PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Senin, 02 Maret 2020

Sinopsis Hi Bye Mama Episode 4 Part 2

PS : All images credit and content copyright : TVN
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe bulan ini 

Kang Hwa berbaring di kursi seperti sedang melakukan konseling. Dokternya akan membahas kejadian saat itu. Kang Hwa menyuruh agar enyah saja. Geun Sang ternyata sedang mencoba melakukan konseling dan langsung mengetik yang dikatakan Kang Hwa.
"Enyahlah." Lalu Bagaimana perasaanmu sekarang?” tanya Geun Sang. Kang Hwa kembali bicara Cukup dan enyahlah
"Cukup dan enyahlah." Baiklah, aku akan berhenti.Apa Kau benar-benar tidak mau menjalani perawatan? Dokter Jang tak bisa terus membelamu. Jadi Cukup. Apa Kau mau dipecat?” keluh Geun Sang.
“Apa saranmu?” tanya Kang Hwa. Geun Sang pikir tak bisa melakukan apapun.
“Apa maksudmu? Coba jelaskan!” tanya Geun Sang. Kang Hwa menceritakan  Jika Hyun-jung mati dan hidup kembali, tapi ia sudah menikah lagi dan ingin tahu yang akan dilakukan Geun Sang.
“Apa yang kulakukan? Apa? Hyun Jung mati. Aku menikah lagi. Lalu Hyun-jung hidup kembali... Aku lebih baik mati... Tapi Tunggu... Hyun Jung menikah lagi..Bukan, aku... Hyun-jung... Tapi kenapa hidup lagi? Jika dia tak hidup lagi, aku juga bahagia.” Kata Geun Sang bingung
“Tidak. Tunggu... Astaga, ini gila. Sungguh menjengkelkan. Hanya memikirkannya saja sudah membuatku kesal. Kenapa aku terus memikirkannya? Apa ini penyiksaan model baru?” keluh Geun Sang kesal sendiri
“Sudahlah lupakan saja... Aku salah menanyakanmu... Lupakan saja. Pergi. Posting saja foto OOTD atau apa pun. Kau Pakai pengencang celana sana.. Kau Pergi saja!” keluh Kang Hwa kesal.
“Hei.. Ini ruanganku.” Ucap Geun Sang. Kang Hwa menyadarinya lalu tetap tak peduli tetap berbaring. 



Di kantin
Perawat mendengar cerita Kang Hwa berkomentar kalau Ia mungkin kecewa, tapi maklum kalau suaminya menikah lagi karena ia sudah mati. Perawat yang lain pun juga setuju karena menurutnya tak peduli menikah lagi atau tidak, ia  hanya rindu anaknya.
“Apa? Anak lebih penting dari suami?” ucap Kang Hwa kaget. Perawat lain membenarkan.
“Jika berpisah, maka suami tidak ada hubungan lagi. Anak ada hubungan darah. Apa Kau tahu penyakit yang diderita ibu-ibu muda masa kini? Fobia kematian.” Ucap Perawat. Kang Hwa kaget mendengarnya.
“Ketakutan untuk meninggalkan orang-orang yang disayangi. Anehnya, ibu-ibu yang terkena penyakit ini tidak takut dengan kematiannya sendiri, tapi lebih mencemaskan, "Bagaimana anakku bisa hidup tanpaku?" ucap salah satu perawat.
“Mati meninggalkan anak saja sudah sebuah ketakutan. Aku tidak bisa membayangkannya.” Komentar perawat lain.
“Sudah cukup, jangan bahas lagi... Kenapa kau selalu menanyakan hal aneh? Ayo kita berdiri... Dokter Cho akan mentraktir kopi.” Kata Geun Sang melihat Kang Hwa hanya diam melamun. 


Seo Woo terlihat sedang duduk sendirian sambil bermain, sementara Yu Ri menangis di dapur mengeluh bertanya Kapan mereka bisa melihat anak-anak. Si nenek menegaskan kalau tidak punya waktu untuk itu dan Tak mudah memberi makan anak-anak ini.
Akhirnya Yu Ri terus menangis mengupas kulit bawang bombay, setelah itu mengupas kuling wortel, kentang, daun bawang dan juga bawang putih. Ia pun merasakan punggungnya sangat pegal, sampai akhirnya mengangkat bahan makanan yang berat.
“Tidak. Ini salah. Bukan ini keinginanku... Aku tak tahan lagi... Ini Melelahkan sekali.” keluh Yu Ri
“Kau Istirahat saja. Sebentar lagi jam makan.” Ucap Si nenek yang sedang membungkuk melepaskan badanya. Yu Ri pun bergegas pergi. 
Yu Ri bergegas ke ruangan kesal berpikr kalau yakin hantu ada di sekitar sini dan mungkin sedang mengikuti Seo-woo. Ia lalu berhenti melihat papan didepanya dengan judul “PERKENALAN KELUARGA KAMI” dan bagian  KELAS MATAHARI terlihat foto anaknya dengan Min Jung dan Kang Hwa dan terlihat bahagia. 


Flash Back
“Apa? Asisten dapur? Kenapa kau harus melakukan itu? Apa Karena ingin melihat Seo-woo?” ucap Kang Hwa kaget.
“Jangan khawatir, aku tidak akan bilang apa pun, bahkan kepada Seo-woo.” Ucap Yu Ri
“Aku akan mempertemukanmu dengan Seo-woo. Kau tak perlu bekerja di sana.” Ucap  Kang Hwa menyakinkan. 


Yu Ri akhirnya pergi mencari hantu anak kecil dan melihat Seo Woo sedang bermain dengan hantu tersebut. Akhirnya ia memanggil si hantu anak dan anak tersebut langsung berlari keluar kelas. Yu Ri mencoba mencari dan dan bisa menemukan didalam lemari es.
“Bibi juga tidak ingin berbuat ini... Maafkan aku, Nak.” Ucap Yu Ri akan memberikan jimat yang dipesanya. Saat membuka pintu kulkas si anak langsung tersenyum
“Jangan seperti itu... Kau membuat hatiku lemah.” Ucap Yu Ri sambil meminta maaf memberikan jimat penghilang hantu. Tapi si anak  malah seperti senang seperti ada yang mengajak bermain.
“Apa? Kenapa tidak berfungsi? Astaga, Bu Mi-dong. Dasar penipu... Ahh.. Bagus. Aku butuh itu.” Kata Yu Ri melihat kacang yang ada didekatnya.
“Nak, larilah jika terasa sakit.” Kata Yu Ri mulai melempar kacang, tapi Si anak malah senang.
“Apa? Tidak sakit? Ini seharusnya sakit sekali.” ucap Yu Ri heran lalu teringat ucapan Mi Dong “Aku tak yakin bisa digunakan untuk arwah anak kecil.”
“Apa ini Tidak berfungsi karena dia masih kecil? Lalu bagaimana mengusirnya?” tanya Yu Ri bingung.
Sang nenek yang tadinya tertidur akhirnya terbangun heran melihat yu Ri melempar kacang dan membuatnya berantakan. Yu Ri terbangun meminta maaf.  Si hantu anak langsung bergegas pergi. Si nenek bingung, Yu Ri pun bertanya-tanya “Siapa dia sebenarnya?”
“Bagaimana aku melakukanya?” ucap Yu Ri bingung. Sang nenek heran dengan Yu Ri karena membuatnya takut.



Seorang ibu menaruh bunga didepan tempat abu, terlihat sangat frustasi dan tertulis nama [KIM HYEOK-JIN] dengan foto si anak kecil yang berkeliaran. Di dalam kuil seorang biksu sedang berdoa, Mi Dong menyalakan lilin lalu keluar terlihat Nyonya Jeon sedang bersujud.
“Dia datang lagi, kan?” sapa Mi Dong pada seorang wanita. Si wanita berpikir Sepertinya masih sulit baginya.
“Istri yang ditinggal suami itu janda. Suami yang ditinggal istri itu duda. Anak yang ditinggal orang tua itu yatim piatu. Tapi kenapa tak ada sebutan untuk orang tua yang ditinggal anak?” ucap Mi Dong.
“Itu Karena tidak dapat dibayangkan. Tidak ada kata yang bisa mendeskripsikan penderitaan itu.” Ucap Mi Dong lalu menatap ke arah dalam dan ibu Yu Ri masih terus berdoa. 


Di depan kuil terlihat banyak orang yangs sedang duduk. Nyonya Jeon melihat seorang ibu yang sedang melamun dan tampak sedih. Ia tahu kalau wanita itu pasti perpikir ini sungguh berat. Si wanita menatap Nyony Jeon.
“Kau pasti berpikir, "Semua orang yang ada di sini adalah orang yang kehilangan anak. Kenapa aku berada di antara orang-orang ini?" Aku juga pernah berpikir begitu. Karena aku, semua orang di keluargaku tidak bisa tertawa lepas.” Ucap Nyonya Jeon.
“Kalau aku bersama orang asing, mereka semua tertawa, tapi... aku merasa tidak berhak untuk tertawa. Oleh karena itu, aku mencari orang yang senasib denganku. Itu malah membuatku berpikir, "Untuk apa aku berada di antara orang-orang ini?" Aku tak memahaminya.” Ungkap Nyonya Jeon.
“Dengan datang ke sini, tidak membuatmu merasa lebih baik. Meskipun begitu, saling menopang dan berusaha mencari jawaban, hanya cara itulah untuk bisa terus bertahan hidup.” Kata Nyonya Jeon. Si ibu pun mulai menangis. Nyonya Jeon menepuk bahunya.
“Jika kau melihat dari sini, dalam satu hari banyak sekali orang yang meninggal. Aku berpikir, "Bukan aku, 'kan? Itu juga bukan anakku, 'kan?" Aku tak mengerti kenapa terus hidup seperti itu.” Kata Nyonya Jeon melihat ada beberapa keluarga yang datang karena ada yang meninggal lalu menenangkan kembali ibu yang menangis. 



Seorang anak bertubuh besar menangis dengan nampan makanya. Sang guru meminta agar jangan menangis karena akan memberinya lebih. Jika selesai makan itu. Seoran anak berbaring dilantai tanpa mengambil makanan, sang guru langsung menghampirinya.
“Ayo.. Duduk dan makanlah... Kau Pintar sekali. Gunakan sendokmu.” Ucap Sang guru lalu menenangkan akan yang lain tak mau makan  malah bermain.
“Hai, Seo-woo.. Ini Sosis. Enak sekali. Dimakan, ya? Makan banyak, dan kunyah yang benar, ya?” ucap Yu Ri menyap Seo Woo yang mengambil makan.
“Ini Sup.. Daging dan sayur yang banyak... Terlihat enak, 'kan? Selamat makan.” Kata Yu Ri sengaja mengambilkan sendiri dari tangan si nenek.
“Dia masih kecil. Tak makan sebanyak itu.. Apa Kau kenal dia?” tanya si nenek. Yu Ri terlihat bingung.
“Aku sangat mengenal Seo-woo. Dia terlihat membaik dibanding keributan beberapa bulan lalu.” Ucap Nenek.
“Keributan? Apa maksudmu?” tanya Yu Ri sambil menatap sang anak yang makan dengan lahap.
“Dibanding dengan murid lainnya, dia sangat lambat dan diam, ibu-ibu lain membenci Seo-woo.” Cerita nenek
“Mereka terlalu berlebihan. Itu wajar terjadi. Dia tidak membahayakan.” Ungkap Yu Ri kesal
“Bukan membahayakan, tapi takut akan membahayakan. Karena anak mereka di kelas yang sama, mereka takut akan mempengaruhi anaknya, dan bahkan ingin Seo-woo turun kelas.” Cerita si nenek
“Di antara ibu-ibu itu ada yang sangat aneh.” Ungkap Nenek. Yu Ri merasa ini Keterlaluan dan ingin tahu ibu siapa. Si nenek mengaku tak tahu.
Apa ada anak lahir langsung pintar? Ada anak yang cepat, ada yang lambat. Ada yang banyak bicara, ada yang diam. Mana mungkin semua anak sama? Ini Benar-benar keterlaluan...” ucap Yu Ri kesal
“Anak-anak bisa mendengarmu. Ayo Cepat senyum.” Kata Nenek. Yu Ri pun tak bisa tersenyum dan terlihat sedih. 

Anak-anak bermain mengumpulkan topi pada gurunya, Hyuk Jin ingin ikut bermain tapi tanganya tak bisa menyentuh topi tersebut, beberapa kali topinya diambil anak yang lainya. Saat itu Seo Woo datang memberikan topi untuk Hyuk Jin.
“Seo-woo, bukan begitu... Seharusnya begini.” Ucap guru memberikan contoh. Tapi Seo Woo mengambilnya dan ingin memberikan pada Hyuk Jin. Sang guru terlihat bingung.
Seo Woo berlari memanggil Hyuk Jin, Sang guru mengejarnya kaget lalu menatap guru yang lainya. 

Sementara di rumah, Min Jung menatap “HASIL PENILAIAN PSIKOLOGIS CHO SEO-WOO” [ KEMAMPUAN SOSIAL: KURANG KEMAMPUAN KOGNITIF: KURANG, PEMAHAMAN MEMBACA: KURANG]  Wajahnya pun terlihat sedih.
“Perlukah kita membahasnya dengan ibunya Seo-woo? Setidaknya dengan kepala sekolah.” Komentar guru.
“Sejujurnya, aku sering mendengarnya.” Ungkap guru kedua. Guru Ketiga membenarkan.
“Tidak, dia masih sangat muda. Mungkin dia hanya mengingat namanya.” Komentar guru kedua.
“Tetap saja, dia selalu menyebutkan nama anak yang sudah meninggal.” Ucap guru ketiga.
Yu Ri berjalan di sekitar sekolah dan melihat papan lainya tentang keluarga dan menemukan foto Hyuk Ji. Ia pun baru tahu kalau ternyata anak itu juga sekolah di sini dan tahu alasanya terus menetap di sini
“Dia mungkin tak tahu sudah meninggal.” Kata Yu Ri sedih melihat foto Hyuk Jin didengan ayah dan ibunya. 


Semua anak sedang bermain, tiba-tiba ada seorang anak yang menangis, Sang guru pun menenangkan sang anak yang menangis. Tiba-tiba terdengar suara bel, salah seorang anak terlihat bahagia karena ibunya datang. Setelah itu bel terus berbunyi dan anak-anak keluar bergantian dijemput anaknya.
Yu Ri melihat Hyuk Jin yang duduk sendirian didalam ruangan. Seorang guru menyapa Yu Ri yang belum pulang. Yu Ri menganguk. Guru pikir kalau Yu Ri pasti merasa sepi karena sudah banyak orang tua yang menjemput.

“Ketika waktunya pulang, anak-anak menjadi murung. Semakin memburuk saat satu per satu dijemput orang tuanya.” Ungkap guru. Yu Ri melihat Hyuk Jin yang duduk sendirian.
“Kau menunggu ibumu, ya? Hyuk-jin... Kau manis sekali.” kata Yu Ri menyapa Hyun Jin yang mulai tersenyum padanya. 



Di dalam rumah Mi Dong, berteriak marah kalau jangan menghubunginya lagi karena Istrinya takut dengan Mi Dong. Mi Dong hanya bisa terdiam melihat sang anak. Anaknya memperingatkan Mi Dong  Jika terus melakukan ini, maka akan memutuskan hubungan mereka.
“Umur anakku lima tahun. Bagaimana bisa bertemu kau yang bisa melihat arwah? Hentikan omong kosong ini!” teriak si anak.
"Omong kosong"? Apa Kau pikir aku bisa memilih takdir ini? Apa Kau pikir aku bisa memprediksi ini?” ucap  Mi Dong
“ Apa Kau pikir ini normal? Jangan hubungi aku lagi!”rah teriak sang anak. Tiba-tiba Yu Ri datang dengan wajah sangat marah 

“Aku tak percaya dengan yang kudengar. Usiamu bahkan belum setengah abad, berani mengajari ibumu? Dia memberi pakaian, makanan, bahkan merawatmu!” teriak Yu Ri. Si anak terlihat bingung.
“Kau siapa?” ucap sang anak. Mi Dong heran Yu Ri yang datang ketempatnya lagi.
“Kenapa? Untuk membawa arwah anak kecil ke tempat yang lebih baik. Hanya ibumu yang bisa melakukannya.” Ucap Yu Ri
“Arwah lagi?” keluh Anak Mi Dong dengan tawa mengejek. Yu Ri kesal karena anak itu pikir arwah itu lelucon
“Karena kau masih hidup sampai sekarang, Apa kau pikir besok dan lusa pun akan begitu? Apa Kau pikir takkan menjadi arwah? Sayang sekali... Tidak ada yang tahu, apa yang akan terjadi besok.” Ucap Yu Ri marah. Anak Mi Dong memilh untuk pergi.
“Yeong-seon, makan malam dahulu!” teriak Mi Dong masih khawatir dengan anaknya.
“Setelah dia berteriak seperti itu, kenapa kau biarkan anakmu?” keluh Yu Ri. Mi Dong pikir kalau sudah pernah bilang
“Hidupku penuh kesepian... Walau begitu, saat kecil dia sangat baik. Dia hanya ingin melindungi orang yang dicintainya.  Tapi, kenapa kau kemari?” tanya Mi Dong 
Yu Ri berjalan menuju sekolah mengingat yang dikatakan Mi Dong “Arwah anak kecil yang tak sadar dengan kematiannya bisa pergi dengan tenang asal keinginannya terkabul. Yu Ri mengerti kalau hanya perlu bertemu ibunya.
Akhirnya Yu Ri sampai di depan TK HAEMIL GEMBIRA, dan melihat papan dengan foto keluarga Hyuk Jin. Nenek dan kepala sekolah dengan guru melihat Yu Ri yang datang pagi sekali. Sang nenek heran Yu Ri malah menungu didepan kelas bukan langsung ke dapur.
“Kepala sekolah... Foto itu... Bukankah lebih baik dikembalikan?” ucap Yu Ri
“Benar juga.  Ini Sudah berbulan-bulan sejak kepergian Hyuk-jin.” Kata Kepsek menatap para guru. Yu Ri pun bisa sedikit tersenyum. 


Nenek sedang motong kol, Yu Ri meminta izin untuk ke toilet sebentar. Nenek mengeluh mau kemana Yu Ri karena mereka sedang sibuk. Yu Ri pun bergegas pergi dan langsung menunggu didepan sekolah terlihat gelisah karena belum juga datang.
Seorang ibu datang dengan wajah sedih, Yu Ri pun senang melihat ibu Hyuk Jin yang datang. Ternyata itu adalah ibu yang pernah bertemu dengan Nyonya Jeon dikuil. Ibu Hyuk Jin terdiam melihat anak-anak yang bermain seperti ingat dengan sang anak.
Hyuk Jin menatap jendela seperti sangat berharap dijemput oleh ibunya. Sang ibu terlihat ragu untuk menekan bel. Yu Ri menungguny dengan wajah khawatir. Akhirnya Ibu Hyuk Jin menekan bel, Hyun Jin langsung berlari mendengar ibunya datang.
“Selamat datang...” sapa kepsek. Ibu Hyun Jin pun menanyakan kabarnya. Kepsek mengaku baik.
Saat itu Hyun Jin berlari ke arah ibunya, Ibu Hyun Jin menatapnya tapi saat itu bukan Hyun Jin yang dilihat tapi Seo Woo datang. Kepsek pun bertanya ada apa dan Apa terjadi sesuatu. Seo Woo hanya diam saja dengan membawa mainan.
“Seo-woo, ada yang ingin kau katakan?” tanya Ibu guru. Seo Woo hanya memberikan mainan mobil-mobilan.
“Seo-woo, ini untuk siapa?” tanya Ibu Guru. Ibu Hyun Jin melihat mainan dengan label nama anaknya.
“Adakah seseorang di sini?” tanya sang ibu menangis dan tahu kalau Seo Woo bisa melihat anaknya. Yu Ri pun bisa melihat sang anak sedang memeluk ibunya yang menangis. Akhirnya Hyuk Jin pun mengikuti ibunya pergi. 



Yu Ri melihat dengan wajah bahagia, lalu berjalan dan terdengar para guru sedang membahas kalau Seo-woo memberikan seperti tak percaya. Guru pertama memberitahu kalau Seo Woo membawakan mainan Hyuk-jin kepada ibunya.
“Wahh... Bukan main... Ibu Hyuk-jin pasti merasa bersalah. Ibunya pernah melarang Hyuk-jin untuk bermain dengan Seo-woo. Dia bahkan mau Seo-woo pindah ke kelas lain. Dia pasti tak menyangka itu.” Ucap guru dan Yu Ri mendengarnya seperti tak percaya. 

Ibu Hyuk Jin keluar sekolah dan melihat Min Jung, Min Jung pun berjalan begitu saja. Ibu Hyuk Jin memanggilnya lalu meminta maaf untuk semuanya dan sampaikan terima kasihnya untuk Seo-woo. Min Jung terlihat bingung. 

Geun Sang masuk restoran memangil istrinya tapi tak melihatnya dan  bertanya-tanya kemana perginya dan berpikir sedang Pergi berbelanja lagi. Ia pun mengeluh kalau istrnya itu selalu pergi ke pasar akhirnya ia mencoba melihat CCTV.
“Dia selalu menghabiskannya sendiri. Kenapa tempat sekecil ini perlu menggunakan CCTV?” keluh Geun Sang.
Yu R keluar dari sekolah anaknya sambil mengeluh kalau Ibu Hyuk Jin yang lebih dahulu mengusik Seo-woo. Ia yakin ibunya Pasti lebih sulit baginya sekarang. Saat itu Ia terkejut melihat seseorang sampai mejatuhkan tas belanjanya.
Geun Sang yang ada dirumah kaget melihat dari CCTV kalau Yu Ri datang ke restoran merapihkan foto. Hyun Jung dan Yu Ri terlihat sangat dekat,  bahkan Yu Ri menunggu Hyun Jung yang datang saat mereka akan bertemu. Keduanya pun minum bersama walaupun mereka sudah menikah.
Hyun Jung terkaget-kaget melihat Yu Ri yang ada didepanya. Yu Ri pun hanya bisa diam saja melihat Hyun Jung yang ada didepanya. 


EPILOG
Yu Ri melihat Hyun Jung yang baru saja melahirka  berkomentar kalau pasti bosan jadi meminta agar menunggu sebentar saja karena Pekan depan akan datang ke rumah sakit juga.  Hyun Jung mengaku terus menghitung hari kedatangan temanya.
“Kalian sudah seperti belahan jiwa saja. Bagaimana bisa hanya berbeda satu minggu? Apa Sengaja mencocokan tanggal?” goda Kang Hwa. Yu Ri mengeluh Kang Hwa yang berkomentar kalau sengaja.
“Mana bisa sengaja dicocokkan? Bodoh.” Keluh Yu Ri. Hyun Jung pun membenarkan.
“Kenapa dia duduk diam saja?” tanya Yu Ri. Hyun Jung berkomentar karena suaminya itu sudah gila. Geum Sang duduk sambil memegang buket bunga melihat ke arah jendela.
“Biarkan saja.” Ucap Hyun Jung. Kang Hwa memanggil Geum Sang. Hyun Jung pikir suaminya memang sudah gila.
“Sementara kau hanya seorang pria, aku seorang ayah... Seorang ayah.” Ucap Geum Sang. Kang Hwa mengejek apakah temanya sudah gila.
“Seorang ayah, orang tua... Sebagai ayah senior, asal tahu saja, kalau dijabarkan, rasanya sungguh aneh. Saat melihat anakku pertama kalinya... Saat melihatnya, rasanya...Air mata keluar tanpa kusadari.” Ungkap Geum Sang
“Merasakan tanggung jawab... Kepercayaan diri tiba-tiba muncul, seolah-olah aku bisa mengangkat angkasa. Kau rasakan sendiri... Ini Aneh.” Kata Geum Sang
Kang Hwa melihat temanya bertanya-tanya kenapa temanya itu. Hyun Jung mengejek kalau suaminya memang sudah gila. Geun Sang memegang tangan Hyun Jung memuji kalau sudah melakukan yang terbaik dan sudah menjadi seorang ibu.
“Ibu, kau yang terbaik...Bahkan di usia ini... Aku bangga denganmu.” Ejek Geum Sang. Hyun Jung marah langsung menendangnya. Geum Sang langsung berlutut kesakitan.
“Kenapa ditendang di situ?” keluh Geum Sang. Hyun Jung menyuruh Geum Sang untuk berani mengatakan lagi.
Geum Sang langsung naik ke ranjang, Hyun Jung heran yang dilakukan suaminya. Geum Sang mengaku lebih kesakitan dari Geum Sang. Kang Hwa menutup mata Yu Ri agar tak melihatnya karena tak baik untuk jabang bayi. Geum Sang mengeluh sakit karena salah tendang.




Yu Ri dan Kang Hwa pun keluar dari kamar rawat, Yu Ri pikir Geum Sang tidak berubah sama sekali. Kang Hwa yakin setelah menjadi kakek-kakek maka baru akan berubah lalu berkomentar kalau mereka benar-benar akan menangis terus saat pertama kali lihat bayi,
“Kenapa harus menangis? Kau pasti begitu! Sambil berkata, "Senang bisa melihatmu, Bayi.” Ejek Yu Ri
“Tidak. Bukan begitu.. Aku akan menyapanya dengan manis. "Hai, selamat datang." Apa Mau bertaruh? Pertama menangis, traktir ayam.” Kata Kang Hwa. Yu Ri pun langsung menyetujuinya.
“Apa Kau yakin?Jangan berubah pikiran.” Ucap Kang Hwa. Yu Ri mengejek kalau Kang Hwa yang jangan berubah pikiran bahkaan sedikit pun tidak boleh.
Saat Seo Woo lahir terlihat ditangannya nama bayi Cha Yu Ri. Seo Woo menatapnya tapi tak menangis, yang ada hanya malah seperti sedih tapi tak bisa senang karena kehilangan Yu Ri. Akhirnya Ia pergi berjalan seperti separuh jiwanya hilang.
Bersambung ke episode 5

Cek My Wattpad... Stalking 

      
Cek My You Tube Channel "ReviewDrama Korea"

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar