PS : All images credit and content copyright : TVN
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
[PUSAT MEDIS YULJE - UNIT PERAWATAN INTENSIF]
Anak Tuan
Jung terlihat gugup didepan ruangan, ibunya datang memanggil Ho-jun menyuruh agar ganti baju dahulu karena
sudah bawakan kaus dan celananya. Ho Jun pikir kalau Sebentar lagi jam besuk jadi ganti baju nanti
saja.
“Masih
ada waktu 20 dan 30 menit. Di sana ada kursi kosong. Kita duduk dahulu.” Ucap
istri Tuan Jung. Ho Jun pun menyetujuinya.
“Dia
pasti sudah gila! Astaga! Apa Dia tak pergi bulan madu?” ucap Nyonya Jung
melihat anaknya yang datang. Ho Jun pun
memanggil Eun Bin untuk mendekat. Eun Bin dan suaminya terlihat menahan
tangisnya. Ho Jun mengeluh pada kakaknya yang menangis padahal Operasinya
lancar.
Eun Bin
memberikan foto saat pernikahan pada adik dan ibunya. Sang ibu melihat
kalau Jin-hui pandai mengambil foto. Eun
Bin pikir Kameranya yang bagus. Jadi memintanya foto dengan ponselnya karena
malas mengunduh nanti.
“Apa Pamanmu
juga datang? Padahal dia bilang tak akan datang.” Keluh ibu Eun Bin.
“ Tunggu Sebentar.
Ini siapa? Bukankah dia dokter yang mengoperasi ayah kalian?” ucap Ho Jun
melihat foto Jun Wan.
“Eun-bin,
Apa dia datang di pernikahanmu?” tanya Ho Jun. Eun Bin membenarkan. Ho Jun
bertanya Kapan
“Dia
orang pertama yang menyapaku di ruang pengantin.” Kata Eun Bin. Ho Jun heran
melihat wajah Jun Won.
“Kami tak
foto bersama. Dia hanya makan dan pergi. Tapi Datang saja sudah bagus. Dia
bertanya menunya apa. Kubilang galbitang lalu dia berlari girang ke area makan.
Dia datang ke pernikahanku hanya untuk makan.” Ucap Eun Bin
“Ayolah.
Galbitang saja tak cukup. Kalau bisa, ibu ingin mentraktirnya galbi.” Kata
Nyonya Jung.
“Walaupun
Diberi pun dia tak akan terima.cMereka dilarang menerima hal semacam itu. Aku
tak menyangka dia bisa membuat orang berdebar.” Ucap Eun Bin
Saat itu
perawat memberitahu Unit Perawatan Intensif
sudah dibuka jadi bisa cepat masuk. Mereka pun mengucapkan terimakasih. Nyonya Jung lebih dulu berjalan masuk. Eun
Bin tak bisa menahan tangisnya karena akan bertemu dengan ayahnya.
“Jangan
menangis, Eun-bin... Apa Kau akan menangis di depan Ayah? Ayo.. Jangan
menangis.” Ucap Ho Jun menenangkanya. Eun Bin masih saja menangis.
“Kenapa
menangis? Operasinya lancar... Ayah bisa sedih. Jangan menangis. Ayah lebih
sedih. Kau mengerti, 'kan?” ucap Ho Jun meminta Eun Bin agar bisa tersenyum.
Eun Bin menganguk mengerti.
Jun Wan
masih sibuk di ruanganya. Song Hwa datang bertanya apakah tak pulang. Jun Wan
memberitahu kalau Besok ada jadwal rawat jalan dan operasi jadi sibuk. Song Hwa
menyuruh agar ganti saja jadwal operasinya. Jun Wan pikir Tidak semudah itu.
“Pasien
rawat jalan berapa?” tanya Song Hwa. Jun Wan menjawab Dua puluh orang.
“Banyak
rekam medis harus kulihat. Kenapa kau belum pulang?” ucap Jun Wan
“Aku
hendak mampir ke kantor karena timku sudah kerja keras operasi tadi.” Ucap Song
Hwa.
“Coba kau
tengok Ik-jun.” Ucap Jun Wan. Song Hwa ingin tahu kenapa Jun Wan Sepertinya ada
masalah, tetapi tak bilang.
“Aku tak
berani tanya karena sepertinya masalah keluarga. Kurasa dia bukan orang seperti
itu.” Ucap Jun Wan.
“Sudahlah.
Dia pasti bisa menyelesaikannya.” Kata Song Hwa lalu pamit pergi.
Ik Jun
duduk di dalam ruangan hanya bisa memegang bola baseball.
Flash Back
Ik Jun
bertemu dengan istrinya Dokter Yun seperti kaget ingin memastikan apa yang
dikatakan. Nyonya Yun minta cerai karena
menurutnya Sekarang mereka tak hidup seperti suami istri jadi mengajak untuk berteman
seperti sebelumnya.
“Kita
hidup begini atas keinginanmu, 'kan? Saat dipindah ke Jerman, aku sudah berniat
cuti kerja dan ikut kau, tetapi kau melarangku. Kau ingin aku tetap bekerja dan
Kau juga ingin U-ju dibesarkan di Korea.” Ucap Ik Jun.
“Karena
itu kita hidup seperti ini. Jadi, apa kita... Apa kita terpisah? Tidak benar
kan? Aku suka kau bekerja. Aku juga bisa merawat U-ju. Kita memang hidup
terpisah tetapi kita sudah menyepakati hal itu, 'kan? Namun, kenapa... Ada apa?
Apa alasan sesungguhnya?”kata Ik Jun
“Tidak
ada alasan sesungguhnya. Mendadak aku berpikir untuk apa mempertahankan hubungan
suami istri seperti ini. Apa Kau curiga padaku?” kata Nyonya Yun. Ik Jun mengaku
tidak
“Besok
aku akan makan siang bersama U-ju... Berdua saja. Besok hari istimewa, 'kan?
Kau bekerja saja. Besok aku akan menemani U-ju. Lalu kuharap kau mempertimbangkan
perkataanku dengan serius.”ucap Nyonya Jun. Ik Jun hanya bisa terdiam mendengarnya.
Song Hwa
memanggil Dokter Ahn agar minum kopi bersama. Dokter Ahn pun menganguk setuju,
merkea pun duduk di lorong sambil minum kopi.
Song Hwa bertaanya Hari ini berapa kali bertanya padanya. Dokter Ahn
mengaku tak tahu.
“Banyak
sekali... Maafkan aku.”kata Song Hwa. Dokter Ahn pikir tak masalah.
“Chi-hong,
kira-kira berapa operasi yang kulakukan selama sepekan?.. Astaga. Aku bertanya
lagi. Ini sungguh penyakit... Maaf.”ucap Son Hwa
“Kurasa
rata-rata kau melakukan lima operasi dalam sepekan. Kalau begitu dalam setahun bisa
mencapai kira-kira 250 operasi.” Ucap Dokter Ahn. S Song Hwa membenarkan.
“Waspadalah...
Saat menghadapi pasien atau saat operasi. Aku melakukan hal itu kepadamu dan
Seok-min agar kalian tetap waspada.” Jelas Song Hwa. Dokter Ahn menganguk
mengerti.
“Pekerjaan
ini melelahkan, tetapi kau cepat terbiasa. Masalahnya, kita tak boleh terbiasa
melakukan ini. Itu alasannya.” Jelas Song Hwa. Dokter Ahn mengerti.
“Jangan
salah paham karena aku tak membencimu. Jangan menyerah di tengah jalan.” Saran
Song Wha. Dokter Ahn menganguk mengerti.
“Percaya
dan ikutilah aku... Paham, Kapten Ahn?”ucap Song Hwa. Dokter Ahn menganguk
mengerti.
[UNIT PERAWATAN
INTENSIF PEDIATRI]
Jun Wan
akan masuk ruangan, Perawat keluar memberitahu Kalau kondisi Chan-hyeong bagus
dan sudah memeriksa tadi. Jun Wan mengerti kalau tak perlu melihatnya dan
bertanya bagaimana PaO2 dan gas darah
arteri baik. Perawat menjawab kalau semua baik.
“Ayo Cepat
pulang saja. Cepat!” ucap Perawat mendorong Jun Wan pergi. Jun Wan menganguk
mengerti dan melihat ibu Chan Hyung yang duduk sendirian.
“Kau sudah
dengar penjelasan operasi dari Dokter Do, 'kan? Kondisi Chan-hyeong baik. Jadi,
operasi besok...” ucap Jun Wan tiba-tiba Ibu Chan Hyung langsung menangis.
“Astaga...
Dokter, mohon bantu Chan-hyeong.” Ucap Ibu Hcan Hyung. Jun Wan tak pecaya kalau
ibunya sudah bertahan dengan baik selama ini.
“Dokter,
mohon selamatkan Chan-hyung. Aku harap aku saja yang sakit menggantikan
Chan-hyeong.” Ucap Jun Wan .
“Jangan
menangis... Selama ini kau sudah bertahan dengan baik.” Komenta Jun Wan.
“Aku
susah payah bertahan, Dokter. Ibu dan mertuaku selalu melihat kami sebagai anak
kecil. Orang-orang juga bilang kami belum dewasa. Karena itu aku pura-pura
kuat. Aku menahan tangis karena takut mereka bilang aku masih muda, menyuruhku
pulang, dan tak mengizinkanku menemui Chan-hyung.” Cerita ibunya.
“Makanya
aku terpaksa pura-pura kuat. Namun, kini aku tak sanggup lagi. Dokter,
Chan-hyeong bisa hidup, 'kan?” kata Ibu Chan Hyung memastikan.
“Operasi
ini sudah sering kami lakukan... Kami akan selamatkan Chan-hyeong.” Ucap Jun
Wan akhirnya berbeda dengan keyakinannya.
“Kalau
begitu, operasinya pasti berhasil, 'kan?” kata Ibu Chan Hyung. Jun Wan yakin
kalau mereka akan berusaha sebaik mungkin. Ibu Chan Hyun pun mengucapkan Terima
kasih.
“Namun,
kenapa kau mendadak pulang tadi pagi?” tanya Jun Wan. Ibu Chan Hyung
memberitahu kalau Ibu Hui-dong seorang dukun. Jun Wan mengerti.
“Dia
bilang kalau aku membalikkan tutup gentong di rumah dan menampung air, Chan-hyeong
bisa sembuh... Maafkan aku. Katanya dokter tak percaya takhayul seperti ini.”
Ucap Ibu Chan Hyung
“Tidak
apa-apa... Kalau itu bisa membuatmu lebih tenang, lakukan saja. Silakan.” Kata
Jun Wan hanya bisa melonggo
“Kalau
begitu... Ini.. Maafkan aku.” Kata Ibu Chan Hyung memberikan jimat dan menaruh
disaku Jun Wan. Jun Wan hanya bisa melonggo akhirnya terpaksa menerimanya
merasa tak masalah.
Akhirnya
Dokter Do membawa Chan Hyung masuk ruang operasi dengan wajah bahagia
memberitahu pada Paman, Bibi kalau Chan-hyeong sudah datang. Jun Wan mulai
mencuci tangan lalu bertanya apa Protein C-reaktifnya agak naik.
“Ya,
tetapi tingkat hematologi dan hasil sinar-X dada pagi ini terlihat bagus.”
Jelas Dokter Do. Jun Wan mengerti.
“Wakanda.”
Ucap Jun Wan pada dua mahasiswa. Keduanya menatap binggung.
“Apa Kalian
tak tahu Wakanda? Black Panther. Jangan bilang "Selamanya." Kalian
harus Diam seperti itu.” Ucap Jun Wan menyilangkan tangan. Keduanya pun
langsung ikut menyilangkan tanganya.
Didepan
ruangan operasi, Nenek Chan Hyung terlihat gugup. Di dapan terlihat nama [LEE
CHAN-HYEONG] Jun Wan pun meminta agar
Mulai pompa. Di dinding terlihat dari berapa waktu operasi. Ibu Chan
Hyung hanya bisa menangis. Suaminya pun hanya bisa memeluk sang istri.
Ik Jun
berbicara di tlp bertanya Warna darah yang keluar baik, Lingkar perutnya. Ia
pun meminta agar bisa cek kuantitas urine per jam, lalu menghubunginya lagi.
Saat itu perawat datang dengan wajah panik mengeluh karena Ik Jun tak
mengangkat telepon.
“Aku tadi
sedang menelepon. Ada apa?” tanya Ik Jun. Perawat mengaku datang karena mereka
bilang kau tak bisa dihubungi. Itu...
“Pak Yuk
Hui-gwan...” kata Perawat panik. Ik Jun ingin tahu Yuk Hui-gwan kenapa karena Kemarin dia sudah
pulang.
“Mereka
melihat rekam medis,dan menemukan bahwa dia pendonor organ mati otak. Lalu Dia
masuk sebagai korban kecelakaan pagi ini. Kemungkinan mati otaknya tinggi
dengan Skala Koma Glasgow lima.” Jelas Perawat.
“Walinya
sudah menyetujui donor, serta sudah selesai elektroensefalografi. Rapat
pemutusan mati otak akan segera dimulai. Padahal laporan yang kudapat saat dini
hari hanya kecelakaan. Aku diminta segera menghubungimu karena dia pasienmu.”
Ucap Perawat
“Organ itu
akan diberikan ke pasien lain di rumah sakit kita.Jadi, pasti kita juga yang
mengangkat organnya. Astaga... Perasaanku sangat tak enak.” Ucap perawat.
Jun Wan
memberitahu Katup trikuspidnya kecil
jadi Sulit untuk melihatdan menyuruh Dokter Do agar Tarik ke arah kepala
pasien. Dokter Do mengikutinya. Jun Wan berteriak kesal kalau bukan kearah
sana. Dokte Do mengerti.
“Tarik
lagi. Jika tidak, bilik jantung harus dipotong lagi.” Kata Jun Wan. Dokter Do
meminta maaf.
“Apa Kau
lihat monitor itu? Garisnya lurus, 'kan? Detak jantung nol.” Ucap Yun Bok duduk
bersama adiknya.
“Apa Berarti
pasien meninggal?” tanya Hong Do. Yun Bok menjawab bukan seperti itu
“Artinya,
detak jantung Chan-hyeong sebenarnya saat ini adalah nol. Itu karena jantung
Chan-hyeong tak berdetak saat ini. Operasi tak bisa berjalan kalau jantung
berdetak.” Jelas Yun Bok
“Oleh karena
itu, saat operasi jantung, diberi cardioplegia satu kali setiap sekitar 30
menit untuk menghentikan jantung. Lalu selama jantung berhenti, alat itu menggantikan
fungsi jantung dan paru-paru. Dengan begitu, selama operasi pun darah tetap
dapat dialirkan ke seluruh tubuh.” Jelas Yun Bok.
“Kesimpulan...
Jantung Chan-hyeong sebenarnya dihentikan, lalu jantung pengganti dinyalakan.
Kemudian selama itu jantung Chan-hyeong segera diperbaiki. Setelah diperbaiki,
selang-selang yang terhubung dengan jantung pengganti dilepas.” Ucap Yun Bok
“Kau
pasti menjelaskan padaku sambil belajar, 'kan? Kau menghafal sembari melihatku.”
kata Hong Do. Yun Bok membenarkan dan adiknya pasti paham. Hong Do mengaku
sangat paham.
[RUANG
PENGOBATAN]
Ik Jun
memanggil Gwang Hyun yang ada didepan ruang IGD,bertanya Pasien kecelakaan yang
mati otak, Yuk Hui-gwan, di mana. Gwang Hyun menjawab Mereka baru menyelesaikan tes di Unit
Perawatan Intensif jadi Rapat pemutusan mati otak pasti segera dimulai.
“Aku
dengar kondisi organnya baik, meski dia mengalami kecelakaan. Kurasa mereka
sedang mengatur jadwal dengan tim rumah sakit lain. Kenapa? Kau kenal dia?”jelas
Gwang Hyun
“Dia
pasienku. Padahal kemarin dia pulang baik-baik saja.”kata Ik Jun. Gwang Hyun
tak bisa dipercaya.
“Itu
pasti sebuah keputusan sulit. Antarlah kepergiannya.” Jelas Gwang Hyun. Ik Jun
menganguk mengerti.
“Apa Kau
tak lihat keluarganya?” tanya Ik Jun. Gwang Hyun mengaku tak melihatnya.
Ik Jun
keluar menerima telp dari bibinya bertanya Apa harus ke sana. Bibi menjawab
tidak perlu karena Obat pertolongan
pertamanya sangat ampuh jadi Alerginya sudah reda dan Sekarang U Ju sedang
tidur. Ik Jun terlihat sedih
“Kalau
kau datang, nanti U-ju terbangun dan masalah jadi besar Aku menelepon hanya
untuk memberi tahu. Tak perlu khawatir. Omong-omong, bagaimana mungkin ibunya tak
tahu kalau U-ju punya alergi kacang-kacangan?”keluh Bibi U Ju yang tak percaya
“Apa Kau
tahu nama restorannya? Aku akan hubungi mereka. Aku harus tahu dia makan apa
saja.” Kata Ik Ju. Bibi U Ju mengerti dan memberitahu namanya.Ik Jun pun
mengucapkan terimakasih.
Ik Jun
melihat didalam RUANG TUNGGU WALI, Woo Jun duduk disamping ibunya yang terlihat
sangat lesu memanggil sang ibu bertanya Kenapa Ayah tak ada. Nyonya Yuk hanya
bisa terdiam. Yuk Jun kembali bertanya
Ayah ada di mana. Akhirnya Ik Jun
mendekat.
“Pak,
belikan aku jajangmyeon!” teriak Woo Jun menghampiri Ik Jun. Ik Jun pun
langsung mengendong dan memeluknya. Nyonya Yuk langsung menangis.
“Baiklah,
akan kubelikan kau jajangmyeon.” Kata Ik Jun ikut merasakan sedih pada keluarga
Tuan Yuk.
Jun Wan
meminta agar Hentikan ventilator sekarang. Perawat memberitahu Ventilator sudah
dihentikan. Jun Won meminta agar Dokter Anestesi, tolong turunkan kepala pasien
dan pasang Ambu bag. Hong Do bertanya apakah sudah selesai.
“Yang
bisa dilakukan dengan operasi sudah selesai. Yang terpenting sekarang adalah apa
jantung berdetak normal meski alat dimatikan. Jika ya, operasi berhasil.” Ucap
Yun Bok
“Jantungnya
tak berdetak.” Kata Hong Do. Yun Bok meminta agar menunggu sebentar. Jun Won
memberitahu kalau Pelepasan aorta dimulai.
“Hei,
jangan lihat itu. Tapi Lihat angka hijau di atas itu. Sekarang detak jantungnya
nol. Angka itu harus naik.” Ucap Yun Bok melihat ke arah layar hijau yang
akhirnya mulai naik.
Jun Won
ikut senang melihat pasienya kembali hidup lalu memuji mereka semua yang sudah Kerja
bagus. Dokter Do pikir akan menyelesaikanya. Jun Wan melihat Yun Bok dan Hong
Do masuk duduk menunggu.
“Tolong
beri mereka jubah operasi.” Perintah Jun Wan. Keduanya pun mendekat bayi yang
baru saja di operasi.
“Kalian
dengar detak jantungnya, 'kan?” kata Jun wan. Keduanya menganguk.
“Dengar
apanya? Kalian harusnya lebih tahu. Itu pasti suara jantung kalian.”keluh Jun
Wan. Keduanya seperti baru menyadarinya.
“Kalian
boleh menyentuh sekali saja dengan hati-hati. Dengan rasa terima kasih karena
Chan-hyeong sudah bertahan hidup.” Ucap Jun Wan. Keduanya mengerti.
Hong Do
mengerti lalu mencoba memegang jantung yang terus bergerak. Jun Wan melihat tatapan
Hong Do yang terasa kaget dan bertanya ada apa. Hong Do mengatakan kalau Kencang
sekali, yaitu Jantungnya berdetak kencang sekali, seperti tak percaya.
TAHUN 2003
Ik Jun
menjadi ass saat dokter melakukan hal yang sama, ekpresinya sama dengan wajah
Hong Do pada kepala rumah sakit. Ia tak percaya kalau Kencang sekali dan tak
menyangka. jantung sebesar buah plum berdetak sekencang ini.
“Kau
membuat jantung seorang anak yang berhenti kembali berdetak.” Ucap Kepala rumah
sakit
“Dokter...
Aku akan masuk Bedah Torakoplastik.” Ucap Ik Jun memutuskan.
Saat itu
Hong Do dan Yun Bok pun memutuskan akan masuk Bedah Torakoplastik. Jun Wan
pikir itu Pilihan yang bagus lalu akan melepaskan jubahnya, dengan senyuman
bahagia meminta perawat agar Cepat minta
surat pernyataan sebelum mereka berubah pikiran!
Suara
dari Speaker terdengar “Kepada wali Kim Chan-hyeong, mohon datang ke depan
Ruang Operasi.” Jun Wan pun akan bertemu dengan wali Chan Hyung. Dua nenek Chan
Hyung mendekat. Jun Wan melihat orang
tua Chan Hyung yang hanya tertunduk berdiri melihatnya.
“Dokter,
apa operasi Chan-hyeong berjalan lancar?” tanya Nenek Chan Hyung. Tapi Akhirnya
Jun Wan mendekati orang tua Chan Hyung.
“Operasi
Chan-hyeong berjalan lancar sesuai rencana. Lubang di bilik jantung sudah
ditutup. Kami memang membutuhkan waktu lebih untuk memperbaiki katup pulmonal, tetapi
operasi lancar tanpa hambatan, dan sekarang sedang proses penutupan.” Ucap Jun
Wan.
“Operasi
berjalan lancar. Jadi Kau tak perlu khawatir. Sekitar 30 menit lagi dia akan
dibawa ke Unit Perawatan Intensif...Sampai bertemu nanti.” kata Jun Wan melihat
sang ibu hanya bisa menangis dengan suaminya.
Nenek
Chan Hyung sedari tadi mendengar penjelasan dokter terlihat sedikit gugup juga.
Jun Wan akhirnya memberitahu kalau
Operasi lancar cucu mereka agar Jangan khawatir. Keduanya pun langsung
mengucapkan Terima kasih.
Ik Jun
menelp restoran memberitahu kalau hari ini putranya makan siang di sana dan
alerginya kambuh dan merasa tak sengaja makan kacang. Mereka langsun memohon
maaf dan menanyakan keadaan anaknya. Ik Ju mengaku sekarang dia baik-baik saja.
“Aku
hanya ingin memastikan dia makan apa saja. Putraku lima tahun, dan pergi ke
sana bersama ibunya.”kata Ik Jun. Pemilik mengaku bisa mengingatnya.
“Aku
sendiri yang menerima pesanan mereka. Mohon tunggu sebentar... Ahh Benar!
Selada yang kau minta bungkus untuk dimakan saat malam. Itu juga mengandung
saus kacang.” Ucap Pemilik
“Aku tadi
minta... Benar..”kata Ik Jun terdiam karena makan saus kacang masih baik-baik
saja. Pemilik ingat kalau Ik Jun tadi bilang
begitu.
“Aku
ingat karena kau dan istrimu tampak sangat harmonis. Anakmu juga imut sekali. Namun,
biasanya saat pesan makanan aku selalu menanyakan apa ada alergi. Mohon maaf.
Tampaknya aku lupa menanyakan hal itu.” Kata pemilik
Ik Jun
terdiam karena ternyata anaknya itu berbeda dengan dirinya, saat itu telpnya
berdering. Dokter bedah transplantasi, Ham Deok-ju menelp memberitahu kalau
Rapat baru bisa dimulai setelah pukul 22.00 karena ketua komite baru datang
dari bandara. Ik Jun mengerti.
“Kami akan
atur agar kau bisa bertemu dengannya begitu rapat selesai. Aku sudah menghubungi
rumah sakit penerima. Akan kuhubungi kembali bila sudah siap.” Kata Dokter Ham.
Ik Jun mengerti dan langsung menutup telpnya. Dokter Ham bingung dengan sikap
Ik Jun yang berbeda.
Dokter
Ham bertemu dengan istri dan anak Tuan Yuk memberitahu kalau Ternyata butuh waktu agak lama Namun, akan
segera berakhir jadi bisa menunggu di Ruang Tunggu. Nyonya Yuk pun akhirnya
duduk di ruang tunggu.
[RUANG
TUNGGU KELUARGA PASIEN OPERASI]
Nyonya
Yuk duduk diam dan Woo Jun tidur dipangkuanya. Dokter Ham langsung mengucapkan
Terima kasih. Nyonya Yun bertanya Prosedur selanjutnya bagaimana. Dokter Ham
pikir kalau memang Nyonya Yuk mau mereka bisa siapkan untuk kunjungan terakhir sebelum
operasi dimulai.
“Setelah
suamimu masuk Ruang Operasi, para dokter akan memeriksa kondisi organ secara
visual, kemudian tes biopsi. Jika tak ada masalah dalam pemeriksaan, maka operasi
transplantasi organ akan dimulai.” Jelas Dokter Ham
“Proses
ini biasanya ditangani oleh dokter spesialis, tetapi Dokter Lee Ik-jun akan
berpartisipasi sampai akhir. Aku lihat dia bahkan memperhatikan bekas luka
operasi.” Ucap Dokter Ham.
Ponsel
Dokter Ham berdering, lalu memberitahu Nyonya Yuk kalau Katanya rapat pemutusan sudah selesai jadi akan
bersiap-siap. Nyonya Yuk hanya bisa terdiam.
Didepan
ruangan operasi, Dokter Ham menelp Ik Jun kembali bertanya dimana karena
tadinya akan langsung kemari. Ik Jun mengaku ada di depan. Dokter Ham mendengar
suara Ik Ju berpikir kalau benar-benar ada masalah.
“Apa
Kalian dari Pusat Medis Universitas Kangwoon?” tanya Dokter Ham melihat tiga
dokter yang membawa tempat untuk organ. Ketiganya pun menganguk.
“Kami
agak terlambat karena kunjungan keluarga.” Ucap Dokter Ham dan bertanya apa
waktunya aman
“Untuk
tanda vital pendonor, baik-baik saja.” Ucap Dokter Ham. Dokter Kangwoon mengaku
memang datang lebih awal karena Situasinya tak darurat, tak masalah.
Ik Jun
datang akan memulai operasi lalu bertanya Apa pasien stabil. Dokter Ham
mengatakan stabil. Didalam ruangan operasi Perawat memberitahu kalau semua
sudah siap tapi Ik Jun hanya bisa diam saja, lalu akhirnya berdiri.
“Pusat
Medis Universitas Kangwoon.. Apa Aku boleh minta tolong?” ucap Ik Jun. Mereka memperbolehkanya.
“Apa
penyerahan jantung bisa diundur sepuluh menit saja? Mohon konfirmasi ke rumah
sakit.Jika memang darurat, boleh dilakukan sekarang.”kata Ik Jun
“Sepuluh
menit tak masalah. Kami memang datang lebih awal.” Kata Dokter Kang Woon.
“Baik.
Sekarang pukul 23.50. Sepuluh menit lagi kita mulai. Boleh?” ucap Ik Jun. Si
dokter pun setuju.
“Kita
mulai pukul 00.00 setelah berdoa.” Kata Ik Jun. Salah satu dokter menyela bertanya Apa tak bisa dimulai sekarang saja
karena mereka sudah terjaga selama dua
hari.
“Ini Hari
Anak.” Ucap Ik Jun. Ketiganya bingung. Ik Jun mengingatkan k kembali hari ini
adalah Hari Anak.
“Anak
pasien ini berumur lima tahun.. Namanya Won-jun. Ini Hari Anak. Jadi, dia
seharusnya makan jajangmyeon bersama ayahnya. Namun, Won-Jun kini tak bisa
melakukan hal itu selamanya.” Jelas Ik Jun
“Mari
tunggu sepuluh menit saja. Kita mulai sepuluh menit lagi. Kita tak bisa
membiarkan dia menangis setiap Hari Anak karena ayahnya, 'kan?” ucap Ik Jun.
Semua mengerti. Ik Jun pun mengucapkan terimakasih.
“Mendiang
memutuskan mendonorkan organ untuk menolong orang lain, dan kondisi organnya
sangat baik, sehingga dapat mendonorkan jantung, paru-paru, ginjal, hingga
lever. Operasi baru saja dimulai pada 6 Mei pukul 00.05, yang berarti dia telah
meninggal. Terima kasih.” Ucap Dokter Ham pada Nyonya Yuk.
Nyonya
Yuk hanya bisa menangis mengetahui suaminya sudah meninggal padahal seharusnya
mereka bisa merayakan hari anak bersama.
Ik Jun
berbicara dengan ibunya kalau memang sif
malam. Jadi ke kantor lalu menanyakan apakah Ibu sehat begitu juga ayahnya.Ia
pun berjanji akan traktir makan, kopi, semua jadi ibunya tak perlu cemas lalu
duduk di meja kerjanya.
“Namun,
ternyata dia datang bukan untuk menemuiku.” Ucap Ik Jun lalu menutup telpnya.
***
Song Hwa
berjalan keluar dari apartementnya, Di grup membahas kalau hari ini hujan deras
sekali jadi mereka tak bisa berkemah. Song Hwa mengatakan tak memaksa. Jadi Tidak
ikut juga tak apa-ap mereka bisa Santai saja.
“Hujan sederas
ini kau tetap pergi?” tanya Dokter Yong
“ Berkemah
saat hujan sangat menyenangkan. Sendiri pun aku tak masalah Kalian atur sendiri
saja.” Kata Song Hwa lalu akhirnya naik ke dalam mobilnya. Mereka pikir kalau sendiri
pasti membosankan.
Tapi Song
Hwa mengemudikan mobilnya sambil menyanyi dengan wajah bahagia walaupun diluar
hujan deras.
[PUSAT
MEDIS YULJE INSTALASI GAWAT DARURAT]
Jun Wan
berlari masuk ke IGD dengan hujan yang sangat deras. Dokter Bae langsung
menyapanya karena Jun Wan yang datang lebih cepat, Jun Wan bertanya apakah Dokter
Do Jae-hak sedang operasi darurat. Dokter Bae membenarkan.
“Tampaknya
pneumotoraks ventil. Jadi, aku meneleponmu.” Kata Dokter Bae. Jun Wan pikir itu
bagus karena sedang dekat sini.
“Namun,
kenapa tentara masuk rumah sakit sipil?”tanya Jun Wan. Dokter Bae menjalakan
pasien mengalami kecelakaan tepat di
depan sini dan tulang rusuk patah, tetapi tak ada luka luar lainnya.
“Pasien
di mana?” tanya Jun Wan. Dokter Bae pun mengantar ke dalam ruang IGD.
Seorang
wanita terlihat terluka dibagian kepala meringis kesakitan. Jun Wan terdiam
melihatnya lalu melihat baju tentara dan
terlihat nama [LEE IK-SUN] dan hanya bisa terdiam karena ternyata dia adalah
adik dari Ik Jun.
[PERKEMAHAN
GUNUNG YEONIN]
Song Hwa
terlihat bahagia duduk dibawah tenda menikmati minuman panas. Saat it ponselnya
berdering mengaku tak masalah jadi Tidak usah datang. Juniornya bertanya
keberadaan Song Hwa. Song Hwa menjawab adan di B-104 lalu melambaikan tangan
melihat yang datang.
“Kenapa
kau datang?” keluh Song Hwa. Ternyata Dokter Ahn yang datang karena sudah janji
akan datang dan tak pernah bilang tak datang.
“Kau
Dudukah dahulu... Biar kubuatkan kopi.” Ucap Song Hwa. Dokter Ahn pun duduk
lalu melihat sepatu Song Hwa.
“Kau
pakai itu juga hari ini.” Ucap Dokter Ahn. Song Hwa bingung. Dokter Ah memberitahu kalau Sepatu yang diberikan.
Song Hwa kaget
“Aku yang
menghadiahkanmu sepatu itu, Dokter.” Akui Dokter Ahn. Song Hwa hanya bisa
terdiam ternyata ada yang perhatian padanya yaitu Dokter Ahn yang selama ini
hanya terkena omelanya.
Bersambung
ke episode 4
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar