja. Ayo pulang.” Kata Yi Sang ingin menjauhkan dari Ha Ri.
“Ibu tidak
begitu ingin melihat rumahmu. Lepaskan ibu. Siapa namamu?”tanya Ibu Yi Sang
“Aku Jang
Ha-ri.” Kata Ha Ri. Ibu Yi Sang pun langsung memuji Namanya secantik wajahnya.
Ha Ri pun mengucapkan Terima kasih.
“Kau Pergilah...
Ibu, biar kuantar pulang.” Ucap Yi Sang makin panik. Ibunya mengeluh meminta
agar melepaskan tanganya.
“Sepertinya
kalian berpacaran. Jangan khawatir. Aku bahkan tidak masuk ke rumahnya. Datanglah
kapan saja dan bersenang-senanglah.”
Ucap Ibu Yi Sang
“Tidak.
Bukan begitu. Ibu, kami tidak berpacaran. Pergilah. Maaf soal itu.” Kata Yi
Sang sambil menyuruh Ha Ri pergi.
“Ibu
senang sekali... Ini bagus.” Kata Ibu Yi Sang. Yi Sang meminta agar tak
melakuan itu. . Ibu Yi Sang meminta agar melepaskan tanganya.
“Aku
menyukainya.” Kata Ha Ri. Yi Sang melonggo kaget dan Ibunya pun terlihat kaget.
“Aku
menyukai Pak Han Yi-sang.” Akui Yi Sang. Ibunya pun tersenyum bahagia meminta
agar Ha Ri jangan khawatir lalu memegang tangan Ha Ri sambil mengucapkan Terima
kasih banyak.
“Taksinya
datang... Mari bertemu lain kali. Yi-sang, ibu pergi!” kata Ibu Yi Sang
bergegas pergi.
Ha Ri
pulang ke rumah melihat ke arah rumah Jae Young, lalu mengetuk jendelanya. Jae
Young membuka jendela dan bertanya Ada apa. Ha Ri bertanya apakah sudah makan.
Jae Young pkir Ha Ri sudah gila dan bertanya Pukul berapa ini
“Apa Mau
makan babat?” tanya Ha Ri. Jae Young mengeluh
Kenapa membahas itu.
“Babat
seperti obat, tapi tidak bisa pesan seporsi.” Kata Ha Ri. Jae Young mengaku sudah
makan malam.
“Jadi,
ayo makan babat.”kata Ha Ri merengek. Jae Young menyuruh Ha Ri agar Naik,
mandi, lalu tidurlah karena berhenti makan babat lalu menutup tirainya.
Ha Ri
duduk di restoran sendirian, lalu mengingat yang dikatakan pada Yi Sang.
Flash Back
Yi Sang
menatap sinis pada Ha Ri setelah mengakui perasanay.Ha Ri bertanya apakah
melakukan kesalahan. Yi Sang mengeluh kenapa ini begitu mudah baginya. Ha Ri
pikir Ibunya tampak sangat khawatir dan menurutnya Butuh lebih dari cinta untuk
berpacaran.
“Kita
tidak... Kita tidak lagi muda. Jika tidak bisa saling menerima, kita bahkan
tidak boleh mulai.” Ucap Yi Sang
“Kenapa
pemikiranmu begitu rumit?” kata Ha Ri. Yi Sang pikr karena tahu akhirnya.
“Aku tahu
bahwa kau menginginkan anak. Aku tidak menginginkannya. Aku tidak bisa
bertanggung jawab jika membuatmu sedih atau atas perasaanmu.” Tegas Yi Sang
“Pak
Han... Aku akan bertanggung jawab atas perasaanku sendiri. Aku membuat
kesalahan karena ingin membantu. Mulai sekarang, aku ingin kau berhati-hati
agar aku tidak salah paham.” Kata Ha Ri lalu berjalan ergi.
Ha Ri
duduk sendirian, lalu melihat Jae Young datang sambil mengejek Ha Ri adalah
wanita paling menyedihkan karena mengira tidak mau makan. Ha Ri hanya melonggo
meihat Jae Young yang datanga. Jae Young pkir Seharusnya mengajaknya minum-minum.
“Aku
tidak minum-minum.” Ucap Ha Ri. Jae Young heran
Bagaimana bisa makan babat tanpa soju. Ha Ri pikir akan mabuk.
“Aku
tidak tahu siapa dia, tapi jika menyusahkanmu, dia bukan pria yang tepat.” Kata
Jae Young. Ha Ri mengelak kalau ini masalah pria. Jae Young pun tak ingin
membahasnya.
“Aku
tidak percaya itu cukup untuk membuatku antusias.” Kata Ha Ri. Jae Young bertanya apa maksudnya "Itu"
“Aku
meyakinkan diriku bahwa aku tidak butuh pria, tapi aku kalah karena itu.” Kata
Ha Ri
“Kau
membahas ciuman?” tanya Jae Young. Ha Ri pikir Penilaiannya tersamarkan dan Sudah
lama sekali.
“Kau
tidur dengannya?” jerit Jae Young. Ha Ri pun kaget mendengar dan panik meminta
agar Jae Young menutup mulutnya.
“Asalkan
kau tidak tidur dengannya. Kau membuatku takut.” Kata Jae Young bisa bernafas
lega.
“Belaian
lembut dan tatapannya cukup untuk memikat hatiku saat usiaku hampir 40 tahun.”
Ucap Ha Ri
“Lebih
baik kau tinggal sendirian. Kenapa kau memberikan hatimu padahal dia tidak
melakukan apa pun? Tarik ucapanmu.”kata Jae Young
“Akankah
berbeda andai usiaku 20 tahun? Andai bertemu saat berusia 30-an, kami tidak
mungkin sehati-hati ini. Seperti aku yang tidak punya waktu, dia pasti punya
alasan yang rumit.” Kata Ha Ri
“Kenapa
kau berusaha memahaminya? Alasan rumitnya tidak penting bagimu. Kau bilang
tidak punya waktu.” Teriak Jae Young marah
“Aku
dokter. Kenapa kau tidak bicara denganku dahulu?” keluh Jae Young
“Aku
tidak tahu dokter anak menangani kasus kemandulan.” Kata Ha Ri. Jae Young pikir
tetap bisa berkonsultasi.
“Yang
benar saja. Apa yang diinginkan hatimu? Kau tidak sempat mengencani pria dan
menikahinya. Kau juga tidak pernah bahagia karena pria. Apa Kau masih ingin
berharap?” kata Jae Young
“Rasanya
sakit karena aku berusaha melupakan harapanku. Andai aku berusia 20 tahun hari
ini. Maka aku bisa melekat padanya, berkata bahwa jantungku berdebar.” Ucap Ha
Ri
[Episode 7, Jarak untuk Menjaga Hati Kita
agar Tidak Terluka]
Yi Sang
mengambil gambar distudio, Hyo Joo mengeluh kalau bisa mengaburkan latarnya. Yi
Sang pikir Tidak ada yang bisa diburamkan di latar jadi Apa yang akan
diburamkan. Hyo Joo memperlihatkan sebuah gambar.
“Tidak
bisakah kau membuatnya seperti ini dengan alat peraga di sana? Bukankah ini
soal keterampilan fotografermu?” kata Hyo Joo
“Siapkan
alat peraga yang layak dahulu. Aku tidak butuh kau untuk menilai keahlianku..”
Ucap Yi Sang. Ha Ri pun mendengar keduanya.
“Sepertinya
kau memperumit proyekmu. Lakukan saja perintahku.” Kata Hyo Joo
“Nona
Choi Hyo-joo. Bisakah kau menjaga sopan santunmu? Merendahkan keahlianku tidak
akan menutupi ketidakcakapanmu.” Balas Yi Sang.
Ha Ri
memanggil Yi Sang meminta agar Tolong ambil foto yang diminta jurnalis. Yi Sang
menatapnya, Ha Ri menjelaskan Nona Choi memikirkan
ide itu, menentukan tema, dan menyiapkan alat peraga bahkan mengurus semuanya.
“Kita
akan memutuskan setelah mendapatkan foto.” Ucap Ha Ri
“Jika
harus merekam lagi, kita akan membuang waktu dua kali. Bisakah Departemen Penyuntingan
membuang waktu dan sumber foto?” kata Ha Ri
“Itu juga
terserah pada jurnalis karena dia mengawasinya. Lakukan ini untukku.” Kata Ha
Ri. Yi Sang pun menganguk mengerti dan Hyo Joo mengikuti Ha Ri dengan senyuman
sinis.
Ha Ri
pikir Karena membelanya maka Hyo Joo bisa bertanggung jawab dan yakin kalau Hyo
Joo itu salah. Hyo Joo dengan sinis
kalau tidak bisa membiarkannya berbuat seenaknya karena mereka mempekerjakan
fotografer.
“Aku tahu
dia fotografer terkenal. Tapi bukankah seharusnya dia mendengarkanku?” kata Hyo
Joo sinis
“Apa aku
berhak memerintahmu? Fotografer dan Departemen Kesenian adalah rekan kita,
bukan bawahan. Aku kasihan padamu. Karena enggan disebut suka memerintah, tidak
kuajarkan yang seharusnya padamu.” Kata Ha Ri. Hyo Joo hanya bisa tertunduk.
“Aku tahu
kau tidak mau, kalau aku memarahimu dan memerintahmu. Kukira kau belajar dengan
melihatku. Aku tidak lakukan tugasku. Aku tidak berencana bekerja di sini untuk
waktu yang lama. Aku tahu itu. Kau selalu mencari pekerjaan baru.” Ucap Ha Ri
“Itukah
alasanmu tidak berusaha?” kata Ha Ri. Hyo Joo mengaku kalau ia selalu berusaha dan juga ingin bekerja dengan
baik.
“Jangan
berpura-pura andal. Jadilah benar-benar andal. Jika kau bekerja tanpa harga
diri, tempat kerjamu akan buruk. Mulai sekarang, aku akan memberimu kritik. Aku
akan berhenti berkata, "Ini cukup bagus." Kata Ha Ri
“Aku akan
mengomelimu sampai kau bekerja lebih baik. Agar apa yang kau pelajari di sini bisa
dihargai, ke mana pun kau pergi. Kau harus membuat portofolio yang bisa kau
tunjukkan kepada orang lain sebelum berhenti.” Ucap Ha Ri lalu melangkah pergi.
Semua
perkerja pun berhenti sejenak untuk beristirahat, Ha Ri masuk studior
memberitahu Yi Sang kalau sudah memilih
foto pasangan mandul. Ia pun mengaku kalau sudahmemperlakukannya tanpa hormat dan
sepertinya mereka tahu.
“Maaf
kubuat mereka memperlakukanmu begitu.” Ucap Ha Ri. Yi Sang mengaku Tidak
apa-apa lalu Ha Ri pun berjalan pergi.
“Aku
berharap kau tidak merasa tidak enak karena aku.” Kata Yi sang mengingat yang
dikatakan Ha Ri semalam
“Aku
membuat kesalahan karena ingin membantu. Mulai sekarang, aku ingin kau
berhati-hati agar aku tidak salah paham.” Ucap Ha Ri
“Aku
pernah punya tunangan dan kami sudah lama berpacaran, lalu membatalkan
pertunangan kami. Sejak itu, aku memutuskan untuk tidak menikah dan tidak akan
pernah punya anak. Aku tidak ingin jatuh cinta, tapi aku goyah.”akui Yi Sang
“Aku mengirimkan
sinyal yang bercampur dan mungkin membuatmu salah paham. Selama ini aku salah
paham padamu. Aku sudah memikirkannya dan aku masih suka melajang.” Kata Yi
Sang
“Setelah
memikirkannya, aku memutuskan untuk tetap melajang. Itulah yang kuputuskan
dalam hidupku. Maafkan aku karena membuatmu bingung.” Ungkap Yi Sang
“Aku
menerima permintaan maafmu. Kau bilang tidak mau jatuh cinta. Aku setuju
denganmu. Meski hanya sebentar,aku juga bingung dan merasa tidak nyaman.” Kata
Ha Ri
“Mari
kita lupakan soal itu.” Ucap Yi Sang. Ha Ri pun menyetujuinya.
Ha Ri
keluar dari studio dengan wajah sedih, Yi Sang melihat hasil foto diilalang dan
melihat foto Ha Ri yang tersenyum bahagia mengambil foto dengan ponselnya. Ia
mengingat saat Ha Ri yang mengambil foto terlihat sangat bahagai.
Nyonya
Shim melihat kotak [Pasta Gigi Tepat untuk Anakku] lalu bertanya apakah
Semuanya sama lalu mengeluh dengan yang dilakukan perusahaan tersebut. Ia pikir
pernah melakukan ini dan hanya bisa dipakai selama enam bulan.
“Mereka
tampaknya melimpahkan stok mereka kepada kita.” Kata Nyony Shim kesal
“Dia anak
baru. Kenapa tidak memberinya kelonggaran?”ucap Tuan Kim tertunduk.
“Aku
bicara padamu.” Kata Nyony Shim sinis. Tuan Kim terlihat ketakutan baru
mengetahuinya.
“Hyo-joo..Apa
Kau tidak menyuruh Tim Humas memeriksa tanggal kedaluwarsanya?” tanya Nyonya
Shim. Hyo Joo terlihat bingung mengaku berniat...
“Dia
menyuruhku, tapi aku lupa... Maafkan aku...” Kata Eu Ddeum. Hyo Joo menatap seperti tak percaya ada yang
membelanya.
“Kita
tidak bisa memberikan ini kepada pembaca kita. Belilah yang baru.” Kata Nyony
Shim
“Kita
tidak bisa mengembalikannya. Kau tahu betapa sulitnya mereka... Katakan saja.
Jangan menatapku seperti itu.” Kata Tuan Kim takut melihat Nyonya Shim
berbicara dengan tatapanya.
“Aku
ingin kau melakukan apa pun untuk membeli yang baru.” Kata Nyonya Shim. Tuan
Kim menganguk mengerti.
“Apa Kau
mengerti?” kata Tuan Kim pada Eu Ddeum. Eu Ddeum menganguk mengerti. Nyonya
Shim pun keluar dari ruangan. Eu Ddeum pun meminta agar jangan khawatir.
Hyo Joo
berjalan dengan Eu Ddeum mengaku Tadinya ingin memberitahu tapi lupa karena
sandal replika itu membuatnya bingung. Eu Ddeum bisa mengerti. Hyo Jo pikir kalau Eu Ddeum tadi membantunya.
Eu Ddum mengaku tidak ingin dimarahi.
“Kau sudah
dimarahi tadi. Dimarahi lagi pasti membuatmu sangat sedih. Omong-omong, kenapa
kau selalu dimarahi? Aku dimarahi karena masih baru.” Kata Eu Ddeum
“Aku
tidak dimarahi.” Kata Hyo Joo marah. Eu Ddeum pun mengejek kalau Rupanya Hyo
Joo itu mudah marah.
“Omong-omong,
aku hanya mencoba menyapamu. Kau yang terus berbicara denganku.” Kata Eu Ddeum
“Maksudmu
kau tidak suka aku bicara denganmu?”kata Hyo Joo sinis. Eu Ddeum mengaku bukan
seperti itu.
“Aku
lebih suka mengobrol denganmu daripada hanya menyapamu. Mari berbincang lebih
lama lain kali. Sampai jumpa. Semangat.” Kata Eu Ddeum lalu bergegas pergi.
“Intinya,
dia menyatakan perasaannya kepadaku. Siapa yang melakukannya seperti itu?” kata
Hyo Joo bahagia.
Jae Young
menunggu didepan gedung menyapa Ha Ri dengan senyuman. Ha Ri mengeluh Jae Young
itu tersenyum dan sangat tidak menyenangkan. Ia pun bertanya apa yang
dinginkannya. Jae Young mengajak Ha Ri
untuk makan bersama.
“Kau
kemari hanya untuk mentraktirku makan siang?”ucap Ha Ri tak percaya
“Karena
aku tidak mau makan sendirian.” Kata Jae Young lalu berjalan pergi.
“Pasti
terjadi hal yang mencurigakan.” Ucap Ha Ri. Jae Young mengajak untuk pergi.
Ha Ri
duduk direstoran mengaku tidak punya uang dan waktu jadi Tidak ada yang bisa
dilakukan. Jae Young mengaku datang karena ingin makan bersamanya jadi meminta
agar Berhentilah marah kepadanya dan menikmati makanannya.
“Aku
banyak berpikir, berdasarkan pertemanan kita selama 39 tahun. Anggap saja kau
sakit parah dan bisa mati kapan saja. Kurasa tidak ada salahnya menjadi pilihan
terakhirmu. Aku akan menikahimu.” Kata Jae Young
“Lima
menit. Tidak. Kuberi satu menit untuk berpikir.”kata Jae Young. Ha Ri tak
peduli langsung makan dengan lahap.
“Bisakah
setidaknya berpura-pura berpikir?” keluh Jae Young. Ha R mulai berpikir
“Sayang,
kapan makanannya siap? Apa Kau sudah mencuci kaus kakiku?” teriak Jae Young
yang duduk santai menonton TV. Ha Ri sibuk didapur teringat dengan kaos kaki
Jae Young
“Satu hal
lagi... Aku ingin kemejaku disetrika besok. Aku akan berendam setelah makan.
Siapkan airnya di suhu 39,5 derajat Celsius. Aku sensitif.” Kata Jae Young
Ha Ri
membayangkan kalau menikah dengan Jae Young merasa Selera makannya hilang lalu
mengeluh Kenapa tidak mempekerjakan pembantu. Jae Young pun heran dengan Ha Ri
yang sangat membencinya. Ha Ri pun memastikan keyakinan Jae Young. Jae Young
mengaku sangat yakin.
“Aku
menghargai perhatianmu, tapi jangan libatkan pertemanan kita. Kenapa belakangan
ini kau aneh Apa Aku tampak begitu
menyedihkan?” kata Ha Ri
“Belakangan
ini, aku... Aku hanya kesepian.” Akui Jae Young. Ha Ri pikir temanya krisis
paruh baya?
“Kau tiba-tiba
kesepian, hidup terasa tidak berarti, dan emosional?” kata Ha Ri
“Lebih
seperti pubertas daripada itu. Aku mencintai kehidupan, lalu membencinya, dan
marah tanpa alasan. Jadi, kumohon, uruslah aku agar tidak bertingkah.”kata Jae
Young
“Aku
mengawasimu. Makanlah.” Ucap Ha Ri. Jae Young meminta Ha Ri makan perlahan atau perutnya akan sakit.
Eu Ddeum
pergi ke perusaahan pasta gigi, Seorang pria meminta agar Eu Ddeum menunggu dan
tidak tahu kapan manajer timnya datang. Eu Ddeum pikir Semoga sebelum dipecat.
Si pria menganguk mengerti.
Di
ruanngan, Tuan Joo melihat isi surat [Surat pengunduran diri, Shim Jung-hwa -
Aku tidak bisa bekerja sambil menjaga anak-anakku] Lalu berdiri memberitahu
kalau tidak memintanya mengundurkan diri tapi merekomendasikan agar cuti.
“Sepertinya
kau memintaku mengundurkan diri. Sudah saatnya aku berhenti. Juniorku akan dipromosikan
jika aku melakukannya.” Kata Nyonya Shim
“Aku
tidak bisa menghentikanmu karena tahu anakmu sakit. Kau bisa bekerja sampai
kami menemukan pengganti, bukan?” kata Tuan Joo
“Tidak...
Aku akan mengundurkan diri setelah menyerahkan pekerjaanku pada Nona Jang.”
Kata Nyonya Shim
“Kau
berhenti begitu mendadak tidak akan menjadikan Nona Jang kepala editor yang
baru. Dia akan jadi pengganti sementara.” Tegas Tuan Joo
“Aku juga
menganggap Nona Jang sebagai anggota tim berharga. Tapi Pimpinan terlalu marah
padanya, Sulit menjadikannya kepala editor. Jadi, tinggallah di sini sampai
kami menemukan pengganti.” Ucap Tuan Joo. Nyonya Shim pun menganguk mengerti
dan pergi.
“Hei, Ju
Seung-tae... Kau harus memilih antara menjilat Pimpinan atau menjadi bos yang
perhatian untuk timmu. Atau kau bisa lebih baik melakukan keduanya. Semoga
harimu menyenangkan!” ucap Nyonya Shim sinis. Tuan Joo ketakutan melihat Nyonya
Shim.
Ha Ri
baru sajal pulang dan bertemu dengan Eu Dddeum yang baru akan pulang dan
berpikir sudah pulang. Eu Ddeum emngaku menghabiskan sepanjang hari di luar
kantor, tapi aku tetap tidak bisa menemui Pak Park. Ia pikir tidak
menyelesaikan apa pun, jadi...
“Apa Kau
hanya duduk seharian, menunggunya? Apa Pak Kim menyuruhmu melakukan ini?” kata
Ha Ri
“Aku
harus memperbaikinya karena ini salahku... Nona Jang, aku belajar banyak dari
artikelmu.”kata Eu Ddeum. Ha Ri pikir Tidak ada yang perlu dipelajari.
“Bahwa
aku harus menjaga kehidupan pribadiku dengan baik dan aku harus sedikit lebih
berani. Aku terlalu muda untuk menentukan siapa yang benar dan salah. Aku hanya
kagum padamu.” Kata Eu Dddeum
“Ada apa
denganku?” komentar Ha Ri heran. Eu Ddeum mengaku bahkan tidak tahu apa yang diinginkan.
“Aku
masih bingung. Tapi kau sangat yakin dengan keinginanmu dan hidup untuk
mewujudkannya. Sesuatu yang tidak akan banyak orang pikirkan atau bertindak
soal itu meski mereka memikirkannya. Kau luar biasa.” Kata Eu Ddeum.
“Eu-ddeum,
kau mengerti aku orang macam apa?” kata Ha Ri. Eu Ddeum mengerti kalau Punya
mimpi tidak ilegal. Ha Ri pun hanya bisa terdiam lalu pamit pergi.
Bersambung
ke part 2
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar