PS : All images credit and content copyright : TVN
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Ha Ri
memeluk erat Yi Sang dari belakang lalu mengaku kalau tak bisa Yi Sang terdiam
mendengar pengakuan Ha Ri. Ha Ri pun meminta maaf dengan sikapnya. Yi Sang
akhirnya membalikan badan dan memeluk erat Ha Ri.
Di rumah,
Jae Young melihat anaknya yang sedang bersenang-senang. Ia lalu melihat nama
“Seo Jeong-won” lalu memilih untuk menolak telp ibu Do Ah dan kembali bermain
dengan anaknya.
Sementara
Ha Ri dan Yi Sang berjalan bersama, Yi Sang memberitahu kalau Sebentar lagi,
hasilnya akan keluar lalu Jika hasilnya buruk, maka waktunya sekitar enam bulan
sampai setahun. Tapi ia akan berusaha sampai bisa.
“Tapi kau
benci anak-anak.” Ucap Ha Ri. Yi Sang mengaku ingin membenci anak-anak karena
kalah dari mereka.
“Mulai
sekarang, karena sulit memiliki anak, kita harus bicara soal tidak punya anak
dan hanya saling mencintai, atau menjalani program bayi tabung. Kita harus
membicarakan banyak hal yang tidak nyaman.” Kata Ha Ri dewasa
“Rasanya
akan menyakitkan, agak menyinggung, dan tidak menyenangkan. Kita mungkin
bertengkar dan suatu saat, kita akan ingin menyerah.” Kata Ha Ri
“ Apa Kau
takut?”tanya Yi Sang. Ha Ri membenarkan tapi Yi Sang bilang mereka akan mencari cara,
“tapi
keajaiban mungkin tidak akan terjadi kepada kita. Kita mungkin akan patah hati
lagi. Apa Kau tidak akan keberatan?” Kata Ha Ri
“Bahkan saat
itu, kita harus tetap kuat. Ini perjuangan yang tidak adil karena kau akan
lebih kesulitan daripada aku.Meskipun kita gagal, kau akan lebih tersakiti
daripada aku. Mari tetap kuat dan menang. Aku tidak akan membiarkan kita
kalah.” Kata Yi Sang lalu mengangkat tanganay.
Ha Ri pun
memberikan tos pada Yi Sang dan mereka berjalan pulang sambil bergandengan
tangan.
[Episode 12, Orang Dewasa Selalu Membuat Tempat
untuk Kembali]
Ha Ri
masuk ke kamar ibunya bertanya apakah mau tidur, Nyonya Lee mengejek ada apa anaknya datang ke
kamarnya, kalau ingin pamer soal kencan dengan Yi Sang. Ha Ri tak percaya kalau
Ha Ri memanggilnya Yi sang
“Aku juga
memanggilnya Yi sang.” Kata Ha Ri. Nyonya Lee bingung harus memanggilnya apa
lagi?
“Ibu
bilang dia menantumu” kata Ha Ri. Nyonya Lee mengeluh mengaku tidak sengaja
mengatakannya.
“Ibu belum
merestui pernikahan kalian. Dia sepertinya baik. Jangan terburu-buru menikah hanya
karena kau menginginkan bayi.” Nasehat Nyonya Lee.
“Aku
tidak akan terburu-buru. Memangnya aku petarung?” kata Ha Ri
“Kau tidak
sungguh mengenal seseorang meski sudah lama mengenalnya. Hidup dengan mereka
tidak akan membantu. Saat hubungannya baru, kau menganggapnya menarik. Jadi,
berhati-hatilah. Jika kau menemukan hal yang mungkin mengganggumu, putuskan saja dia. Mengerti?.” Pesan Nyonya
Lee
“ Apa
maksudnya putus? Dia bukan tali.” Kata Ha Ri. Nyonya Lee heran dengan jawaban
Ha Ri.
“Apa Yi sang
punya masalah?” tanya Nyonya Lee. Ha Ri mengaku tak ada menutupinya mengaku
kalau Yi Sang bukan orang seperti itu.
“Saat ini
kau dibutakan oleh cinta. Tapi ibu tahu. Kau harus menikah secepatnya. Ibu akan
memeriksa mana yang lebih baik.” Kata Nyonya Lee. Ha Ri bingung maksud dengan "Yang
mana?"
“Ibu
ingin memilih menantu ibu dengan hati-hati.” Ucap Nyonya Lee. Ha Ri pikir
ibunya jangan pilih-pilih.
“Bermurah
hatilah. Selamat malam.” Ucap Ha Ri lalu pergi ke kamarnya.
Pagi Hari
Nyonya
Lee kaget melihat Yi Sang sudah ada didepan rumah dan berpikir ingin menemui Ha-ri lalu memberitahu Sejak
menjadi kepala editor, Ha Ri berangkat
kerja lebih awal. Yi Sang mengaku Sebenarnya, ingin berolahraga dengan Nyonya
Lee.
“Denganku?”
kata Nyonya Lee tak percaya. Yi Sang membenarkan. Diam-diam Jae Young menguping
dari depan pintu.
“Aku
tidak menginginkan hal lain. Aku hanya ingin kau terus mencintainya.” Kata
Nyonya Lee.
“Di
antara semua hal yang bisa kulakukan untuk Ha-ri, inilah yang paling kuyakini. Jangan
khawatir.” Kata Yi Sang. Saat itu juga Jae Young keluar dengan Do Ah.
“Ini tidak
seperti yang kau pikirkan. Kami hanya berolahraga. YI-sang menantuku bilang
harus berolahraga.” Kata Nyonya Lee panik melihat Jae Young keluar.
"I-sang
menantuku"?” kata Jae Young tak percaya. Nyonya Lee merasa tak yakin kalau
bilang "menantuku"?
“Aneh sekali.
Kami belum sedekat itu.” Kata Nyonya Lee. Jae Young pergi menyuruh mereka
Bersenang-senanglah saja. Yi Sang menatapnya tapi tiba-tiba Jae Young berbalik
“Bi
Ok-ran. Aku tidak ada pasien pagi ini. Setelah mengantar Do-ah ke penitipan,
aku akan ke kelas aerobik. Di mana tempatnya?” kata Jae Young
Spanduk
besar terlihat [Aerobik Tari Gembira, Kelas Olahraga Eunrangcheon] Nyonya Lee
terlihat gugup diatas panggung melihat Yi Sang dan Jae Young. Keduanya mencoba
mengambil hati Nyonya Lee dengan memperlihatkan keahilan mereka dalam
berolahraga.
“Aku tahu
kau berusaha memikat hatiku, tapi jangan melakukan ini di tempat kerjaku.”
Keluh Nyonya Lee. Yi Sang akhirnya meminta maaf.
“Bi
Ok-ran... Kenapa kau terus bicara seperti ibu mertua?” kata Jae Young. Nyonya
Lee seperti tak menyadarinya.
“Kenapa
kau tidak menyerah saja? Ha-ri dan aku saling mencintai.” Ucap Yi Sang
“Kau
tidak tahu malu. Tidak bisakah kau melihat bahwa kau tidak punya kesempatan?”
kata Jae Young
“Sekejam
apa pun dikritik dan disalahkan, aku akan memilih Ha-ri.” Kata Yi Sang.
“Kau
sangat romantis.”puji Nyonya Lee. Jae Young tak bisa menahan amarahnya ingin
memberitahu rahasia Yi Sang tapi seperti lidahnya tertahan.
“Lupakan
saja... Kau harus bersyukur karena aku punya sopan santun. Aku tidak menyetujui
pria ini.” Ucap Jae Young
“Begitukah?
Maka, kau harus mengawasinya agar dia bisa lebih baik kepada Ha-ri. “ kata
Nyonya Lee
“Apa aku
pitcher?” keluh Jae Young Nyonya Lee tak
mengerti Apa itu pitcher? Semacam anjing? Yi Sang yang mendengarnya tak bisa
menahan tawa.
“Bukan
anjing. Intinya, jangan asal memilih orang hanya karena Ha-ri putus asa.” Tegas
Jae Young
“Aku akan
jujur dengan kalian. Sejujurnya, tidak ada dari kalian yang pantas untuk Ha-ri.
Kukira kau lumayan karena tidak mudah menemukan pria yang santun seusiamu.”
Ucap Nyonya Lee
“Kau tidak
pernah mengenal seseorang setelah bertemu beberapa kali.” Ucap Nyonya Lee
“Kau
benar. Tidak ada yang salah dengan ucapanmu tadi.” Ucap Yi Sang tak mau
menyela. Nyonya Lee akhirnya menatap Jae Young
“Dan
kau... Selain dokter, kau bukan apa-apa. Aku mencoba menjodohkanmu dengannya karena
kau sudah seperti keluarga.” Kata NyonyaLee
“Bi Ok-ran,
jangan khianati aku begini. Aku lebih dari bukan apa-apa.” Ucap Jae Young
membela diri
“Begini,
aku ada di sini. Bukankah tidak sopan membandingkan aku dengan pria lain di
depanku?” kata Yi Sang.
“Aku
memang plinplan, tapi entah apa yang akan terjadi.” Ucap Nyonya Lee Jae Young
membenarkan.
“Perasaan
Ha-ri adalah milik Ha-ri. Bagiku, kau tetap kandidat, Jae-young.” kata Nyonya
Lee. Jae Young tak percaya mendengarnya.
“Aku
bukannya tidak suka salah satu dari kalian. Tolong beri aku waktu. Aku tidak
tahu harus pilih siapa. Aku bingung sekali. Aku harus bagaimana?” ucap Nyonya
Lee lalu bergegas pergi.
Keduanya
akhirnya pulang bersama, Yi Sang menatap Jae Young mengucapkan Terima kasih. Jae Young merasa
Jangan berterima kasih kepadanya karena belum menyerah.
Yeon Ho
membawa kardus besar ke kantor. Hyo Joo bertanya apa itu. Yeon Ho menceritakan
Ibunya terus mengirimkan ini agar bisa
punya anak.Ia mengeluh tak perceya kalau ibunya bisa melakukan hal itu. Ha ri
mengingat kalau ibu mertuanya tidak seperti itu tapi malah Ibu Yeon Ho seperti
itu.
“Aku yang
tidak menginginkan bayi dan entah kenapa ibuku merasa bersalah.” Kata Yeon Ho
“Rupanya
itulah masalah pasangan tanpa anak.”ucap Ha Ri. Yeon Ho pikir mereka lebih baik
melupakan masalahnya.
“Jadi,
kita akan ke lokakarya?”tanya Yeon Ho. Ha Ri menjawab sudah mengirim program
dan anggarannya, tapi belum disetujui.
“Tapi
acaranya akhir pekan depan.” Kata Yeon Ho. Hyo Joo bertanya Apa harus di akhir
pekan, karena ingin istirahat di akhir pekan.
“Di hari
kerja, kita harus bekerja. Aku mau tanya soal lokakarya. Apa Ada hal lain yang
ingin ditanyakan?” kata Ha Ri. Semua menjawab tidak.
“Aku
harus pergi. Aku segera kembali.” ucap Ha Ri lalu berjalan pergi.
Jae Young
sedang ada diruangan, mendengar ketukan
pintu lalu menyuruhhnya masuk. Ha Ri pun masuk, Jae Young heran Ha Ri datang ke
kliniknya, Ha Ri mengaku Untuk pemeriksaan kesehatan. Jae Young mengeluh kalau
Ha Ri bukan anak kecil.
“Tapi Kau
benar-benar sakit? Ada apa?”tanya Jae Young panik. Ha Ri mengaku Hatinya sakit
mengambil stetoskop dan tak tahu alasanya.
“Mungkin
ada cacing hati?” goda Jae Young. Ha Ri pikir ingin berterima kasih.
“Untuk teman
yang kesulitan berpacaran, kau frustrasi, mengkritikku, dan mengkhawatirkanku
seolah-olah itu masalahmu. Aku menghargai usahamu. Terima kasih karena tidak
memberi tahu ibuku.” Ucap Ha Ri
“Aku
tidak pernah membayangkan akan mendengar "terima kasih" darimu. Tapi
sejujurnya, aku tidak pernah menyukainya. Haruskah kau menempuh jalan yang
sulit?” ucap Jae Young
“Jae-young...
Aku sangat menyukainya... Aku tidak ingin melepaskannya... Aku pasti bisa..Jangan
khawatir dan lihatlah aku” ucap Ha Ri yakin
“Apa yang akan kau lakukan? Apa Kau menyerah
untuk punya anak? Kau selalu sangat menginginkannya. Bisakah kau menyerah
semudah itu?” kata Jae Young
“Aku
mungkin bisa melakukan itu. Kami akan mencari solusi bersama. Sampai jumpa.”
Kata Ha Ri pamit pergi.
“Ha-ri...Kau
Pakai ini.”ucap Jae Young memberikan stetoskopnya. Ha Ri bingung ada apa.
“Bagaimana
jantungku?” tanya Jae Young. Ha Ri heran karena berdebar sangat kencang.
“Hei,
kenapa kau marah? Jantungmu berdebar.” Ucap Ha Ri. Jae Young membenarkan kalau
marah karena Ha Ri. Ha Ri hanya bisa terdiam.
Yi Sang
terdiam menatap anak kecil yang sudah siap foto, lalu perlahan mendekatinya dan
bertanya Berapa usianya. Si anak tak takut menjawab Empat tahun. Yi Sang tersenyum mendengarnya,
lalu bertanya Siapa namanya. Anak itu
pun menjawab Lee Ro-eun.
“Lee
Ro-eun.... Kau cantik...” puji Yi Sang yang mencoba dekat dengan anak kecil
Di rumah,
Eun Young
terdiam melihat pesan yang ada di ponselnya, dua anaknya sedang bersama
suaminya. Sang suami memanggil Eun Young dan menyarankan agar membeli mesin
pencuci piring. Eun Young hanya diam saja terlihat sedang frustasi
“Ini Bukan
karena aku tidak mau mencuci piring. Tugasmu banyak.” Kata suaminya.
Dua anak
Eun Young mulai berkelahi, Eun Young dengan tatapan dingin menyuruh mereka agar
Berhentilah bertengkar. Keduanya pun berhenti seperti takut dengan tatapan Eun
Young.
“Sayang,
kita kehabisan sabun cuci piring.” Ucap Suaminya. Eun Young menyuruh agar mencuci
dengan soda kue.
Suaminya
mengerti akan mengambil soda kue tapi malah menjatuhkan semuanya dilantai saat
membukanya. Eun Young langsung menatap dingin dan bergegas keluar rumah.
Suaminya bingung melihat Eun Young pergi.
Eun Young
duduk sendirian dicafe, Ha Ri datang mengejek Eun Young yan kabur ke cafe dan
ingin tahu Apa yang terjadi, padahal Hyeon-seok membuat lauk, bermain dengan anak-anak,
dan membersihkan rumah tapi Eun Young malah pergi.
“Coba
Lihat... Lingkaran hitamnya menutupi riasannya. Dia bekerja keras hingga
matanya merah. Bukankah itu romantis?”kata Eun Young menunjuk wanita yang duduk
tak jauh darinya. Ha Ri bingung apa maksudnya.
“Katakan
perusahaan bodoh itu gagal mengenali kuda hitam hebat yang akan mengembangkan
industri TI di Korea ini.” Kata Ha Ri
“Aku
melamar untuk 50 pekerjaan. Aku bahkan tidak diterima menjadi admin. Bagaimana
bisa sebuah garis di resumeku menghapus semua pengalamanku?” keluh Eun Young
frustasi
“Lalu
Bagaimana denganmu? Apa Kau baik-baik saja?”tanya Eun Young. Ha Ri mengaku
masih harus memikirkan tentang memiliki anak, tapi bahagia.
“Entah
kenapa aku iri. Ini masalah besar, tapi jangan coba mencari jawaban sekarang.
Berpacaranlah dahulu. Aku yakin kau akan baik-baik saja.” Ucap Eun Young
memberikan saran
“Terima
kasih... Begitu juga kau...”kata Ha Ri. Eun Young merasa tidak mau hidup
seperti ini.
“Tapi kurasa
aku akan hidup seperti ini.” Kata Eun Young sedih. Ha r pikir tak ada yang
tahu.
“Aku
bahkan tidak tahu mau sarapan apa besok pagi.” Kata Ha Ri. Eun Young merasa
sudah tahu.
“Aku
mungkin akan makan sisa makanan yang tidak mereka habiskan.”kata Eun Young
kesal
“Tidak.
Kau akan sarapan dengan makanan masakanku. Tapi aku belum tahu menunya... Ayo
Berdirilah. Aku sudah memberi tahu Hyeon-seok kau menginap di rumahku hari ini.”
Ucap Ha ri. Eun Young pun pergi.
Yi Sang
menelp Tuan Nam ingin tahu keberadanya karena bahkan tidak datang ke studio dan
bertanya Apa terjadi sesuatu. Tuan Nam mengaku sedang mengerjakan proyek yang
sangat penting. Yi Sang bingung Proyek apa?
“Aku
meluruskan masa depanku.” Ucap Tuan Nam sibuk memindahkan spanduk toppoki. Yi
Sang berjalan dibelakang memanggilnya. Tuan Nam menyahut dan kaget melihat Yi
Sang sudah ada dibelakangnya.
“Sedang
apa kau di sini?” tanya Yi Sang. Tuan Nam menjawab kalau ini Proyek penting.
Ha Ri
pulang ke rumah kaget melihat Yeon Ho sudah ada didepan rumahnya dan bertanya
kenapa ada disini. Yeon Ho bertanya apaTidak ada kamar kosong malam ini dan
meminta izin agar bisa menginap malam ini. Ha Ri tak percaya melihat dua
temanya.
“Apa tema
malam ini kebebasan untuk wanita? Kalian pernah bertemu? Ini temanku, Kim Eun-young.
Ini rekan juniorku, Park Yeon-ho.”kata Ha Ri mengenalkan keduanya.
“Kalian
para istri yang kabur dari rumah, masuklah.” Kata Ha Ri. Keduanya pun akhirnya
masuk ke dalam rumah.
Yi Sang
bahagia melihat toppoki yang diberi keju diatasnya. Tuan Nam memberitahu kalau Restoran ini punya
banyak pelanggan jadi menurutnya akan jadi pekerjaan sampingan yang bagus
akhirnya memilih untuk bisa magang.
“Apa Kau
punya uang untuk mendirikan restoran? Aku harus mengambil pinjaman. Aku akan
merasa tidak stabil hanya dengan studio.”ucap Tuan Nam sedih. Yi Sang hanya
tersenyum
“Ada apa?
Kau sudah berbaikan dengannya? Apa Ha-ri bilang tidak keberatan?”tanya Tuan Nam
“Keadaan
mungkin akan lebih sulit daripada sekarang, tapi syukurlah dia memilihku. Aku
harus berusaha sebaik mungkin dengan harapan itu akan berhasil.” Kata Yi Sang.
“Omong-omong,
kau yakin ingin punya anak juga? Kau bilang tidak akan pernah punya anak.”kata
Tuan Nam
“Karena
Ha-ri ingin punya anak, aku ingin berbagi impian yang sama. Aku ingin menjadi
seorang ayah.” Ucap Yi sang.
“Su-cheol...
Ada sikap yang harus kumiliki sebelum menjadi seorang ayah?” tanya Yi Sang
“Kau akan
tahu setelah punya anak. Aku tidak punya persiapan untuk itu. Siapa yang
menduga aku akan menjadi ayah penyayang dan berusaha mencari uang untuk les
pribadinya? Ikuti saja alurnya.”ucap Tuan Nam yakin
“Ikuti
saja alurnya... Apa Sebaiknya begitu?” ucap Yi Sang pun jadi bisa lebih yakin.
Tuan Nam menyuruh agar mulai makan.
Yeon Ho
bercerita sambil menangis kalau Ibunya ingin merkea punya anak, jadi,
mengirimkan obat untuk membantu agar mereka hamil. Tapi Suaminya bilang ibunya
tidak pengertian. Ia pikir suaminya itu
tidak perlu minum obat taoi Kenapa menjelek-jelekkan ibunya.
“Membesarkan
anak 100 kali lebih sulit daripada bekerja. Saat membesarkan anak, aku bentuk
kekuatan fisik dan belajar menjadi sabar. Bukankah seharusnya mereka memberiku nilai
ekstra untuk membesarkan anak?” cerita Eun Young yang juga menangis
Ha Ri
hanya jadi pendengar bingung lalu mengajak mereka minum. Yeon Ho mengaku merasa
lebih baik. Eun Young pikir pasangan
tanpa anak menjalani hidup yang mudah tapi mereka punya masalah sendiri.
“Kudengar
kau mengasuh anak-anakmu sendirian. Aku lebih baik bergadang sepekan penuh. Kurasa
aku tidak bisa membesarkan anak. Astaga.” Ucap Yeon Ho
“Aku
setuju. Tapi aku hanya bisa melakukannya karena anak-anakku menggemaskan. Aku
sangat marah saat anak-anakku membuatku kesal, tapi saat melihat mereka tidur,
kupikir, "Bagaimana aku bisa hidup tanpa mereka?" ungkap Eun Young
Ha Ri
terdiam dan mulai membayankan apabila punya dua anak, lalu Yi Sang memakai baju
dinosaurus. Ha ri mengeluh kalau menyuruhm bermain dengan anak-anak, bukan
menakuti mereka. Yi sang mengeluh kalau menirukan dinosaurus dengan baik. Ha Ri
pun mengoda anaknya agar bisa menyerang bapaknya, senyumanya terlihat sangat
bahagia.
“Pernahkah
kau mempertimbangkan adopsi? Kau bisa mengadopsi meskipun belum menikah.”kata
Yeon Ho
“Ada
banyak persyaratan, seperti kestabilan keuangan dan keluarga yang bisa
membantuku membesarkan anak. Aku juga harus lulus evaluasi keluarga.” Kata Ha
Ri
“Rupanya
kau sudah memikirkannya.”ucap Eun Young. Ha Ripikir Anak adalah berkah, bukan pilihan.
“Jika aku
mau mengadopsi, anak itu dan aku harus mempersiapkan diri secara mental, tapi
aku tidak percaya diri.” Kata Ha Ri. Eun Young merasa Ha Ri terlalu banyak
berpikir.
“Apa yang
harus kita lakukan? Dua di kamar dan satu di sini. Apa Mau memainkan permainan
tangga?”kata Ha Ri
“Aku akan
pergi. Aku merindukan anak-anakku.” Kata Eun Young. Ha Ri tahu kalau temanya
akan pilang seperti itu
“Bersenang-senanglah
dan kembali lagi.” Kata Eun Young pamit pada Yeon Ho. Yeon Ho pu mengajak
mereka untuk bertemu lagi.
“Asalkan
kita tidak mengalami masalah ini lagi.” Kata Eun Young. Yeon Ho pun meminta Eun
Young hati-hati dijalan. Ha Ri pun
meminta temanya agar menelpnya saat sampai dirumah.
Ha Ri
mengobrol dengan Yeon Ho sebelum tidur bertanya apakah berpikir untuk punya
anak. Yeon Ho pikir tentu saja Tapi tanpa seorang anak, meskipun terkadang
hidup masih terasa tidak stabil jadi lebih takut jika anak mengubah kestabilan
hidupnya secara dramatis.
“Aku dan
suamiku sangat puas dengan hidup kami sekarang.” Cerita Yeon Ho
“Bagaimana
rasanya tinggal berdua saja? Kami lebih saling berdedikasi. Karena hanya ada
kami berdua, kami bisa saling memperhatikan. Kami saling bertanya soal
hari-hari kami, saling memedulikan perasaan, dan melakukan semuanya bersama.”cerita
Yeon Ho
Ha Ri
membayankan apabila hanya hidup berdua dengan Yi Sang, mereka saling
memperhatikan bahkan memiliki anjing seperti anak merkea.
“Tapi
kami tidak mengganggu waktu sendiri kami dan saat menginginkannya, kami bisa
bangun suatu pagi dan berlibur. Karena kami hanya punya satu sama lain, cinta
kami tidak terbagi. “ ungkap Yeon Ho
“Kau bisa
hidup tanpa anak. Tapi di mata orang-orang, aku tidak menginginkan anak meski
sudah menikah dan kau ingin anak tanpa menikah sama-sama tidak normal. Mereka
tidak memahami kita.”ungkap Yeon Ho
“Kita
hidup bukan untuk dipahami oleh orang lain. Kita hanya memilih dari apa pun
yang ada. Kau melakukannya dengan baik.”ucap Ha Ri lalu mengucapkan selamat
malam dan mereka pun mulai tidur.
Yi Sang
memilih sebuah kalung dan memutuskan akan membelinya. Pegawai pun langsung
membungkusnya dan memberitahu Pembelian ini termasuk liburan dua hari ke hotel.
Yi Sang kaget kalau mendapatkan Liburan dua hari dan menurutnya Luar biasa.
Ha ri
berjalan keluar rumah dengan Yeon-ho lalubertanya apa yang akan dilakukan jika
suamnya tidak menjemput. Yeon Ho mengaku suaminya akan memasak untukku saat pulang karena ia
akan mengeluh kelaparan dan saat itu mereka akan berbaikan.
“Bersenang-senanglah
dengan temanmu.” Kata Yeon Ho pamit pada Ha Ri melihat suaminya sudah menjemput
“Terima
kasih... Cepat pergi.” kata Ha Ri, Suami Yeon Ho pun mengajak istrinya agar
segera pulang
“Apa Kau
tahu betapa marahnya aku? Aku lapar!”ucap Yeon Ho kesal. Suaminya mengerti dan
mengajak masuk ke dalam mobil. Ha Ri menatap keduanya hanya bisa terdiam
“Tempat
untuk kembali. Eun-young dan Yeon-ho bergegas pergi karena tahu harus kembali
ke suatu tempat. Saat Ibu dioperasi karena kanker perutnya, aku berada di
kantor.”
Ha Ri
terlihat sangat sibuk sebelum menjadi kepala editor dengan terus melihat jam
karena khawatir denga ibunya.
“Aku
harus segera menyelesaikannya untuk ke rumah sakit. Aku tidak sempat bersedih
atau marah kepada diriku. Melihat Ibu sakit terasa aneh. Dia tampak rapuh untuk
kali pertama, tapi itu bukan masalah besar.”
Ha Ri
menemani ibunya semenjak pulang dari kantor memastikan kalau ibunya baik-baik
saja. Ia pun melihat rumah yang gelap dan menatap kamar ibunya yang kosong dan
wajahnya terlihat sedih.
“Kami
baik-baik saja. Ibu dan aku seperti itu. Tapi pulang sendirian< membuatku
merasa sangat sedih. Tanpa Ibu, rumah kosong ini tidak akan lagi menjadi rumah
bagiku untuk kembali.”
“Aku tidak
punya tempat untuk kembali. Sejauh apa pun aku pergi, selelah apa pun aku,
semua akan baik saja asal ada tempat untuk kembali. Aku bisa bertahan. Akankah
pria itu mau menjadi rumah untukku kembali?”
Ha Ri
berjalan ditaman dan melihat Yi Sang yang melambaikan tanganya.
Ha Ri dan
Yi Sang berjalan bersama, lalu Yi Sang berhenti karena melihat tas yang
berbentuk pantung. Ha Ri bertanya apakah Yi Sang mengingkan itu. Yi Sang dengan
gaya imut merasa itu menggemaskan. Ha Ri pikir Seluruh apartemenmu dipenuhi
Moai tapi Yi Sang tetap ingin punya lagi.
“Aku
tidak punya yang itu. Aku tidak pernah membeli itu. Aku sangat menginginkan
yang itu.” Ucap Yi sang dengan gaya aegyo.
“Menakutkan
karena kau sadar dan bersikap seperti itu.” Keluh Ha Ri.
“Ini
hanya kepolosanku keluar dari lapisan sebagai orang dewasa.” Kata Yi Sang
“Aku juga
ingin bersikap seperti anak kecil. Kau pilih Aku atau Moai?” ucap Ha Ri. Yi
Sang terlihat bingung.
“Kenapa
kau tidak menjawab? Apa Kau benar-benar ragu?” ucap Ha ri kesal. Yi Sang
menyangkal kalau tak ada alasan untuk ragu.
“Tapi kau
tidak menjawab.” Ucap Ha Ri. Yi Sang megeluh
Bagaimana bisa membandingkan itu dengan Ha Ri
“Jadi,
Moai lebih baik daripada aku?” kata Ha Ri kesal. Yi Sang mengaku bukan seperti
itu
“Aku
mencintai Moai apa adanya.” Akui Yi Sang. Ha Ri merasa Yi Sang sudah terlambat
lalu berjalan pergi.
“Tunggu!
Aku bisa menjelaskannya.” Kata Yi Sang mengejarnya. Ha Ri seperti pura-pura
kesal.
Jae Young
pergi ke showroom mobil memastikan mobil ini aman. Pegawai pun meminta gar Jae
Young bisa mencoba mendudukinya. Jae Young pun masuk ke dalam mobil lalu
memastikan dengan melihat ke belakang tempat duduk Do Ah.
Setelah
itu Jae Young masuk ke sebuah apartement, Seorang pria memperlihatkan Ruang
tamu. Jae Young senang melihat pemandangan Sungai Ha dengan senyuman bahagai
kalau ini bagus dan mulai menyemangati dirinya kalau harus bekerja keras.
**
Bersambung
ke part 2
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar