PS
: All images credit and content copyright : JBTC
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Tuan Cha
mulai membahas kalau Bibi Sim yang akan
menerbitkan buku. Bibi Sim pun bertanya kenapa. Tuan Cha mengaku juga akan menerbitkan buku jadi Perusahaan
penerbitnya berusaha keras untuk mencari tahu tanggal penerbitan buku Bibi Sim
jadi apakah Bibi sim tahu.
“Karena
sudah di sini, aku ingin bertanya kepadamu. Kapan kau menerbitkan bukumu?”
tanya Bibi Sim.
“Saat
kamu menerbitkan bukumu. Aku sudah selesai menulis naskahnya, agar aku bisa menerbitkannya
kapan pun aku mau. Bukankah itu bagus? Aku akan menerbitkannya di tanggal yang
sama dengan bukumu terbit.” Kata Tuan Cha.
“Apakah
ini balas dendam? Langkah yang murahan. Kau tidak sehebat aku dalam menulis dan
tidak ada yang mengakuimu saat kuliah. Aku tidak pernah membayangkan kau akan
membalasku seperti ini.” Ucap Bibi Sim menyindir.
“Kau tidak
boleh melakukan ini saat kau memiliki rumah di tengah Seoul. Menyedihkan
sekali. Kamu menyedihkan saat itu, dan kau masih menyedihkan.” Kata Bibi Sim.
“Lalu
kenapa kau tidak menerbitkan bukumu lewat perusahaan kami?” kata Tuan Cha. Bibi
Sim kaget mendengarnya.
“Bukumu.
Biarkan perusahaan kita menerbitkannya. Akan kupastikan itu terjadi. Sebagai
balasannya, bagaimana jika kau menulis novel berdasarkan hidupmu sejak kuliah? Bagaimana?”
ucap Tuan Cha. Bibi Sim hanya diam saja.
Tuan Park
berkomentar Ada pepatah lama bahwa pria bijaksana menghilangkan pengar dengan
makan mi. Jang Wo bertanya apakah itu arti tanda di dinding itu. Tuan Park lalu
menyapa Hye Won yang baru pertama ditemuinya dan menuangkan soju.
“Aku
banyak mendengar tentangmu, tapi ini kali pertama kita bertemu.” Kata Tuan
Park. Hye Won pun mengaku Senang bertemu dengan Tuan Park.
“Kau
mirip ibumu.” Ucap Tuan Park. Hye Won pikir Kepribadian mereka berbeda. Tuan
park piki tak seperti itu.
“Sepertinya
mirip denganku.” Kata Tuan Park mengoda. Hye Won hanya bisa tertawa
mendengarnya.
Saat itu
tak sengaja seoran pria menabrak Hye Won dari belakang dan menumpahkan minuman.
Jang Woo pun memberikan tissue menurutnya Hye Won itu punya pesona dan
kekurangan Meski belum bertemu dengan
ibunya... saat itu pria yang disamping meja mereka mengenal Jang Woo. Jang Woo
pun berdiri menyapanya
Sementara
Hye Won dan Eun Seob terlihat sangat dekat membersihkan minuman yang tumpah.
Eun Seo berkomentar kalau Baunya seperti
alkohol. Hye Won pikir kalau Baunya seperti ia sudah minum banyak soju. Tuan
Park melihat keduanya hanya diam saja karena terlihat sangat intim.
“Aku
belum bertemu dengan ibu Hae Won...” ucap Jang Woo tapi si paman ingin tahu
kabar ayah Jang Woo. Jang Woo baik-baik saja dan mencoba untuk segera
menyudahinya.
“Aku
harus bagaimana? Aku akan bau alkohol.” Kata Hye Won tersenyum didepan Eun
Seob. Begitu juga Eun Seob. Jang Woo terdiam melihat keduanya seperti pasangan.
“Teman-teman,
kurasa aku tidak keliru tadi, kan? Maksudku, kalian berdua... Apa yang terjadi
di sini?” kata Jang Woo
“Astaga,
haruskah kau bertanya? Bahkan pria tua ini bisa tahu bahwa mereka mungkin akan
segera menikah.” Kata Tuan Park. Jang Woo mengeluh mendengarnya.
“Hei,
Kawan. Apa yang terjadi? Aku tidak percaya kepadamu. Kau memang hebat.” Kata Jang
Woo. Tuan Park pun mengajak mereka minum saja. Dan Jangan hiraukan mereka.
“Hei,
jadi, ini akhir ceritanya?” ucap Jang Woo. Hye Won bingung Cerita apa
“Menurutmu
apa? Cerita tentang dia yang jatuh cinta kepadamu.” Ucap Jan Woo. Eun Seob
panik mendengarnya dan terlihat marah
“Kenapa?
Kamu mau mendengarnya?”ucap Jang Woo. Hye Won mengaku juga penasaran.
“Tidak
perlu. Dia hanya bicara omong kosong.” Kata Eun Seob. Hye Won meminta agar
memberitahu karena ingin dengar. Eun Seob mengeluh mendengarnya.
“Hye
Won... Kurasa ceritanya dimulai dengan kereta Mugunghwa.” Kata Jang Woo. Eun
Seob berteriak kesal meminta agar tak melakukanya.
Flash Back
Di sebuah
stasiun kereta api, Hye Won yang masih remaja berdiri menuggu kereta, terlihat
dipapan "Ke Jecheon,
Cheongnyangni" saat Itu Eun Seob datang dan mulai jatuh cinta dengan Hye
Won saat masih remaja.
“Kereta
Mugunghwa dan pohon mapel.” Akui Eun Seob. Hye Won mengaku Tapi sejujurnya, tidak
ingat kapan tepatnya.
“Dahulu,
aku sering pergi ke stasiun kereta.” Ucap Hye Won. Eun Seob pkir kalau itu saat
Hye Won kabur dari rumah. Hye Won kaget mendengarnya.
“Hei,
cepat. Pak Park menunggu.” Teriak Jang Woo. Eun Seob akhirnya mengandeng tangan
Hye Won untuk berlari bersama.
“Kalau
begitu, itu kali pertama kamu jatuh cinta kepadaku?” tanya Hye Won. Eun Seob
mengaku Tidak.
“Lalu
kapan?” tanya Hye Won. Eun Seo mengaku menyukainya beberapa kali sebelum itu
dan Itu hanya salah satu momen.
Flash Back
Eun Seob
menuruni bukti dengan sangat cepat melalui jalur yang cukup curam, dan sampai
dibawah lebih dulu. Hye Won yang sedang berjalan dihutan mengeluh Eun Seob
membuatnya takut.
Beberapa hari
kemudian, Eun Seob bertemu dengan Hye Won membawa sesuatu ditanganya bertanya
apakah menginginkanya jadi meminta agar mengulurkan tanganya. Hye Won pun
mengulurkan tangan dan melihat kumbang besar dtanganya.
“Hei... Aku
tidak mau ini... Aku tidak mau ini. Cepat, ambil kembali.” ucap Hye Won marah
lalu berjalan pergi. Eun Seob bingun karena Hye Won hanya berjalan pergi.
Eun Seob
dan Hye Won pun menunggu di "Halte Bus". Eun Seob pikir kalau Dingin sekali lalu menaruh tangan Hye Won
disaku jaketnya. Hye Won menatapnya, Eun Seob bingung bertanya ada apa. Hye Won mengaku Tidak apa-apa. Eun Seob heran
apa maksud ucapan Hye Won.
“Aku
hanya berpikir... Bagaimana jika kau tiba-tiba menghilang?” gumam Hye Won.
“Hei...
Di sana kamu rupanya, Eun Seop. Ada keributan besar yang terjadi di pasar.” Teriak
Seorang paman melihat Eun Seob. Eun Seob bingung bertanya Apa yang terjadi?
Didalam
sebuah kedai dua pria saling berteriak. Beberapa orang keluar mengeluh pada dua
orang yang sedang adu mulut. Si pria merasa tak ada yang salah dan berpikir
kalau akan membiarkan orang itu mati saja, suaranya sangat tinggi.
“Apa
salahnya mengirim orang yang bisa menyelamatkannya?” teriak si pria. Tuan Im
menegaskan kalau Putranya juga bisa mati dan juga bisa terluka.
“Aku
menyuruhnya ke sana karena aku tahu dia tidak akan terluka. Dan Jujur saja. Dia
sering melakukannya. Kenapa dahulu kau tidak mengatakan apa pun? Apa masalahnya
sekarang?” ucap Si Pria
“Baiklah.
Saat menolong orang, aku mengerti. Tapi
kali terakhir, kau memanggil putraku dan menyuruhnya pergi ke gunung saat malam
karena kehilangan anjingmu. Itu salah!” teriak Tuan Im
“Apa
salahnya memintanya membantuku mencari anjingku? Dan dia menemukan anjingku! Dia
kembali dengan selamat, jadi, semua baik-baik saja!” teriak Si pria
“Baik, tapi
bagaimana jika dia terluka? Jika Eun Seop terluka siapa yang akan
menyelamatkannya?”ucap Tuan Im. Bibi pemilik meminta agar mereka jangan bertengkar.
“Kau
tidak peduli karena dia bukan putramu. Memangnya putraku pelayan kota? Putraku
juga...” teriak Tuan Im. Saat itu Hye Won dan Eun Seob baru saja datang.
“Kau
bilang "Putraku"? Astaga, orang akan berpikir bahwa dia benar-benar
putramu.” Ucap Si pria menyindir. Dua temanya meminta agar tak mengataka
seperti itu. Si bibi meminta agar Eun Seob agar bisa merelai keduanya.
“Orang
akan mengira dia putramu... Astaga, aku bahkan sudah melupakannya. Kenyataan
bahwa dia bukan anakmu. Astaga, di mana kamu menemukan anak jalanan itu?” ucap
Si pria.
Hye Won
kaget dan Eun Seob hanya diam saja. Tuan Im pun tak bisa menahan emosi langsung
memukul si pria. Eun Seob akhirnya turun tangan mencoba menahan ayahnya agar
tak terjadi perkelahian.
Eun Seob
akhirnya menarik ayahnya masuk ke dalam taksi. Si pria mengeluh karena mereka sudah
saling mengenal selama 30 tahun tapi Tuan Im yang memperlakukannya seperti ini.
Hye Won hanya bisa menatapnya. Eun Seob meminta maaf. Hye Won bisa mengerti.
Jang Woo mendekati
Hye Won melihat semua Kacau sekali dan merasa ini terjadi sekali tiap beberapa
bulan. Ia punbertanya Bagaimana keadaan ayah Eun Seop, apakah Dia baik-baik
saja. Hye Won bingung bertanya apakah Jang Woo bisa mengetahuinya.
Eun Seob
duduk diteras rumah. Ibu Eun Seo keluar dari kamar lalu dudk di disamping
anaknya meminta agar Jangan katakan apa pun kepada ayahnya karena Saat Tuan Im
bilang akan pergi menemui teman-teman itu, ia menyuruhnya untuk melarang mereka
menyuruh Eun Seob mendaki gunung lagi.
“Aku
tidak akan mengatakan apa pun... Terima kasih.” Ucap Ibu Eun Seob lalu berjalan
masuk ke dalam kamar. Eun Seob pun hanya bisa diam saja.
Jang Woo
menceritakan berpikir itu Saat kelas dua atau tiga sekolah dasar. Ia ingat kalau Tiba-tiba saja, seorang anak
agresif muncul di sekolah dan itu adalah Eun Seob
Flash Back
Eun Seob
berjalan dikelas seperti sangat pemberani lalu tak sengaja menabrak Jang Woo
akan keluar kamar membawa bola. Eun Seob hanya menatapnya dan langsung berjalan
pergi. temanya melihat Jang Woo terjatuh pun heran.
“Sedang
apa kamu? Ayo bermain sepak bola.” Ucap temanya membantu Jang Woo bangun.
“Oh
yah... Ternyata anak itu dibawa ke kota oleh serigala. Orang-orang bilang dia
tinggal di gunung dan dibesarkan oleh hewan.” Bisik temanya. Eun Seob
mendengarnya.
Beberapa saat
kemudian, Jang Woo melihat ada keributan diluar kelas. Beberapa temanya mendukung mereka berkelahi.
Eun Seob duduk diatas tubuh temanya dengan terus memukulinya
“Ibuku
bilang ayahmu seorang gelandangan. Dia bilang kau ditelantarkan oleh hewan. Kau
anak jalanan!” ucap si anak. Eun Seob mengatakan kalau itu tak benar.
“Ayah
kandung Eun Seop gelandangan yang hidup di gunung.” Cerita Jang Woo. Hye Won
baru tahu kalau ayah Eun Seob Gelandangan yang hidup di gunung
“Jadi,
itu sebabnya...” ucap Hye Won mengingat Eun Seob yang sangat tahu jalur
dihutan. Jang Woo membenarkan kalau itu alasannya.
“Apa yang
terjadi kepada ayah kandung Eun Seop?” tanya Hye Won. Jang Woo pikir ayah Eun
Seob sudah meninggal.
“Tapi Aku
tidak tahu persis. Seperti yang kau tahu, Eun Seop tidak pernah membicarakan
hal itu.” Kata Jang Woo
Flash Back
Hye Won
mengingat saat ke hutan mengaku belum pernah melihat batu nisan dan bertanya
pakah tahu ini makam siapa. Eun Seob melihat nama di papan "Kim
Gil..."
“Kisah tentang
bulu mata perak serigala. Makam ini milik orang yang menceritakan kisah itu.” Ucap
Eun Seob.
Hwi
pulang ke rumah berteriak memanggil ayahnya,
kalau mau sepeda baru yang bisa melaju hingga 80 km per jam jadi harus
cepat. Tapi kalau ta bisa meminta agar ganti sadelnya karena Bokongnya sangat
sakit belakangan ini. Eun Seob hanya
menatap Hwi yang terlalu penuh semangat.
Hwi heran
Eun Seob yang menatapnya lalu teringat sesuatu dan mengembalikan dompet
kakaknya. Eun Seob kaget kalau Hwi yang
membawanya. Hwi mengaku mengambil dompet orang lain selama 18 tahun
terakhir, tapi belum pernah melihat orang seperti Eun Seob.
“Kau
bahkan tidak mencari dompetmu.” Ucap Hwi. Eun Seob pikir Lain kali, beri tahu
lebih dahulu.
Hwi pun
mengeluh dengan tingkah adiknya lalu memberikan sebuah foto. Eun Seob melihat
foto saat masih kecil dengan pria disampingnya. Hwi bertanya apakah itu ayah
Eun Seob. Eun Seob hanya diam saja.
“Maksudku,
dia agak mirip denganmu... Eun Seop... Kenapa kau tidak membuang foto itu?”
ucap Hwi. Eun Seob terlihat bingung.
“Kau
membawa foto orang yang tidak kukenal. Aku jadi cemburu.” Ucap Hwi. Eun Seob
kaget kalau Hwi yang cemburu lalu tersenyum
“Aku
serius... Ada apa denganmu? Kau sudah gila? Astaga. Ayah, ada yang salah dengan
Eun Seop! Dia tertawa sendiri belakangan ini. Ada apa dengannya? Si bodoh jelek
itu.” Teriak Hwi masuk ke dalam rumah. Eun Seob hanya bisa terus tersenyum.
“Apa aku pernah memberitahumu? Bahwa
aku dahulu sangat bahagia.”
Eun Seob
berjalan menaiki bukit lalu memanggil ayahnya untuk cepat. Sang ayah mengeluh
anaknya terlalu cepat jadi tidak bisa mengimbanginya lagi. Keduanya terlihat
bahagia melihat pemandangan dari atas. Eun Seob sedang melihat anak ayam dalam
kamarnya.
“Hei, ada
babi hutan muncul.”teriak Ayah Eun Seob masuk kamar. Eun Seob ingin tahu
dimana.
“Aku Hanya
bercanda.”kata Aya Eun Seob. Eun Seob mengeluh pada sang ayah.
“Hari
ini, ayah akan mengajarimu cara memotong kayu. Ayo. Hari ini, kau akhirnya akan
menjadi pria sejati.” Kata Ayah Eun Seob. Eun Seob terlihat bahagia. Ayahnya menyuruh Eun Seob agar
memakai jaket karena dingin.
“Ayah... Aku
menangkap kumbang.” Teriak Eun Seob masuk kamar tapi tak melihat ayahnya dalam
ruangan dan kumbangnya pun terjatuh. Ia pun hanya sendirian dalam kamar dengan
salju yang turun dengan lebat.
“Lalu suatu hari, semua kebahagiaanku
tiba-tiba menghilang.”
Tuan Im
mengayuh sepedanya dan kaget melihat Eun Seob yang duduk sendirian dalam udara
yang dingin. Ia langsun memberikan syal ayah Eun Seob hangat. Sesampai dirumah,
Ibu Hwi pun memandikan Eun Seob layaknya anaknya sendiri.
“Setelah
mandi, kau terlihat sangat tampan. Siapa namamu? Kamu mau makan apa? Apa yang
harus kubuat untukmu? Apa Kau mau tteokbokki?” ucap Ibu Hwi. Tuan Im datang
dengan terburu-buru mengeluh sangat dingin
sekali.
“Hampir
semua toko sudah tutup”kata Tuan Im. Ibu Hwi pun keluar menyuruh agar Tutup
pintunya karena Eun Seob bisa terserang pilek.
“Semoga
baju-baju ini cocok dengannya” kata Tuan Im. Ibu Eun Seob melihatnaya mengeluh
kalau Seharusnya ikut dengan suaminya.
“Baju-baju
ini cukup untuk malam ini. Kita bisa pergi ke toko yang lebih besar besok.” Kata
Tuan Im. Eun Seob pun melihat orang tua yang akan mengasuhnya.
“Aku sudah menduga akan segera
menjadi tidak bahagia, tapi tidak, itu membuatku justru lebih cemas. Jadi, aku
akhirnya takut pada semua kebahagiaan di dunia.”
Hye Won
berdiri sendirian mengingat saat bersama dengan Eun Seob, ia ingn tahu alasan
Eun Seob yang tidak takut masuk ke hutan saat malam dan apakah bisa melihat
semua jalur atau semacamnya. Eun Seob mengaku sangat mengenal tempat itu bahkan
sangat mengetahuinya.
“Jangan
pernah naik ke sini lagi. Meskipun aku tidak pernah kembali. Kau tidak boleh
naik ke sini.”ucap Eun Seob marah seperti tak ingin Hye Won tahu tentang
keluarganya yang dulu.
“Di mana
kau menemukan anak jalanan itu?” teriak si pria yang marah pada Tuan Im. Hye
Won pun akhirnya baru tahu tentang masa lalu Eun Seob.
"Bocah yang dahulu selalu
terluka oleh orang-orang mulai melihat orang-orang melalui bulu mata perak
serigala." Untuk menemukan orang-orang jujur di dunia yang penuh dengan
orang-orang palsu.”
Hye Won
menaiki busa dan Eun Seob mengayuh sepeda pulang ke rumahnya.
“Tapi
anak itu tidak melihat orang-orang jujur di dunia ini. Anak itu kesepian. Dia tidak bisa memercayai siapa
pun."
Flash Back
Eun Seob
menatap ayahnya memberitahu kalau
Orang-orang akan selalu berusaha menipunya Jadi mereka harus membaca
wajah mereka dan mencari tahu apa yang sebenarnya mereka pikirkan. Eun Seob
bertanya Kenapa orang-orang mencoba menipu mereka.
“Di dunia
ini, tidak ada yang namanya orang jujur... “Ucap Ayahnya
“Tidak...
Kau keliru, Eun Seop.” Kata Hye Won. Saat Itu Hwi dengan senyuman bahagia
menyapa Hye Won.
“Aku Lim
Hwi... Aku tidak mirip dengannya, tapi aku adiknya.” Ucap Hwi. Eun Seob hanya
bisa tersenyum.
Hye Won
melihat ibu Eun Seob terlihat marah pada
Jang Woo yang memanggil Eun Seop kemari seperti sangat menyayangi Eun
Seob walaupun bukan anak kandungnya. Saat Eun Seob datang, mereka langsung
tersenyum bahagia.
"Toko
Buku Good Night"
Eun Seob
baru saja sampai, Hye Won tiba-tiba datang memberitahu kalau Eun Seob keliru.
Eun Seob terlihat bingung. Hye Won membahas Kisah tentang anak dengan bulu mata
perak serigala itu dan Eun Seob bilang anak itu akhirnya gagal menemukan desa
dengan orang-orang jujur.
“Tapi kau
keliru... Pada akhirnya, anak itu menemukan desa itu. Dan dia tinggal bahagia
di desa itu. Sama seperti kau sekarang.”ucap Hye Won dan langsung memeluknya.
“Kau adalah anak itu. Kau adalah
anak itu juga. Kau sedingin aku. Kalau begitu, kau tahu? Aku akan memelukmu
mulai sekarang. Bisakah kau memelukku seerat mungkin?”
Hye Wo
menatap Eun Seob dan langsung menciumnya
“Jadi, yang kita miliki tidak akan
tiba-tiba menghilang. Jadi, itu tidak akan meleleh dalam waktu singkat. Bisakah
kau mendatangiku dan memelukku agar aku bisa memelukmu juga? Agar kita bisa
tetap hangat seperti ini selamanya.
Bisakah kau memelukku, Eun Seop?”
"Unggahan Blog Pribadi Toko Buku Good Night"
"Jika dipikir-pikir, Kereta Mugunghwa
adalah tempat semuanya bermula. Saat itu
pagi di musim gugur, dan ada pohon-pohon
mapel. Dia berdiri di sana, Tempat kereta pagi tiba di perhentian, Bagaimana
mungkin aku tidak jatuh cinta?"
"Sebenarnya, sejarahku dengan Irene
sudah lama berlalu. Saat usiaku sepuluh tahun,
aku berpapasan dengannya. Aku mengira Irene anak laki-laki saat itu..
Benar.. Mungkin kami sudah bersama di lebih
banyak halaman daripada dugaan kami"
bersambung ke episode 10
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar