PS : All images credit and content copyright : TVN
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Hyo Joo
tak mau menyerah pergi menghampir Eu Ddeum yang akan peri da bertanya Apa agamanya. Eu Ddeum menjawab Katolik. Hyo
Joo pu memperlihatkan cara berdoa dan mengetahui kalau ia pergi ke gereja
Katolik.
“Inikah
yang kau lakukan? Aku selalu ingin pergi ke sana, tapi tidak mudah untuk masuk.”
Ucap Hyo Joo
“Kau bisa
ikut ibadah hari Minggu.” Balas Eu Ddeum. Hyo Joo mengaku tidak tahu apa-apa
soal itu.
“Sulit
bagiku untuk ke sana sendirian. Kau pergi ke gereja mana Bukankah tugas misi
memberimu nilai bonus? Kenapa kau tidak mengajakku ke gerejamu?” kata Hyo Joo
“Bukan
seperti itu. Setiap wilayah memiliki gereja paroki. Cari tahu dan pergilah ke
gereja terdekat. Sampai jumpa.” Ucap Eu Ddeum berjaan pergi.
“Berandal
itu licin seperti ikan. Aku tidak bisa menangkapnya. Aku terus berusaha
menangkapnya, tapi dia terus melarikan diri... Wahh.. Bukan main.” Kata Hyo Joo
menatap Eu Ddeum pergi.
Jae Young
berbicara dengan anaknya agar bersenang-senang dan meminta Jangan cemaskan
ayahnya. Jeong Won yang melihat sikap Jae Young seperti berlebihan. Jae Young
lalu memberitahu kaau Do Ahmudah marah saat tidak dapat camilan setelah makan.
“Dia suka
makan camilan di kedua tangannya. Pastikan dia mendapatkannya.” Kata Jae Young.
Jeong Won menganguk mengerti.
“Dia juga
tidak bisa tidur tanpa boneka favoritnya. Pastikan di sampingnya saat dia
tidur.” Kata Jae Young. JeongWong mengerti dan pamit pergi.
“Selain
itu...” kata Jae Young. Jeong Won menyela kalau
akan menelepon jika ada pertanyaan.
“Do-ah...
Siapa ini? Ini Ayah... Jangan lupakan ayah, ya?” ucap Jae Young memberikan foto
dirinya. Do Ah mengambil foto anaknya.
“Aku akan
mengembalikannya kepadamu besok.Aku berharap kau seperti ini saat itu.”ucap
Jeong Won menyindir
“Setidaknya,
aku tidak mengabaikan tanggung jawabku padanya. Namun kau mendahulukan kariermu
daripada bayimu.” Balas Jae Young. Jeong Won tak membalasnya memilih pergi
membawa Do Ah.
Ha Ri
bertemu dengan pasangan mandul, bertanya Apa Ji-hye baik-baik saja. Suaminya
memberitahu kalau Ji Hye hanya berbaring, tidak melakukan apa pun. Ha Ri yakin
kalau Ji Hye pasti akan baik-baik saja. Suaminya juga berharap seperti itu.
“Jika ini
gagal, dia akan lebih kecewa daripada aku. Dia bahkan berhenti bekerja dan
berusaha hamil bertahun-tahun. Setiap kali gagal, dia menangis sampai pingsan. Percuma
membahas penderitaanku sendiri.” Ungkap suami Ji Hye. Ha Ri dan Yi Sang hanya
terdiam mendengarnya.
“Aku juga
menginginkan bayi, tapi istriku sangat menginginkannya. Aku tidak bisa
memintanya menyerah. Tapi juga sulit melihatnya seperti itu.” Ucap Suami Ji Hye
“Aku
yakin tidak ada yang membuatmu merasa lebih baik.” Ucap Yi Sang, Suami Ji Hye
membenarkaan
“Aku
hanya bisa berdoa. Aku yakin doaku akan dikabulkan kali ini.” Ucap Suami Ji
Hye. Yi Sang pun yakin dengan hal itu.
Ha Ri
berbicara dengan Yi sang Jika merasa bersalah, maka tidak perlu melakukannya.
Yi Sang tahu kalau Ha Ri harus dioperasi dan menundanya dan tidak melawan rasa
sakitnya, Ha Ri tahu Rupanya itu yang Yi Sang cemaskan.
“Waktumu
tidak banyak, dan jika hasilku tidak bagus...” ucap Yi Sang yang langsung
disela
“Pikirkan
dirimu dahulu. Tidak apa-apa melakukan itu.”kata Ha Ri menenangkanya.
Ha Ri
bertemu ibunya di taman, Nyonya Lee heran Ha ri taman bukan pulang ke rumah. Ha
Ri bertanya balik pada ibunya. Nyonya Lee mengaku keluar untuk menghirup udara
segar.Ha Ri pun ikut duduk menurutnya Ia harus menghirup udara segar bersama.
“Ibu... Bagaimana
Ibu akan menjalani hidup andai tidak ada aku?” tanya Ha Ri
“Hidup
ibu pasti tetap berjalan. Mungkin ibu akan bekerja agar tidak kelaparan, bukan
kau. Saat kesepian, ibu akan menemukan hal menyenangkan untuk mengisi waktu. Ibu
tidak akan pernah tahu kebahagiannya.’ Ucap Nyonya Lee
“Kebahagiaan
memiliki anak. Memiliki anak yang bisa diandalkan juga sebuah berkah. Apa Kau
takut tidak bisa hamil?” tanya Nyonya Lee. Ha Ri mengaku sedikit.
“Anggap
saja aku menikah, tapi gagal punya anak. Apa yang harus kulakukan saat suamiku
meninggalkanku?”ucap Ha Ri
“Kenapa
kau bilang begitu? Apa Kau khawatir akan seperti ibu?” tanya Nyonya Lee. Ha Ri
mengaku bukan seperti itu.
“Aku
hanya memikirkan kemungkinan terburuk. Hidup tidak selalu berjalan sesuai
keinginan kita.” Kata Ha Ri
“Anggap saja
semua akan baik-baik saja, maka semua akan baik-baik saja. Jika tidak ada orang
di sisimu, ibu akan tetap hidup untuk menemanimu.”ucap Nyonya Lee. Ha ri
mengerti dan meminta ibunya bisa seperti itu dan mereka pun duduk sambil bergandengan
tangan.
[Dachae
Media]
Yeon Ho
memberitahu Kali ini, mereka akan merekomendasikan popok sebagai solusi dalam
artikel ruam popok. Ia pikir bisa tekankan kelebihannya seperti kali terakhir,
si pria menganguk mengerti. Tuan Nam
lalu membahas Kontrak mereka sebentar lagi berakhir.
“Bagaimana
keadaan di sana?” tanya Tuan Nam perlahan. Si pria terliha bingung menjelaskanya.
“Apa
perusahaanmu juga kesulitan? Kami membuat iklan cetak dan iklan digital. Kami
bisa menyesuaikan harganya. Apa Kau bisa mempertemukanku dengan orang dari
kantor pusat?” ucap Tuan Nam
“Bukan
itu masalahnya. Orang bilang "The Baby" akan ditutup. Kami tidak
memperbarui kontrak. Tapi tidak akan ditutup, bukan?.” Kata Si pria
“Siapa yang bilang begitu? Itu tidak masuk
akal.” Ucap Tuan Nam. Yeon Ho hanya bisa diam saja.
Di
ruangan, Ha Ri kaget mendengar Restrukturisasi.
Tuan Joo memberitahu kala Penjualan terus menurun jadi harus mengurangi
pengeluaran. Ha Ri menegaksan kalau masih kekurangan staf , karena tidak bisa
menyewa pekerja lepas, ia bahkan menulis artikel.
“Bisakah
kita membuat kontrak atau meminta mereka menjadi pekerja lepas?” ucap Tuan Joo
“Maka,
mereka akan berhenti” kata Ha Ri. Tuan Joo pikir meminta Ha Ri agar harus bijak
menangani masa krisis ini.
“Dengan
begitu, "The Baby" bisa tetap ada sebagai satu-satunya majalah bayi
selama 20 atau 30 tahun. Bukan begitu?” kata Tuan Joo
“Kalau
begitu, aku akan cari cara untuk mendapat lebih banyak iklan dan penjualan.
Setelah itu, mari membahas pengurangan stafku.” Kata Ha Ri
“Bawakan
aku proposal restrukturisasi juga.”tegas tuan Joo. Ha Ri hanya bisa terdiam
lalu keluar ruangan.
Tuan Nam
dan Yeon Ho keluar dari lift. Yeon Ho memberitahu kalau mereka kehilangan iklan
popok. Ha Ri tak percaya kalau Mereka tidak memperbarui kontrak. Tuan Kim
memberitahu kalau Orang-orang di industri mengatakan mereka akan tutup.
“Kurasa
mereka ragu untuk memperbarui kontrak.” Kata Tuan Kim sedih.
“Mari
kita membuat acara bahwa kita masih akan bertahan. Pak Kim. Bisakah kau memikirkan
cara untuk lebih memasarkan majalah kita?” ucap Ha Ri. Tuan Kim menganguk
mengerti.
Yeon Ho
membahas kalau mereka mengadakan kontes untuk memilih sampul majalah karena Saat
melakukan itu sebelumnya, mereka menerima respons bagus. Ha Ri pikir Itu bukan ide yang buruk dan berpikir adakah
yang lebih orisinal
“Atau bagaimana
dengan ini? Kita punya banyak perlengkapan bayi di gudang. Bagaimana jika kita
mengadakan bazar?” ucap So Yoon.
“Itu
tidak bagus.” Komentar Ha Ri. Hyo Joo mengusulkan acara daring. Ha Ri mengeluh
kalau Hyo Joo tak menyusun rencananya.
“Ada
influencer di media sosial. Apa Kau tidak kenal influencer muda?” kata Yeon Hoo
“Aku suka
ide memakai influencer. Kita bisa mengumpulkan influencer dan mempromosikan
majalah di media sosial. Itu bisa menggandakan efeknya. Apa yang harus kita
lakukan dengan influencer?” kata Ha Ri. Yeon Joo mengusulkan tema retro
[Jambi
Studio]
Yi Sang
berbicara ditelp dengan Ha Ri yang lembur mulai hari ini jadi ia pikir harus
mengirim camilan malam. Ia mengaku pun punya proyek penting, jadi, sedang
belajar juga. Ha Ri seperti mendengarkannya, Yi Sang melirik buku didepanya.
“Aku
tidak pernah malas mempelajari hal baru. Jika butuh diantar pulang, hubungi
aku. Sampai jumpa.” Ucap Yi Sang mulai membaca buku "Ini Caraku Berhasil
dalam Melamar"
Saat itu
Hyo Joo dan Soo Yoon datang memberitahu kalau Pak Han mengirimkan camilan
malam. Yeon Ho meminta agar menyisakan karea ingin menyelesaikan tugasnya lebih
dulu. Ha Ri hanya bisa menghela nafas. Yeon Ho tak tahan mengajak Ha Ri makan
lalu berkerja kembali.
“Ibu, aku
akan pulang larut mulai hari ini. Aku harus memenuhi tenggat.” Ucap Ha Ri
menelp ibunya.
“Ibu akan
ke Donghae dengan klub mendaki, jadi, ibu juga tidak akan pulang.” Kata Nyonya
Lee. Saat itu Ha Ri mendengar suara “Silakan masuk untuk diperiksa.”
“Ibu
tidak di rumah sakit, bukan?” tanya Ha Ri. Nyonya Lee menyangkalnya. Ha Ri
terlihat masih memikirkan ibunya tapi berusaha percaya dengan ibunya.
Akhirnya
mereka makan bersama, semua meminta Ha Ri makan lebih dulu. Ha Ri mengeluh kalau mereka bisa memulai lebih
dulu, lalu terdiam mengingat pembicaraan dengan ibunya mendengar suara “Silakan
masuk untuk diperiksa.”
Akhirnya
Ha Ri pulang ke rumah melihat kamarnya kosong,
Jae Young baru saja mengambil minum. Ha Ri bertanya apakah Jae Young
tahu Ibu pergi ke mana.Jae Young megaku Nyonya Lee bilang akan ke Gangneung
dengan klub mendakinya dan berpikir kalau tidak memberitahunya.
“Dia
memberitahuku. Tapi biasanya mereka tidak pergi saat hari kerja. Apa Do-ah
sudah tidur?” tanya Ha Ri terlihat canggug.
“Ibunya
akan menjaganya untuk sementara.” Kata Jae Young. Ha Ri pikir itu bagus.
Ha Ri
akhirnya kembali ke rumah mulai mengetik tapi tiba-tiba lampu mati. Akhirnya
dengan senter ponselnya pergi ke lantai bawah dan bertanya kenapa lampunya
mati. Jae Young memberitahu Mereka melakukan
inspeksi keselamatan, jadi, listriknya padam.
“Apa Kau
tidak tahu? Pemberitahuannya ditempel.” Ucap Jae Young. Ha Ri mengaku tidak
melihatnya dan Jae Young mencari lilin.
Ha Ri
pikir ada didapur dan kakinya tak
sengaja tergelincir. Jae Young menahan tanganya, suasana jadi canggung. Ha Ri
pun buru-buru melepaskan tanganya.
Akhirnya
Jae Young duduk ditangga dengan lilin disampingnya, sementara Ha Ri duduk di
ruang tengah sambil mengetik mengunakan ponselnya. Jae Young akhirnya mulai
bicara memberitahu kalau akan segera pindah. Ha Ri bertany apakah Ha Ri sudah
menemukan rumah. Jae Young membenarkan.
“Pernahkah
kau berdebar-debar karena aku selama pertemanan kita?” tanya Jae Young
“Sempat
saat SMP. Saat itu aku memasuki masa pubertas. Saat itu, kau tampak berbeda.”
Ungkap Ha Ri santai
“Saat itu
aku masih SD. Kau cinta pertamaku.” Akui Jae Young. Ha Ri mengeluh Jae Hyung
membahas cerita yang terjadi 30 tahun lalu
“Dahulu
kita pergi ke aula belajar yang sama saat SMA.Anak-anak di sekolah mengejekku
bahwa aku menyukaimu. Itu bukan
lelucon.” Kata Jae Young
“Sekalipun
aku tahu, tidak akan ada yang mengubah kita.” Ungkap Ha Ri. Tapi Jae Young
yakin Pasti ada yang berubah.
“Kita
pasti sudah bersama sejak saat itu Atau kita tidak akan ada di kehidupan masing-masing
setelah putus. Itu membuatku takut. Jadi, aku terus melewatkan peluangku untuk
bersamamu.” Ucap Jae Young
“Kenapa
kau membahas itu sekarang?” keluh Ha Ri dan pikir mereka melihat satu sama lain memacari orang lain.
“Benar.
Kenapa sekarang aku teringat perasaanku yang terlupakan untukmu? Kau tahu apa
yang membuatku kagum saat memulai pekerjaan ini? Aku tidak pernah jatuh dalam
hidupku. Aku menjalani hidup yang mudah. Jadi, aku menyombongkan seluruh
hidupku.” Ungkap Jae Young.
“Setelah
hidupku terpuruk di usia 40 tahun, keterpurukanku tampak tidak terbatas.”ucap
Jae Young
“Ada banyak
ayah hebat di dunia ini. Seperti saat pertama kau tinggal bersama kami, kukira
semua ayah buruk.”balas Ha Ri
“Aku
membenci dunia karena memberiku kesulitan seperti itu dalam hidupku. Itu bukan
kesulitan. Ini kesempatan untuk mengenang hidupku yang berantakan dan semua
peluangku yang terlewatkan.” Akui Jae Young
“Dengan
mengamatimu, aku menyadari bahwa bayi tumbuh dengan ayah. Kau menjadi ayah yang
baik.” Balas Ha Ri
“Kesempatan
terakhirku untuk mendapatkan kembali apa yang aku lewatkan. Sekarang aku tahu. Alasan
hidup memberiku kesempatan ini adalah kau.” Kata Jae Young
Ha Ri
merasa tak enak mendengarnya dan berpikir untuk naik saja. Jae Young akhirnya
berdiri lalu mengaku perasanya kalau sangat menyukai Ha Ri. Ha Ri terdiam dan
saat itu lampu diruangan menyala semua dan melihat jelas wajah Jae Young.
“Jika
tidak memberitahumu, sepertinya aku
takkan bisa mengakhirinya.” Ucap Jae Young
“Seharusnya
kau tidak memberitahuku. Kenapa kau harus memberitahuku?” ucap Ha Ri menahan
kesal
“Bagaimana
aku bisa kehilanganmu lagi? Jika jantungku berdebar dan terluka seperti hati
remaja laki-laki, aku akan tumbuh sebanyak itu. Aku akan menjadi orang dewasa
lagi berkat kau. Aku selalu berterima kasih padamu. Maaf atas segalanya.” Ucap Jae
Young. Ha Ri hanya tertunduk.
“Hei,..
Jang Ha-ri, kuharap kau akan selalu bahagia.” Kata Jae Young. Ha Ri pun
langsung bergegas pergi. Jae Young menghapus air matanya yang mengalir.
Yi Sang
pergi ke tempat les kerajinan kulit dan melihat bangku Nyonya Lee yang kosong.
Ha Ri di kantor seperti terlihat gugup dan kebingungan. Saat itu Yi Sang
menelp bertanya apa ada masalah dengan
ibunya karena tidak ada di studio hari ini.
“Dia
mungkin belum pulang dari liburannya.” Ucap Ha Ri. Yi Sang mengerti lalu
menutup telpnya.
Ha Ri
merasakan ada yang aneh lalu menelp bibinya ingin tahua pakah ibunya sakit
lagi, apakah Kanker perutnya tidak kambuh. Bibinya seperti ragu ingin
memberitahukanya. Ha Ri meminta agar mengatakan apapun dan Jangan
merahasiakannya darinya.
“Apa Kau
ingin aku terus bekerja tanpa tahu Ibu sakit lagi? Aku akan sedih jika harus
melakukannya lagi. Itu membuatku sedih.” Ucap Ha Ri. Bibi seperti memberitahu
kemana ibu Ha Ri pergi.
“Kenapa
Ibu ada di sana?” tanya Ha Ri terlihat marah.
Jae Young
sedang dikamar melihat Nyonya Lee menelpnya. Nyonya Lee duduk dikursi
memberitahu Jae Young kalau sedang di rumah sakit dan merasa Ha-ri mungkin
datang lalu membuat keributan. Ia meminta agar Jae Young datang dan mengajaknya
pulang. Jae Young akhirnya keluar dari kamarnya.
Ha Ri
pergi ke rumah sakit melihat dipapan depan kamar “Perawat yang bertugas, Park
Jong-hoon” dan terlihat marah. Seorang
pria terbaring diranjang, ibu Ha Ri melihat anaknya seperti berusaha untuk
santai. Ha Ri mengeluh ibunya ada dirumah sakit.
“Apa kau
Ha-ri? Kau menjadi wanita yang cantik. Kudengar usiamu 39 tahun ini.” Ucap Tuan
Jang menyapa anaknya. Ha Ri seperti sangat marah pada ayahnya mengambil jaket
ibunya lalu mengajak pergi.
Ibunya
meminta agar Ha Ri mengembalikan jaketnya karena ini bukan urusanya. Ha Ri tak
bisa menerima kalau ini dianggap urusan ibunya sekarang. Ia menegaskan kalau
pria itu orang asing jadi kenapa harus merawat Ayahnya.
“Dia
mengidap kanker hati stadium 4. Dia akan hidup setelah operasi. Ibu akan
menjaganya.” Ucap Nyonya Lee
“Kenapa
Ibu harus melakukan itu? Jika Ibu mencemaskannya, sewa perawat saja. Hidup Ibu
sulit karena dia, kenapa kembali ke sana?” ucap Ha Ri marah
“Ibu akan
mengurusnya. Lakukan saja tugasmu.” Kata Nyonya Lee mengambil jaket dari tangan
Ha Ri
“ Ibu
juga membenci Ayah. Andai dia tidak pergi seperti itu, Ibu tidak perlu bekerja dari
pukul 4.00 hingga 22.00, dan sakit sekujur tubuh. Hatiku masih sakit memikirkan
kehidupan Ibu dahulu.” Ucap Ha Ri menangis dengan nada penuh amarah
“Kenapa
kau masih memikirkan itu? Ini sebabnya ibu tidak mau kau menemuinya. Kenapa
kemari? Ibu kemari bukan karena peduli. Lanjutkan saja hidupmu.” Kata Nyonya
Lee
“Aku
tidak bisa biarkan Ibu melakukan ini. Ayo pulang.” Ucap Ha Ri. Nyonya Lee
mengaku punya rencana sendiri.
“Hatiku
hancur!” teriak Ha Ri. Nyonya Lee bertanya apakah Ha Ri akan merasa nyaman
mendengar ayahnya meninggal tanpa apa pun dan siapa pun
“Ibu
lakukan ini bukan untuknya, tapi untuk diri sendiri dan untukmu. Kau tidak
perlu meributkannya. Jadi Pergilah.” Ucap Nyonya Lee.
“Kenapa
hatiku sakit untuknya? Dia tidak pernah ada untukku. Siapa peduli jika dia
mati? Dia menghilang dan tidak pernah kembali. Siapa peduli jika dia sakit? Aku
bahkan tidak membencinya lagi. Kenapa hatiku harus terluka untuknya?” ucap Ha
Ri marah
“Maafkan
ibu karena membuatmu punya ayah seperti itu.” Ucap Nyonya Lee. Ha Ri mengeluh
ibunya malah meminta maaf. Nyonya Lee tak ingin membahasnya memilih untuk pergi
saja.
Ha Ri
berjalan pulang dengan wajah sedih, Diam-diam Jae Young melihat dari dalam
mobil. Ia lalu menelp Yi Sang seperti memberitahu keadan ha Ri. Yi Sang
langsung berlari kerumah Ha Ri.
Ha Ri
menangis didepan rumahnya sambil berjongkok ,Yi Sang datang menghampirinya dan
langsung memeluknya. Ha Ri pun menangis dipelukan Yi Sang
“Jangan menangis. Aku di sini untukmu.” Ucap Yi
Sang. Jae Young terdiam dalam mobilnya
seperti berusaha menahan diri agar bisa melepaskan Ha Ri
Pagi
hari, Ha Ri datang ke rumah sakit duduk di ruang tunggu dan melihat dilayar
[Status Operasi] lalu beberapa saat kemudian tertulis “Pak Jang, Pemulihan” Ia
pun berjalan keluar rumah sakit tanpa ada yang tahu kedatanganya.
“Aku masih
tidak mengerti. Meskipun tidak menyukai ayahku, aku harus menemuinya karena dia
ayahku. Tapi kini dia bukan siapa-siapa bagi Ibu. Kenapa dia tidak bisa
berpaling darinya? Jika cintaku mengecewakanku dan orang yang kucintai
menyakitiku, apa aku bisa bertahan seperti Ibu?” gumam Ha Ri menatap ke arah rumah
sakit.
Yi Sang
mengirimkan pesan “Ha-ri, aku yakin kau sibuk. Jika kau ada waktu, aku ingin
bertemu denganmu di studio.” Akhirnya Ha Ri pergi ke studio, Yi Sang duduk
dibangku dan meminta Ha Ri agar duduk disampingnya, Ha Ri pun duduk
disampingnya.
“Kita
belum berfoto bersama. Lihat lensa kamera dan tersenyumlah. Mari berfoto
bersama lagi. Foto hari-hari yang akan kita jalani bersama dan setiap momen yang
kita habiskan bersama.” Ucap Yi Sang mulai menyiapkan timer. Mereka pun mulai
foto dengan senyuman.
Setelah
itu tiba-tiba Yi Sang berlutut didepan Ha Ri. Ha Ri terlihat bingung. Yi Sang
mengeluarkan sebuah kotak dan melihat sepasang cincin didalamnya lalu berkata “Ha-ri...
Mari kita menikah.” Ha Ri melonggo bingung.
Bersambung
ke episode 14
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar