PS :
All images credit and content copyright : JBTC
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Wol Ju
datang dengan nafas terengah-engah karena membawa karung yang Berat sekali ini.
Manager Gwi heran dari mana dan apa yang dibawanya. Wol Ju meminta agar memberikan minum, Kang
Bae pun bergegas mengambilnya lalu meihat yang dibawa Wol Ju itu garam,
“Apa kita
kekurangan garam?” tanya Manager Gwi. Wol Ju mengaku tidak tapi ini semua untukK Kang Bae.
“Ini
garam yang dikeringkan di tanah terpencil dan bebas dari polusi. Ini 99,9
persen natrium klorida, bebas dari kotoran apa pun. Ini garam berkualitas
sangat tinggi.” Ucap Wol Ju
“Jadi, ke
sana kau pergi semalam?” kata Manager Gwi tak percaya. Wol Ju pikir harus
melakukanya.
“Dia
ketakutan sampai gemetar. Bawa segenggam garam itu dan lemparkan pada hantu
saat melihatnya. Dengan garam berkualitas sebaik itu, hantu apa pun pasti akan
kabur.” Kata Wol Ju
“Kau
sampai seperti ini hanya untukku. Terima kasih, Nona Wol-ju.” Kata Kang Bae.
“Namun,
kenapa kau pakai kacamata hitam itu?” tanya Wol Ju heran. Manager Gwi pikir itu
pasti keren.
“Aku
berikan padanya agar dia tak bertatapan dengan hantu.” Kata Manager Gwi.
“Apa
Kang-bae bisa melakukannya? Dia terlalu baik sehingga mendengarkan cerita semua
hantu sambil menangis bersama. Dia takkan berakhir di sini jika dia bisa tak
acuh kepada orang-orang.” Ucap Wol Ju yakin
“Namun,
apa kemarin kali pertama kau melihat hantu? Tidak ada hal aneh
sebelumnya?”tanya manager Gwi.
“Aku sepertinya
mendengar suara aneh. Saat kemarin melihat apartemen, aku mendengar suara yang
menyuruhku pergi jauh karena itu kamar miliknya.” Kata Kang bae.
“Arwah
rumah. Artinya dia ada di dalam kamar itu.” Kata Wol Ju
“Namun,
namanya lebih menakutkan. Aku melihat suratnya, dan namanya adalah Penyihir
Es.” Kata Kang Bae.
“Tunggu.
Siapa tadi namanya?”tanya Wol Ju memastikan. Kang Bae menjawab Penyihir Es.
“Itu nama
penulis Rayuan Juliet Dia belum lama ini meninggal dan...” kata Managaer Gwi.
“Apa dia
meninggal dan akhirnya menjadi arwah rumah? Kita mungkin bisa baca...”
kata Wol Ju dan keduanya berteriak
bersama “bab terakhir!”
Seorang
dukun melompat-lompat sambil berkata “<i>Dongdongdari Keluarlah, di mana
pun kau berada” Si bibi bertanya Apa benar ada hantu di sini. Si dukun
memberitahu kaau ada roh malang yang tinggal di kamar ini dan ingin tahu
namanya.
Saat itu
pintu dibuka, keduanya menjerit kaget, Si bibi mengenal Kang Bae si Penyewa
Atap. Kang bae mengaku datang melihat kamar lagidengan paman dan bibinya dan
bertanya siapa pria itu.
“Sebenarnya,
penyewa kamar sebelumnya meninggal di kamar ini. Karena merasa tak nyaman, aku
memanggil dukun kemari. Silakan berkeliling.” Ucap Bibi
“Lihat di
sana! Itu benar hantu, 'kan?” kata Kang Bae melihat seorang wanita duduk.
Manager Gwi membenarkan.
“Diam!
Aku sedang berbicara dengannya. Arwah pria ini punya banyak amarah dalam
dirinya. Sungguh menyedihkan dia bunuh diri di usia muda. Sepertinya kita harus
buat pemakaman untuknya.” Ucap dukun.
“Aku mati
serangan jantung.” Kata si hantu. Manager Gwi akhirnya bicara kalau sudah Jelas
dia gadis usia 20-an,mati karena serangan jantung.
“Benar.
Pemilik kamar sebelumnya adalah seorang gadis. Dia mati serangan jantung.” Kata
sibibi
“Siapa
kalian? Beraninya kalian mengganggu!” teriak pria marah. Manager Gwi akhirnya
mulai berakting.
“Bila
boleh aku jelaskan, wanita ini ibu peri dunia ilmu hitam yang telah berlatih
sepuluh tahun baik di Gunung Gyeryong dan Gunung Jiri, bernama Nona Wol-hwa.”
Kata Manager Gwi
“Aku
datang untuk mencari arwah lajang dengan mengikuti angin musim semi.” Kata Wol
Ju berakting
“Pantas
saja aku merasa dingin di dalam kamar ini. Nona Wol-hwa. Kau datang ke tempat
yang tepat. Mohon bantu aku.” Ucap si bibi.
“Namun,
apa yang akan kau lakukan dengan orang di sana?” kata Wol Ju.
Akhirnya
Si bibi menarik dukun ke luar ruangan, si dukun mengaku hanya kelelahan saja.
Si bibi mengusirnya karena sudah menipunya. Si dukun pun mengeluh karena gagal
lagi hari ini dan bertanya-tanya Siapa mereka sebenarnya.
Kang Bae
dkk pun duduk bersama dengan penyihir es. Wol Ju memastikan kalau wanita itu
penulis Rayuan Juliet Penyihir Es, 'kan?, Si Penyihir es ingin tahu siapa
mereka lalu mengancam Bila ingin menangkapnnya maka tak akan keluar dari rumah
itu.
“Kau tak
perlu khawatir karena kami tidak berurusan untuk hal itu. Walau ini sedikit
lancang, apa bab terakhir ceritamu sudah ditulis?” ucap Wol Ju
“ Kami
sangat penasaran. Apa kami boleh membacanya?” tanya Manager Gwi
“Kenapa
kau juga seperti ini, Manager Gwi ? Dia baru saja wafat.” Ucap Kang Bae marah
“Kang-bae.
Kau pikir kami seperti ini hanya karena alasan pribadi? Kami hanya ingin membantu
karyanya yang dibuat sepenuh hati untuk diketahui. Jangan khawatir. Kami akan
pastikan bab terakhir bisa dipublikasikan. Di mana bab terakhirnya kau simpan?
Apa bersama barang-barangmu? Perlukah kita cari bersama?” ucap Wol Ju
penasaran.
“Lupakan
saja.” Kata si Penyihir Es lalu terdengar kurir berteriak “Paket!” si hantu
langsung bergegas keluar tapi wajahnya sedih karena bukan pria itu yang di
lihatnya.
“Apa kau bisa
tanyakan ke pemilik gedung tentang paket untuk kamar ini?” ucap Wol Ju.
Mereka pun
memeriksa semua barang,Manager Gwi heran si penyihir es memesan barang ini
menurutnya Ini juga lebih murah dari biaya kirimnya, tapi tak menemukan
petunjuk. Akhirnya Wol Ju kembai menemui hantu mulai bicara.
“Aku
tidak ingin mengambil rumahmu. Kami hanya ingin membantu. Mereka berdua adalah
penggemar berat ceritamu, dan pakar penuntasan dendam.” Kata Kang Bae
menjelaskan.
“Pakar...
penuntasan dendam?”ucap Si penyihir mulai menatap keduanya.
“Kau pasti
punya alasan hingga memesan barang sebanyak itu. Bila berkenan, kau bisa
bercerita kepada kami.” Ucap Wol Ju
“Aku
penulis novel Internet berlabel 19 tahun ke atas dengan nama pena Penyihir Es.”
Cerita si hantu.
“Karena punya penyakit jantung,
maka aku jarang keluar rumah dan tak punya banyak teman. Namun, aku senang saat
menulis. Saat menulis, aku bisa ke mana saja, bahkan berpacaran dengan mesra.
Pada suatu hari, pria itu datang ke dalam hidupku.”
Si
penyihir terlihat meminum obat lebih dulu dan terlihat senang didepan komputer
membuat cerita.
Saat it
kurir datang membawakan paket. Seorag
pria mengeluh punggungnya sakit. Si wanita pun bertanya apakah Punggungnya
keseleo, lalu pergi ke kamarnya dan memberikan plester dibagian pingang si
kurir. Si pria pun mengucapkan Terima
kasih.
Esok
harinya, kurir datang membawakan paket. Si wanita pun memberikan minum. Berikutnya, si wanita memberikan roti lapis
dan si kurir tersenyum bahagia.
“Sebelum aku menyadarinya, aku
selalu menantikan paket karena itu berarti menemui Do-yeong. Kami pun makin dekat
dan...”
Keduanya
akhirnya bertemu di cafe dan Do Yeong tahu kalau wanita seorang penulis. Ia merasa Pantas kesan
pertamanya sangat berbeda yaitu terlihat tenang, tapi cerdas. Si wanita merasa
tak sehebat itu karena belum menerbitkan apa pun.
“Tetap
saja. Aku tidak bisa menulis lebih dari tiga kalimat. Kau menulis cerita apa?
Misteri? Romansa? Atau cerita fantasi?” tanya Do Yeong
“Kau bisa
katakan bahwa ceritaku mendekati genre romansa. Aku menulis cerita seperti Romeo
and Juliet.” Ucap Si wanita tak mengaku genrenya 19plus.
“Astaga.
Seperti yang kuduga,seleramu juga sangatlah elegan. Aku juga ingin membaca
cerita yang kau tulis di kemudian hari.” Kata Do Yeong.
Si wanita
panik akhirnya mengalihkan agar mereka makan sebelum dingin. Do Yeong pun bertanya
Bolehkah mereka sering bertemu untuk makan seperti ini dan itu di luar rumah.
Si wanita bingung kalau mereka akan sering dan itu Di luar dan wajahnya tersipu
malu.
**
Do Yeong
datang memanggil Bora dengan sebuah kotak hadiah didatanganya. Tapi langkahnya
terhenti saat mendengar suara Bo Ra yang membahas tentang Kurir paket. Bo Ra
mengatakan Tentu saja peluangnya nihil.
“Dia
padahal hanya dimanfaatkan, tapi dia terus mengejar sampai akhirnya terasa
menyebalkan. Benar. Tentu saja.” Ucap Bo Ra. Do Yeong yan mendengarnya terlihat
marah dan bergegas pergi.
“Walau
pada awalnya Juliet terus menjauhkan Romeo, dia akhirnya goyah karena cintanya
yang tak berubah pada Romeo. Cinta tulus seorang pria mengubah kehidupan
seorang wanita. Tidakkah itu keren?” ucap Bo Ra akhirnya keluar dari kamar.
“Bu
Editor, aku ada janji dengan pacarku, jadi, aku pergi dulu Baiklah, nanti aku
telepon lagi.” Kata Bo Ra lalu melihat jam tanganya karena Do Yeong itu harusnya
sudah datang.
“Setelah
itu, aku tak bisa menghubunginya. Dia ganti nomor telepon dan orang lain
mengambil alih rutenya. Sepertinya dia salah paham pada ucapanku saat itu.” Ucap
Bo Ra sedih karena tak bisa melihat Do Yeong lagi.
“Lebih
baik kau mengatakan sejujurnyadari awal kepadanya.” Kata Wol Ju
“Aku sama
sekali tak bisa memberitahunya bahwa aku adalah Penyihir Es, penulis dari
Rayuan Juliet. Aku malu. Aku takut dia akan berpikir aku aneh.” Kata Bo Ra
“Tidak.
Menurutku, dia akan tetap menyukaimu. Bila kau menyukai seseorang dengan tulus,
kau akan melihatnya tetap cantik, keren, dan manis.”kata Wol Ju memuji
“Walau
aku terlihat hebat dalam cinta di tulisanku, aku belum pernah dicintai
sepenuhnya. Aku tak percaya diri. Walau aku akhirnya meninggal, aku ingin Do-yeong
tidak salah paham lagi.” Kata Bo Ra
“Dia adalah
orang pertama yang kusukai dan orang yang spesial untukku. Aku tak mau putus
hubungan seperti ini.” Kata Bo Ra.
“Kau
padahal berhasil menulis karakter Juliet dengan sangat keren, tapi ternyata kau
bodoh juga. Cinta membuatmu tak bisa meninggalkan dunia ini.” Keluh Wol Ju
“ Bagaimana
kami bisa membantumu?” tanya Kang Bae. Bo Ra pikir Bila dia tahu tentang
ceritaknya mungkin dia tak salah paham lagi.
“Apalagi
bab terakhir aku tulis sambil memikirkan Do-yeong. Aku harap kau bisa berikan
cerita itu kepada Do-yeong.” Kata Bo Ra.
Do Yeong
mengantar paket lalu bingung karena ada kedai didepan truknya dan melihat [MENU
HARI INI: ROTI BAKAR] Ia akhirnya masuk dengan ada marah meminta Jangan membuka
kedai di sini kaena tak bisa
mengeluarkan truknya.
“Akhirnya
kau datang juga. Namamu Kim Do-yeong, 'kan?” ucap Wol Ju. Do Yeong kaget Wol Ju
mengenalnya.
“Kami adalah
kenalan penulis Shin Bo-ra. Ada sesuatu yang perlu kami berikan kepadamu.” Ucap
Wol Ju
“Bo-ra? Aku
tak ada hubungan lagi dengan dia. Tolong pindahkan kedainya.” Kata Do Yeong tak
peduli
“Rayuan
Juliet ditulis oleh Penyihir Es. Bukan, ini adalah novel karangan Shin Bo-ra. Baca
ini dan akan kupindahkan kedainya.” Ucap Wol Ju memberikan ponselnya.
“Aku tak
perlu membacanya. Aku sudah selesai hari ini, besok kupindahkan truknya.” Kata Do
Yeong marah
“Tunggu
dulu! Kalau begitu, makan roti bakar kami. Kami datang jauh-jauh untuk bertemu
dirimu.” Kata Wol Ju dan saat itu terdengar suara perut Do Yeong
“Kau
pasti sibuk bekerja sampai belum makan. Aku juga pernah menjalaninya. Benar.
Duduk saja, kami takkan membicarakan hal itu lagi.” Kata Kang Bae.
Akhirnya
roti dengan keju dan telur diberikan pada Do Yeong, Do Yeong hanya menatapnya.
Wol Ju memberitahu kalau kalau tak
menaruh racun. Do Yeong akhirnya makan dan memuji kalau Rasanya enak. Manager Gwi
tahu kalau Do Yeong itu pasti haus.
“Silakan
minum susu ini.” Kata Manager Gwi dan Kang Bae memberikanya terlihat sudah
diberikan minuman obat tidur.
“Terima
kasih. Tapi Entah kenapa aku merasa sangat lelah hari ini. Aneh. Kenapa aku
tiba-tiba mengantuk?” kata Do Yeong lalu terbaring diatas meja.
Do Yeong
sudah ada disebuah gedung menonton pertunjukan.
“Juliet. Senyumanmu
membutakan pandanganku. Suara indahmu menulikan telingaku.” Ucap Romeo.
“Romeo! Matamu
membuat hatiku terbelah menjadi dua. Satu sisi hatiku milikmu. Sisi yang lain
pun milikmu.”kata Juliet
“Juliet! Untuk
mewujudkan cinta kita, aku mulai bekerja.”kata Romeo. Juliet tak percaya Romeo
yang jadi pengantar paket
“Kau tak
perlu mencemaskan restu Ayah. Kemarin aku pergi dari rumah. Aku sama sekali tak
butuh uang, nama, juga kekuasaan. Aku hanya butuh kau.” Ucap Romeo.
“Apa yang
baru saja kau katakan? Apa Kalian akan menikah?” kata Kang Bae marah
“Beri
salam pada ibu tirimu.” Kata Ayahnya, Juliet pun menyapa Romeo sebagai ibu
tirinya.
“Ini adalah
jalan pahit ke alam baka. Pengantar ke kematian yang menyiksa! Hancurkanlah aku
berkeping-keping! Bersulang... untuk cintaku.” Ucap Romeo meminum racun.
“Romeo,
hentikan! Apa kau minum racun itu? Apa Sudah kau telan? Masuk ke tenggorokanmu?”
kata Juliet datang.
“Belum,
masih di sini.” Kata Romeo menyimpan dalam mulutnya. Juliet meminta agar Cepat
buang racun itu. Romeo akhirnya membuang kembali ke dalam botol.
“Juliet,
kenapa kau ada di sini? Bukankah ini hari pernikahanmu?” kata Romeo
“Hanya
ada satu pria yang seharusnyaberada di sampingku dengan gaun ini. Itu hanyalah
kau, Romeo. Awalnya ini semua karena uang.. Aku merencanakan ini dengan Ayah untuk
masuk ke dalam keluargamu dan mengambil alih bisnis Montague. Namun, Romeo, kau
telah membuat jantungku berdetak lagi.” Kata Juliet.
Romeo tak
percaya mendengarnya dan mengeluh kalau Juliet seharusnya lebih cepat memberitahunya semua
ini karena sangat tersiksa. Juliet mengaku tak bisa mengatakannya padanya karean
takut Romeo yang akan membencinya nanti.
“Namun,
kini aku ingin jujur kepadamu. Aku berjanji. Romeo. Aku... mencintaimu.” Ucap
Juliet.
“Aku
juga... mencintaimu... apa adanya.” Kata Romeo. Dan keduanya pun bahagia.
Do Yeong
melihat cerita Kurir paket dan Juliet dan memastikan kaau Apa itu cerita... Wol
Ju membenarkan kalau itu hanya cerita. Do Yeong berdiri didepan rumah ingin
tahu apakah arwah Bo-ra masih di sini. Wol Ju menganguk.
Do Yeong
akhirnya menekan bel rumah dengan tangan gemetar, lalu memberitahu paket
datang. Akhirnya pintu terbuka, ia pun duduk diruangan yang kosong dan Bo Ra
duduk didepanya. Wol Ju pun disamping menemaninya.
“Aku
menunggumu, Do-yeong.” Ucap Bo Ra. Do Yeong meminta maaf pada Bo Ra.
“Aku...
Aku sangat terlambat, 'kan? Aku bodoh karena hanya mementingkan diriku.” Ucap
Do Yeong. Bo Ra akhirnya ingin bicara, akhirnya Wol Ju yang menyampaikanya.
“Bo-ra
sendiri juga merasa bersalah karena tak bisa jujur. Dia merasa malu untuk
menunjukkan karyanya kepadamu.” Ucap Wol Ju
“Kau tak
perlu malu! Novelmu sangatlah menarik. Aku bisa menangis dan tertawa karenanya.
Aku akhirnya mengetahui perasaanmu yang sebenarnya. Aku harusnya lebih cepat
bilang ini.”kata Do Yeong tak bisa menahan rasa sedihnya.
“Aku
membeli ini untukmu. Sambil memberikan ini, aku ingin mengatakan bahwa aku
sangat menyukaimu. Tapi, aku malah berpikir kau orang jahat hingga membencimu
karena salah paham. Bisakah kau memaafkanku?” ucap Do Yeong memberikan kotak
hadiah.
“Aku tak
peduli jika kau berpikir aku jahat. "Yang lebih penting, aku tak mau kau
hidup penuh rasa sakit hanya karena salah paham. Itu saja yang kukhawatirkan.” Ucap
Bo Ra
“Kau
adalah orang yang telah menerima cinta tulus dari orang lain. Kau juga orang
hebat yang memberiku begitu banyak kenangan indah. Jangan lupakan itu." Kata
Wol Ju memberitahu apa yang dikatakan Bo Ra.
“Terima
kasih, Wol-ju. Bila saat masih hidup aku punya teman yang mau mendengarkan
sepertimu, hidup pasti lebih menyenangkan. Berkat dirimu, aku dapat pergi
dengan tenang.” Kata Bo Ra memasang jepitan dirambutnya.
“Setiap
manusia memang butuh seseorang untuk mendengarkan ceritanya.”kata Wol Ju
menerawang.
Flash Back
Wol Ju
kembali memegang tangan pangeran dan mulai bicara. Saat itu Pangeran membuka
mata, Wol Ju langsung tertunduk ketakutan.
Pengaran bisa melihat Wol Ju dan tahu kalau itu ia karena mendengar suaranya
yang menenangkan di mimpi.
“Angkatlah
dagumu... Tak apa, cepat tunjukkan wajahmu. Aku ingin melihat wajahmu.” Ucap Pangeran.
Wol Ju pun mengangkat wajahnya.
“Berkat
dirimu, setiap hari aku merasa lebih tenang.”kata Pangeran
“Aku
senang mendengarnya. Karena kau sudah tenang, lebih baik aku...” ucap Wol dan
Pangeran tiba-tiba memegang tanganya.
“Aku
berterima kasih bila kau mau mendengarkan ceritaku sekarang.” Kata Pangeran
“Namun,
aku menerima perintah untuk tak berbicara denganmu.” Kata WO Ju
“Kita
hanya berdua di sini. Aku tak akan memberi tahu siapa pun.” Kata Pangeran. Wol
Ju merasa tak enak hati dan Pangeran terus merengek.
Keduanya akhirnya
menikmati waktu berdua dikamar, mereka saling menyuapi makan. Wol Ju pun
mengintip yang dilakukan Pangeran, Pangeran menyuruh Wol Ju menjauh karena
sedang konsetrasi. Wol Ju Akhirnya melihat hasil gambar Pangeran.
“Apa
mirip denganku?”tanya Wol Ju. Pangera mengaku kalau Wajah asli Wol Ju lebih
cantik. Wol Ju tersipu malu mendengarnya.
Keduanya berkencan
diatas jembatan, Pangeran meneropong bulan dengan jarinya, lalu
memberitahu kalau Wol Ju itu mirip bulan.
Wol Ju tak mengerti maksudnya. Pangeran memberitahuBulan bersinar sangat terang
dan kecil hingga muat di antara jemarinya.
“Tapi aku
takkan pernah bisa membawanya pulang. Kapan pun kulihat, aku kagum sekaligus
putus asa. Bulan juga hanya bisa dilihat pada malam hari.” Kata Pangeran
“Karena
kau sangat menyukai bulan, aku takkan cukup tidur pada malam hari.”ejek Won
Hyung datang.
“Maaf. Terima
kasih telah jadi alasanku pergi dari istana saat malam.” Kata Pangeran
“Tenang
saja. Aku cukup senang memberitahunya semua kenakalanmu saat masih kecil.” Kata
Won Hyung
“Apa? Kalian
berdua membicarakanku di belakangku? Kapan? Kapan itu terjadi?” kata Pangeran
marah
“Dia
selalu mengantarku pulang tiap kita bertemu.”ucap Wol Ju. Pangeran pun bisa
mengerti.
“Aku tak
ingin melihatmu lagi. Jika aku tak sengaja melihat wajahmu lagi, kau takkan
bisa kembali hidup-hidup.” Ucap Ratu pada Wol Ju karena tahu berhubungan dengan
pangeran.
Akhirnya
Wol Ju tertidur tapi mengingat saat berusaha menolak Pangeran.
“Apa ini
hanya pekerjaan bagimu? Namun, aku jatuh cinta padamu. Jadi, tolong... terimalah
cintaku.” Ucap Pangeran.
Saat itu
terdengar suara ketukan pintu, Wol Ju pikir ibunya tapi malah mendengar
Pangeran yang datang. Ia buru-buru membuka pintu takut ada orang yang
melihatnya.
“Yang
Mulia... Bagaimana kau bisa kemari? Apa Kau datang sendiri? Bagaimana kalau ada
yang lihat?” ucap Wol Ju panik. Pangeran hanya diam saja. Wol Ju mengeluh
karena Pangeran tak berbicara apa pun
“Bila aku
beri tahu alasannya, malam ini akan berlalu. Aku hanya ingin melihatmu seperti
ini.” Kata Pangeran
“Bila kau
seperti ini, aku dan ibuku bisa terkena masalah besar.” Kata Wol Ju kesal
“Jangan
cemas. Apa aku yang harus melindungi negara tak bisa melindungi gadis yang
kucintai? Percayalah padaku. Apa pun yang terjadi, aku akan melindungimu.” Kata
Pangeran memeluk Wol Ju.
Wol Ju
berjalan dengan sempoyongan dan melihat Won Hyung berjalan sendirian lalu
memangginya. Won Hyung mencoba menghindar tapi Wol Ju menahanya memberitahu
kalau Ibunya telah dibunuh dan melihat ada darah ditangan Won Hyung.
“Ini dari
luka yang kudapat saat bertarung di area rumahmu tadi. Saat aku kembali,
rumahmu telah dibakar habis. Dan ibumu...” kata Won Hyung
“Mereka
pasti ingin membunuhku. Ibu terbunuh menggantikan aku.” Ucap Wol Ju
“Kau
harus segera lari dari sini.” Kata Won Hyung. Wol Ju pikir harus bertemu Yang
Mulia
“Kau tak
bisa bertemu Pangeran lagi... Yang Mulia... akan menikahi wanita pilihan
ibunya. Dia ingin bertemu denganmu untuk kali terakhir malam ini untuk
mengatakan itu.” Kata Won Hyung. Wol Ju terihat kaget mendengarnya.
Kang Bae
terlihat bahagia karna angkanya naik lagi untuk Wol Ju, Manager juga senang Hanya tiga kasus lagi
menuju 100.000 dan Kang-bae juga sebentar lagi bisa disembuhkan lalu mulai
menyanyi, sementara Wol Ju terlihat lesu meminum sojunya.
“Kenapa
kau minum sendiri? Hei, makanlah juga. Bila minum saja, kau bisa sakit.”kata
Manager Gwi
“Aku
sudah pernah mati, jadi, tak mungkin akan mati lagi.” Kata Wol Ju
“Kau tak
akan mati, tapi kau pasti akan merasa pengar. Astaga. Apa kau tak mau berjualan
besok?” kata Manager Gwi
“Dia
benar. Bo-ra berterima kasih padamu atas yang terjadi dan satu kasus lagi
selesai. Apa kau tak merasa bangga?”ucap Kang Bae
“Apa kau
bangga? Aku merasa ini lucu.” Ucap Wol Ju. Kang Bae bingung kalau diangaap
lucu.
“Selama
500 tahun aku bekerja di bidang ini, aku sadar akan satu hal. Setiap manusia di
Bumi ini bisa bertahan hidup bila ada satu orang yang mau mendengarkan
ceritanya. Namun... aku tak punya.” Ucap Wol Ju.
“Semua
orang memalingkan wajahnya, menutup telinganya, dan hanya mengecam aku dari
segala penjuru. Salah satu orang yang paling kupercayai telah meninggal lebih
dulu. Orang yang lain telah mengkhianatiku.” Cerita Wol Ju
“Namun
setelah meninggal, aku mendengarkan cerita banyak orang hingga mendapat kata terima
kasih. Bukankah itu lucu?” kata Wol Ju
“Tidak,
itu sama sekali tak lucu. Itu membuatku bangga. Aku... benci dengan kemampuan membuat
orang lain bercerita padaku. Aku pikir itu adalah kutukan. Ketika hanya
mendengar tanpa bisa membantu, perasaanku terus tersiksa.” Kata Kang Bae
“Namun,
kau membantu mereka. Setiap kau membantu oranglewat bisnis kedai ini dan setiap
angka target naik, aku sangatlah bangga padamu.” Ucap Kang bae.
“Kau
selalu pintar berbicara bila ingin membantahku.” Ejek Wol Ju. Kang bae
tersenyum mendengarnya.
“Beri
tahu aku kapan pun kau butuh pendengar. Aku akan mendengarkanmu.” Ucap Kang
Bae. Manager Gwi juga akan seperti itu.
“Kalian
ini. Aku padahal ingin sedikit sentimental hari ini, tapi kalian sama sekali
tak membantuku. Aku ingin minum sendiri, jadi, kalian bisa pulang sekarang.” Ucap
Wol Ju
“Jangan
begitu, kita harus minum bersama.” Kata Kang Bae, Manager Gwi melarangnya.
“Kau
belum pernah melihat dia mabuk, 'kan? Ayo pergi. Tidak. Karena mungkin kau akan
melihat hantu lagi, aku akan mengantarmu pulang. Ayo!” ucap Manager Gwi
mengambil jaketnya.
“Aku
pulang dulu. Jangan terlalu banyak minum.” Kata Kang Bae. Wol Ju memastikan
kalau Kang Bae sudah bawa garam, Kang Bae menganguk.
“Jangan
kebanyakan minum. Ini Semua dah kubersihkan.” Kata manager Gwi sebelum pergi.
Manager
Gwi berjalan dengan Kang Bae bertanya apa rencannya karena akan bertemu Yeo-rin
bila bekerja di swalayan besok. Kang Bae mengeluh Manager Gwi yang tiba-tiba
membahas itu lalu berjalan pergi. Manager Gwi tertawa karena menurutnya hanya mencemaskannya
“Aku
mengatakan itu hanya karena khawatir padamu. Tak usah marah begitu. Aku hanya
bertanya.” Ucap Manager Gwi mengejarnya.
Saat Won
Hyung mengikuti keduanya dan seperti siap melampiaskan amarahnya. Tapi saat itu
Manager Yeom menahanya, Won Hyung kaget dan memangilnya ayah.
Manager
Gwi pun menyurh Kang Bae masuk saja. Kang Bae pun pamit akan bertemu besok.
Manager Gwi menatap Kang Bae lalu memangginya, Kang Bae bertanya ada apa.
Manager Gwi mengurungkan niatnya dan menyuruh Kang Bae masuk saja.
“Hei,
Bulan... Kau juga sudah bekerja keras. Pasti sudah banyak manusi yang memohon
sesuatu kepadamu. Namun, apa kau tahu? Kau dan aku serupa.” Ucap Wol Ju didepan
warung menatap bulan.
“Sama
seperti permukaanmu yang terus berbekas, hatiku terus-menerus membenci dan
merindukannya. Semua perasaan ini harus kulupakan agar aku tak menderita lagi.
Namun, itu tak mudah.”
Kang Bae
dan Manager Gwi melihat buan dari lubang tangan yang dibentuk dengan jarinya,
sama seperti Pangeran.
“Rasa cinta,
benci, bahkan rindu...Setiap bentuk hubungan yang tercipta pada akhirnya akan
berbalik padaku. Karena itu, aku juga ingin meminta sesuatu padamu. Satu
permintaan saja.” Ucap Wol Ju dengan mata berkaca-kaca
“Tolong...bebaskan
aku dari takdirku dengannya sebelum aku mencintai dia lagi,” kata Wol Ju
menangis.
Bersambung
ke episode 9
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar