PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Minggu, 28 Juni 2020

Sinopsis Oh My Baby Episode 14 Par1 2

PS : All images credit and content copyright : TVN
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe bulan ini 
Nyonya Lee menemani Tuan Jang sampai keluar rumah sakit dan memberi kaldu tulang sapi meminta agar Jangan lupa memakannya. Tuan Jang pikir Nyonya Lee tidak perlu melakukan ini. Nyonya Lee meminta agar Tuan Jang tetap sehat sampai mati nanti.
“Jangan membuang-buang uang.  Ini Belum terlambat. Menabung dan masuk panti wreda. Jangan meminta uang kepada Ha-ri. Tetaplah sehat sampai kau mati agar tidak membebaninya. Matilah dengan tenang. Karena itulah aku merawatmu.” Ucap Nyonya Lee
“Bagaimana kau bisa bicara seperti...” keluh Tuan Jang. Nyonya Lee menegaskan kalau tidak ingin membuat anaknya  khawatir
“Atau mengganggunya saat bekerja.Aku tidak menghubunginya meski bisa mati tanpa melihatnya jika operasinya gagal. Matilah sendirian agar kau tidak mengganggu anakmu. Hanya itu yang bisa kau lakukan untuk anakmu yang tidak kau urus.” Kata Nyonya Lee lalu berjalan pergi.
“Kau tidak tahu alasan hidupmu menyedihkan. Kenapa kau hidup seperti itu? Pak Jang Tae-seob.. Kita tidak perlu bertemu lagi.” Ucap Nyonya Lee sebelum pergi. Tuan Jang pun hanya diam saja. 


Ha Ri pergi ke taman dan melihat ayahnya yang menunggu, keduanya akhirnya pergi ke restoran Mie. Tuan Jang mengucapkan Terima kasih sudah datang menemui ayahnya. Ha Ri dengan tegas memperingatkan agar Jangan pernah datang lagi.
“Berhentilah mengganggu Ibu. Aku datang untuk mengatakan ini.” Ucap Ha Ri
“Ayah bisa mati saat operasi. Ayah ingin bertemu kali terakhir. Karena itulah ayah datang. Ayah meminjam uang karena butuh uang untuk operasi itu. Ayah berniat mengembalikannya dengan uang asuransi. Ayah tidak akan mengganggunya, jadi, jangan khawatir.” Ucap Tuan Jang.
“Ayah.. Apa Ayah baik-baik saja tanpa kami?” tanya Ha Ri. Tuan Jang mengaku kesepian.
Ha Ri pun hanya bisa terdiam tak percaya mendengarnya, keduanya akhirnya berpisah didepan restoran setelah makan. Ha Ri sudah pergi jauh dan tiba-tiba ayahnya dan dengan tongkatnya seperti berjalan dengan cepat.
“Ha-ri.... Ayah dengar kau sedih karena ini.” Ucap Tuan Jang tiba-tiba memberikan buket bunga. Ha Ri terdiam menahan air mata harunya.
“Kenapa? Apa Kau tidak suka?” ucap Tuan Jang. Ha Ri akhirnya menerima buket bunga dari ayahnya. Tuan Jang pun berjalan pergi. 


Yi Sang duduk dimeja kerjanya lalu menerima pesan dari Dokter Moon Soo. [Pak Han, hasil tesmu sudah ada. Datanglah tanggal 25 Juni.] Wajah Yi Sang terihat tegang karena tak tahu hasilnya akan bagus atau tidak. 

Di sebuah toko terlihat banyak orang yang mengantar barang. Eu Ddeum datang dengan Hyo Joo bertemu dengan sipemilik. Hyo Joo dengan gaya ceria menyapa sebagai Reporter dari "The Baby". Si Paman pun hanya bisa menganguk.
“Aku membaca proposalnya. Tapi aku tidak mengerti cara kalian membuat lagu dan koreografi menggunakan produk kami.” Ucap Si paman
“Kami akan membuat produk unggulan kalian, celana ketat organik, menjadi populer, dengan klip video yang akan kami buat.” Ucap Eu Ddeum
“Begini caranya... Elastis, melar .. Melar dengan baik ” kata Hyo menarik-narik celana seperti sebuah iklan.
“Nona Choi, kita juga bisa membuat iklan cetak, bukan?”ucap Eu Ddeum.  Hyo Joo membuat slogan "Celana Ketat Nasional". "Celana Ketat yang Disukai oleh Ibu dan Anak-anak."
“Kami akan mendorong para ibu untuk membeli celana ketat dengan artikel profesional kami. Mengerti?” kata Hyo Joo. Si paman tertawa melihatnya mengaku merasa terkesan.


Keduanya akhirnya keluar dari toko, Eu Ddeum merasa Berkat Hyo Joo bisa mendapatkan kesepakatannya lalu mengucapkanTerima kasih. Hyo Joo pikir Eu Ddeum itu berterima kasih kepadanya lalu mengajaknya ke pantai,  Eu Ddeum  bingung.
“Jika berterima kasih, pergi ke pantai. Apa Kau tidak tahu? Ayo.” Ucap Hyo Joo mencari kesempatan. Eu Ddeum pun mengikuti Hyo Joo yang sudah keluar toko lebih dulu 

Keduanya sudah sampai dipantai, Hyo Joo pikir Di sini menyenangkan Eu Ddeum membenarkan menurut Hyo Joo Jika berterima kasih, pergilah ke pantai. Mereka pergi ke bagian batu-batu, Eu Ddeum sempat membersihkan lebih dulu. Hyo Joo kembali terkesima. 
“Omong-omong, Apa kau akan tetap bekerja untuk perusahaan ini? Aku menanyakan masa depanmu. Apa Kau punya impian besar atau ambisi?” tanya Hyo Joo
“Aku ingin menjadi seorang saksofonis. Tapi hanya beberapa orang yang memiliki renjana dan bakat memilih jalan itu. Orang biasa sepertiku harus melakukannya sebagai hobi. Jurusan saksofon tidak menjamin banyak tawaran kerja.” Ungkap Eu Ddeum
“Impianku adalah menjadi pegawai kantor. Aku tidak tahu tugas manajer penjualan iklan sebelum bekerja di sini, tapi ternyata aku menyukainya.” Aa Eu Ddeum
“Eu-ddeum, aku yakin kau akan sukses. Kau polos dan pintar.” Kata Hyo Joo memuji. Eu Ddeum seperti tak percaya mendengarnya.
“Belum pernah ada yang mengatakan itu kepadaku.” kata Eu Ddeum. Hyo Joo pikir Eu Ddeum memang seperti itu.
“Kau orang yang bersinar.” Puji Hyo Joo. Eu Ddeum mengucapkan Terima kasih.
“Apa pendapatmu tentangku?” tanya Hyo Joo. Eu Ddeum bingung lalu berkomentar Hyo Joo itu memantul dan Itulah pesonanya.
“Memangnya aku trampolin? Apa Aku memantul? Bagaimana kalau kita memantul di pantai?” ucap Hyo Joo lalu berlari. Eu Ddeum beranya Hyo Jo mau ke mana
“Ombaknya datang dengan cepat. Hati-hati.” Kata Hyo Joo berlari ke pinggir pantai. Saat itu ombak datang, Eu Ddeum berlari dengan cepat tapi Hyo Joo terlambat berjalan mundur.
“Ini sepatu baru.” Keluh Hyo Joo. Eu Ddeum mengatakan  Lain kali akan membelikan lagi.
“Aku tidak percaya padamu.” Keluh Hyo Joo mengangkat sepatunya lalu hampir jatuh. Eu Ddeum menahanya sebelum terjatuh dan keduanya menatap. Tapi Eu Ddeum akhirnya memegang lengan Hyo Joo karena ingin melepaskan sepatunya. 



“Apa yang harus kita lakukan? Di dalamnya sangat berpasir.”ucap Hyo Joo mengangkat sepatu Eu Ddeum juga yang basah
“Nanti kubelikan yang jauh lebih bagus.” Kata Eu Ddeum akhirnya duduk disamping Hyo Joo.
“Nona Choi... Apa kau menyukaiku?” tanya Eu Ddeum. Hyo Joo terdiam mendengarnya karena Eu Ddeum seperti tahu perasanya.
“Aku tidak ingin lagi bersama orang yang menyukaiku. Aku ingin bersama seseorang yang kusukai dan merasakan cinta sejati. Kurasa aku tidak perlu meminta maaf.” Kata Eu Ddeum
“Tidak... Jangan minta maaf.” Kata Hyo Joo menahan air matanya. 


Ha Ri terbangun dan merasakan perutnya makin sakit dan mencoba mengambil minum sambil menahan rasa sakit. Ia mengingat ucapan dokternya “Benjolannya bertambah agak besar.< Waktumu masih beberapa bulan lagi sebelum tes, tapi apa kau akan menunda operasi?”
“ Hasilnya tidak tampak menjanjikan. Ini bukan aspermia, jadi, kehamilan tak sepenuhnya mustahil. Tapi kau bilang tunanganmu juga mandul. Untuk menjalani bayi tabung, kau harus mencapai angka minimum.” Ucap Dokter.
Sementara Yi Sang terdiam mendengar ucapan Dokter Moon. Dokter Moon memberitahu kalau Pengobatannya tidak berhasil kali ini dan menyarankan lain kali menggabungkan ini dengan pengobatan lain. Yi Sang hanya bisa terdiam mendengarnya. 

Yi Sang menatap majalah "The Baby" Tuan Nam yang meihatnya  berpikir kalau Yi Sang ingin memotret sampulnya juga lalu mengeluh kesa. Yi Sang mengaku tidak tahu harus bagaimana. Tuan Nam tak mengerti maksudnya apa.
“Menjadi seorang ayah adalah misteri bagiku. Saat mulai berbagi impian Ha-ri, maka aku harus punya harapan. Aku mungkin tidak bisa menjadi ayah.” Ucap Yi sang
“Apa maksudmu? Apa Akan sulit bagimu? Apa itu mustahil?” tanya Tuan Nam bingung
“Seperti inilah yang Ha-ri rasakan.” Kata Yi Sang sedih karena tak bisa memberikan anak untuk Ha Ri 

Jae Young datang ke rumah melihat Nyonya Lee keluar dari kamar mengaku akan pergi diam-diam setelah mengambil barang-barang Do-ah dan bisa kembali tidur. Nyonya Lee mengeluh dengan sikap Jae Young yang menganggap seperti orang asing.
“Tidurlah di sini malam ini.”ucap Nyonya Lee. Jae Youn menolak dan aka memberitahu kalau akan pergi.
“Kau bisa Istirahatlah. Masuklah.” Ucap Jae Young lalu mengambil mainan Do Ah ke dalam kardus.
Yi Sang terdiam dan akhirnya menelp Ha Ri, Ha Ri terlihat masih menahan sakit dan mencoba mengangkat telp tapi malah menjatuhkan vas bunganya.  Yi Sang panik memanggil Ha Ri,  sementara Ha Ri terus menahan sakitnya.
Jae Young mendengar suara benda jatuh akhirnya berlari ke lantai atas memanggil Ha Ri. Nyonya Lee pun sampai keluar, Ha Ri terus menahan rasa sakitnya. Nyonya Lee bertanya apa yang terjadi. Jae Young yakin Pasti terjadi sesuatu kepada Ha-ri lalu mendobrak pintu
Jae Young melihat Ha Ri yang terbaring dilantai menahan rasa sakit dan langsung mencoba membangunkannya. Nyonya Lee pun berlari melihat anaknya dan meminta agar segera membawanya ke IGD. Yi Sang mendengar dari telp pun terlihat panik. 


Akhirnya Ha Ri sudah terbaring dirumah sakit, Jae Young duduk disampingnya melihat Ha Ri dengan wajah sedih. Yi Sang dengan banyak keringat datang, seperti berlari sangat cepat dan bertanya apa Ha-ri baik-baik saja.
“Dokter memeriksanya dan memberinya analgesik. Kini dia sedang tidur. Itu karena endometriosis. Kau boleh menemuinya.” Ucap Nyonya Lee
“Bi Ok-ran, aku permisi.” Kata Jae Young keluar kamar. Nyonya Lee pun mengucapkan terimaksih pada Jae-young dan menyuruh Yi Sang masuk.
“Pak Han... "Andai bersamaku, dia tidak perlu mengalaminya." Bantu aku agar tidak memikirkan ini lagi. Kumohon.” Kata Jae Young. Yi Sang hanya bisa terdiam.
Nyonya Lee melihat Ha Ri sudah duduk dan menyuruhnya Tidurlah lagi karena harus menghabiskan infusnya. Yi Sang pun masuk menyuruh Ha Ri kalau  harus berbaring. Ha Ri melihat Yi Sang yang datang.
“Punggungku sakit. Aku tidak sekarat. Perhatian seperti ini membuatku malu. Ini bukan kondisi yang serius.” Keluh Ha Ri
“Nona Jang... Kau tidak kesakitan sekarang, bukan?” ucap Dokter akhirnya datang. Ha Ri menganguk.
“Kista endometriosisnya makin besar dari kali terakhir kita memeriksanya. Aku tidak menyarankan membiarkan kistanya begitu saja. Kenapa kau tidak dioperasi sekarang?” kata Dokter
“Jika aku menjalani operasi, akan lebih sulit bagiku untuk punya anak.” Kata Ha Ri. Yi Sang hanya bisa terdiam
“Kita harus memeriksa perkembangannya, tapi fungsi rahimmu bisa menurun. Seperti yang kujelaskan padamu selama pertemuan tempo hari, kesuburanmu sudah turun banyak. Ini tidak berkaitan dengan endometriosis.” Jelas Dokter
“Setelah operasi dan pengobatan selama setahun, mungkin lebih sulit untuk hamil. Tapi bukan berarti mustahil baginya untuk punya anak, bukan? Akan membantu jika dia diobati untuk kesuburan sekarang, tapi itu tidak mustahil.” Kata Dokter. 



Nyonya Lee akhirnya keluar ruangan, Yi Sang berbicara dengan Ha Ri menurutnya Jika ia membuatnya bersemangat dan menunda operasi karena dirinya meminta agar Ha Ri jangan lakukan. Ha Ri hanya bisa terdiam karena sangat ingin punya anak.
“Apa kau Ingat perkataanku? Jika hasilku tidak bagus, pikirkan saja dirimu sendiri.” Ucap Yi Sang
“Kenapa kau bilang begitu?” keluh Ha Ri. Yi Sang mengaku Hasilnya tidak bagus.
“Sekalipun aku dua kali menjalani pengobatan selama tiga bulan, mereka tidak bisa menjamin hasil yang bagus. Jika kau melawan rasa sakitmu untuk menungguku, jangan lakukan.” Kata Yi Sang
“Tidak. Aku menundanya karena ini akan sulit bagiku. Ini bukan untukmu, Yi-sang.” Akui Ha Ri
“Dokter bilang, kita masih punya kesempatan meski kau dioperasi. Sekalipun nanti kita harus menyusun rencana lain, lakukanlah operasi sekarang.” Ucap Yi Sang
“Apa Kau baik-baik saja? Ini juga sulit untukmu.” Kata Ha Ri. Yi Sang mengaku baik-baik saja.


Yi Sang bertemu dengan ibu Ha Ri dengan wajah tertunduk. Nyonya Lee bertanya Kenapa, Apa karena Ha-ri sakit dan ingin menunda pernikahannya. Yi Sang mengaku tidak dan menegaskan tidak akan pernah melakukan hal seperti itu.
“Ha-ri pasti ingin menunda operasi karena aku. Jadi, aku bertanya-tanya apa kau bisa meyakinkannya untuk dioperasi.” Kata Yi Sang
“Karena kau?” kata Nyonya Lee bingung. Yi Sang membenarkan, lalu emnagku Saat ini, tubuhnya tidak bisa memiliki anak.
“Aku juga mandul. Dokter bilang itu bisa diobati, tapi hasil yang baru saja aku terima tidak bagus.” Ucap Yi Sang. Nyonya Lee terdiam dan terlihat sangat shock. 


Ha Ri menatap lampu diatasnya terlihat masih berbayang, Nyonya Lee memasak makanan untuk anaknya walaupun tahu kalau Ha Ri tidak ingin makan tapi meminta agar tetap makan dan jadi kuat setelah itu jalakan operasi. Ha Ri hanya terdiam mendengarnya. Nyonya Lee mengaku kasihan pada Ha Ri karena tumbuh tanpa ayah.
“Saat kau terus bicara omong kosong soal punya anak sendirian, ibu khawatir kau akan mengasihani anakmu seperti ibu, tapi ibu tidak bisa menghentikanmu. Setelah kau punya pria yang baik, ibu pikir tidak perlu khawatir.” Ucap Nyonya Lee
“Saat mengalami kegagalan, kau harus puas dengan apa pun yang kau miliki.” Pesan Nyonya Lee
“Ibu, mendengar seseorang menyuruhku menjalani operasi terkesan seperti mereka menyuruhku untuk merelakan punya anak.” Kata Ha Ri sedih
“Tentu saja, aku bisa hidup tanpa anak, tapi bagaimana bisa aku menyerah hanya karena harus? Jika tidak bisa, aku tidak akan pernah bisa menjadi ibu.”ungkap Ha Ri menahan tangisnya.
“ Ibu sangat sibuk mencari nafkah hingga tidak menyadari betapa lelahnya aku. Saat itu, ibu membenci hidupku karena merasa hidupku sangat buruk, tapi jika diingat kembali, hidupku tidak terlalu buruk. Ibu menjalani hidup setiap hari semaksimal mungkin.” Ungkap Nyonya Lee
“Ibu tahu bagimu saat ini dunia seolah-olah runtuh, tapi kau akan mengingat kembali dan menyadari ini bukan apa-apa. Ibu tahu kau tidak akan menderita.” Kata Nyonya Lee
Ha Ri tak menjawab mengajak makan walaupun air matanya mengalir. Nyonya Lee pun hanya bisa menatap sedih anaknya.
Ha Ri masuk ke dalam kamar memikirkan nasibnya, lalu melihat gantungan kunci yang diberikan Yi Sang padanya. Akhirnya Ha Ri pun melakukan operasi sesuai permintaan ibunya, pagi harinya Ha Ri memoles wajahnya dengan lipstik.




Ha Ri terlihat ceria berjalan keluar rumah melihat Yi Sang sudah menunggunya. Yi Sang pun melambaikan tangan, lalu bertanya apakah merasa lebih baik. Ha Ri mengaku Jauh lebih baik daripada dugaannya. Yi Sang ingin mmebahas saat bersamanya...
“Ayo. Aku akan terlambat.” Kata Ha Ri mengalihkanya. Yi Sang setuju dan mengajak makan malam yang enak.
“Banyak restoran yang harus kita coba.” Ucap Ha Ri dengan penuh semangat.Yi Sang melihat Ha Ri seperti tak percaya kalau moodnya bisa cepat kembali. 

Ha Ri masuk ke dalam ruangan  dengan senyuman. So Yoon merasa kasihan memastikan baik-baik saja. Ha Ri menganguk, Yeon Ho pikir Ha Ri bisa istirahatlah lagi. Ha Ri merasa  baik-baik saja jadi bisa datang ke kantor.
“Tugas kita banyak, bukan? Mana yang dikerjakan dahulu?” kata Ha Ri
“Jangan mengalihkan perhatian dengan pekerjaan karena kau gelisah. Lagi pula, kau tidak bisa fokus bekerja.” Ucap Hyo Joo. Suasana merasa tak enak.
“Hei... Bisakah kau membuat daftar buku untuk direkomendasikan?” kata Yeon Ho. Ha Ri pun melihat tumpukan buku berjudul “Ibuku”

Yi Sang duduk di meja kerjanya tapi pikiran melayang mengingat yang dikatakan Ha Ri seperti mencoba untuk tetap ceria “Jauh lebih baik daripada dugaanku.” Sementara Tuan Nam berbicara di telp mengaku foto-fotonya sudah siap.
“Akan kutaruh di bawah, jadi, bawa semuanya nanti. Tentu saja, hasilnya bagus. Aku fotografer.” Ucap Tuan Nam
“Biar kutaruh di bawah.” Kata Yi Sang mengambil fotonya. Tuan Nam bingung karena Ini tidak mendesak.
Ha Ri melihat buku dengan judul “Ibuku” lalu membalikan lembaran hanya ada gambar yang dilakukan oleh seorang ibu. Ibu juga tahu anaknya yang menaruh “Buku harian rahasia” Ha Ri akhirnya hanya bisa menangis diatas mejanya.
Semua kaget mendengarnyar, Ha Ri terus menangis karena tak bisa memiliki anak sekarang. Yi Sang melihat dari kejauhan hanya bisa terdiam karena ia juga tak bisa memberikan anak untuk Ha Ri sebelum operasi.
Bersambung ke episode 15

 Cek My Wattpad...  ExGirlFriend

      
Cek My You Tube Channel "ReviewDrama Korea"

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 

1 komentar: