PS : All images credit and content copyright : TVN
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Ha Ri
membungkus semua badanya dengan selimut, dengan malu meminta agar Yi sang pergi
dulu kalau sudah berpakaian. Yi Sang hanya diam saja. Ha Ri menyuruh Yi Sang
segera keluar merasa sangat malu sekarang. Yi Sang mengejek tidak mau.
“Ini
kesempatanku melakukan apa pun yang kumau, jadi, untuk apa?” kata Yi Sang
mengoda
“Apa yang
akan kau lakukan?” tanya Ha Ri panik. Yi Sang bertanya apakah Ha Ri ingin Ia
melakukan sesuatu?
“Jangan
lakukan itu sepagi ini.” Ucap Ha Ri malu. Yi Sang merasa Ha Ri tidak tahu apa
yang akan dilakukan.
“Mungkin
itu sesuatu yang sepadan dengan kecupan atau ciuman.” Kata Yi Sang. Ha Ri
terlihat bingung.
Yi Sang
memperlihatkan sebuah kalung di tanganya. Ha Ri tersenyum melihatnya. Yi Sang
pun memasangkan kalung pada Ha Ri dan ingin membisikan sesuatu, tapi Ha Ri
langsung berbaring dengan wajah bahagi. Yi Sang hanya bisa menahan malu.
Ha Ri pun
mengucapkan Terima kasih. Yi Sang pun tersenyum. Ha Ri pun menyuruh Yi Sang
untuk pergi sekarang. Yi Sang pun akhirnya keluar kamar dengan senyuman agar Ha
Ri bisa memakai pakaian.
Yi Sang
memberikan tumpukan roti selai untuk Ha Ri agar bisa menghabiskan semuanya. Ha
Ri mengeluh kalau tidak bisa makan semuanya karena Terlalu banyak. Yi Sang
mengejek Ha Ri itu harus makan lebih banyak karena sangat kurus dan khawatir
akan terbawa angin.
“Kenapa
kau duduk di sampingku?” tanya Ha Ri heran. Yi Sang mengaku Lebih nyaman
seperti ini.
“Apa Kau
malu sekarang? Coba Lihat aku. Ayolah. Kenapa kau tidak mau menatapku? Lihat
aku.” Kata Ha Ri. Yi Sang mengaku Bukan
begitu.
“Aku
tidak mau mengganggu makanmu. Itu sebabnya aku tidak melihat.’ Kata Yi Sang
membela diri. Ha Ri hanya bisa tersenyum malu.
“Tunggu...
Apa Kau malu sekarang? Coba Lihat aku...” kata Yi Sang mengoda.
“ Lihat
ke depan. Nikmati sarapanmu dengan pemandangan alam terbuka.” Kata Ha Ri
“Kurasa
seperti inilah kekasih yang melihat ke arah yang sama.” Ucap Yi Sang
“Mari
saling menatap dari depan, dari samping, dari belakang, dan dari semua arah.”
Ucap Ha Ri. Yi Sang setuju. Keduanya menikmati sarapan dengan wajah bahagia.
Di dalam
mobil, Yi Sang melihat Ha Ri yang duduk disampingnya lalu perlahan memegang
erat tanganya. Ha Ri pun tersenyum karena Yi Sang memegang erat tanganya.
Saat
sampai rumah, Ha Ri ke lantai satu memanggil ibunya. Jae Young melihat Ha Ri
yang datang dengan wajah terdiam. Ha Ri bertanya apakah ibunya tak ada di
rumah.
Jae Young
mengingat kejadian semalam, saat akan mengetuk pintu akhirnya mengurungkan
niatnya. Ia kembali ke mobil memutuskan tak mengangu Ha Ri, walaupun dari
jendea terlihat Ha Ri dan Yi Sang seperti pasangan yang tak bisa dipisahkan.
Ha Ri
ingin membahas kemarin, tapi saat itu suara Do Ah menangis. Jae Young tanpa
banyak bicara langsung masuk kamar. Ia hanya bisa terdiam didepan pintu seperti
merasa hatinya sakit. Do Ah kembali menangis, Jae Young tersadar lalu
mengendong anaknya.
Nyonya
Lee bertemu dengan Tuan Jang di lorong memberikan amplop dan memberitahu kalau
Totalnya 10.000 dolar jadi ambil saja. Tuan Jang mengeluh kalau hanya butuh
5.000 dolar dan Kenapa memberinya 10.000 dolar.
“Kau
tidak perlu membayarku. Ambil ini dan jangan hubungi Ok-hee lagi.” Kata Nyonya
Lee
“Astaga..
Kau bicara seolah-olah uangnya akan kubawa lari.” Ucap Tuan Jang
“Pak Jang
Tae-seob, aku tidak mau bicara denganmu. Kau tidak tahu malu, tapi ini
keterlaluan. Beraninya kau memintainya uang.” Keluh Nyonya Lee
“Seputus
asa itulah aku.” Kata Tuan Jang. Nyonya Lee langsung memperingati.
“Meski
kau sekarat karena tidak punya 5.000 dolar, jangan menemui Ok-hee atau kami.
Melihatmu membuatku muak.” Ungkap Nyonya Lee
“Apa yang
telah kulakukan padamu?” tanya Tuan Jang heran. Nyonya Lee membalas dengan nada
sinis
“Kenapa
berkata begitu? Kau tahu penderitaanku karenamu.” Ucap Nyonya Lee kesal
“Kau
baik-baik saja.” Kata Tuan Jang. Nyonya Lee pikir bicara dengan Tuan Jang jadi Tidak
ada gunanya.
“Apa Ha-ri
baik-baik saja?” tanya Tuan Jang. Nyonya Lee heran kenapa menanyakan dia
“Kenapa
lagi? Aku merindukan putriku.” Kata Tuan Jang. Nyonya Lee menegaskan kalau Ha-ri
tidak punya ayah.
“Kau
lebih buruk dari orang asing baginya. Meski dia sudah dewasa, kau akan
menyakitinya. Jika menurutmu dia putrimu dan kau manusia yang baik, jangan coba
menghubunginya.” Tegas Nyonya Lee.
Ha Ri
menerima telp ibunya, bertanya apakah sudah pulang dan bisakan pulang sekarang.
Ha Ri membuka pintu heran melihat ibunya datang padahal tidak pernah telepon
sebelum pulang. Nyonya Lee tak tahu kegiatan Ha Ri dengan pacarnya.
“Kupikir
itu alasan Ibu memberiku kamar di lantai atas.” Goda Ha Ri. Ibunya meminta agar
anaknya bisa Berhati-hati
“Ibu akan
berusaha keras untuk menghindari situasi terburuk.” Kata Nyonya Lee mencuci
barang di dapur.
“Ibu akan
membuatnya lagi? Aku bisa memasak sendiri.” Kata Ha Ri melihat membawa ramuan
“Kau tidak
punya waktu untuk memasak. Biarkan ibu memasak dan makanlah. Di mana tekonya?”
kata Nyonya Lee. Ha Ri memberikan teko pada ibunya.
“Kau
tidak bisa menunggu lama karena sakit. Kau harus segera menikah. Apakah harus
Yi-sang? Tidak ada orang lain yang kau sukai?” kata Nyonya Lee
“Tidak
ada ruang di hatiku untuk orang lain.” Ucap Ha Ri dengan senyuman
“Kau
tidak keberatan memberi meski itu menyakitimu. Kau memberikan seluruh hatimu
kepada orang yang kau sukai. Ibu harap kau lebih dingin, lebih licik, dan lebih
egois.” Ucap Nyonya Lee
“Apa Ibu
tidak menyukai Yi-sang?” tanya Ha Ri. Nyonya Lee mengaku tidak menyukai Ha Ri
karena sangat lembut.
“Ibu
ingin kau sangat dicintai oleh suamimu. Tidak
seperti ibu.” Ucap Nyonya Lee. Ha Ri hanya bisa terdiam.
[Episode 13, Alasan Hidup Memberi Kita Rasa
Sakit]
Yi Sang
berjalan dan melihat dietalase, baju pengantin Wajahnya terlihat bahagia karena
berpikir akan menikah dengan Ha Ri. Sementara Ha Ri berjalan di kantor.
Hyo Joo
baru turun dari mobi melihat Ha Ri lalu menghampirinya dan berkomentar kalau
datang lebih awal. Ha Ri mengejek kalau Hyo Joo yang datang lebih awal. Hyo Joo
mengaku selalu datang pukul sebegini.
“Kenapa
datang pagi-pagi?” tanya Ha Ri. Hyo Joo mengaku Matanya terbuka karena tidak
sabar untuk bekerja.
Saat
masuk lobby, Mereka bertemu dengan Eu Ddeum. Eu Ddeum lebih dulu menyapa Ha Ri.
Wajah Hyo Joo penuh semangat bertemu dengan Eu Ddeum. Eu Ddeum memberikan
sesuatu pada Ha Ri mengaku selalu ingin memberikannya tapi baru sekarang bisa memberikannya.
“Ini jus
delima... Apa Kau mengkhawatirkan kesehatanku? Terima kasih. Ayo.” Ucap Ha Ri
“Tunggu
sebentar... Aku harus bicara dengan Eu-ddeum. Aku akan segera ke sana.” Kata
Hyo Joo dengan wajah cemberut. Ha Ri pun pergi lebih dulu.
Hyo Joo
ingin tahu alasan Eu Ddeum menyukai Nona
Jang dan apakah menyukai wanita yang lebih tua. Ia pikir kalau dirinya itu
lebih cantik. Eu Ddeum blak-blakan mengaku kalau Nona Jang lebih cantik. Hyo
Joo mengeluh kesal kalau Eu Ddeum itu masih membuang-buang waktu.
“Bersikaplah
realistis dan akhiri saja. Maka, kau bisa melanjutkan hidup.” Kata Hyo Joo
“Aku
senang sudah menyerah.Tapi Aku belum pernah merasa seperti itu. Andai tidak
menyerah, bisa buruk.” Ungkap Eu Ddeum tersenyum.
“Bagaimana
bisa cinta sepihak berakhir dengan baik?” keluh Hyo Joo heran
“Menyenangkan
memiliki perasaan padanya dan hanya karena dia tidak menerimanya, bukan berarti
aku tidak serius. Akhirnya tidak akan buruk.” Kata Eu Ddeum lalu pamit pergi.
“Pria
ini...Aku ingin dia menjadi milikku.” Gumam Hyo Joo dengan wajah bahagia.
Hyo Joo
akhirnya masuk ruangan dengan senyuman bahagia langsung duduk bertopang dagu
dan melihat sandal yang ada dilaci. Ia mengingat saat membuangkan ke tong
sampah, tapi mengambilnya kembali. Hyo Joo akhirnya memakai kembali dengan
senyuman bahagia.
Tuan Nam
sibuk mengambil foto pasangan,lalu meminta agar berganti pakaian. Yi Sang
meihat di layar hasil foto Tuan Nam, Tuan Nam yakin Yi Sang itu terkejut bahkan
pandai mengambil foto pernikahan. Ia dengan bangga kalau Keahliannya sebagai
fotografer sangat bervariasi.
“Apa Sebaiknya
aku melakukannya juga?” kata Yi sang. Tuan Nam kaget kalau Yi Sang akan menikah
“Aku mau,
dan harus melakukanya” kata Yi Sang. Tuan Nam mengartikan kalau Yi Sang sudah
siap akan diomeli istri.
“Kedengarannya
manis.” Komentar Yi Sang dengan senyuman. Tuan Nam bingung dengan komentar Yi
Sang.
“Artinya
kau akan kesulitan mencari uang untuk biaya sekolah anakmu sepertiku.” Kata
Tuan Nam
“Aku ingin
bertanggung jawab sepertimu.” Kata Yi Sang. Tuan Nam hanya bisa berkomentar “Terima
kasih.” Dengan nada menyindir.
“Kau tidak
akan pernah mencoba semua hal baru yang belum pernah kau lakukan.” Kata Tuan
Nam
“Aku bisa
melakukannya dengan dia. Apa Menurutmu Ha-ri tidak akan tertarik?”ucap Yi Sang
“Menikahlah.
Itu tidak akan seperti yang kau pikirkan.” Ucap Tuan Nam agar Yi Sang bisa
merasakanya.
“Aku
memang mengeluh bahwa pernikahan itu sulit, tapi tidak sesulit itu. Pernikahan
bisa sulit. Cintaku kepada Ha-ri tidak tahu malu dan egois. Aku harus
membahagiakannya, apa pun yang terjadi.” Ucap Yi Sang yakin
Ia
membayangkan Ha Ri yang mengunakan gaun pengantin lalu mereka foto bersama di
studio.
Nyonya
Lee baru saja selesai belajar gitar dan kaget melihat Jae Young yang datang dan
bertanya kenapa datang. Jae Young pikir ini hari yang indah dan mengajaknya berkencan.
Keduanya akhirnya datang ke sebuah restoran steak.
“Aku
selalu datang ke tempat seperti ini. Tiap kali datang ke sini, menurutku mahal
tanpa alasan. Kenapa kau membuang-buang uang di tempat seperti ini?” ucap
Nyonya Lee
“Perbincangan
kita beralih ke omelanmu dengan lancar. "Aku menerimamu, menumpangimu,
memberimu makan, mencuci pakaianmu, dan menjaga anakmu. Tapi hanya ini yang
bisa kau belikan?" Seharusnya kau katakan itu.” Kata Jae Young
“Kenapa
aku harus mengeluh saat kau membelikanku makanan mahal? Apa Kau bisa pergi
selama ini untuk makan siang? Apa Kau tidak ada pasien di klinik?” tanya Nyonya
Lee
“Entah
ini bagus atau tidak. Aku terus mendapatkan pasien. Aku berniat mentraktirmu
banyak makanan lezat dengan semua penghasilanku. Aku akan sering berkunjung.
Lalu, mari berkencan lagi.” Ucap Jae Young
“Apa Kau
akan pindah?” tanya Nyonya Lee. Jae Young mengaku harus pindah karena tidak
bisa bertemu Ha-ri sekarang dan Tidak banyak yang bisa dilakukan.
“Jae-young...
Aku sangat menyukaimu untuk Ha-ri. Aku akhirnya menyakitimu karena
keserakahanku.” Akui Nyonya Lee
“Tidak, Bi
Ok-ran. Aku hanya serakah karena menginginkan Ha-ri. Kau tahu? Kau dan ibuku
seharusnya berjanji untuk menikahkan kami saat kami masih di kandungan. Orang
lain selalu melakukannya Kenapa tidak melakukannya?.” Kata Jae Young
“Seharusnya
aku melakukan itu.Itu cukup umum saat itu. Seharusnya aku menikahkannya saat
dia berusia 20 tahun.” Kata Nyonya Lee
“Kami akan
saling membenci, berselisih, dan bertengkar, tapi tetap akan akrab.” Ucap Jae
Young
“Kalian
akhirnya saling jatuh cinta. Tapi karena itu perjodohan, kalian akan saling
salah paham dan putus.” Ucap Nyonya Lee
“Lalu,
kami akan mengetahui perasaan satu sama lain dan kami akan menikah dengan
saling mencintai. Cerita yang basi dan membosankan. Setelah aku
membicarakannya, kedengarannya tidak menyenangkan.”ungkap Jae Young
“Benar.
Ini tidak menyenangkan.” Kata Nyonya Lee sambil tertawa. Jae Young pun meminta
Nyonya Lee agar Makan yang banyak.
Ha Ri
melihat Yi Sang yang sedang minum obat
dari kejauhan. Tuan Nam yang melihatnya berbisik kalau Yi Sang minum vitamin
tapi kenapa menatapnya dengan tatapan
sedih. Ha Ri yakin Tuan Nam itu tahu Yi Sang
meminumnya untuk pengobatannya.
“Dia
melakukannya karena ingin. Jangan sedih.” Bisik Tuan Nam. Ha Ri tak percaya
kalau Tuan Nam mendukungnya lalu mengucapkan Terima kasih.
“Tidak,
aku selalu mendukung kalian.” Kata Tuan Nam. Ha Ri tersenyum bahagia.
Ha Ri pun
menghampiri Tae-rin, model anak untuk berganti pakaian. Tae Rin tiba-tiba
memanggi Ha Ri “Ibu” Ha Ri terdiam karena baru pertama kali dipanggil ibu.
Diam-diam Yi Sang menatap dari kejauhan seperti tahu impian Ha Ri memiliki
anak.
“Apa Kau
pikir aku ibumu? Di mana ibumu? Mari kita cari dia bersama.”ucap Ha Ri dan
melihat seorang wanita datang. Tae Rin pun berlari memanggil ibunya. Yi Sang
terus menatapnya seperti ingin segera memberika anak untuk Ha Ri.
Ha Ri
membawa barang lalu teringat dengan Kartu identitas dan meminta agar anak
buahnya Putar balik. Yeon Ho mengelu
karena Ha Ri meninggalkannya di studio dan mereka terpaksa memutar arah karena
tangga yang sempit.
“Bukankah
seharusnya kau membeli cincin dahulu?” ucap Tuan Nam berbicara dilantai atas.
“Aku
tidak tahu ukurannya. Bagaimana cara mengukur diam-diam?” tanya Yi Sang bingung
“Hei... Itu
misi tersulit dalam menikah. Saat kau melihat jarinya, dia akan segera tahu.
Lalu Di mana kau akan melamar dia?” kata Tuan Nam
“Bagaimana
dengan katedral? Rasanya sakral dan bisa diandalkan. Ha-ri juga mengingatkanku akan
Bunda Teresa.” Akui Yi Sang
“Itu ide
baru bagiku. Hei, kenapa kau tidak melamarnya di katedral dan menikah di sana?”
kata Tuan Nam. Yi Sang pikir Ide bagus.
“Salah...
Ide buruk. Jika Ha-ri beragama Buddha, itu tidak baik untuk Ha-ri.” Ucap Tuan
Nam. Saat itu Ha Ri dkk mendengar semua pembicaran, Ha Ri hanya bisa melonggo
“Kalau
dipikir-pikir, aku bahkan tidak tahu agamanya. Lalu, di mana aku harus melamar
dia?” ucap Yi Sang bingung
“Ini
rumit. Ini seperti persamaan lanjutan.” Kata Tuan Nam juga ikut mengeluh.
Mereka akhirnya keluar dari studio, Yeon Ho langsung menjerit bahagia karena Ha Ri akan dilamar dan mengaku hanya Mendengar kata "melamar" saja membuatnya bersemangat. Hyo Joo pikir ini bocoran untuk Nona Jang
“Karena
mendengarnya, kau harus mempersiapkan diri! "Menikahlah denganku."
Astaga.”jerit Yeon Ho
Ketiga
langsung mengejek Ha Ri kalau Yi Sang akan mengatakan "Maukah kau menikah
denganku?" Yeon Ho pun mengajak mereka pergi sambil memikirkan Gaun Ha Ri
nanti, tapi Ha Ri terlihat hanya melonggo bingung lalu duduk dibangku taman dan
berpikir yang akan dilakukan.
Ha Ri
keluar dari kantor melihat Yi Sang sudah menunggu didepan mobil. Yi Sang
melambaikan tangan dengan wajah bahagia. Ha Ri bergumam dengan wajah panik
berpikir Tidak mungkin hari ini.
“Bagaimana
jika aku membuka bagasi mobil, lalu melihat balon muncul dan ratusan mawar?
Tidak mungkin, bukan? Tidak mungkin dia melamar di depan kolegaku.” Ucap Ha Ri
panik melihat sekeliling takut banyak orang yang melihatnya.
“Tunggu.”
Ucap Yi Sang. Ha Ri melihat Yi Sang ke arah belakang mobil dan wajahnya
langsung panik sambil bertanya dalam hati Kenapa dia membuka bagasi.
“Jangan
lakukan itu! Kita tepat di depan kantor.” Ucap Ha Ri. Yi Sang mengaku akan
segera selesai. Ha Ri makin panik.
“Aku
membersihkan jendela.” Ucap Yi Sang mengeluarkan lap kaca. Ha Ri menahan malu.
“Begini, kau
mencemari udara di sekitar kantor.” Kata Ha Ri berdalih. Yi Sang berkomentar
kalau Ha Ri jelas mencintai perusahaan ini lalu menyuruhnya agar masuk.
Ha Ri
duduk di mobil lalu melihat ke arah belakang dan memastikan kalau Yi Sang tidak
akan melamar sekarang di mobil. Yi Sang bingung melihat Ha Ri menatap ke arah
belakang, lalu memastikan apa yang dilihat pacarnya itu. Ha Ri mulai memikirkan
Bagaimana menjawabnya.
“Hore!..
Ahhh.. Aku seperti pesepak bola yang baru mencetak angka... Kalau aku bilang
“Terima kasih?” Ah.. Itu juga terdengar tidak benar.</i> Lantas, ayo?”
gumam Ha Ri bingung.
“Bisa bantu
aku membukanya?”kata Yi Sang menujuk laci dibagian depan . Ha Ri panik dan
langsung menolaknya. Yi Sang kaget mendengarnya.
“Buka
saja ini untukku.” Kata Yi Sang. Ha Ri menolak mengaku belum siap. Yi Sang
makin bingung.
“Bisa
turunkan aku di sana?” ucap Ha Ri. Yi Sang kaget dan bertanya apakah Ha Ri
tidak mau makan malam dengannya.
“Aku
memesan tempat di restoran yang sangat bagus.” Kata Yi Sang. Ha Ri menebak Ini
restoran dengan piano besar
“Dan
kebetulan tidak ada yang makan di sana malam ini, bukan?” ucap Ha Ri. Yi Sang
kaget Ha Ri bisa mengetahuinya.
“Aku
memesan tempat di restoran dengan satu meja. Tapi kurasa tidak ada piano besar
di sana. Kurasa ada piano tua berwarna cokelat.” Kata Yi Sang
“Turunkan
aku di sana... Aku akan menemui seseorang. Kita makan malam lain kali saja.”
Ucap Ha Ri. Yi Sang akhirnya menepikan mobilnya.
“Maaf
karena aku pergi seperti ini. Aku sungguh akan memikirkan ini dengan sepenuh
hatiku. Lakukanlah hal yang sama dan tanyai dirimu apa ini yang terbaik bagi
kita.” Kata Ha Ri lalu berjalan pergi.
“Dia tidak
suka bunga atau restorannya? Apa salahku
kali ini?” gumam Yi Sang bingung membuka laci ternyata berisi buket bunga.
Eun Young
berkomentar Ha Ri menjadi ragu. Ha Ri tak mengerti ingin tahu alasanya. Eun
Young menjelaskanSaat rasa takut memengaruhi Ha Ri sebelum menikah. Ia yakin Ha Ri tahu hidupnya benar-benar berubah saat
menikah
“Hatimu
menyuruhmu kabur dari itu.” Ucap Eun Young. Ha Ri bingung Kenapa harus kabur
“Aku
tidak terlalu berharap, tapi menginginkannya selama 39 tahun.” Ucap Ha Ri
“Saat
menginginkan sesuatu, kau ingin yang paling ideal. Itu berbeda dari kenyataan. Kau
menginginkan utopia yang memesona, menyeberangi lautan dan gurun, hanya untuk
mengetahui bahwa kau telah mencapai tanah kosong. Kau takut itu akan terjadi.”
Jelas Eun Young
“Aku
selalu menginginkan keluarga normal, tidak ada yang istimewa. Hanya membesarkan
anak-anakku dengan suamiku, menikmati keluargaku yang bahagia, seperti orang
lain.” Kata Ha Ri
“Hidup
seperti orang lain adalah hal tersulit untuk dilakukan. Mungkin kau sangat
membayangkan tentang keluarga normal karena tidak mendapatkannya.” Ucap Eun
Young
“Apa,
ayahku? Kau benar juga. Tapi aku tidak punya kenangan buruk tentang ayahku. Dia
sangat menyayangiku. Dia mengajariku naik sepeda dan mengajakku ke danau saat
musim panas untuk mengajariku berenang.” Cerita Ha Ri mengingat kenangan dengan
ayahnya.
“Dia
membelikanku camilan tanpa sepengetahuan ibuku. Tapi dia pergi. Aku tahu
Yi-sang kuat. Dia bukan tipe orang yang akan pergi, tapi kenapa aku masih tidak
antusias dengan lamarannya dan malah melarikan diri?” ungkap Ha Ri bingung
“Mungkin
kau hanya takut dia akan melakukan lamaran yang aneh.” Ucap Eun Young. Ha Ri
pun berpikir seperti itu juga.
“Tapi
saat kau mulai gugup, pikirkan saja. Itu kesempatan terakhir untuk objektif di
tengah masa paling bahagia dalam hidupmu.” Ucap Eun Young. Ha Ri mengucapkan Terima
kasih.
“Kau
wanita yang kuat.” Puji Eun Young. Ha Ri hanya bisa tersenyum mendengarnya.
Selembar
kertas ditempel di tiang listrik, “Pemadaman Listrik Pukul 1-3, 24 Juni 2020”
Ha Ri melihat Jae Young keluar rumah
langsung memanggilnya, tapi Jae Young tak menyahut hanya mendorong Do Ah pergi.
Ha Ri pikir Jae Young marah karena tidak
membantu pencarian rumahnya.
“Mau
kutemani akhir pekan ini?” ucap Ha Ri. Jae Young tetap diam seperti memendam
emosinya
“Jae-young,
temanku, berhentilah marah kepadaku. Aku sangat mengkhawatirkan sesuatu dan
dengarkan aku sambil kita makan gopchang. Aku juga akan mendengarkan ceritamu.”
Ucap Ha Ri. Jae Young tetap diam saja.
“Teman!”
teriak Ha Ri. Jae Young mengeluh kalau mengerti jadi meminta agar bisa
menghentikanya.
“Kurasa aku
tidak bisa menjadi temanmu sekarang.” Tegas Jae Young lalu melangkah pergi. Ha
Ri pun akhirnya melangkah pergi ke arah sebaliknya.
“Jika kau
benar-benar peduli padaku, kau seharusnya memberitahuku saat dia meminta
bantuan. Aku tidak akan menyuruhmu menutup toko, jadi, jangan terima dia lagi.”
Keluh Nyonya Lee pada temanya
“Kenapa
dia meminta nomor Ha-ri? Jangan berikan padanya! Apa Dia harus menemui Ha-ri?”
kata Nyonya Lee panik.
[Dachae
Media]
Ha Ri dan
Yi Sang berjaan bersama, Yi Sang membahas Ha Ri akan segera mewawancarai
pasangan mandul, Ha Ri membenarkan menurutnya
Ji-hye kemungkinan besar akan keguguran dan itu sulit bagi mereka. Yi
Sang bertanya Apa itu buruk
“Ini
bukan hal yang buruk. Tidak mungkin buruk.” Kata Ha Ri
“Kau
tidak keberatan mewawancarai pasangan mandul?” tanya Yi Sang heran.
“Kenapa?
Apa Kau pikir aku akan takut dan lebih khawatir?” ucap Ha Ri
“Aku
takut kau akan kesulitan, tapi tidak menunjukkannya.Itulah yang kukhawatirkan.”
Ucap Yi Sang. Ha Ri hanya bisa tersenyum.
Keduanya
keluar dari kedai kopi, Yi Sang meminta Ha Ri agar menjanjikan sesuatu yaitu
Berjanjilah akan memberitahu saat kesulitan atau saat merasa tidak sehat. Ia
meminta agar Ha ri mengatakan agar bisa memeluknya.
“Kenapa kau
terus bilang akan memelukku? Apa Kau selalu ingin memelukku erat setiap kali
bertemu denganku?” ucap Ha Ri
“Kau
pernah mempertimbangkan menjual rumahmu dan pindah ke sakuku?”goda Yi Sang
“Bagaimana
rayuanmu bisa membaik setiap hari?” ejek Ha Ri. Yi Sang meminta agar Ha Ri bisa
memikirkan saja.
“Apa Kau
tidak mau bersamaku setiap hari?” tanya Yi Sang lalu meminta menunggu dan
langsung berlutut.
“Apa Kau
akan lakukan di sini? Ada orang yang lewat.” Ucap Ha Ri panik berpikir Yi Sang
akan melamarnya.
“Tunggu
sebentar.” Kata Yi Sang. Ha Ri meminta agar Yi Sang Jangan lakukan ini di sini
lalu bergegas pergi
“Ke mana
lagi aku harus pergi untuk mengikat sepatuku?” ucap Yi Sang bingung.
“Ha-ri!
Aku tidak akan melakukannya di tempat ramai!” teriak Yi Sang
“Kenapa
kau melakukannya di tengah jalan?” ucap Ha Ri panik. Yi Sang bingung Di mana
lagi harus melakukannya
“Entahlah.
Aku tidak bisa melakukan ini.’ Ucap Ha Ri. Yi Sang bingung Apa mengikat sepatu
di jalan adalah hal memaluka dan merasa Ha Ri sangat pemilih.
Ha Ri
sampai di gedung dengan nafas terengah-engah bingung dengan sikapnya yang
seperti ini. Yi Sang kembali ke studio. Tiba-tiba Yeon H dkk seperti sudah
menunggu langsung menghampirinya. Yeon Ho memberitahu kalau Ukuran cincin Ha-ri
11.
“Dia
tidak religius, jadi, jangan di katedral.” Kata Hyo Joo. So Yoon memberikan
selembar kertas pada Yi Sang agar menyimpanya. Yeon Ho pikir mereka bertiga
sudah selesai dan mengajak pergi.
Yi Sang
melonggo bingung dan langsung membaca kertas yang diberkan So Yoon “Kau boleh
minta konseling lamaran. Boleh bertanya soal acara kejutan. Tapi jangan setelah
jam kerja.” Wajah Yi Sang hanya bisa tersenyum.
Hyo Joo
pergi ke ruangan Eu Ddeum, diam-diam menatapnya dengan penuh senyuman. Ia
seperti benar-benar jatuh cinta dengan Eu Ddeum. Eu Ddeum seperti tak sadar
membahas dokumen dengan Tuan Jin.
Hyo Joo
akhirnya menemui Eu Ddeum di cafe ingin menanyakan sesuatu. Eu Ddeum pun
mempersilakan. Hyo Joo memastikan kalau Eu Ddeum itu bukan cucu Pimpinan. Eu Ddeum bingung.
“Apa kau menyembunyikan
latar belakangmu dan mempelajari bisnis ini dengan memulai dari posisi rendah?”
tanya Hyo Joo. Eun Ddeum mengaku tidak.
“Aku
sudah memberitahumu tentang pekerjaan orang tuaku.” Kata Eu Ddeum santai.
“Orang
tuamu hebat, tapi ada kemungkinan kau berbohong untuk menyembunyikan
identitasmu. Jika tidak, lupakan saja.” Ucap Hyo Joo
“Ada
apa?” tanya Eu Ddeum bingung. Hyo Joo ingin Eu Ddeum tahu bahwa Ia merelakan
impiannya dan membuat keputusan besar.
“Lupakan
saja. Mari makan malam hari ini.” Kata Hyo Joo mengalihkan pembicaraan.
“Jika ini
karena kejadian di kantor polisi, tidak perlu. Kau tidak berutang makan
padaku.” Ucap Eun Ddeum
“Aku yang
membayar makanan dan kau yang membayar hidangan penutup, setuju?” ucap Hyo Joo
tiba-tiba melakukan Aegyo. Eu Ddeum hanya bisa tertawa merasa tak percaya Hyo
Joo melakukan hal itu.
“Tunggu.
Aku tidak menyangka ini.” Kata Eu Ddeum mengeluarkan ponselnya. Hyo Joo pikir
Eu Ddeum akan memesan tempat
Eu Ddeum
melihat di ponselnya dan pesan masuk ke ponsel Hyo Joo “Hadiah telah tiba” Hyo
Joo ingin tahu Restoran mana yang dipesan lalu bergegas membuka ponsenya “Choi
Kang Eu-ddeum mengirimimu kopi dan paket hidangan penutup”
“Aku
mengirimimu makanan penutup. Kau tidak perlu mentraktirku makan.” Ucap Eu Ddeum
dengan gaya imut. Hyo Joo hanya bisa menghela nafas melihat tingkah Eu Ddeum .
**
Bersambung
ke part 2
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar