PS
: All images credit and content copyright : JBTC
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Wol Ju
akhirnya memberikan obat pada tangan Manager Gwi sambil mengeluh Bagaimana bisa
mereka berjualan dengan tangannya ini. I aun menyuruh kalau Manager Gwi agar
Istirahatlah karena tak mau Manage Gwi agar mengganggu.
“Nanti
tamu malah kaget saat datang.” Kata Manage Gwi. Wol Ju pikir tak berbicara apa
pun.
“Kau aneh
sekali. Kalau begitu, aku harus mulai mengupas bawang bombai.”ucap Manager Gwi
“Tunggu
dulu. Apa kau mau makan daging?” tanya Wol Ju. Manage Gwi bingung Kenapa
tiba-tiba
“Hari ini
aku merasa lelah setelah berolahraga dan pergi ke sana kemari. Aku harus
mengisi energiku kembali. Aku tak mau makan sendiri, jadi, ikuti aku.” Ucap Wol
Ju berjalan pergi
“Kenapa
dia tiba-tiba seperti itu? Aneh sekali.” ucap Manager Gwi bingung.
Si Pria
tua akan masuk rumah, tapi beberapa kali salah memasukan sandi pintunya. Ia pun
bertanya-tanya Apa sandi pintunya. Saat itu istrinya membuka pintua. Si pria
heran istrinya sudah pulang padahal biasa Nikmati saja waktunya.
“Bersosialisasi
itu melelahkan. Aku lebih senang berada di rumah. Bila aku tak ada, kau bisa
tidur di depan pintu hari ini.” Ucap si Istri. Suaminya pun membenarkan dan
mengucapkan terima kasih.
“Aku juga
sepertinya sudah tua. Aku menjadi sering lupa. Pagi ini aku turun di halte yang
salah saat memikirkan sesuatu.” Cerita si pria
“Benarkah?
Kau seharusnya tak boleh seperti itu. Apa karena tubuhmu sedang lemah? Apa Mau
kubuatkan ramuan obat?” ucap sang istri
“Tak
usah. Kau ada di sampingku saja sudah menjadi obat bagiku.’ Kata si pria
“Baiklah.
Cepat mandi dan kembali. Aku akan siapkan beberapa obat untukmu.” Kata si
istri.
Di sebuah
restoran, Wol Ju mengeluh sayang sekali,
membahas Tentang roh itu yang hampir mau ikut denganya karena bisa mengerti dan
memahami rasa sakitnya. Manager Gwi pikir Wol Ju tak berteriak, mengancam, atau
menakuti dia.
“Tidak...
Seperti seorang Oprah Winfrey, aku berbicara kepadanya dengan penuh pengertian.”
Kata Wol Ju
“Bisa
kubayangkan... Kau pasti bicara panjang lebar dengannya. Karena itu, akhirnya
dia kabur. Kau harusnya menungguku saja. Kau malah ikut campur dan menjadi
begini.” Ucap Manager Gwi
“Aku
hanya merasa kasihan padanya. Roh itu menyedihkan. Dia pasti takut pergi ke
Alam Baka. Lebih dahulu meninggalkan dunia ini daripada seseorang yang dicintai
pasti sangat menyiksanya.” Ucap Wol Ju
“Dibandingkan
yang pergi, aku lebih kasihan pada Oh Sang-gun. "Pada saat ibuku
meninggal, apa yang kulakukan? Apa aku sedang makan? Atau aku sedang bekerja di
kantor?" Dia pasti terus memikirkan hal tersebut tanpa henti.” Ucap Manager
Gwi
“ Itu pasti
sangat menakutkan. "Namun, pada saat terakhirnya, aku tetap tak tahu
apa-apa." Rasa bersalah dan rasa terpojok itu...” kata Manager Gwi yang
membuat Wol Ju sedikit berkaca-kaca
“Apa yang
ditinggalkan saja yang merasakan itu? Kau tahu wafat bukan berarti semua
berakhir. Saat meninggal, kau dapat melihat dan merasakan semua. Kau tetap
merasakan semua rasa sakit yang ada. Kau tahu, 'kan?” ucap Wol Ju mengajak
minum bersama.
Saat itu
Kang Bae datang menyapa keduanya
berpikir keduanya tak makan karena masih sisa banyak. Manager Gwi
mengaku sudah makan satu loyang tadi jadi Kang Bae bisa makan saja ini. Kang
Bae pun memesan soju, Manager Gwi bingung
“Yeo-rin
menolakku saat kuminta menjadi pasangannya.” Ucap Kang Bae minum dengan cepat.
Pelan-pelan
saja, nanti kau sakit. Setidaknya makan ini dulu.” Kata Manager Gwi. Kang Bae pun
makan permen agar tak cepat mabuk
“Gadis
itu harusnya tak terlalu jual mahal padamu. Dia sepertinya sangat dingin.” Ucap
Wol Ju sinis
“Tidak!
Yeo-rin itu orang yang sangat keren. Dia terlihat kasar dan dingin, karena
memisahkan urusan kerja dan pribadi. Dia membantu orang yang tak dia kenal
dengan hebat. Dia karismatik.” Ucap Wol Ju membela
“Lalu
kenapa dia membencimu? Kau yang paling butuh bantuan saat ini. Kau berkata
apa saat meminta dia menjadi pasanganmu?” tanya Wol Ju
“Aku
berkata bahwa Yeo-rin adalah orang yang spesial untukku. Dan aku senang dia tak
bereaksi apa pun saat menyentuhku.” Kata Kang Bae
“Kau
memang tak tertolong. Apa kau mencari keributan?” keluh Wol Ju. Kang bae pun
ingin tahu apa yang dilakukannya.
“Kang-bae,
dengar ini. Bila menginginkan seseorang, kau tak boleh berkata kau membutuhkan
orang itu. Katakan, "Aku ingin menjadi orang yang kau butuhkan." Kau
harus bilang itu. Paham?” kata Manager Gwi. Kang Bae mengulang "Aku ingin
menjadi orang yang kau butuhkan."
Flash Back
Pangeran
mengaku merasa paling nyaman saat berada di samping Wol Ju Bahkan Jika bisa bersama selamanya, maka tak
butuh hal lain. Wol Ju berpikir kalau Jangan berbicara seperti itu. Pangeran
menegaskan Ini bukan omong kosong dan benar-benar serius.
“Orang yang
harus bersamamu seumur hidup adalah orang berkedudukan tinggi dan pendidikan
baik, Yang Mulia. Bersama wanita rendahan sepertiku adalah hal yang tak
mungkin. Karena sudah kembali sehat, kau tak perlu lagi menahanku tetap di
sampingmu.” Kata Wol Ju
“Aku
menahanmu di sisiku bukan karena membutuhkanmu. Mulai sekarang, aku ingin menjadi
orang yang kau butuhkan.” Ucap Pangeran
“Kau pikir
ini adalah bentuk balas budi, Yang Mulia? Kalau ya, jangan berpikir begitu. Aku
hanya melakukan tugasku saja.” Ucap Wol Ju
“Apa
ini... hanya pekerjaan bagimu? Namun, aku jatuh cinta padamu. Bukan karena aku
ingin balas budi. Aku hanya ingin mencintaimu. Sejak hari... aku mendengar suaramu
dalam mimpiku, kau menjadi pemilik hatiku. Karena itu... terimalah perasaanku.”
Ucap Pangeran. Wol Ju hanya bisa terdiam.
Wol Ju
dan Manager Gwi hanya bisa terdiam seperti menerawang ke masa lalu. Kang Bae
menyadarkan keduanya yang melamun ,Wol Ju tersadar mengaku sudah kenyang
menyuruh Kang Bae menghabiskan lalu beranjak pergi.
SANHA
INTERNATIONAL
Tuan Oh
Sang Gun dimarahi oleh atasanya karena ada diruanganya Tuan Oh berdiri dengan tatapan bingung.
Atasanya memberitahu kalau Klien dari Tiongkok sudah menunggu tiga jam dan Dia
sangat marah sampai ingin batalkan semua kontrak.
“Apa yang
kau bicarakan? Rapat dengan klien Tiongkok itu besok, Hal sepenting itu tak....”
Ucap Tuan Oh
“Bukankah
klien Tiongkok berkata mau mengubah jadwal lewat surel? Mereka berkata kita
sudah setuju dan membalas surelnya. Bukankah kau yang balas?” kata atasanya.
Tuan Oh mencoba memeriksanya. Bawahan Tuan
Oh hanya bisa melihat dari kejauhan.
“Apa yang
kau lakukan, Pak Ha? Cepat kejar dan tahan dia. Paham?” teriak atasanya. Tuan
Ha pun berlari pergi. Tuan Oh akan ikut mengejarnya.
“Mau ke
mana kau sekarang? Astaga... Ke ruanganku sekarang.” Ucap atasanya.
Atasanya mengajak
bicara Tuan Oh meminta maaf karena harus memakinya di depan bawahannya seperti
itu. Tuan Oh merasa tak bersalah karena telah membuat kesalahan besar dan
meminta maaf dan ingin tahu apa yang akan dibicarakan atasanya.
“Baiklah.
Untuk apa aku tunda lagi.. Pada proses PHK karyawan kali ini, namamu akan ada
di dalam daftar. Sebelum itu, apa kau tak ingin mengundurkan diri saja?
Bukankah lebih baik mendapat gaji setengah tahun?” kata Atasanya.
“Pak... Kuabdikan
masa mudaku pada perusahaan ini. Bila karena masalah ini aku harus...” ucap
Tuan Oh
“Tidak.
Ini bukan hanya karena masalah yang baru terjadi. Sebenarnya, belakangan ini, ada
rumor tak enak mengenai dirimu. Bila melihat laporan serta proposal yang kau
buat saat ini, semua tampak kacau. Kau membuat banyak kesalahan.” Ucap Atasanya.
“Itu
karena... aku sepertinya sedang kehilangan fokus pada pekerjaanku. Aku akan
kembali normal bila beristirahat, Pak. Aku baru saja... mengirim istriku
berlibur. Banyak hal ingin kulakukan.” Ucap Tuan Oh
“Pak Oh, kenapa
kau seperti ini? Kami kira kau hanya syok setelah kehilangan istrimu, jadi,
kami membiarkan kesalahanmu dan mencoba mengerti. Sadarlah.” Ucap Atasanya.
“Apa yang
kau bicarakan, Pak? Istriku tidak meninggal.”kata Tuan Oh tertawa.
“Jangan
bilang kau juga lupa, apa yang terjadi padanya.” Ucap Atasanya.
Tuan Oh
keluar dari gedung seperti ingatan mulai datang lagi. Saat dirumah duka atasanya
melayat dan berkata “Istrimu pasti pergi ke tempat yang baik.” Ia pun terakhir
kali berpisah dengan istrinya didepan sanotarium.
“Ini
demensia vaskular. Kau harus segera diobati.” Kata Dokter. Tuan Oh tak terima
dan langsung bergegas pergi.
Tuan Oh
histeris didepan gedung seperti baru menyadari kalau istrinya sudah tak ada dan
juga terkena dimensia.
Tuan Oh
akhirnya pulang ke rumah dan melihat istriny ada dimeja makan,melihat kalau
istrinya membuat pangsit. Ia pun memuji Pangsit buatan istrinya kalau sangat
menyukainya. Saat itu istrinya terlihat menghilang dari hadapan suaminya.
Sang
istri hanya bisa menangis menatap sang suam lalu berjalan keluar rumah, Manager
Gwi sudah menungu didepan rumah. Akhirnya Keduanya pun bertemu di dalam kedai, sang
istri mengaku sangat kasihan pada
suaminya memikirkan Bagaimana dia bisa hidup sendiri.
“Namun,
kau tak bisa terus kabur seperti ini. Roh gentayangan akan mendapat hukuman di
Alam Baka nanti. Kau tahu itu, 'kan?” kata Wol Ju
“Maafkan
aku. Aku tidak bisa pergi meninggalkan suamiku sendirian. Saat bulan madu, kami
berjanji untuk hidup bersama sampai rambut kami memutih. Namun sekarang, aku hanya
ingin berpamitan dengannya untuk kali terakhir.” Kata Nyonya Oh
Kang Bae
baru saja akan masuk bingung meihat Wol Ju dan Manager Gwi keluar dan bertanya,
mau ke mana. Manager Gwi pikir Bagus Kang bae datang dan mengajak untuk ikut
mereka. Kang Bae bertanya mau pergi kemana.
“Berpamitan.
Untuk yang terakhir.” Ucap Wol Ju akhirnya pergi ke bioskop meliha isi pikiran Tuan
Oh
“Kenapa
seperti ini?” tanya Kang Bae bingung karena tak beraturan. Manager Gwi pikir Ternyata
pikiran pria ini kacau balau.
“Memorinya
terputus, menyambung, dan tak sinkron seperti ini.” Ucap Manager Gwi
“Karena
itu sentuhanku tak berguna.” Ucap Kang Bae. Wol Ju membenakrna dan merasa Tuan
Oh pasti merasa sangat sedih selama ini dan melihat sesuatu.
Nyonya Oh
dan Tuan Oh berjalan bersama sambil bergandegan tangan. Tuan Oh merasa Suasananya benar-benar nyaman da seharusnya
lebih cepat kemari. Nyonya Oh pikir tak masalah karena yang penting mereka
sudah ada ditempat itu.
“Sayang...
Aku sangat suka kau tinggal bersamaku sampai saat ini.” Ucap Nyonya Oh duduk di
bangku taman. Suaminya tak mengerti ucapan Nyonya Oh.
“Aku selalu
menyusahkanmu.” Kata sang istri. Suaminya mengejek kalau istrinya ternyata tahu
selalu menyusahkannya.
“Aku
padahal selalu memintamu untuk berhenti merokok dan minum alkohol.” Kata sang
istri
“Kau
masih saja memarahiku di sini.” Keluh suaminya.
Sang istri memberitahu kalau Hari ini benar-benar hari terakhir mereka
bertemu.
“Aku
seharusnya tak mengirimmu berlibur ke sana. Karena aku...”kata sang suami merasa
bersalah
“Apa maksudmu?
Ini bukan kesalahanmu. Aku mohon padamu. Terimalah penyakitmu sekarang dan cepatlah
berobat. Kau mengerti? Kau tak boleh menyerah atau menjadi lemah.” Ucap istrinya.
Tuan Oh
menganguk mengerti dan keduanya menangis. Sang istri pun memuji Suaminya baik
sekali dan mengingatpadahal berjanji untuk bersama sampai rambut memutih lalu
meminta maaf karea tak bisa menepati janji itu.
“Bila aku
tahu ini akan terjadi, hari itu seharusnya... aku memintamu mengantarku ke
kantor. Seharusnya dahulu aku meminta itu. Aku seharusnya sekali lagi melihat
matamu saat itu. Seharusnya kulakukan.” Kata Tuan Oh
“Orang
sebaik ini bisa menjadi istriku... dan aku takut kelak akan melupakan dirimu.
Aku sangat takut.” Kata Tuan Oh mengeluh rambut istrinya
“Aku akan
tetap mengingatnya. Setelah kau menua, dan kita bertemu setelah kau meninggal,
akan kuceritakan lagi padamu. Dari awal hingga akhir. Kau tak perlu khawatir.” Kata
Istrinya lalu mengejek suaminya itu sekarang cengeng.
“Maafkan
aku... Aku mencintaimu, Jin-suk.” Ucap Nyonya Oh memeluk erat suaminya.
Tuan Oh
terlihat tertidur pulas memeluk foto istrinya, wajahnya seperti tersenyum.
[SWALAYAN
KAPEUL]
Seorang
pria diam-diam mengambil botol wine ke dalam tasnya, saat itu Yeo Rin melihat
dan langsung membawa si pria ke ruangan pelanggan yang komplain. Tapi setelah
melihat isi tasnya ternyata kosong, Yeo Rin tak percaya melihatnya karena benar-benar
melihatnya.
“Apa yang
kau lihat? Tidak ada apa-apa dalam tas! Kau berani berkata begitu padaku?”teriak
si pria marah
“Maafkan
kami. Karyawan kami membuat kesalahan besar.” Ucap Seung Ho datang
“Cepat
pecat karyawan ini di depanku. Bila tidak, aku takkan tinggal diam.” kata Si
pria
“Maafkan
aku... Aku sungguh minta maaf.” Ucap Yeo Ji akhirnya membungkuk meminta maaf.
“Apa minta
maaf menyelesaikan masalah? Jika kau berlutut dan memohon maaf di hadapanku
sekarang, aku akan pikirkan kembali. Jika tidak, akan kutulis ini di internet
dan lihat akibatnya!” teriak Si pria
“Tunggu
sebentar... Maaf, Pak... Apa kau yakin kau tak berbohong?” tanya Kang Bae
“Han
Kang-bae... Bagaimana bisa orang-orang ini memandang rendah diriku? Lihat ini.
Lihat baik-baik!” teriak si pria
“Di tas
ini memang tidak ditemukan apa-apa.” Ucap Kang Bae memegang tangan si pria.
“Tentu
saja tidak ada. Bila kumasukkan tas, pasti akan ada suara alarm, dan aku
tertangkap. Dengar. Saat melakukan ini, biasanya kami berpasangan. Aku mencuri
sesuatu, bertukar tas dengan rekanku, lalu membiarkan dia bersembunyi, melepas
labelnya, dan diam-diam pergi.” cerita si pria dengan cepat
“Kalau begitu,
di mana temanmu sekarang?” tanya Kang Bae. Si pria menunjuk temanya bertanya
apakah membawa botol minumannya.
Temanya ingin
kabur tapi Yeo Rin sudah menangkapnya dan memeriksa tasnya ternyata memang ada
botol wine. Kang Bae pun bisa tersenyum karena bisa membantunya.
Kang Bae
melihat Yeo Rin duduk sendirin lalu datang memberikan minuman. Yeo Rin heran
Kang Bae melakukan itu karena Jika
salah, maka bisa dipecat juga Namun Ia berterima kasih. Kang Bae pikir Karena
Yeo Rin yang membutuhkannya.
“Saat
itu, kau butuh seseorang percaya padamu. Saat kali pertama bertemu, kau percaya
padaku yang sama sekali asing. Jadi, aku berjanji pada diriku sendiri saat kita
bertemu lagi.” Ucap Kang Bae
“Kapan
pun kau butuh orang yang percaya padamu, aku akan menjadi orang itu.” Jelas Kang
Bae. Yeo Rin mengerti dan Kang Bae pun pamit pergi.
“Han
Kang-bae.. Kau sudah dapat pasangan?” tanya Yeo Rin. Kang Bae menjawab belum.
“Aku juga
belum dapat. Kau mau menjadi pasanganku di lomba?” ucap Wol Ju. Kang Bae melongo
bingung lalu memastikan. Yeo Rin membenarkan.
Tuan Oh
membawa foto istrinya kedalam tas dan membawa juga brosur “ SANATORIUM SANGAT
NYAMAN” setelah itu pergi ke kedai. Wol Ju bertanya apakah Tuan Oh mau pergi ke suatu tempat karena tampak amat senang.
“Ya. Aku
akan pergi bertemu temanku. Aku sepertinya juga akan tinggal di sana.”kata Tuan
Oh
“Terdengar
sangat menyenangkan, Pak. Kau mau ke mana?” tanya Tuan Oh. Tuan Oh menjawab Yangpyeong,
Provinsi Gyeonggi.
“Apa Kau
tak punya keluarga lain?” tanya Wol Ju. Tuan Oh mengaku Ada.
“Putraku
berada di Amerika Serikat, dan bilang akan segera kembali ke Korea. Istriku... sudah
pergi lebih dulu ke surga. Dia orang yang sangat kuat, jadi, dia pasti bisa
hidup baik di sana sampai aku datang.” Cerita Tuan Oh
“Ternyata
seperti itu ceritanya. Pangsit udang sudah siap. Silakan dinikmati.” Kata Manager
Gwi membawakan makan. Tuan Oh pun mulai makan. Wol Ju bertanya Bagaimana
rasanya?
“Ini terasa
familier dan hangat bagiku. Aku sepertinya pernah memakan pangsit ini. Aku tak
bisa mengingatnya.” Ucap Tuan Oh. Wol Ju pun bisa tersenyum.
Tuan Oh
mengucapkan Terima kasih dan akan pergi. Manager Gwi tahu Tuan Oh akan ke
Yangpyeong, karena ada juga ada urusan di sana jadi akan mengantar ke tempat
tujuanya dan pergi bersama. Tuan Oh
menolaknya merasa tak perlu.
“Aku yang
meminta bantuan padamu. Aku kesepian bila pergi sendiri, jadi, tolong temani
aku.”kata Manager Gwi
“Baiklah.
Terima kasih sebelumnya.” Kata Tuan Oh. Manager Gwi pun mengajak segera keluar.
Wol Ju
melihat keduanya keluar, Nyonya Oh dan Manager Yeom ternyata bersembunyi
dibelakang memastikan kalau Tuan Oh sudah pergi. Wol Ju pun menyuruh keduanya
agar keluar saja dan bertanya pada Nyonya Oh Apa sudah lega.
“Ya. Terima
kasih banyak atas bantuanmu. Melihat dia bisa makan dengan baik membuatku
bahagia.” Kata Nyonya Oh. Manager Yeom pun mengajak agar segera pergi.
“Tunggu
sebentar. ..Kau harus usap air matamu dulu sebelum pergi. Merusak riasanmu
saja.” Kata Wol Ju mengusap dengan bajunya.
“Benar-benar
sulit meninggalkan orang yang kucintai seperti ini. Namun berkatmu, aku bisa
berpamitan dengannya. Terima kasih.” Ucap Nyonya Oh
“Ini
pekerjaanku, kau tak perlu berterima kasih.” Kata Wol Ju
“Kau juga
berkata pernah meninggalkan orang yang kau cintai, 'kan? Walau kau berpura-pura
kuat, aku bisa melihat rasa kesepianmu dengan mataku. Semoga hatimu yang
membeku bisa kembali hangat dan bertemu dengan pria yang ditakdirkan untukmu.” Ucap
Nyonya Oh. Wol Ju hanya bisa terdiam.
Flash Back
Pangeran pergi
menemui Wol Ju memegang sebuah cincin terlihat seperti ingin melamarnya. Ia
memangil Wol Ju didepan pintu rumah “Wol-ju... Di mana kau?” lalu berpikir
kalau belum sampai. Sementara Wol Ju ternyata sudah datang dan melihat dari
kejauhan.
“Yang
Mulia... Maaf aku pergi diam-diam tanpa berpamitan. Bila takdir memang ada, kelak
kita pasti akan bertemu lagi.” Ucap Wol Ju lalu beralan pergi.
Saat itu
terlihat seorang pria yang melihat kepergiaan Wol Ju, lalu menatap sinis ada
Pangeran. Sementara Pangeran terlihat tersenyum bahagia karena ingin menyatakan
perasaanya.
Bersambung
ke episode 6
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar