PS : All images credit and content copyright : TVN
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
“Aku juga
berharap bisa menjadi kekasihmu. Tapi aku tidak bisa punya anak.” Akui Yi Sang.
Ha Ri kaget mendengar pengakuan Yi Sang.
“Aku
tidak tahu cara membahasnya, mengetahui kau mungkin akan meninggalkanku atau
memberiku ekspresi itu saat aku memberitahumu.Bagaimanapun aku mengatakannya,
aku tahu kau pasti terkejut. Tapi kita...” kata Yi Sang
Ha Ri
yang shock berpikir tak bisa dan bergegas pergi. Yi Sang bingung meminta agar Ha
Ri menunggu, tapi Ha Ri memilih pergi dengan menahan tangisnya. Yi Sang pun
hanya bisa terdiam sementara Tuan Nam yang melihat Ha Ri tiba-tiba pergi
binggung.
Akhirnya
Ha Ri sampai didepan studio melihat ke arah belakang seperti memastikan kalau
Yi Sang akan mengejarnya atau tidak. Ia pun pergi ke lantai atas menangis sendirian karena baru mengetahui
kalau Yi Sang tak bisa punya anak, padahal ia harus memiliki anak secepatnya.
Sementara
Jae Young yang galau duduk diatas ayunan dengan sang anak, seperti sangat
berharap kalau bisa berkencan dengan Ha Ri dan menjadi ibu dari anak-anaknya.
[Episode 11, Lebih dari Apa pun... Maafkan
Aku dan Aku Mencintaimu]
Ha Ri
akhirnya kembali setelah menenangkan diri, Yeo Ho melihat Ha Ri mengeluh Dari mana saja karena Pak Kim menunggu. Ha Ri meminta maaf
dan mengaku ada urusan lalu mengaja masuk ke ruang rapat. Tuan Kim sudah menunggu, dan Ha Ri mulai
membahas Perusahaan yang memperpanjang kontrak iklan
“Kita
sudah membahasnya kemarin. Aku ingin membahas sampulnya. Apa Kita juga akan
memakai foto bayi untuk sampul bulan depan?” ucap Tuan Kim
“ Siapa
model pilihanmu?” tanya Ha Ri. Yeon Ho menjawab Layla, gadis yang melakukan pemotretan
mode bulan lalu.
“Menurutmu
kita bisa memilih selebritas saja?” ucap Tuan Kim. Yeon Ho pikir mereka akan
memilih konsep hamil. Ha Ri seperti hanya mendengar gema dengan tatapan kosong.
“Tidak
banyak klien yang ingin beriklan di majalah kita. Situasinya makin sulit. Nona
Jang, kau kenal selebritas?”tanya Tuan Kim.
Ha Ri
hanya diam saja. Yeon Ho akhirnya menyadarkan Ha Ri. Ha Ri akhirnya tersadar,
Tuan Kim memberitahu kalau Eco and Bebe, pesaing mereka menampilkan Lee Mi-do
dan Kentang Raja untuk halaman sampul bulan depan.
“Benarkah?
Bagaimana mereka mendapatkannya? Mari kita juga mencari artis papan atas untuk
kita.” Kata Yeon Ho tak mau kalah
“Nona
Jang, klien kita selalu membandingkan kita
dengan Eco and Bebe saat aku menemui mereka. Tidak masalah jika hanya
harga diriku yang terluka. Tapi klien kita beralih ke mereka.” Ucap Tuan Kim
Ha Ri
yang tak mendengarnya hanya menganguk mengerti, Yeon Ho kaget kalau Ha Ri akan
melakukannya. Ha Ri membenarkan. Tuan Kim pun terlihat sedikit lega.
[Dachae Media]
Hyo Joo
ke lobby mengambil paket untuk "The Baby", Eu Ddeum datang dengan
wajah lesu. Hyo Joo melihat Eu Ddeum terlihat kesal dan langsung menghadangnya.
Eu Ddeum pun membungkuk memberikan salam dan berjalan pergi. Hyo Joo kembali
menghadangnya.
“Apa Tidak
ada yang ingin kau katakan kepadaku?” ucap Hyo Joo sinis. Eu Ddeum terlihat
bingung
“Begini...
Maksudku... Ini berat.” Kata Hyo Joo kesal akhirnya memberikan paketnya. Eu
Ddeum pun tak bisa menolak membawakan barangnya.
Didalam
lift, Eu Ddeum yang sangat sedih hanya diam saja. Hyo Joo akhirnya yang mulai
bicara ingin tahu alasan Eu Ddeum melakukan itu. Eu Ddeum yang melamun terlihat bingung. Hyo Joo bertanya Apa
terjadi sesuatu di akhir pekan. Eu Dddeum menganguk. Hyo Joo pun bisa mengerti.
Eu Ddeum
berjalan dilorong dan langsung terhenti saat melihat Ha Ri duduk di ruangan
santai, lalu hanya bisa menatap dari kejauhan. Hyo Joo tersadar Eu Ddeum
berhenti berjalan dan bertanya Sedang apa di sana. Eun Ddeum langsung
bersembunyi.
“Apa kau akan
menyatakan perasaanmu kepada...” kata Hyo Joo melihat tatapan Eu Ddeum pada Ha
Ri. Eu Ddeum tak menjawab hanya memberikan paketnya dan bergegas pergi. Hyo Joo
menatap Ha Ri tak percaya ternyata bukan dirinya tapi Ha Ri sebagai sainganya.
Eu Ddeum
kembali ke ruangan, hanya bisa duduk melamun. Rekan kerjanya datang meminta
agar Eu Ddeum selesaikan berkasnya. Eu Ddeum menganguk mengerti walaupun
terlihat masih sedih
Sementara
Hyo Joo sangat kesal karena ternyata Eu Ddeum bukan suka denganya tapi dengan
Ha Ri. Ia pu melihat sandal pemberian Eu Ddeum yang berpikir memberikan
perhatian, lalu membuangnya dengan wajah kesal.
Jae Young
keluar dari kamar, Nyonya Lee bertanya Bagaimana keadaan Do-ah. Jae Yong
mengaku Kondisinya akan membaik dan baru
minum obat. Ia pikir anaknya harus mandi tapi akan terluka dan menatap kearah
lantai atas setelah mengambil minum.
“Pergilah.
Ha-ri sepertinya sudah pulang.” Kata Nyonya Lee mengerti dengan perasaan Jae
Young.
“Begini...
Tidak ada yang perlu dibicarakan.” Ucap Jae Young akhirnya duduk diruang tamu.
“Kenapa?
Kau bahkan tidak bisa menemuinya?” tanya Nyonya Lee. Jae Young mengaku takut
akan memberitahunya karena Semuanya akan
berakhir.
“Aku
menyetujuimu, tapi Ha-ri tidak. Maafkan aku.” Kata Nyonya Lee tahu tentang
anaknya.
“Tapi
kenapa Bibi menyetujuiku? Aku duda beranak satu.” Kata Jae Young heran.
“Aku juga
janda beranak satu. Bagi Ha-ri, kau adalah ayah dan kakaknya. Aku merasa
bersalah karena dia sendirian. Aku senang dia memiliki dirimu. Itu juga
alasanku mengandalkanmu.” Jelas Nyonya Lee
“Dahulu
ibumu dan aku sudah sepakat bahwa kau akan menjadi menantuku. Tapi kau menikahi
wanita lain. Pria yang ditemui Ha-ri belakangan ini. Dia yang pernah pergi ke
Mureung bersamanya, bukan?” kata Nyonya Lee Jae Young membenarkan,
“Kau
pikir hubungan mereka tidak akan lancar karena dia aneh bagimu? Apa Kau
menunggu karena merasa mereka akan putus?” tanya Nyonya Lee
“Sejujurnya,
siapa pun itu, aku pasti membencinya. Namun, jika Ha-ri bilang hanya ingin
bersamanya, tidak ada yang bisa kulakukan. Sebaiknya aku menyerah.” Ucap Jae
Young. Nyonya Lee hanya bisa menghela nafas panjang.
Tuan Nam
sibuk bermain basket dengan nafas terengah-engah, lalu bertanya pada Yi Sang
apakah putus dengannya dan Itukah yang terjadi. Yi Sang tak menjawab terus
bermain bola. Tuan Nam pikir mereka
harus melakukan ini sampai Yi Sang melupakannya
“Kami
tidak putus.” Ucap Yi Sang melempar bola basket ke ring.
“Maksudku,
jika kau tidak putus dengannya, kenapa aku harus melakukan ini selarut ini? Jawab
aku.” Kata Tuan Nam
“Aku
tidak bisa punya anak.. Hanya itu yang ingin kukatakan.” Ucap Yi Sang. Tuan Nam
kaget mendengarnya.
“Bukan
apa-apa.” Ucap Yi Sang mencoba untuk santai. Tuan Nam memastikan kalau Yi Sang
tak bisa punya anak.
“Bukan
Ha-ri, tapi kau? Yi-sang, apa karena itu kau putus dengan In-a? Apa Ha-ri
bilang ingin putus denganmu?” tanya Tuan Nam
“ Hanya
aku yang boleh kesulitan, tapi aku tidak mau membuatnya...” ucap Yi Sang. Tuan
Nam pun tak bisa berkata-kata.
Yi Sang
dan Tuan Nam berjalan pulang, tiba-tiba Yi sang berhenti melangkah memberikan
bola basket pada Tuan Nam mengatakan kalau harus pergi ke suatu tempat lalu
bergegas pergi.
Yi Sang
berlari ke arah rumah Ha Ri, dengan nafas terengah-engah menatap dari luar lalu
ragu untuk menekan bel. Tapi akhirnya memberanikan diri menekanya, sayang pintu
rumah Ha Ri tak terbuka. Yi Sang pun melangkah pergi, tapi saat itu pintu rumah
terbuka.
“Maafkan
aku.. Maafkan aku... Semua ini.. salahku... Aku hanya sangat ingin mengatakan
itu.” Ucap Yi Sang setelah melihat Ha Ri keluar dari rumah
“Katakan
padaku hal yang belum kau katakan.” Ucap Ha Ri.
Keduanya
duduk dicafe, dengan rasa cangung dan hanya diam saja. Yi Sang akhirnya
mengenggam tanganya, untuk menenangkan diri sebelum bercerita. Ia akhirnya
menceritakan Saat bertunangan dengan
mantannya sudah memeriksakan diri.
“Aku
tidak punya gejala dan semuanya normal. Kupikir tidak akan ada masalah. Tapi
kami mengetahui bahwa aku punya masalah. Kukira aku bisa kembali normal setelah
pengobatan selama tiga bulan.” Cerita Yi Sang yang mengingat saat sang pacar
meninggalkan dirinya.
“Tapi aku
akhirnya berpisah secara menyakitkan. Rasanya sangat sulit dan menyakitkan
untuk melupakannya. Jadi, aku tidak ingin mengalami masalah yang sama denganmu.
Namun, aku jadi menyukaimu.” Akui Yi Sang. Ha Ri mengalihkan pandangan menahan
air matanya.
“Aku
tidak khawatir soal melukai diriku sendiri.Aku khawatir akan menyakitimu. Hal
itu yang paling membuatku khawatir.” Kata Yi Sang
“Kau juga
pernah mengalami momen saat kau merasa semuanya sudah berakhir. Tetap saja,
jika kau tidak ingin melukaiku dan jika kau mengkhawatirkanku, seharusnya beri
tahu aku lebih awal. Aku harus menangani banyak masalah. Aku akan pergi.” kata
Ha Ri lalu melangkah pergi. Yi Sang pun hanya bisa diam saja.
Ibu Ha Ri
diam-diam pergi ke lantai atas, membaca jus herbal. Ia memeriksa kulkas anaknya
dan melihat jusnya sudah berubah. Senyuman Nyonya Lee bahagia karena Dahulu
tidak pernah mau meminumnya tapi
Akhirnya, meminumnya secara teratur.
Nyonya
Lee mengintip kamar anaknya, dan kembali tersenyum bahagia. Sementara Ha Ri
ternyata menangis mengetahui nasib hubungan yang kemungkinan akan tak berjalan
lancar.
Jae Young
memeriksa pasien anaknya dan memberitahu kalau Pneumonianya lebih lama dari
dugaannya. Si ibu pikir itu tidak bagus, Jae Young yakin Begitu diobati, kondisinya membaik jadi tidak
perlu khawatir.
Setelah
pasien itu pergi, Jae Young melirik ke arah artikel majalah dengan wajah Ha Ri.
Ia lalu mengingat saat memandang Ha Ri yang tertidur lelap, lalu mencoba
melupakan dengan menutup majalah.
[Dachae
Media]
Hyo Joo
memberikan artikel yang ditulisnya, Ha Ri bertanya Bagaimana penampilan "celana bayi
mewah" dan "celana pof elegan". Hyo Joo menjawab Keduanya tampak mewah dan elegan.
“Hyo-joo,
kau tidak bisa menulis artikel tanpa "it items" atau "hot
items"? Jangan selipkan bahasa Inggris. Ulangi.” Ucap Ha Ri. Hyo Joo
mengerti. Ha Ri heran Hyo Joo hanya diam saja.
“Soal
model anak-anak untuk iklan merek mainan, mereka tidak bisa. Bisa dapatkan bayi
temanmu?” ucap Hyo Joo
“Kau
tidak seperti meminta bantuan. Kesannya itu pekerjaanku. Baiklah.” Ucap Ha Ri
Saat itu
Hyo Joo pergi ke mejanya lalu menepuk pundak So Yoon agar ikut denganya keluar
ruangan. Ha Ri akhirnya melihat Daftar Obat Perangsang Ovulasi dan mengingat
obat yang ada di rak rumah Yi Sang dan langsung memanggil Yeon Ho.
“Yeon-ho...
Bisakah pria juga mengonsumsi obat perangsang ovulasi?” tanya Ha Ri
“Ya. Obat
itu juga dipakai untuk mengobati kemandulan pria. Kudengar pria harus disuntik
dua atau tiga kali sepekan selama 3 bulan. Aku tahu itu sulit bagi wanita, tapi
ini juga sulit bagi pria.” Ucap Yeon Ho. Ha Ri hanya bisa terdiam.
So Yoon
menemui Hyo Joo ingin tahu Ada apa mengajaknya ke gedung. Hyo Joo
menegaskan Kali ini aku benar-benar akan
mencari pekerjaan lain. So Yoon mengeluh kalau mengatakan hal yang sama
sebelumnya dan berkomentar kalau temanya itu bukan pembohong patologis.
“Hei! Aku
serius... Tidak ada alasan lagi untuk tetap di perusahaan ini. “ kata Hyo Joo
“Tapi
berhenti kurang dari setahun tidak dihitung sebagai pengalaman, bukan? Lebih
baik mencari pekerjaan lain setelah satu atau dua tahun? Atau lebih baik segera
mencari pekerjaan baru?” kata So Yoon.
“Jika ingin
perusahaan mempekerjakanmu, kau harus berhenti.” Kata Hyo Joo. So Yoon mengeluh
kalau Ini pilihan pertamanya.
Saat itu
Yeon Ho masuk gudang. Keduanya terlihat kaget dan hanya bisa terdiam. Yeon Ho
mengeluh kalau mereka seharusnya bekerja tapi malah diam-diam mengobrol lagi,
lalu mengajaknya untuk ikut mengobrol juga.
“Banyak
majalah saingan kita tutup. Orang terus meneleponku apa kita mencetak edisi
bulan depan.” Ucap Yeon Ho
“Kurasa
aku harus mencari pekerjaan baru.” Kata So Yoon kesal. Hyo Joo mengeluh kepala
temanya berkomentar kalau mereka sepemikiran.
“Rumor semacam
ini menyebar tiap tahun. Aku yakin itu hanya rumor.” Kata Yeon Ho yakin
“Kurasa
itu bukan sekadar rumor.” Ucap So Yoon sedih, dua temanya pun hanya bisa
tertunduk diam memikirkan nasibnya.
Eu Ddeum
duduk termenung menatap cincin yang tak bisa diberikkan pada Ha Ri. Saat itu
Hyo Joo melihat Eu Ddeum mencoba tak mengubrisnya lalu masuk ke minimarket. Eu
Ddeum kaget melihat Hyo Joo tiba-tiba duduk didepanya dan langsung memasukan
cincinya.
“Apa?
Nona Choi, kenapa kau... Kenapa kau di sini?” kata Eu Ddeum. Hyo Joo tak
menjawab langsung meminum bir.
“Tunggu,
kau belum pulang kerja.” Kata Eu Ddeum. Hyo Joo tak peduli langsung
menghabiskan 1 kaleng bir dan langsung membuangnay dengan kasar ke tempat
sampah, tapi tanganya malah terkena tutup sampah.
“Apa Kau
terluka?” ucap Eun Ddeum pank. Hyo Joo kesal karena Eun Ddeum peduli padanya.
“Apa
pedulimu jika tanganku patah atau tidak?” ucap Hyo Joo marah. Eu Ddeum mengaku
alasanya karena mengenalnya.
“Apa Kau
selalu membantu dan menjaga wanita yang kau kenal? Dasar bedebah.’ Ucap Hyo Joo
kembali duduk.
“Aku
memang punya kekurangan, tapi aku bukan bedebah.” Kata Eu Ddeum
“Coba Lihat...
Kau tidak sadar dirimu bedebah. Itu membuatmu lebih buruk.” Kata Hyo Joo
menahan airmatanya.
“Aku
tidak mengerti kenapa... Kenapa aku bedebah? Aku tidak mengerti apa salahku.”
Ucap Eu Ddeum
“Kenapa
kau peduli padaku? Kenapa kau membeli plester untukku, tersenyum kepadaku, dan
membuatku salah paham? Ini memalukan.” Kata Hyo Joo akhirnya mulai menangis.
“Kenapa
kau menangis?” ucap Eu Ddeum bingung. Hyo Joo mengelak kalau tak menangis tapi
mengeluh karena maskaranya luntur
“Sial.
Tertulis ini tahan air.” Kata Hyo Joo terus menangis. Eu Ddeum pikir kalau Hyo
Joo menangis karena maskarany luntur
“Akan
kubelikan yang bagus, ya? Jangan menangis.” Kata Eu Ddeum . Hyo Joo berteriak
kesal karena Eu Ddeum kembali melakukannya lagi.
“Berhenti
bersikap baik kepadaku!” ucap Hyo Joo kesal. Eu Ddeum melihat Hyo Joo akhirnya
bertanya pada pemiliki minimarket apakah menjual maskara.
Ha Ri
akan masuk ke studio foto, lalu terlihat ragu saat membuka pintu. Tiba-tiba Yi
Sang datang setelah berolahraga lalu bertanya apakaha ragu untuk masuk karena
dirinya. Ha Ri mengelak dan langsung masuk kedalam studio.
Yi Sang
selesai berganti pakaian, Ha Ri sibuk menyusun produk diatas meja. Yi Sang
mengambil kamera dan langsung mengambil gambar Ha Ri dari kejauhan, Ha Ri kaget
dan langsung menatapnya. Yi Sang mengaku hanya foto percobaan.
“Ini akan
menjadi foto kecil untuk produk.” Ucap Ha Ri. Yi Sang pun mendekat dan langsung
mengambul foto produk.
“Apa Seperti
ini?” tanya Yi Sang memperlihatkan fotonya. Ha Ri memuji kalau ini bagus lalu
mulai membereskan barangnya. Yi Sang ingin membantu tapi Ha Ri menolak.
Akhirnya Yi Sang memegang tangan Ha Ri dan menatapnya.
“Sudah
kubilang bahwa aku takut menyakitimu. Jadi, aku tidak akan menyakitimu. Kenapa
kita tidak mencari cara bersama? Aku akan melakukan semua cara. Masalah ini...”
ucap Yi Sang memenangkan Ha Ri.
“Kau
bilang rasanya sangat sulit dan berakhir menyakitkan.” Ucap Ha Ri
“Kau
bilang cinta seperti keajaiban dan kau tidak akan pernah melepaskan orang yang
kau cintai. Itu jawaban yang aku tahu.” Balas Yi Sang
“Kau akan
tersiksa karena tidak bisa membantu. Aku akan tersiksa karena tidak bisa
berharap. Tidak ada yang salah dengan kita asalkan tidak menginginkan anak.
Jika tidak bersamaku, kau tidak perlu melewati proses menyakitkan ini lagi.”
Ucap Ha Ri mencoba melepaskan tangan Yi Sang.
“Jangan
bilang begitu, Ha-ri.” Pinta Yi Sang. Ha Ri melepaskan tangan Yi Sang berpikir
Mungkin seharusnya mereka tidak memulainya.
Yeon Ho
kembali ke ruangan, So Yoon bertanya apakah dari Tim Seni. Yeon Ho menganguk
lalu bertanya Di mana Nona Jang, apaah Dia pergi ke suatu tempat. So Yoon
menganguk.
“Omong-omong,
Hyo-joo menghilang.” Kata So Yoon. Yeon Ho bingung apa maksudnya Menghilang.
Saat itu Eu Ddeum datang mendengar dengan wajah panik
“Tasnya
di sini, tapi aku belum melihatnya seharian dan dia tidak bisa dihubungi.” Kata
So Yoon
“Apa dia
mabuk di suatu tempat dan bermalas-malasan?” keluh Yeon Ho kesal
“Tidak!”
teriak Eu Ddeum tiba-tiba datang. Yeon Ho kaget melihat Eu Ddeum yang tiba-tiba
datang.
“Dia
menata gudang bersamaku.” Kata Eu Ddeum. Yeon Ho mengerti dan berkomentar
Semoga hari mereka indah. Eu Ddeum mengerti dan diam-diam mengambil tas Hyo Joo
lalu bergegas pergi ke gudang.
Eu Ddeum
pergi ke gudang dan kaget melihat Hyo Joo sudah berbaring terbalik di rak. Hyo
Joo yang mabuk mengeluh kalau Hidup ini sangat sulit. Eu Ddeum mencoba
menyadarkan Hyo Joo tapi Hyo Joo sudah tak sadarkan diri setelah meminum satu
kaleng bir.
“Kau
harus bangun dan pulang... Kau tahu apa ini?” ucap Eu Ddeum. Hyo Joo berusaha
untuk bangun dan menjatuhkan diri ke lantai. Eu Ddeum pun tak bisa membantu.
“Menyedihkan.
Pasti menyenangkan jika aku bisa minum segelas lagi.” Ucap Hyo Joo lalu
bertanya-tanya keberadaanya sekarang dan mengaku lelah.
“Aku bisa
melakukannya... Ayo Bantu aku keluar.” Jerit Hyo Joo. Tapi Eu Ddeum ketakutan
tak bisa membantunya.
Eu Ddeum
mengemudikan mobilnya sesuai dengan GPS di mobilnya lalu membangunkan Hyo Joo kalau sudah mengikuti GPS dan ingin
tahu Apa ini rumahnya. Hyo Joo yang masih mabuk mengeluh tak peduli sambil
menutup telinganya.
“Berapa
nomor rumahmu? Sebutkan kata sandimu dan biar kuantar dengan selamat.” Kata Eu
Ddeum
“Beraninya
seorang pria datang ke rumahku. Ini rumahku.” Kata Hyo Joo marah. Eu Ddeum
kebingunga memikirkan yang harus dilakukan sekarang.
Hyo Joo
akhirnya tertidur di pangkuan Eu Ddeum. Seseorang memberitahu kalau Alamatnya yang tercatat adalah Busan. Eu
Ddeum terlihat mengeluh kesal, ternyata membawa Hyo Joo ke kanto polisi dan ada
beberapa pria mabuk disampingnya.
“Sepertinya
dia tidak memperbarui datanya.” Kata Polisi. Eu Ddeum mulai memikirkan caranya.
“Maaf,
apa tidak masalah jika dia bermalam di sini?” tanya Eu Ddeum. Polisi pun
menganguk setuju. Eu Ddeum pun langsung memberikan jas agar Hyo Joo tak
kedinginan.
Jae Young
menatap pintu rumah Ha Ri dan langsung menekan bel. Ha Ri membuka pintu
bertanya ada apa. Jae Young memberitahu kalau Do-ah tidur cepat dan Bibi bilang
akan menjaganya jika bangun. Ha Ri tak peduli duduk diam di meja makan.
“Ada
drama yang selalu kutonton, tapi Bibi menonton acara lain.” Kata Jae Young
duduk didepan TV lalu melihat Ha Ri hanya duduk dengan tatapan kosong.
“Apa ada
masalah? Kenapa kau tampak murung?” tanya Jae Young penasaran.
“Kukira
kau akan menonton drama. Pergilah jika tidak mau.” Ucap Ha Ri kesal
“Kau
terlihat seperti itu dan sudah berapa hari? Aku tahu ini akan terjadi lagi. Jika
kau tidak bisa berpacaran, jangan.” Kata Jae Young
“Apa
maksudmu kau tahu? Bagaimana kau bisa tahu sesuatu yang tidak kuketahui? Berapa
banyak orang di dunia ini yang jatuh cinta setelah berbagi suka dan duka? Ada
hubungan seperti itu?” kata Ha Ri marah
“Siapa
yang jatuh cinta, padahal tahu akan patah hati? Seharusnya aku tahu.” Teriak Ha
Ri lalu masuk ke dalam rumah. Jae Young terdiam melihat Ha Ri yang marah-marah
dan akhirnya keluar rumah.
***
Bersambung
ke part 2
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar