PS : All images credit and content copyright : TVN
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Didepan
INSTALASI GAWAT DARURAT, Petugas datang memberitahu Anak laki-laki, tujuh tahun, kecelakaan
lalu-lintas, pasien pergi bersama ibunya lalu berusaha mengambil mainan di jalan saat
tertabrak truk yang mengebut. Ia memberitahu
Tekanan darah 60/40.
Seorang
anak yang tak sadarkan diri pun masuk dengan Dokter jaga yang memberikan CPR.
Perawat memberitahu kalau tulang panggul dan tulang dada patah. Sang ibu hanya
bisa menangis melihat anaknya yang dibawa masuk ke ruang IGD.
“Ada
pendarahan di rongga abdominal dan cedera toraks. Dari hasil sinar-X, dia
cedera tulang leher, dan sepertinya tulang panggulnya patah.” Ucap Dokter
wanita kebingungan melihatnya.
“Apa
maksudmu? Kita harus selamatkan dia.. Cepat lakukan pindai CT! Panggil Dokter
Chae karena mungkin ada cedera otak.” Ucap Dokter pria. Dokter wanita menganguk
mengerti.
“Di mana
Dokter Ahn Jeong-won?” tanya dokter pada meja perawat. Perawat memberitahu Dokter Ahn sedang dinas di luar dan sebentar
lagi sampai.
“Ini
sulit meski ada Jeong-won. Ya, Tuhan... Kesadarannya lemah. Denyut nadi dan
napasnya pun lemah. Kami baru melihat hasil tes sonografi dan sinar-X. Terjadi pendarahan
di rongga abdominal, cedera tulang leher, serta tulang panggul patah.” Ucap
Dokter Pria. Dokter Jang hanya diam saja.
“Tampaknya
kita harus melakukan pindai CT kepala. Kemungkinan besar terjadi pembengkakan
otak. Meski bisa dioperasi, pemulihan kesadarannya sulit.”kata Dokter pria.
Dokter Jang hanya diam saja terlihat bingung.
“Kau
lihat apa? Cepat pergi! Walinya pasti menunggu. Bicara padanya.” Perintah
Dokter Pria. Dokter Jang menganguk mengerti.
“Apa
ruangan ini terbuka?” ucap Dokter Heo melihat pintu terbuka, Ketika akhirnya
berkumpul dalam ruangan.
Song Hwa
memijat kakinya seperti kelelahan, dan berkomentar mereka itu masih terlihat
imut karena dulu juga seperti itu. Dokter Ahn memberikan lirikan peringatan.
Song Hwa pun meminta maaf
“Karena
kita kedatangan tamu berharga, mari dengar alasan mereka masuk kedokteran.” Ucap
Dokter. Song Hw mengeluh menyuruh mereka pergi saja.
“Benar,
'kan? Kau juga benci hal semacam itu, 'kan?” ejek Dokter seniornya. Song Hwa
akhirnya hanya bisa meminta maaf pada seniornya. Dan akan berhenti bicara.
“Kedua
orang tuaku dokter. Jadi, aku terpaksa...” ucap Dokter Heo dan langsung disela
Dokter Senior.
“Heo Seon-bin,
kami tak bertanya padamu. Kita mulai dari mahasiswa pertama. Apa alasanmu
memilih kedokteran?” ucap Dokter senior.
“Ibuku
dioperasi sepuluh tahun lalu. Aku terkesan oleh dokter berdedikasi yang merawat
ibuku.Jadi Kuputuskan belajar kedokteran.” Ucap Hong Do. Dokter senior pun
memujinya.
“Ibuku dioperasi sepuluh tahun lalu... Aku
terkesan oleh dokter berdedikasi...” kata Yun Dong. Dokter mengeluh kalau itu
tadi alasan Hong Do.
“Temanmu
sudah pakai alasan itu.” Kata Dokter. Dokter Heo akhirnya meminta maaf dan akan
bergegas pergi.
Dokter
Yong gugup mengirimkan pesan yang belum dibalas [KAU SAJA YANG MENGOPERASI,
DOKTER] Song Hwa keluar ruangan rapat karena harus menerima telp. Ternyata Song
Hwa ditelp oleh Jun Hwa merasa kalau waktunya tepat saat menelp. Song Hwa
membenarkan.
“Tolong
bilang kau akan melakukannya.” Ucap Dokter Yong masuk ruangan. Song Hwa
mengeluh dengan sikap juniornya.
“Apa Kau
pikir operasi seperti reservasi hotel? Kita tak boleh seenaknya mengganti
dokter.” Ucap Song Hwa
“Kau
hanya akan diam melihat pasien mati?” komentar Dokter Yong. Song Hwa berteriak
kesal mendengarnya.
“Dokter
Min Gi-jun bilang tak akan melakukan kraniotomi, tetapi TSA. Apa masalahnya?”ucap
Song Hwa heran
“Katanya
Dokter Min baru melakukan operasi TSA hanya sekali. Dan rekan dokternya yang
mengoperasi, sementara dia hanya berdiri. Gong Hyeong-u alami ekstensi
supraselar. Itu operasi TSA yang sulit.” Kata Dokter Yong
“Dokter
Min pasti bisa melakukannya dengan baik.” Kata Song Hwa yakin
“ Di
rumah sakit sebelumnya, rekan dokternya melakukan TSA untuknya. Sedangkan kita?”
keluh Dokter Yong
“Ada kau,
'kan? Kau bisa membantunya dengan baik.” Kata Song Hwa. Dokter Yong mengeluh
kalau tak bisa melakukan apapun dengan nada tinggi dan menyuruh agar
mengecilkan suaranya.
“Dokter
Chae... Apa Kau akan membiarkan Gong Hyeong-u dioperasi oleh Dokter Min? Tidak,
'kan? Kita tak boleh begitu kepada pasien. Bicaralah kepada Kepala Rumah Sakit.
Bilang kau akan melakukannya.” Ucap Dokter Yong memohon.
“Operasinya
lusa, 'kan? Besok sore aku ada operasi tumor dasar tengkorak. Jadi Tidak akan
sempat... Aku tak bisa.” Tegas Song Hwa
“Kita
bisa minta dokter anestesi untuk mengulur waktu. Aku akan mempersiapkan
semuanya.” Ucap Dokter Yong terus memaksa.
“Entahlah!
Kepalaku sakit... Jun-wan, kau punya obat sakit kepala?” keluh Song Hwa
“Dokter
bedah saraf tak punya obat sakit kepala? Kita ke ruanganku.” Ucap Jun Wan.
Dokter Yong terus memohon agar Song Hwa mau mengoperasi.
Di
ruangan, Jun Wan terlihat bingung lalu bertanya apa yang dikatakan tadi. Song
Hwa mengatakan Jun Wan lihat Dokter Jang dengan juniornya jadi pasti tahu
tentang hal itu. Jun Wan mengaku tidak sengaja. Song Hwa langsung berteriak marah
“Itu satu,
dua hari sebelum dia bilang. Aku berniat memberitahumu.” Ucap Jun Wan
“Harusnya
kau segera bilang.” Keluh Song Hwa. Jun Wan mengaku tak tahu situasi mereka
“Kau
tinggal bilang sesuai fakta! Apa pentingnya situasi kami?” kelh Song Hwa.
“Tidak
semudah itu. Memang kau bisa langsung bilang?” tanya Jun Wan. Song Hwa
menegaskan kalau akan segera bilang.
“Begitu
lihat aku akan bilang, "Pacarmu selingkuh dengan pria lain." Kata
Song Hwa.
Saat itu
dokter lain datang, Jun Wan pun bertanya ada apa. Dokter memberitahu Waktunya
pengobatan pasien rawat jalan. Jun Wan mengeluh Pasien rawat jalan apa. Dokter
mengatakan kalau yang dimaksud itu Dokter Chae Song-hwa. Song Hwa teringat dan
memperingatkan kalau mereka belum selsai bicara.
“Dokter
Ahn Chi-hong berdiri di depan sedari tadi.” Ucap Dokter Do. Jun Wan mengerti
“Bagus!
Ini hal terbaik yang pernah kau lakukan.” Kata Jun Wan memuji Dokter Do
INSTALASI
GAWAT DARURAT
Dokter
Jang memberitahu ibu pasien kalau
Kemungkinan besar dia mengalami trauma karena pendarahan. Sang ibu pun
panik apa yang harus dilakukanya. Dokter
Jang membertahu Denyut nadinya lemah jadi sedang menjalani pindai CT karena
curiga adanya cedera dada, bahkan otak.
“Aku tak
tahu apakah pasien bisa bertahan. Kemungkinan pasien selamat kecil. Ini Tidak
ada harapan.” Ucap Dokter Jang. Jung Won menatap dari kejauhan.
“Dokter,
aku mohon selamatkan Ju-hwan. Aku tak bisa hidup tanpa Ju-hwan.” Ucap Sang ibu
menangis.
“Apa kau
melakukan CPR? Kompresi dada?” tanya Dokter Jang. Sang ibu mengaku tidak.
“Dia bisa
selamat bila diberi CPR.”kata Dokter Jang dingin. Sang ibu binggung saat itu
Jung Won langsung memanggil Dokter Jang
“Aku
dokter bedah anak, Ahn Jung-won. Kondisinya memang tak baik, tetapi kami akan
berusaha sebaik mungkin. Kami akan mengabarimu setelah hasil pindai CT keluar.”
Ucap Jung Won menyakinkan. Sang ibu terlihat sedikit tenang.
“Bu,
masih dini untuk meyakini apa pun.” Tegas Jung Won, Dokter Jang melihat dari
kejauhan hanya diam saja.
Jung Won
akhirnya menarik Dokter Jang ke kamar yang kosong, bertanya Sudah berapa lama jadi residen. Dokter Jang
menjawab tiga tahu. Jung Won tak percaya kalau cara bicara pada pasien seperti
itu dengan mengatakan Pasien bisa selamat jika dia beri CPR?
“Bagaimana
bisa bicara begitu? Ibu dari anak ituakan merasa bersalah seumur hidup. Dan
bagaimana kau bisa yakin bahwa anaknya tak ada harapan?” ucap Jung Won marah
“Aku
memantaunya sejak datang. Aku hanya ucapkan fakta setelah lihat rekam medis dan
kondisi pasien. Namun, aku benar, 'kan?” ucap Dokter Jang masih dingin
“Pasien
itu memang sulit diselamatkan, dan menurutku keluarga pasien harus tahu kondisi
sebenarnya. Namun, aku bersalah telah mengatakan... dia seharusnya memberi CPR.
Maafkan aku.” Ucap Dokter Jang. Tiba-tiba tirai dibuka.
“Hei
Kalian sedang apa di sini? Cepat Pergilah. Kami butuh kasur ini.” Ucap Dokter
IGD Pria.
“Bagaimana
anak itu? Apa Song-hwa sudah dipanggil?” tanya Jung Won. Dokter mengatakan
Tidak perlu.
“Dari
hasil pindai CT tak ada cedera otak. Kita cukup mengatasi pendarahannya.”ucap
Dokter. Jung Won pun bisa bernafas lega.
“Astaga,
nyaris saja.. Aku harus memeriksa pasien sakit perut bersama Dokter Bae
Jun-hui. Jadi, Dokter Jang, tolong beri tahu walinya.”tegas Dokter IGD lalu
pergi.
“Dokter
Jang Gyeo-ul, tahu alasan dokter katakan hal seperti, "Belum bisa
dipastikan, Kami belum tahu," dan "Kami harus amati kembali"?
Dokter harus bertanggung jawab atas ucapannya. Jadi Harus hati-hati dalam
berbicara.” Tegas Jung Won
“Hanya
satu hal pasti yang bisa dikatakan seorang dokter. "Kami akan berusaha
sebaik mungkin." Hanya itu. Jadi Cepat pergi. Ibu anak itu pasti senang
sekali.” kata Jung Won. Dokter Jang pun mengerti dan pamit pergi.
Perawat
Hwang memeriksa komputer Song Hwa, Song Hwa kembali dan melihat komputernya
kalau Tadi pagi lihat rekam medis pasien
, Ternyata dia operasi kanker payudara di sini tahun lalu lalu Terlihat metastasis
tiga sentimeter di lobus parietal.
“Dari
rekam medis, setelah operasi kanker payudara, dia juga mendapat pengobatan
depresi. Apa itu alasan dia tak menjalani kemoterapi? Ayo Persilakan dia masuk.
Siapa namanya?” ucap Song Hwa.
“Ba-ram...
Namanya Ba-ram.” Ucap Perawat Hwang. Son Hwa mengaku Teman SMAnya juga ada yang
bernama Ba-ram.
“Kami
cukup dekat... Aku masih ingat nomornya.” Kata Song Hwa tersenyum. Perawat
Hwang memberitahu Usianya juga sama dengan Song Hwa.
“Dia
memiliki marga langka... Marganya Gal.” Ucap Perawat. Song Hwa melonggo
mendengarnya.
Song Hwa
tak percaya melihat ternyata memang temanya yang datang. Bo Ram mengaku sudah
tahu Song Hwa yang terkenal karena profilenya ada di internet. Song Hwa meminta
agar Berhenti basa-basi dan ingin tahu alasan tak menjalani kemoterapi
“Ini Bisa
kau hentikan dari penyebarannya.”ucap Song Hwa. Ba Ram pikir akan tetap menyebar
meski dilakukan.
“Aku
tetap akan mati. Jadi Untuk apa bersusah payah?” Operasinya sangat sulit?” ucap Ba Ram
“Tidak.
Posisinya ada di selaput yang melindungi kepala. Itu tak sulit. Kau tak perlu
khawatir.”kata Song Hwa
“Aku tak
khawatir... Temanku seorang dokter. Apa aku harus segera rawat inap?” ucap Ba
Ram
“Operasinya
tak harus segera, tetapi makin cepat makin baik. Akhir pekan ini jadwalku
kosong. Kita lakukan pekan ini. Kau mendaftar masuk hari ini dan lakukan semua
tes.” Kata Song Hwa. Ba Ram pun langsung mengucapkan terimakasih.
“Berterima
kasihlah di acara reuni setelah kau pulang.” Kata Song Hwa. Bo Ram bertanya Apa
ia masih bisa hidup sampai saat itu. Song Hwa mengeluh mendengar ucapan temanya
seperti sudah tak punya harapan hidup.
Song Hwa
akhirnya keluar dari rumah sakit sambil mengeluh Hari ini amat melelahkan.
Petugas bertanya apakah tak membawa mobil, Song Hwa mengaku membawanya tapi
hari ini tak sanggup menyetir lalu mengaku lapar sampai suara perutnya
berbunyi.
“Dokter
Chae! Aku lapar. Mau makan kalguksu?” teriak Ik Jun membawa mobilnya. Song Hwa
langsung menyetujuinya.
“Apa
kupanggil yang lain?”tanya Song Hwa. Saat itu tiga temanya sudah ada didalam
mobil. Ik Jun mengeluh tiga teman prianya sangat berisik.
“Kami di
sini. Cepat naik!” panggil Sun Hyung. Jun Wan mengeluh agar memajukan kursinya
supaya bisa duduk
Di kedai KALGUKSU BUATAN MAMA 24 JAM, Song Hwa terlihat
sangat lelah. Jung Won pikir Song Hwa perlu koyok. Jun Wan mengejek kalau Isi tas Jung Won itu macam-macam lalu
memanggil bibi. Suk Hyung mengingat ibunya juga suka kalguksu jadi berpikir
akan membungkusnya.
“Jung-won,
tolong gelasnya.” Pinta Ik Jun. Jung Won pun menganguk yang sibuk menyusun
sumpit
“Kau tahu
julukanmu apa?”tanya Ik Jun. Jung Won pikir Malaikat atau semacamnya?
"Buddha"
Kata Ik Jun. Jung Won tertawa. Ik Jun pikir Sangat tak masuk akal. Ada dua
pastor dan dua biarawati di keluarganya.
“Aku juga
mencintai Buddha.” Kata Jung Won. Ik Jun
pun memmuji Jung Won memang tipe idamannya.
“Kalau
punya adik perempuan, aku pasti akan menjodohkan kalian.” Ucap Ik Jun. Jun Wan
pikir Ik Jun memang punya adik wanita. Ik Jun seperti baru mengingatnya.
Saat itu
Suk Hyung sibuk menelp ibunya ingin tahu apakah ingin membungkus mie
kalguksu. Ik Jung mengeluh kalau temanya
bertanya karena bisa membelikan saja. Suk Hyung yang penurut mengaku akan
segera pulang setelah makan.
“Kau
sedang ada masalah?”tanya Jung Won melihat Song Hwa terdiam. Song hwa mengaku
tak ada.
“Pasti
masalah Gong Hyeong-u.” Kata Jun Wan . Jung Won tahu kalau Pahlawan metro itu.
“Dia
kenapa? Aku dengar operasinya ditangani oleh Kepala Bagian Saraf baru. Ada
hubungannya dengan dia?” kata Jung Won
“Tampaknya
Dokter Min jarang melakukan operasi TSA. Dan bila pertimbangkan posisi tumor
dan efek samping pasien, TSA jauh lebih baik ketimbang kraniotomi. Aku sedang
mempertimbangkan apa aku saja yang mengoperasi karena awalnya dia pasienku.”
Jelas Song Hwa.
“Namun,
itu tak baik juga. Kini sudah menjadi pasien Dokter Min.” Ucap Jung Won
Saat itu
Suk Hyung memberikan ponselny pada Ik Jun karena ibunya ingin bicara. Ik Jun
pun dengan bangga mengaku sebagai anak angkatnya yang ceria dan periang, beda
dengan anak kandungnya, lalu terlihat kaget. Song Hwa pun membahas tentang Jung
Won yang berpikir seperti itu.
“Jadi
Harus bilang apa padanya?” ucap Song Hwa bingung. Jun Wan pikir akan bilang
saja. Jung Won tahu kalau Jun Wan pasti seperti itu.
“Jika itu
lebih baik bagi pasien, aku akan bilang. "Aku bisa mengoperasi lebih baik
daripadamu, itu yang terbaik bagi pasien." Aku akan bicara begitu.” Kata
Jun Wan
“Aku tak
bisa begitu. Tiap dokter pasti punya cara dan situasi sendiri.Itu melanggar
otoritas.” Kata Jung Won
“Otoritas
apanya? Kita harus bicara fakta.” Tegas Jun Wan. Song Hwa mengejek Kenapa orang yang mementingkan fakta tak
bilang kalau mantan pacarku selingkuh.
Pesanan
akhirnya datang, Ik Jun berbicara dengan ibu Suk Hyung mengucapkan Terima kasih
karen akan ke rumah sakit besok dan punya kenalan dokter. Setelah menutup telp
langsung mengeluh pada Suk Hyung. Kalau tak ingin berbagi masalah prostatnya
dengan ibu Suk Hyung.
“Aku
bilang pada ibu kalau kau sering ke kamar kecil belakangan ini karena sering
berkemih dan retensi urin.” Ucap Suk Hyung. Ik Jun akan bicara tapi suara Jun
Wan lebih lantang.
“Hei!
Memang kasus Dokter Min dan pacarmu sama? Dia tak ada hubungannya denganku. Ini
urusan pekerjaan. Pacarmu urusan hubunganmu. Aku tak punya hak memerintahmu.”
Tegas Jun Wan.
“Siapa
yang menyuruhmu begitu? Kau hanya perlu katakan fakta yang terlihat.” Ucap Song
Hwa. Jun Wan ingin tahu apakah Song Hwa bisa melakukan itu.
“Bisa.”ucap
SongHwa. Jun Wan yakin itu bohong. Jung Won menyuruh mereka berhenti karena
minya sudah siap.
“Kalian Bertengkarnya
nanti. Makan dahulu.” Ucap Jung Won.
“Jika kulihat
pacarmu dengan pria lain, aku akan menghubungimu dalam satu detik.” Ucap Song
Hwa.
“Astaga.
Bicara memang mudah. Sejak awal aku tak suka Dokter Jang.” Kata Jun Wan lalu
meminta Song Hwa mengambilkan bubuk cabe. Song Hwa pun mengambilkanya dan saat
itu sendoknya jatuh.
Jung Won
langsung meminta bibi agar membawakan sendok yang baru. Saat itu Jun Won dan
Song Hwa makan dengan kecepatan tinggi. Ik Jun menerima telp dar anaknya,
dengan gaya imut mengaku sebentar lagi pulang dan bertanya apa belum tidur
sedang ap.
Jung Won
berkomentar U Ju yang belum tidur dan mengejek kalau Ik JU kalau membeli TV
yang sangat besar. Ik Jun menutup telp berkomentar Suk-hyung pacaran dengan TV.
Suk Hyung mengatakan Itu cukup mahal. Ik
Jun pikir ingin lihat saat berlatih band nanti.
“Ahh..
Benar juga... Kapan pelatihan band berikutnya? Akhir pekan ini?” ucap Suk
Hyung.
“Aku ada
operasi akhir pekan ini. Lalu Nasi
gorengnya mau berapa porsi? Apa Dua?”kata Son Hwa. Jun Won mengatakan Satu.
“Dua
terlalu banyak, 'kan?”ucap Song Hwa. Jun Won mengaku kenyang dan akhirnay Song
Hwa meminta satu.
“Lima!
Buatkan lima porsi!”teriak Jung Won marah. Ik Jun sudah tahu kalau Jung Won akan
marah. Song Hwa tak percaya Jung Won itu tak kenyang.
“Dia tak
makan banyak. Kami juga baru mulai makan. Kenapa kalian makan cepat sekali? Di
medan perang juga tak secepat itu.” Keluh Ik Jun melihat keduanya makan
secepatnya.
“Baiklah.
Kenapa harus marah? Silakan pesan lima porsi.” Ucap Jun Wan. Jung Won mengeluh temanya memang sangat egois!
“Baru
kali ini aku disebut egois karena makan kalguksu. Kau harusnya makan lebih
cepat.” Kata Jun Wan.
“Kenapa
bukan kau yang melambat dan menyesuaikan dengan kami?” keluh Jung Won. Suk
Hyung tak peduli karena ibunya menelp ingin memesan Geotjeori.
“Aku
makan dengan uangku. Kenapa harus mengatur kecepatan?” kata Jun Wan
“Uangmu?
Kita makan dengan kartu perusahaan! Bila diperhitungkan, itu rumah sakit
ayahku. Jadi, itu uangku!” teriak Jung Won
“Kau
perhitungan sekali! Baiklah. Aku tinggal bayar! Berapa?” teriak Jun Wan. Jung
Won pun menyuruh membayarnya saja.
“Hei,
tolonglah... Hentikan! Kalian benar-benar selevel dengan U-ju. Umur kalian 40
tahun. Harus bertengkar karena nasi goreng?”keluh Ik Jun.
“Kau tak
tahu apa-apa. Saat kita makan cheonggukjang, aku hanya makan tahu. Mereka
berdua habiskan dagingnya!” ucap Jung Won
“Baiklah!
Astaga, hal semacam itu kau ingat juga?” ucap Ik Jun. Bibi pun bertanya berapa
porsi nasi gorengnya. Jun Wan berteriak dua Jung Won menjawab lima. Suk Hyung
akhirnya memesan Tiga setengah.
Didalam
mobil, Song Hwa pulang dengan taksi. Jung Won mengirimkan pesan [ APA AKU
MENYAKITI PERASAANMU?] Sung Hwa membalas [TIDAK. AKU PAHAM. AKU HANYA INGIN
MARAH-MARAH.] Song Hwa akhirnya menelp Dokter Yong.
“Apa Kau
masih belum menyerah?” tanya Song Hwa. Dokter Yong mengaku Ini penting bagi pasien
jadi Mana mungkin menyerah.
“Dokter,
kumohon untuk terakhir kalinya. Tolong lakukan operasi itu.” Kata Dokter Yong
“Aku tak
bisa. Itu melanggar otoritas. Kecuali jika pasien yang bilang sendiri.” Kata
Song Hwa. Dokter Yong pikr itu pasti.
“Ini
sudah larut. Berlebihan kalau bicara sekarang. Coba bicara kepada pasien besok
pagi. Jelaskan dengan baik.” Jelas Song Hwa.
Song Hwa
menanyakan keadan Ba Ram, Ba Ram mengaku begitu saja. Song Hwa bertanya Suaminya mana. Ba Ram pikir Perawat
saja cukup Lagi pula, malah lebih stres
kalau ada suami jadi Lebih baik tak ada.
“Aku
paham, tetapi kami tetap butuh persetujuannya untuk operasimu.Apa Kau sudah
kirim surel?” ucap Song Hwa.
“Sudah...
Dia sudah baca, tetapi belum ada balasan.” Ucap Ba Ram. Song Hwa pikir Dia
harus segera datang, bukan membalas.
“Butuh
dua hari untuk keluar dari tempat itu. Dia di Indonesia. Apa nama tempatnya,
ya? Aku sering dengar tetapi lupa. Dia pasti sibuk menebang pohon.” Ucap Ba Ram
“Apa Dia
ada saat kau operasi kanker payudara?” tanya Song Hwa. Ba Ra mengaku tak bilang
jadi suaminya tak tahu. Song Hwa terliat tak percaya.
“Kalau dia
tahu apa semua akan berubah? Aku tak mau memikirkan suamiku dan segalanya. Aku
sakit sendiri, dan akan mati sendiri.” Ucap Ba Ram
“Jangan
bicara aneh-aneh!! Lalu Kenapa kau menutup tirai? Apa Kau tak merasa sesak?”
ucap Song Hwa
“Semua
pasien di sini nenek-nenek. Mereka tertarik sekali padaku. Mereka takjub lihat
pasien kanker payudara dan penasaran satu payudara palsu atau tidak. Mereka
terus melirik ke arahku. Makanya aku tutup saja.” Ucap Ba Ram.
Saat itu
Nenek tetangga sambil datang menawarkan kue beras Ba Ram menolaknya. Sang nenek pikir Ba Ram tak
boleh makan karena sedang puasa. Ba Ram tetap menolaknya. Sang nenek melihat
Song Hwa lalu menawarkan kue beras juga.
“Baik.
Aku coba satu saja... Nek, buang air kecilmu lancar, 'kan?” ucap Song Hwa
mengajak keluar dari tirai.
“Tentu.
Lancar sekali... Itu karena kau sudah mengobatiku, kini aku merasa sehat
sekali... Sebelumnya kepalaku sering menengok sendiri, dan bibirku sering naik
bagaikan ikan yang tersangkut benang pancing.” Cerita sang nenek. Song Hwa
mengerti.
“Namun,
jangan memaksakan diri dahulu, dan makan teratur.. Aku permisi dahulu.” Ucap
Song Hwa pamit pergi.
“Chi-hong...
Bersiaplah untuk operasi... Siapkan rangka Wilson saja, biar aku yang atur
posisi.. Hubungi aku kalau sudah siap.” Ucap Song Hwa melihat Dokter Yong yang
berjalan dengan pasienya.
Song Hwa
ingin mengejak Dokter Yong tapi sudah lebih dulu masuk ruangan. Dokter Yong
mengeluh pasien yang tak paham juga lalu menjelaskan Tumornya ada di belakang
hidung, di tengah otak bahkan Posisinya sangat tak bagus.
“Membuka
tengkorak untuk mencapai dasar kranial sangat berbahaya. Jadi, ada operasi
bernama TSA, prosedur menghilangkan tumor dengan memasukkan endoskop lewat
hidung Dokter Min Gi-jun bukan spesialis operasi itu.” Jelas Dokter Yong
“Dokter
Min bilang bukan operasi berbahaya. Dia memintaku percaya. Aku suka Dokter Min.
Aku enggan ganti dokter.” Ucap Pasien. Diam-diam Song Hwa mendengarnya.
“Ini
masalah hidupmu. Apa mungkin aku menyarankan hal yang tak baik untukmu? Aku sudah
menjelaskan panjang lebar, tetapi kau tak paham juga.Jad Ikuti saja saranku.
Kalau tak tahu, patuh saja.” Kata Dokter Yong dengan nada tinggi
“Ibu juga
tak paham, 'kan? Aku sudah menjelaskan dengan sangat mudah. Keluh Dokter Yong.
Sung Hwa pun memilih pergi.
Dokter
Ahn menelp Sung Hwa memberitahu kalau sudah siap.Sung Hwa pun pergi keluar
ruangan . Sung Hwa pergi ke ruangan Dokter Min, Dokter Min tahu kalau hari ini
Sung Hwa ada operasi lobus oksipital. Sung hwa membenarkan kalau harus turun
sekarang.
“Ya,
ampun. Pasti baru selesai besok pagi... Omong-omong, ada apa?” ucap Dokter Min
.
“Masalah
Gong Hyeong-u, Dokter.”ucap Song Hwa. Dokter Min mengeluh pada anak buahnya
yang sungguh keterlaluan
“Izinkan
aku menjadi asistenmu. Aku masih kurang pengalaman operasi TSA. Bila diizinkan,
aku akan melihat dan belajar.” Ucap Song Hwa lalu pami pergi karena akan turun
sekarang.
“Dokter
Chae Song-hwa sudah mendapat persetujuan pasien. Nanti sapa dia saat bertemu.”
Kata dokter Hae pada Yun Bok di luar
loker. Yun Bok mengerti
“Hari ini
operasi tumor dasar tengkorak. Jadi, akan butuh sepuluh sampai 13 jam. Nanti
lihat awalnya saja, dan kau bisa pulang.” Kata Dokter Heo. Yun Bok melonggo tak percaya Tiga belas jam
“Operasi
bedah saraf biasanya memang lama, terutama operasi tumor dasar tengkorak. Mengatur
posisi saja butuh satu jam.” Ucap Dokter Heo mengajak untuk pergi.
“Dokter,
aku mencintai...” kata Dokter Yong, tapi Song Hwa langsung menutup telpnya.
Didepan
ruangan operasi, Hong Bo dan Yun Bo melihat dari jendela. Dokter Hoe memberitahu
Mereka masih mengatur posisi jadi masuk nanti saja dan menyuruh ikut dengan
saja.
“Sepuluh
tahun lalu ibuku menjalani operasi berat, dan dokter yang menangani ibu ketika
itu sangat keren.” Kata Yun Bok. Dokter Heo tak percaya mendengarnya.
“Ya. Ibu
sakit-sakitan saat aku masih kelas satu SMP. Dia dioperasi selama lebih dari 10
jam, dan dirawat di Unit Perawatan Intensif selama sepekan, tetapi dia tak
bangun. Dia meninggal.” Cerita Yun Bok. Dokter Heo meminta maaf mendengarnya
“Tidak
perlu... Kalau diingat sekarang, sepertinya dia dokter magang atau residen.
Dulu kupikir semua yang memakai jas dokter adalah dokter. Dokter itu menangis
tersedu-sedu dan meminta maaf karena tak bisa menyelamatkan ibuku. Aku paham
meski baru kelas satu SMP.” Ungkap Yun Bok
“Aku
paham ibu kesakitan, dan melihat sendiri para dokter berusaha keras di Unit
Perawatan Intensif. Malah awalnya aku tenang. Aku baik-baik saja hingga dokter
yang sedikit berumur bilang kalau ibu sudah meninggal. Namun, dokter itu
menangis tersedu-sedu begitu melihat kami... dan meminta maaf.” Cerita Yun Bok
dan saat itu Hong Bo ikut menangis mendengarnya.
"Ibumu
akan melihat kalian dari surga. Kalian harus tumbuh dengan baik." Lalu dia
berjanji akan menjadi dokter yang lebih baik. Dia mengatakan itu sambil
menangis kepada anak SMP. Ketika itu aku dan Hong-do mulai menyadarinya.
"Kini kami tak punya ibu yang dimiliki orang lain." Aku tersedu-sedu
ketika itu.”cerita Yun Bok.
“Namun,
apa maksudnya "kami"?” tanya Dokter Heo bingung. Yun Bok mengaku
kalau mereka berdua itu kembar.
“Jangan
menangis. Dia masih sering menangis kalau membicarakan Ibu.” Ucap Yun Bok
menenangkan Hong Bo.
“Seharusnya kau bilang. Kenapa tak bilang?” ucap Dokter Heo. Yun Bok mengaku Karena itu menyenangkan.
“Sejak
kecil guru dan teman-teman sering bertanya, dan kami malas menjawab. Jadi, kami
memutuskan untuk menikmatinya... Jangan bilang siapa-siapa. Maaf.” Ucap Yun Bok
dan Hong Bo pun meminta Maaf.
“Aku akan
merahasiakannya sementara.. Omong-omong, kau tahu nama dokter itu? Kurasa dia
akan senang jika kau menyapanya. Kau bsa Bilang juga kalau kau sudah jadi
dokter.” Ucap Dokter Heo.
“Aku tak tahu
namanya.”kata Yun Bok. Dokter Heo pikir mereka ingat wajahnya.
“Aku juga
tak terlalu ingat wajahnya. Aku dan Yun-bok hanya ingat sepatunya.” Kata Hong
Bo. Dokter Heo binggung mereka mengingat sepatu.
“Waktu
itu kami hanya menunduk karena terus menangis. Sepertinya saat itu dia
mengenakan sepatu baru.” Ucap Hong Bo
“Entah
karena sibuk, dia lupa melepas stiker ukurannya. Kami hanya ingat ukuran
sepatunya 225 mm.” Kata Yun Bok.
Dokter
Heo pikir mereka tak mungkin menemukannya lalu menerima telp dan memberitahu
kalau Operasinya dimulai dan mereka pun pergi.
**
Bersambung ke part 3
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar