PS : All images credit and content copyright : TVN
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
[Jambi
Studio]
Yi Sang
berlutut didepan Ha Ri lalu mengeluarkan cincin dari saku celananya dan
mengatakan “Ha-ri, mari kita menikah.” Saat itu Ha Ri hanya bisa terdiam,
seperti suara Yi Sang bergema ditelinganya berulang-ulang “Mari kita
menikah.... Mari kita menikah.”
“Ha-ri..
Ha-ri... Kau tidak perlu menjawabku sekarang. Kau bisa memikirkannya dahulu.”ucap
Yi Sang melihat Ha Ri seperti shock. Ha Ri mengaku hanya terkejut.
“ Sebelum
kau bicara, begini,pikirkan semua kenangan indah yang pernah kita alami dan
cobalah membayangkan masa depan bahagia bersama.” Kata Yi Sang
“Maafkan
aku.” Ucap Ha Ri. Yi Sang kaget Ha Ri meminta maaf dan artinya menolaknya dan wajahnya langsung sedih
“Tidak,
maaf karena aku ragu. Aku sangat bahagia hingga merasa takut.’ Kata Ha Ri
“Hari ini
kita bisa saling mencintai sampai mati, tapi bisa putus dengan menyakitkan di
hari berikutnya.” Ucap Yi Sang menyakinkan.
“Bukannya
aku tidak memercayaimu, Yi-sang, aku hanya takut mengalami kemungkinan itu. Aku
bodoh, bukan? Aku mungkin akan mencemaskan semua momen bahagia dalam hidupku.”
Ucap Ha Ri. Yi Sang terlihat sedih mendengarnya.
“Ya...
Mari kita menikah.” Ucap Ha Ri. Yi Sang langsung tersenyum mendengarnya dan
masangkan cincin dijari manis Ha Ri. Ha Ri pun meminta Yi Sang agar mengulurkan
tanganya juga.
Yi Sang
tersenyum melihat cincin ditanganya dan langsung mengenggam tangan Ha Ri. Ha Ri
pun senang karena akan menikah dengan orang yang dicintainya.
“Mari
kita menjalani hidup bahagia bersama. Mari hidup bahagia selamanya.”ucap Yi
Sang.
Di rumah, Jae Young membereskan barang-barang dan terpaksa meninggalkan rumah.
Ha Ri
kembali ke ruangan meminta anak buahnya agar cepat selesaikan draf yang mereka
kerjakan dan pulang awal hari ini. Semua mengeti.Ha Ri melihat berkas dimejaya "Cara
Menangani Tangisan Palsu" lalu memanggil Hyo Joo.
“Tentang
artikel ini, "Cara Menangani Tangisan Palsu", apa semua bayi
pura-pura menangis?” tanya Ha Ri. Yi Sang terlihat bingung.
“Itu
salah satu cara bayi mengekspresikan diri karena tidak bisa bicara. Saat mereka
mencoba mendapatkan apa yang mereka inginkan atau ingin perhatian orang tua mereka,
mereka pura-pura menangis. Aku menulisnya di sana.” Jelas Hyo Joo
“Terkadang
mereka juga menangis sungguhan. Tambahkan cara membedakannya. Selain itu, kau
bekerja dengan baik.” Ucap Ha Ri memujinya. Hyo Joo pun tersenyum lalu kembali
ke meja kerjanya.
Ha Ri
terlihat mengangkat tangank kirinya, saat itu Hyo Joo melihatnya dan langsung
menjerit, Semua kaget bertanya ada apa. Hyo Joo melihat cincin ditangan Ha Ri
lalu memastikan kalau Yi Sang sudah melamarnya. Ha Ri hanya bisa tersenyu
memperlihatkan cincinya. Semua pun langsung berkumpul
“Benda
kecil dan cantik ini cukup berat.” Ucap Ha Ri bangga. Yeon Joo mengejek Pasti sangat berat hingga Ha Ri tidak bisa
menulis.
“Asal kau
tahu, kami memberi kiat kepada Pak Han.” Kata So Hyo Joo pikir Lamarannya bisa
saja memalukan.
“Benar.
Terima kasih. Sekarang tulis artikelnya. Aku ingin pulang.” Ucap Ha Ri. Mereka
pun ikut tersenyum dan mengucapkan selamat pada Ha Ri
“Kami
akan melatih lagu yang akan dinyanyikan di pernikahan.” Ucap Hyo Joo. So Yoon
meminta agar jangan melibatkan dirinya.
“Hadiah
saja tidak apa-apa, bukan?” ucap So Yoon. Hyo Joo menegaskan jelas akan
melibatkan So Yoon dan tidak bisa lari.
“Aku
tidak bisa nyanyi.” Keluh So Yoon. Ha Ri menyuruh merekan berhenti dan kembali
bekerja.
Ha Ri
melihat nomor telp di ponselnya “Ibuku tersayang, Bu Ok-ran” tapi mengurungkan
niatnya seperti masih sangat marah dengan ibunya.
[Episode 14, Orang Dewasa Tidak Pura-pura
Menangis]
Nyonya
Lee pulang ke rumah dan hanya melihat kamar Jae Young yang sudah kosong.
Setelah menganti pakaian ia pun bergegas pergi. Ha Ri pulang melihat kamar
ibunya yang kosong dan akhirnya hanya sendirian dirumah.
“Aku akan
menyewa perawat, jadi, pulang saja.” Ucap Ha Ri berbicara ditelp. Nyonya Lee
mengerti dan meminta Ha Ri agar Jangan khawatir.
“Ibu
sungguh ingin melakukan itu? Aku benci Ibu peduli padanya, Kau harusnya Dendam
dan bencilah dia. Jangan temui dia lagi..” Kata Ha Ri marah
“Ibu
mengerti. Berhentilah mengomeli ibu.” Ucap Nyonya Lee. Ha Ri memikirkan kalau
Ibunya juga sakit
“Hentikan
dan pulanglah.” Kata Ha Ri. Saat itu Yi Sang akan keluar studio melihat Ha Ri
yang terlihat marah. Ha Ri pun menutup telpnya sementara Nyonya Lee hanya bisa
menghela nafas melihat sikap anaknya.
Yi Sang
pun bertanya apakah Nyonya Lee sedang merawat ayahnya. Ha Ri kesal karena
ibunya tidak mau mendengarkan putrinya lalu pamit karean harus pergi dan Ada
banyak artikel yang harus diselesaikan. Yi Sang hanya melihat dari kejauhan Ha
Ri yang terlihat marah.
***
[Rumah
Sakit Hyewon]
Yi Sang
datang membawakan makan untuk Nyonya Lee karena tahu belum makan malam, Nyonya
Lee pikir Yi Sang tidak perlu membawa
ini tapi mengucapkan Terima kasih. Yi Sang meminta Nyonya Lee yang bicara
santai dengannya.
“Aku yakin
formalitas dan tata krama sangatlah penting. Aku tidak bisa bicara santai dengan
orang yang lebih muda dariku. Bukan berarti aku menjaga jarak darimu, jadi,
jangan marah.” Ucap Nyonya Lee. Yi Sang menganguk mengerti.
“Bagaimana
keadaan Ha-ri?” tanya Nyonya Lee. Yi Sang memberitahu kalau Dia sangat
mencemaskan ibunya.
“Aku yakin
dia sangat marah. Dia pikir ayahnya membuatku kesulitan.” Kata Nyonya Lee
“Karena
aku sudah datang ke sini, mungkin aku harus menyapanya...” ucapYi Sang dan
langsung disela oleh Nyonya Lee
“Ha-ri
akan menggila jika tahu. Dia tidak mau kau menemuinya dan juga tidak
melihatnya.” Ucap Nyonya Lee. Yi Sang pun mengerti.
“Ayah
Ha-rikabur dari rumah saat dia hampir lulus SD. Aku tidak membicarakannya karena
tidak mau menyakitinya.” Akui Nyonya Lee
Flash Back
Nyonya
Lee menemani Ha Ri yang makan setelah menangis karena ayahnya tak datang, lalu
bertanya apakah rasanya enak. Ha Ri menganguk dan makan dengan lahap.
“Kau Tidak
apa hidup tanpa Ayah, bukan?” ucap Nyonya Lee. Ha Ri mengepalkan tanganya
diatas meja lalu menganguk.
“Dia juga tidak membahasnya. Karena
dia tidak mau membuatku kesal.”
“Dia
hanya gadis kecil. Aku yakin dia merindukannya. Pikirannya pasti kacau. Karena
itu, impiannya adalah memiliki keluarga normal dan menjadi seorang ibu. Tidak
ada anak yang punya impian seperti itu.” Kata Nyonya Lee. Yi Sang hanya terdiam
mendengarnya melihat Nyonya Lee terlihat sedih.
Yi Sang
keluar dari lift dan bertemu dengan Jae Young, keduanya sempat saling menatap.
Jae Young mengaku datang untuk menemui ibunya Ha-ri. Yi Sang memberitahu kalau
ada di lantai atas dan akan pergi. Jae Young menahanya.
“Tunggu...
Aku menanyakan ini karena khawatir. Tolong jangan salah paham. Yi-sang... Apa
ada kemungkinan kau bisa memberinya anak?”tanya Jae Young
“Sebagian
orang menganggap bayi keajaiban. Mereka
berharap meski kemungkinannya kecil. Akan ada kesempatan.” Kata Yi Sang yakin
“Aku
sungguh berharap bahwa itu bukan harapan semu.” Kata Jae Young. Yi Sang pun
mengucapkan Terima kasih karena Jae Young yakin padanya.
Nyonya
Lee membantu Tuan Jang untuk berbaring setelah operasi. Tuan Jang mengucapkan
terimakasih. Nyonya Lee menegaskan melakukan
ini bukan karena menyukainya. Jae Young datang menyapa kedua orang tua Ha Ri.
Nyonya Lee kaget melihat Jae Young yang datang.
“Aku
Jae-young. Apa Anda ingat aku?” ucap Jae Young. Tuan Jang pun membalas
menyapanya karena Lama tidak bertemu.
“Kau
tampak jauh lebih tua sekarang.”ejek Tuan Jang. Jae Young mengaku itu sudah
pasti karena Sebentar lagi usianya 40 tahun.
“Apa
operasinya lancar?” tanya Jae Young. Tuan Jang mengaku Operasinya lancar. Jae Young pu mengucap
syukur
“Bibi,
aku akan menginap di sini. Kau harus pulang.” Kata Jae Young. Nyonya Lee pikir
tak perlu karena merasa baik-baik saja.
“Kau bisa
Pulang dan tidurlah. Besok aku libur.” Ucap Jae Young. Nyonya Lee bertanya Jae
Young tinggal di mana sekarang
“Aku
menginap di hotel perumahan. Do-ah baik-baik saja. Jangan cemaskan kami. Lagi
pula, aku harus mampir lagi untuk mengambil barang-barang Do-ah.” Ucap Jae
Young
“Bagaimana
dengan Do-ah?”tanya Nyonya Lee. Jae Young memberitahu kalau Ibunya Do-ah menjaganya untuk saat ini
“Bi
Ok-ran... Perhatikan tekanan darahmu., Cepat pulang.” Kata Jae Young menarik
Ibu Ha Ri.
“Baiklah.
Gantikan aku hari ini.. Terima kasih, Jae Young” ucap Nyonya Lee. Tuan Jang pun
melambaikan tangan.
Jae Young
duduk didepan Tuan Jang. Tuan Jang memastian kalau Jae Young masih berteman baik dengan Ha Ri. Jae
Young membenarkan dan tahu kaau Tuan Jang tidak pernah bertemu Ha-ri sejak SD, Tuan
Jang mengaku tidak punya kesempatan.
“Di hari
kelulusan SD-nya, dia menunggu sangat lama. Dia pikir Anda akan membawakannya sebuket
bunga.” Ucap Jae Young. Tuan Jang seperti tak ingat tentang Sebuket bung
“Tunggu,
Apa aku tidak menghadiri kelulusan Ha-ri?” tanya Tuan Jang bingung
“Ha-ri
adalah ketua klub sukarelawan di SMP. Dia selalu mengeluh bahwa itu merepotkan,
tapi dia senang menjadi ketua klub, jadi, dia bersih-bersih sendiri. Seorang
teman bernama Ki-hun lengannya patah. Dia membawakan tasnya setiap hari.Dia mendapat
penghargaan karena baik.” Cerita Jae Young. Tuan Jang seperti baru
mengetahuinya.
“Pak,
Ha-ri menjadi wanita yang baik dan cantik.” Ucap Jae Young. Tuan Jang pun
bertanya apakah apa terjadi sesuatu antara Jae Young dan Ha-ri
“Tidak
ada apa-apa. Kami hanya saudara dari keluarga lain. Kami seperti saudara atau
teman baik. Kami saling melihat dan jatuh cinta kepada orang lain.” Ucap Jae
Young.
Flash Back
Jae Young
menatap Ha Ri yang duduk ditangga sendirian, lalu bertanya Di mana Ha Ri mabuk
seperti ini sambil mengeluh Kenapa duduk di tangga padahal Tangga di sini
dingin. Ha Ri lalu mengaku dicampakkan lagi. Jae Young tak menyangka Ha Ri
melakukan kencan buta lagi
“Kenapa
mereka terus mencampakkanku? Seolah-olah tidak ada pria lajang yang mampu
mencintaiku.” Kata Ha Ri sedih
“Aku
menyukaimu.” Ucap Jae Young. Ha Ri mengeluh mendengarnya menurutnya ini menyebalkan
sekali.
“Apa Kau
bahkan mencoba menghiburku?” keluh Ha Ri. Jae Young mengaku tidak mengerti.
“Kenapa kau
menganggapku tidak menarik?” tanya Jae Young. Ha Ri merasa tidak bilang Jae
Young tidak menarik.
“Tapi kau
bukan pria bagiku. Jika kita berpacaran dan putus, maka aku akan kehilangan
anggota keluarga. Tapi aku tidak mau kehilangan anggota keluarga lain.”ucap Ha
Ri.
Tuan Jang
merasa Aneh sekali karena mereka selalu bersama sepanjang hidup dan Bagaimana
bisa kalian tidak saling jatuh cinta. Jae Young pikir mereka tidak boleh
mengambil risiko.
“Jika aku
menyatakan perasaanku dan dia menolakku, tidak ada pria di dunia ini yang bisa
berteman dengan wanita yang pernah dia cintai. Ini terasa seperti rumah orang
lain.” Ucap Jae Young.
Yi Sang
mengantar pulang Ha Ri yang terlihat masih kecewa, lalu bertanya apakah mau
menemaninya sampai tertidur. Ha Ri menatapnya, Yi Sang mengaku tidak akan
melakukan apa pun kepada Ha Ri karena
Pacarnya tampak lelah dan sedih.
“Aku
tidak akan mengganggunya. Aku bukan pacar yang buruk.” Ucap Yi Sang memastikan
tak akan melakukan hal yang lainya.
“Tapi kau
boleh menjadi sedikit buruk. Apa Kau mau makan?” kata Ha Ri mengoda. Yi Sang
tersenyum memastikan apakah serius mengatakanya dan ingin tahu seburuk apa itu.
Ha Ri
sibuk masak didapur. Yi Sang melihat rumah Ha Ri dan berkomentar Ha Ri persis
seperti ibunya saat masih muda setelah meihat deretan foto dirak. Ia pun
bertanya apakah Ha Ri pandai memasak. Ha Ri mengaku pandai memasak ramyeon.
“Kau
hanya bisa memasak ramyeon. Aku pandai memasak.” Ucap Yi Sang. Ha Ri
memberitahu kalau ia juga tidak pandai
bersih-bersih.
“Kita
bisa membeli penyedot debu yang bagus.” Kata Yi Sang. Ha Ri akhirnya membawakan
mie diatas meja.
“Kelihatannya
lezat... Biar kuambilkan untukmu.” Ucap Yi Sang dan Ha Ri meminta agar sedikit
dulu.
“Siang
ini, aku menemui ibumu.” Akui Yi Sang. Ha Ri bertanya apakah Yi Sang pergi ke
rumah sakit. Yi Sang membenarkan.
“Aku
tidak bisa menemui ayahmu. Situasinya akan agak aneh jika aku mengenalkan diri
kepadanya, bukan?” ucap Yi Sang
“Aku tidak
malu karena tidak punya ayah saat tumbuh dewasa. Tapi aku tidak ingin kau
menemui ayahku.” Kata Ha Ri
“Aku
juga. Aku tidak malu karena ayahku. Tapi aku tidak ingin hidup seperti ayahku.
Dia ayah yang sangat baik yang sudah meninggal setelah bekerja seumur hidup
demi keluarganya. Tapi dia tidak punya kehidupan sendiri.” Akui Yi Sang.
Flash Back
Yi Sang
melihat foto ayahnya yan berkerja seumur hidupnya. Ia membuang barang-barang
ayahnya dalam tas sampah yang besar, lalu membuka kotak barang-barang yang
ditinggalkan ayahnya.
“Setelah dia meninggal, aku
membuang pakaiannya dan membersihkan barangnya Barang-barangnya hanya sebanyak
dua kantong. Dan satu kotak untuk benda kenangannya. Kepala keluarga ini
diam-diam bekerja sepanjang hidupnya.”
“Seorang pria yang hidup selama 70
tahun hanya meninggalkan dua kantong barang miliknya, serta sekotak benda
kenangannya. Mungkin itu untuk kami, tapi aku ingin tahu alasannya hidup
begitu.”
“Dia
tidak perlu melakukannya. Aku jadi frustrasi.” Ungkap Yi Sang. Ha Ri sempat
terdiam mendengar cerita Yi Sang
“Ibuku
tidak cerita soal ayahku karena khawatir aku membencinya. Tapi aku mendengarnya
berbicara dengan bibiku. Aku mendengar tentang hari saat dia menemuinya.”cerita
Ha Ri.
Flash Back
Nyonya
Lee menunggu didepan sebuah rumah, Tuan Jang keluar terlihat marah mengeluh
datang ke tempatnya. Nyonya Lee mengaku butuh uang. Tuan Jang sinis mengaku
tidak punya uang. Nyonya Lee marah karena Tuan Jang tega kalau Ha RI itu harus
kelaparan.
“Setidaknya
aku harus menyekolahkannya.” Ucap Nyonya Lee. Tuan Jang mengerti dan meminta
agar menunggu.
“Aku ingat masa sedih yang dialami
ibuku alih-alih masa ayahku meninggalkan kami.”
Tuan Jang
masuk ke dalam rumah dan bermain judi tanpa peduli Nyonya Lee yang menunggu
diluar rumah. Seorang wanita dengan pakaian mini melihat Nyonya Lee dan tahu
kalau ia istri Tae-seob. Nyonya Lee memalingkan wajahnya seperti memnahan mal.
“Kenapa kau
tidak menunggunya di dalam? Aku akan membuatkanmu kopi dingin.” Ucap si wanita.
Nyonya Lee tak mengubrisnya.
Akhirnya
si wanita masuk sambil mengeluh karena banyak asap rokok ini dan ruangan ini
penuh asap. Ia lalu memberitahu Tae-seob kalau istrinya menunggu di luar jadi meminta agar Berhentilah bermain dan keluarlah. Tuan Jang
tahu tapi tetap terus bermain go stop.
Malam
hari pun tiba, Nyonya Lee masih menunggu. Tuan Jang memberikan uang mengaku
hanya ini yang dipunya jadi Nyonya Lee bisa mengambilnya karena hanya itu
uangnya. Nyonya Lee melihat lembaran uang daritangan Tuan Jang dan mengaku
butuh uang sekolah Ha-ri.
“Jika
punya uang lagi, akan kuberikan. Hidupku juga sulit. Kau hanya meminta uang
kepadaku setiap kali bertemu denganku. Aku kabur dari rumah karena merasa sesak
dan apa kau datang kemari?” ucap Tuan Jang marah jadi meminta agar mengambilnya
saja.
Nyonya
Lee menatap sinis Tuan Jang dengan uang yang tak cukup untuknya, dan berjalan pergi. Tapi setelah beberapa
langkah akhirnya Nyonya Lee kembali mengambil uang dari tangan Tuan Jang.
“Dia menunggunya seharian hanya
untuk mendapatkan 78 dolar dan dia merasa sangat menderita. Dia ingin
mengembalikan uang itu dan bilang tidak ingin menuntutnya, tapi dia berpikir, uang
itu bisa memberi kami makan minimal selama tiga bulan, jadi, dia mengambilnya.”
Nyonya
Lee pulang naik bus, menahan tangisnya dan emosinya. Di tanganya hanya ada
beberapa lembaran uang yang tak akan cukup untuk sekolah anaknya.
“Setiap kali memikirkan hari itu,
dia merasa marah, jadi, dia memikirkan hari itu saat butuh motivasi. Itulah
ibuku.”
“Itu
sebabnya aku tidak bisa memaafkan ayahku. Aku sungguh tidak ingin membicarakan
ini.” Kata Ha Ri. Yi Sang mencoba mulai makan walaupun Ramyeonnya sudah mulai
dingin.
“Ibumu
sangat mencemaskanmu, berkata bahwa kau sangat bersedih karena ayahmu. Mulai
sekarang, alih-alih memimpikan keluarga normal karena ayahmu, lihat saja aku
dan fokuslah pada kehidupan bahagia yang akan kita jalani.” Kata Yi Sang
“Jika kau
tidak bisa memaafkan ayahmu, maka tidak perlu. Tapi kau tetap harus menemuinya.
Saat bertemu dengannya, kau mungkin menyadari bahwa kebencianmu bukan apa-apa.”
Kata Yi Sang
“Bisakah
kita membahas hal lain? Apa Ada yang bisa membuatku senang?” kata Ha Ri tak
ingin membahasnya.
“Tentu...
Ayo... Kemarilah. Saat ini kau sangat cantik hingga aku tidak tahan.” Ucap Yi
Sang mengoda.
Ha Ri
hanya bisa tersenyum. Yi sang tak melihat ada mangkuk ramyun didepanya dan
langsung jatuh ke bajunya. Ia langsung berteriak kepanasan, Ha Ri pun panik
menyurh Yi Sang agar membersihkan diri
di kamar mandi dan ia akan apa ada baju yang bisa dipakai. Yi Sang
menjerit kepanasan dan Ha Ri mencar baju dikamarnya.
“Bukankah
kau juga butuh pakaian dalam baru?”ucap Ha Ri keluar kamar alu dikagetkan
dengan Ibunya masuk ke rumah dan posisi Yi Sang pun sedang membuka bajunya.
Suasana terlihat canggung.
“Ibu,
kami hanya makan ramyeon.” Kata Ha Ri. Yi Sang malu menutup badanya.
“Ibu tahu
artinya... Ibu tahu arti makan ramyeon bersama.” Kata Nyonya Lee lalu bergegas
pergi.
“Ibu,
bukan itu maksudku! Ibu?” ucap Ha Ri dan mengeluh Yi sang hanay diam saja. Yi
Sang pun buru-buru makai bajunya. Ha Ri hanya bisa menghela nafas.
Nyonya
Lee sibuk membuat air kaldu, Ha Ri akhirnya turun dan duduk dimeja makan
memberitahu ibunya kalau Yi Sang sudah pergi. Nyonya Lee menganguk mengerti. Ha
Ri memberitahu kalau tidak melakukan apa pun. Nyonya Lee mengejek Ha Ri yang
membawanya pulang jika tidak melakukan apa pun.
“Ayolah...
Jika Ibu bilang begitu, maka aku tidak bisa mengundangnya... Yi-sang melamarku.”
Ucap Ha Ri. Nyonya Lee berkomentar dingin itu bagus.
“Apa Itu
saja? Ibu, aku akan menikah.” Keluh Ha ri kesal melihat reaksi ibunya.
“Kau
sering membahas pernikahan hingga rasanya kau sudah menikah. Haruskah ibu
menari untukmu?” ucap Nyonya Lee
“Ini
tidak adil. Ibu bahkan tidak bisa bahagia untukku karena sibuk merawat Ayah.
Ini sebabnya aku melarang Ibu menemui Ayah. Coba Lihat.. Dia kembali dan hanya
menyulitkan Ibu lagi.” Keluh Ha Ri
“Kenapa
kau terus membuat ibu menjadi wanita yang menyedihkan? Semua putri mungkin
mengasihani ibu mereka, tapi ibu tidak mau putriku berpikir bahwa ibu adalah
wanita yang ditinggalkan suaminya.” Keluh Nyonya Lee
“Jika kau
hidup menderita karena rasa sakit ibu, bagaimana ibu bisa hidup dengan tenang? Ibu
sudah melupakan masa lalu. Kenapa kau masih mengingatnya dan begitu membenci
ayahmu?” ucap Nyonya Lee
“Apa Kini
Ibu sungguh peduli padanya karena sudah melupakannya? Setelah semua yang kita
lalui? Apa Ibu sungguh melakukan ini karena baik-baik saja?” tanya Ha Ri
“Ibu
begini agar kami tidak perlu bertemu lagi. Dia akan meninggalkan rumah sakit
besok. Kita tidak perlu bertemu dengannya lagi. Jangan terlalu memikirkannya.
Lupakan saja.”kata Nyonya Lee. Ha R pun hanya bisa diam saja
Eu Ddeum
sedang didepan meja foto kopi, Hyo Joo melihat dari kejauhan dengan wajah
tersenyum. Eu Ddeum tak sengaja menyenth kertas dan tanganya terlihat, Hyo Joo
yang melihatnya langsung panik bertanya Apa jarinya teriris
“Aku
baik-baik saja.” Kata Eu Ddeum. Hyo Joo meminta menunggu dan bergegas pergi.
“Apa Kau
melakukan teleportasi?” komentar Eu Ddeum melihat Hyo Joo yang datang dengan
sangat cepat.
“Ayo Ulurkan
tanganmu.” Ucap Hyo Joo memasangkan plester di jari Eu ddeum. Eu Ddeum seperti merasakan sesuatu.
“Pasti
ini.. Bersikap baik sebagai tanda ketertarikan. Aku paham alasan bersikap baik
bisa jadi kesalahpahaman. Aku harus berhati-hati.” Ucap Eu Ddeum
“Ya, ada
orang yang menganggap kebaikan sebagai tanda ketertarikan. Seperti diriku
sendiri. Kau hanya boleh bersikap baik kepadaku karena aku mengenalmu.
Mengerti?” kata Hyo Joo
“Apa Karena
kau tahu aku tidak menyukaimu? Kau tidak akan salah paham.” Ucap Eu Ddeum
“Benar. Aku
tidak akan salah paham lagi. Bersikap baiklah kepadaku saja.” Ucap Hyo Jo
menahan perasaanya.
“Baiklah.
Terima kasih. Semoga harimu menyenangkan!” ucap Eu Ddeum. Hyo Joo berjalan
dengan wajah sedih.
Hyo Joo
yang sedih sudah memegang tasnya lalu bertanya pada Ha ri kalau Artikelnya
sudah selesai jadi apa Boleh pulang. Ha Ri mempersilahkan untuk pulang saja
lalu meberitahu kalau Pak Kim menelepon, bilang toko Bebebo buka dan ingin
bertemu mereka di sana.
“Dia
ingin kita mendapatkan peluang iklan bagus. Eu-ddeum akan ke sana. Siapa yang
mau ikut?” ucap Ha Ri
“Aku akan
pergi.” kata Hyo Joo langsung mengacungkan tangan. Ha Ri kaget melihatnya karena
tak seperti biasanya. Hyo Joo pikir Hanya ia yang bisa lalu pamit pergi
“Dia
mudah ditebak. Apa Kau tidak pulang?” kata Yeon Ho. Ha Ri menyuruh Yeon Ho
pergi lebih dahulu. Yeo Ho pun pamit.
***
Bersambung
ke part 2
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar