PS : All images credit and content copyright : TVN
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Kang Hwa
berbaring di kursi seperti sedang melakukan konseling. Dokternya akan membahas kejadian
saat itu. Kang Hwa menyuruh agar enyah saja. Geun Sang ternyata sedang mencoba
melakukan konseling dan langsung mengetik yang dikatakan Kang Hwa.
"Enyahlah."
Lalu Bagaimana perasaanmu sekarang?” tanya Geun Sang. Kang Hwa kembali bicara
Cukup dan enyahlah
"Cukup
dan enyahlah." Baiklah, aku akan berhenti.Apa Kau benar-benar tidak mau
menjalani perawatan? Dokter Jang tak bisa terus membelamu. Jadi Cukup. Apa Kau
mau dipecat?” keluh Geun Sang.
“Apa
saranmu?” tanya Kang Hwa. Geun Sang pikir tak bisa melakukan apapun.
“Apa
maksudmu? Coba jelaskan!” tanya Geun Sang. Kang Hwa menceritakan Jika Hyun-jung mati dan hidup kembali, tapi
ia sudah menikah lagi dan ingin tahu yang akan dilakukan Geun Sang.
“Apa yang
kulakukan? Apa? Hyun Jung mati. Aku menikah lagi. Lalu Hyun-jung hidup
kembali... Aku lebih baik mati... Tapi Tunggu... Hyun Jung menikah lagi..Bukan,
aku... Hyun-jung... Tapi kenapa hidup lagi? Jika dia tak hidup lagi, aku juga
bahagia.” Kata Geun Sang bingung
“Tidak.
Tunggu... Astaga, ini gila. Sungguh menjengkelkan. Hanya memikirkannya saja
sudah membuatku kesal. Kenapa aku terus memikirkannya? Apa ini penyiksaan model
baru?” keluh Geun Sang kesal sendiri
“Sudahlah
lupakan saja... Aku salah menanyakanmu... Lupakan saja. Pergi. Posting saja
foto OOTD atau apa pun. Kau Pakai pengencang celana sana.. Kau Pergi saja!”
keluh Kang Hwa kesal.
“Hei.. Ini
ruanganku.” Ucap Geun Sang. Kang Hwa menyadarinya lalu tetap tak peduli tetap
berbaring.
Di kantin
Perawat
mendengar cerita Kang Hwa berkomentar kalau Ia mungkin kecewa, tapi maklum
kalau suaminya menikah lagi karena ia sudah mati. Perawat yang lain pun juga
setuju karena menurutnya tak peduli menikah lagi atau tidak, ia hanya rindu anaknya.
“Apa?
Anak lebih penting dari suami?” ucap Kang Hwa kaget. Perawat lain membenarkan.
“Jika
berpisah, maka suami tidak ada hubungan lagi. Anak ada hubungan darah. Apa Kau
tahu penyakit yang diderita ibu-ibu muda masa kini? Fobia kematian.” Ucap
Perawat. Kang Hwa kaget mendengarnya.
“Ketakutan
untuk meninggalkan orang-orang yang disayangi. Anehnya, ibu-ibu yang terkena
penyakit ini tidak takut dengan kematiannya sendiri, tapi lebih mencemaskan,
"Bagaimana anakku bisa hidup tanpaku?" ucap salah satu perawat.
“Mati
meninggalkan anak saja sudah sebuah ketakutan. Aku tidak bisa membayangkannya.”
Komentar perawat lain.
“Sudah
cukup, jangan bahas lagi... Kenapa kau selalu menanyakan hal aneh? Ayo kita
berdiri... Dokter Cho akan mentraktir kopi.” Kata Geun Sang melihat Kang Hwa
hanya diam melamun.
Seo Woo
terlihat sedang duduk sendirian sambil bermain, sementara Yu Ri menangis di
dapur mengeluh bertanya Kapan mereka bisa melihat anak-anak. Si nenek
menegaskan kalau tidak punya waktu untuk itu dan Tak mudah memberi makan
anak-anak ini.
Akhirnya
Yu Ri terus menangis mengupas kulit bawang bombay, setelah itu mengupas kuling
wortel, kentang, daun bawang dan juga bawang putih. Ia pun merasakan
punggungnya sangat pegal, sampai akhirnya mengangkat bahan makanan yang berat.
“Tidak.
Ini salah. Bukan ini keinginanku... Aku tak tahan lagi... Ini Melelahkan
sekali.” keluh Yu Ri
“Kau Istirahat
saja. Sebentar lagi jam makan.” Ucap Si nenek yang sedang membungkuk melepaskan
badanya. Yu Ri pun bergegas pergi.
Yu Ri
bergegas ke ruangan kesal berpikr kalau yakin hantu ada di sekitar sini dan
mungkin sedang mengikuti Seo-woo. Ia lalu berhenti melihat papan didepanya
dengan judul “PERKENALAN KELUARGA KAMI” dan bagian KELAS MATAHARI terlihat foto anaknya dengan
Min Jung dan Kang Hwa dan terlihat bahagia.
Flash Back
“Apa?
Asisten dapur? Kenapa kau harus melakukan itu? Apa Karena ingin melihat
Seo-woo?” ucap Kang Hwa kaget.
“Jangan
khawatir, aku tidak akan bilang apa pun, bahkan kepada Seo-woo.” Ucap Yu Ri
“Aku akan
mempertemukanmu dengan Seo-woo. Kau tak perlu bekerja di sana.” Ucap Kang Hwa menyakinkan.
Yu Ri
akhirnya pergi mencari hantu anak kecil dan melihat Seo Woo sedang bermain
dengan hantu tersebut. Akhirnya ia memanggil si hantu anak dan anak tersebut langsung
berlari keluar kelas. Yu Ri mencoba mencari dan dan bisa menemukan didalam
lemari es.
“Bibi
juga tidak ingin berbuat ini... Maafkan aku, Nak.” Ucap Yu Ri akan memberikan
jimat yang dipesanya. Saat membuka pintu kulkas si anak langsung tersenyum
“Jangan
seperti itu... Kau membuat hatiku lemah.” Ucap Yu Ri sambil meminta maaf
memberikan jimat penghilang hantu. Tapi si anak
malah seperti senang seperti ada yang mengajak bermain.
“Apa?
Kenapa tidak berfungsi? Astaga, Bu Mi-dong. Dasar penipu... Ahh.. Bagus. Aku
butuh itu.” Kata Yu Ri melihat kacang yang ada didekatnya.
“Nak,
larilah jika terasa sakit.” Kata Yu Ri mulai melempar kacang, tapi Si anak
malah senang.
“Apa?
Tidak sakit? Ini seharusnya sakit sekali.” ucap Yu Ri heran lalu teringat
ucapan Mi Dong “Aku tak yakin bisa digunakan untuk arwah anak kecil.”
“Apa ini Tidak
berfungsi karena dia masih kecil? Lalu bagaimana mengusirnya?” tanya Yu Ri
bingung.
Sang
nenek yang tadinya tertidur akhirnya terbangun heran melihat yu Ri melempar
kacang dan membuatnya berantakan. Yu Ri terbangun meminta maaf. Si hantu anak langsung bergegas pergi. Si
nenek bingung, Yu Ri pun bertanya-tanya “Siapa dia sebenarnya?”
“Bagaimana
aku melakukanya?” ucap Yu Ri bingung. Sang nenek heran dengan Yu Ri karena
membuatnya takut.
Seorang
ibu menaruh bunga didepan tempat abu, terlihat sangat frustasi dan tertulis
nama [KIM HYEOK-JIN] dengan foto si anak kecil yang berkeliaran. Di dalam kuil
seorang biksu sedang berdoa, Mi Dong menyalakan lilin lalu keluar terlihat Nyonya
Jeon sedang bersujud.
“Dia
datang lagi, kan?” sapa Mi Dong pada seorang wanita. Si wanita berpikir Sepertinya
masih sulit baginya.
“Istri yang
ditinggal suami itu janda. Suami yang ditinggal istri itu duda. Anak yang
ditinggal orang tua itu yatim piatu. Tapi kenapa tak ada sebutan untuk orang
tua yang ditinggal anak?” ucap Mi Dong.
“Itu
Karena tidak dapat dibayangkan. Tidak ada kata yang bisa mendeskripsikan
penderitaan itu.” Ucap Mi Dong lalu menatap ke arah dalam dan ibu Yu Ri masih
terus berdoa.
Di depan
kuil terlihat banyak orang yangs sedang duduk. Nyonya Jeon melihat seorang ibu
yang sedang melamun dan tampak sedih. Ia tahu kalau wanita itu pasti perpikir
ini sungguh berat. Si wanita menatap Nyony Jeon.
“Kau pasti
berpikir, "Semua orang yang ada di sini adalah orang yang kehilangan anak.
Kenapa aku berada di antara orang-orang ini?" Aku juga pernah berpikir
begitu. Karena aku, semua orang di keluargaku tidak bisa tertawa lepas.” Ucap
Nyonya Jeon.
“Kalau
aku bersama orang asing, mereka semua tertawa, tapi... aku merasa tidak berhak
untuk tertawa. Oleh karena itu, aku mencari orang yang senasib denganku. Itu malah
membuatku berpikir, "Untuk apa aku berada di antara orang-orang ini?"
Aku tak memahaminya.” Ungkap Nyonya Jeon.
“Dengan
datang ke sini, tidak membuatmu merasa lebih baik. Meskipun begitu, saling
menopang dan berusaha mencari jawaban, hanya cara itulah untuk bisa terus
bertahan hidup.” Kata Nyonya Jeon. Si ibu pun mulai menangis. Nyonya Jeon
menepuk bahunya.
“Jika kau
melihat dari sini, dalam satu hari banyak sekali orang yang meninggal. Aku
berpikir, "Bukan aku, 'kan? Itu juga bukan anakku, 'kan?" Aku tak
mengerti kenapa terus hidup seperti itu.” Kata Nyonya Jeon melihat ada beberapa
keluarga yang datang karena ada yang meninggal lalu menenangkan kembali ibu
yang menangis.
Seorang
anak bertubuh besar menangis dengan nampan makanya. Sang guru meminta agar
jangan menangis karena akan memberinya lebih. Jika selesai makan itu. Seoran
anak berbaring dilantai tanpa mengambil makanan, sang guru langsung
menghampirinya.
“Ayo..
Duduk dan makanlah... Kau Pintar sekali. Gunakan sendokmu.” Ucap Sang guru lalu
menenangkan akan yang lain tak mau makan
malah bermain.
“Hai,
Seo-woo.. Ini Sosis. Enak sekali. Dimakan, ya? Makan banyak, dan kunyah yang
benar, ya?” ucap Yu Ri menyap Seo Woo yang mengambil makan.
“Ini
Sup.. Daging dan sayur yang banyak... Terlihat enak, 'kan? Selamat makan.” Kata
Yu Ri sengaja mengambilkan sendiri dari tangan si nenek.
“Dia
masih kecil. Tak makan sebanyak itu.. Apa Kau kenal dia?” tanya si nenek. Yu Ri
terlihat bingung.
“Aku
sangat mengenal Seo-woo. Dia terlihat membaik dibanding keributan beberapa
bulan lalu.” Ucap Nenek.
“Keributan?
Apa maksudmu?” tanya Yu Ri sambil menatap sang anak yang makan dengan lahap.
“Dibanding
dengan murid lainnya, dia sangat lambat dan diam, ibu-ibu lain membenci
Seo-woo.” Cerita nenek
“Mereka
terlalu berlebihan. Itu wajar terjadi. Dia tidak membahayakan.” Ungkap Yu Ri
kesal
“Bukan
membahayakan, tapi takut akan membahayakan. Karena anak mereka di kelas yang
sama, mereka takut akan mempengaruhi anaknya, dan bahkan ingin Seo-woo turun
kelas.” Cerita si nenek
“Di
antara ibu-ibu itu ada yang sangat aneh.” Ungkap Nenek. Yu Ri merasa ini
Keterlaluan dan ingin tahu ibu siapa. Si nenek mengaku tak tahu.
Apa ada
anak lahir langsung pintar? Ada anak yang cepat, ada yang lambat. Ada yang
banyak bicara, ada yang diam. Mana mungkin semua anak sama? Ini Benar-benar
keterlaluan...” ucap Yu Ri kesal
“Anak-anak
bisa mendengarmu. Ayo Cepat senyum.” Kata Nenek. Yu Ri pun tak bisa tersenyum
dan terlihat sedih.
Anak-anak
bermain mengumpulkan topi pada gurunya, Hyuk Jin ingin ikut bermain tapi
tanganya tak bisa menyentuh topi tersebut, beberapa kali topinya diambil anak
yang lainya. Saat itu Seo Woo datang memberikan topi untuk Hyuk Jin.
“Seo-woo,
bukan begitu... Seharusnya begini.” Ucap guru memberikan contoh. Tapi Seo Woo
mengambilnya dan ingin memberikan pada Hyuk Jin. Sang guru terlihat bingung.
Seo Woo
berlari memanggil Hyuk Jin, Sang guru mengejarnya kaget lalu menatap guru yang
lainya.
Sementara
di rumah, Min Jung menatap “HASIL PENILAIAN PSIKOLOGIS CHO SEO-WOO” [ KEMAMPUAN
SOSIAL: KURANG KEMAMPUAN KOGNITIF: KURANG, PEMAHAMAN MEMBACA: KURANG] Wajahnya pun terlihat sedih.
“Perlukah
kita membahasnya dengan ibunya Seo-woo? Setidaknya dengan kepala sekolah.”
Komentar guru.
“Sejujurnya,
aku sering mendengarnya.” Ungkap guru kedua. Guru Ketiga membenarkan.
“Tidak,
dia masih sangat muda. Mungkin dia hanya mengingat namanya.” Komentar guru
kedua.
“Tetap
saja, dia selalu menyebutkan nama anak yang sudah meninggal.” Ucap guru ketiga.
Yu Ri
berjalan di sekitar sekolah dan melihat papan lainya tentang keluarga dan
menemukan foto Hyuk Ji. Ia pun baru tahu kalau ternyata anak itu juga sekolah
di sini dan tahu alasanya terus menetap di sini
“Dia
mungkin tak tahu sudah meninggal.” Kata Yu Ri sedih melihat foto Hyuk Jin didengan
ayah dan ibunya.
Semua
anak sedang bermain, tiba-tiba ada seorang anak yang menangis, Sang guru pun
menenangkan sang anak yang menangis. Tiba-tiba terdengar suara bel, salah
seorang anak terlihat bahagia karena ibunya datang. Setelah itu bel terus
berbunyi dan anak-anak keluar bergantian dijemput anaknya.
Yu Ri
melihat Hyuk Jin yang duduk sendirian didalam ruangan. Seorang guru menyapa Yu
Ri yang belum pulang. Yu Ri menganguk. Guru pikir kalau Yu Ri pasti merasa sepi
karena sudah banyak orang tua yang menjemput.
“Ketika
waktunya pulang, anak-anak menjadi murung. Semakin memburuk saat satu per satu dijemput
orang tuanya.” Ungkap guru. Yu Ri melihat Hyuk Jin yang duduk sendirian.
“Kau
menunggu ibumu, ya? Hyuk-jin... Kau manis sekali.” kata Yu Ri menyapa Hyun Jin
yang mulai tersenyum padanya.
Di dalam
rumah Mi Dong, berteriak marah kalau jangan menghubunginya lagi karena Istrinya
takut dengan Mi Dong. Mi Dong hanya bisa terdiam melihat sang anak. Anaknya
memperingatkan Mi Dong Jika terus
melakukan ini, maka akan memutuskan hubungan mereka.
“Umur
anakku lima tahun. Bagaimana bisa bertemu kau yang bisa melihat arwah? Hentikan
omong kosong ini!” teriak si anak.
"Omong
kosong"? Apa Kau pikir aku bisa memilih takdir ini? Apa Kau pikir aku bisa
memprediksi ini?” ucap Mi Dong
“ Apa Kau
pikir ini normal? Jangan hubungi aku lagi!”rah teriak sang anak. Tiba-tiba Yu
Ri datang dengan wajah sangat marah
“Aku tak
percaya dengan yang kudengar. Usiamu bahkan belum setengah abad, berani mengajari
ibumu? Dia memberi pakaian, makanan, bahkan merawatmu!” teriak Yu Ri. Si anak
terlihat bingung.
“Kau
siapa?” ucap sang anak. Mi Dong heran Yu Ri yang datang ketempatnya lagi.
“Kenapa?
Untuk membawa arwah anak kecil ke tempat yang lebih baik. Hanya ibumu yang bisa
melakukannya.” Ucap Yu Ri
“Arwah
lagi?” keluh Anak Mi Dong dengan tawa mengejek. Yu Ri kesal karena anak itu
pikir arwah itu lelucon
“Karena kau
masih hidup sampai sekarang, Apa kau pikir besok dan lusa pun akan begitu? Apa
Kau pikir takkan menjadi arwah? Sayang sekali... Tidak ada yang tahu, apa yang
akan terjadi besok.” Ucap Yu Ri marah. Anak Mi Dong memilh untuk pergi.
“Yeong-seon,
makan malam dahulu!” teriak Mi Dong masih khawatir dengan anaknya.
“Setelah
dia berteriak seperti itu, kenapa kau biarkan anakmu?” keluh Yu Ri. Mi Dong
pikir kalau sudah pernah bilang
“Hidupku
penuh kesepian... Walau begitu, saat kecil dia sangat baik. Dia hanya ingin
melindungi orang yang dicintainya. Tapi,
kenapa kau kemari?” tanya Mi Dong
Yu Ri
berjalan menuju sekolah mengingat yang dikatakan Mi Dong “Arwah anak kecil yang
tak sadar dengan kematiannya bisa pergi dengan tenang asal keinginannya
terkabul. Yu Ri mengerti kalau hanya perlu bertemu ibunya.
Akhirnya
Yu Ri sampai di depan TK HAEMIL GEMBIRA, dan melihat papan dengan foto keluarga
Hyuk Jin. Nenek dan kepala sekolah dengan guru melihat Yu Ri yang datang pagi
sekali. Sang nenek heran Yu Ri malah menungu didepan kelas bukan langsung ke
dapur.
“Kepala
sekolah... Foto itu... Bukankah lebih baik dikembalikan?” ucap Yu Ri
“Benar
juga. Ini Sudah berbulan-bulan sejak
kepergian Hyuk-jin.” Kata Kepsek menatap para guru. Yu Ri pun bisa sedikit
tersenyum.
Nenek
sedang motong kol, Yu Ri meminta izin untuk ke toilet sebentar. Nenek mengeluh
mau kemana Yu Ri karena mereka sedang sibuk. Yu Ri pun bergegas pergi dan
langsung menunggu didepan sekolah terlihat gelisah karena belum juga datang.
Seorang
ibu datang dengan wajah sedih, Yu Ri pun senang melihat ibu Hyuk Jin yang
datang. Ternyata itu adalah ibu yang pernah bertemu dengan Nyonya Jeon dikuil.
Ibu Hyuk Jin terdiam melihat anak-anak yang bermain seperti ingat dengan sang
anak.
Hyuk Jin
menatap jendela seperti sangat berharap dijemput oleh ibunya. Sang ibu terlihat
ragu untuk menekan bel. Yu Ri menungguny dengan wajah khawatir. Akhirnya Ibu
Hyuk Jin menekan bel, Hyun Jin langsung berlari mendengar ibunya datang.
“Selamat
datang...” sapa kepsek. Ibu Hyun Jin pun menanyakan kabarnya. Kepsek mengaku
baik.
Saat itu
Hyun Jin berlari ke arah ibunya, Ibu Hyun Jin menatapnya tapi saat itu bukan
Hyun Jin yang dilihat tapi Seo Woo datang. Kepsek pun bertanya ada apa dan Apa
terjadi sesuatu. Seo Woo hanya diam saja dengan membawa mainan.
“Seo-woo,
ada yang ingin kau katakan?” tanya Ibu guru. Seo Woo hanya memberikan mainan
mobil-mobilan.
“Seo-woo,
ini untuk siapa?” tanya Ibu Guru. Ibu Hyun Jin melihat mainan dengan label nama
anaknya.
“Adakah seseorang
di sini?” tanya sang ibu menangis dan tahu kalau Seo Woo bisa melihat anaknya.
Yu Ri pun bisa melihat sang anak sedang memeluk ibunya yang menangis. Akhirnya
Hyuk Jin pun mengikuti ibunya pergi.
Yu Ri
melihat dengan wajah bahagia, lalu berjalan dan terdengar para guru sedang
membahas kalau Seo-woo memberikan seperti tak percaya. Guru pertama memberitahu
kalau Seo Woo membawakan mainan Hyuk-jin kepada ibunya.
“Wahh...
Bukan main... Ibu Hyuk-jin pasti merasa bersalah. Ibunya pernah melarang
Hyuk-jin untuk bermain dengan Seo-woo. Dia bahkan mau Seo-woo pindah ke kelas
lain. Dia pasti tak menyangka itu.” Ucap guru dan Yu Ri mendengarnya seperti
tak percaya.
Ibu Hyuk
Jin keluar sekolah dan melihat Min Jung, Min Jung pun berjalan begitu saja. Ibu
Hyuk Jin memanggilnya lalu meminta maaf untuk semuanya dan sampaikan terima
kasihnya untuk Seo-woo. Min Jung terlihat bingung.
Geun Sang
masuk restoran memangil istrinya tapi tak melihatnya dan bertanya-tanya kemana perginya dan berpikir
sedang Pergi berbelanja lagi. Ia pun mengeluh kalau istrnya itu selalu pergi ke
pasar akhirnya ia mencoba melihat CCTV.
“Dia selalu
menghabiskannya sendiri. Kenapa tempat sekecil ini perlu menggunakan CCTV?”
keluh Geun Sang.
Yu R
keluar dari sekolah anaknya sambil mengeluh kalau Ibu Hyuk Jin yang lebih
dahulu mengusik Seo-woo. Ia yakin ibunya Pasti lebih sulit baginya sekarang.
Saat itu Ia terkejut melihat seseorang sampai mejatuhkan tas belanjanya.
Geun Sang
yang ada dirumah kaget melihat dari CCTV kalau Yu Ri datang ke restoran
merapihkan foto. Hyun Jung dan Yu Ri terlihat sangat dekat, bahkan Yu Ri menunggu Hyun Jung yang datang
saat mereka akan bertemu. Keduanya pun minum bersama walaupun mereka sudah
menikah.
Hyun Jung
terkaget-kaget melihat Yu Ri yang ada didepanya. Yu Ri pun hanya bisa diam saja
melihat Hyun Jung yang ada didepanya.
EPILOG
Yu Ri
melihat Hyun Jung yang baru saja melahirka
berkomentar kalau pasti bosan jadi meminta agar menunggu sebentar saja
karena Pekan depan akan datang ke rumah sakit juga. Hyun Jung mengaku terus menghitung hari
kedatangan temanya.
“Kalian
sudah seperti belahan jiwa saja. Bagaimana bisa hanya berbeda satu minggu? Apa Sengaja
mencocokan tanggal?” goda Kang Hwa. Yu Ri mengeluh Kang Hwa yang berkomentar
kalau sengaja.
“Mana
bisa sengaja dicocokkan? Bodoh.” Keluh Yu Ri. Hyun Jung pun membenarkan.
“Kenapa
dia duduk diam saja?” tanya Yu Ri. Hyun Jung berkomentar karena suaminya itu
sudah gila. Geum Sang duduk sambil memegang buket bunga melihat ke arah
jendela.
“Biarkan
saja.” Ucap Hyun Jung. Kang Hwa memanggil Geum Sang. Hyun Jung pikir suaminya
memang sudah gila.
“Sementara
kau hanya seorang pria, aku seorang ayah... Seorang ayah.” Ucap Geum Sang. Kang
Hwa mengejek apakah temanya sudah gila.
“Seorang
ayah, orang tua... Sebagai ayah senior, asal tahu saja, kalau dijabarkan, rasanya
sungguh aneh. Saat melihat anakku pertama kalinya... Saat melihatnya,
rasanya...Air mata keluar tanpa kusadari.” Ungkap Geum Sang
“Merasakan
tanggung jawab... Kepercayaan diri tiba-tiba muncul, seolah-olah aku bisa
mengangkat angkasa. Kau rasakan sendiri... Ini Aneh.” Kata Geum Sang
Kang Hwa
melihat temanya bertanya-tanya kenapa temanya itu. Hyun Jung mengejek kalau
suaminya memang sudah gila. Geun Sang memegang tangan Hyun Jung memuji kalau
sudah melakukan yang terbaik dan sudah menjadi seorang ibu.
“Ibu, kau
yang terbaik...Bahkan di usia ini... Aku bangga denganmu.” Ejek Geum Sang. Hyun
Jung marah langsung menendangnya. Geum Sang langsung berlutut kesakitan.
“Kenapa
ditendang di situ?” keluh Geum Sang. Hyun Jung menyuruh Geum Sang untuk berani
mengatakan lagi.
Geum Sang
langsung naik ke ranjang, Hyun Jung heran yang dilakukan suaminya. Geum Sang
mengaku lebih kesakitan dari Geum Sang. Kang Hwa menutup mata Yu Ri agar tak
melihatnya karena tak baik untuk jabang bayi. Geum Sang mengeluh sakit karena salah
tendang.
Yu Ri dan
Kang Hwa pun keluar dari kamar rawat, Yu Ri pikir Geum Sang tidak berubah sama
sekali. Kang Hwa yakin setelah menjadi kakek-kakek maka baru akan berubah lalu
berkomentar kalau mereka benar-benar akan menangis terus saat pertama kali
lihat bayi,
“Kenapa
harus menangis? Kau pasti begitu! Sambil berkata, "Senang bisa melihatmu,
Bayi.” Ejek Yu Ri
“Tidak.
Bukan begitu.. Aku akan menyapanya dengan manis. "Hai, selamat
datang." Apa Mau bertaruh? Pertama menangis, traktir ayam.” Kata Kang Hwa.
Yu Ri pun langsung menyetujuinya.
“Apa Kau
yakin?Jangan berubah pikiran.” Ucap Kang Hwa. Yu Ri mengejek kalau Kang Hwa yang
jangan berubah pikiran bahkaan sedikit pun tidak boleh.
Saat Seo
Woo lahir terlihat ditangannya nama bayi Cha Yu Ri. Seo Woo menatapnya tapi tak
menangis, yang ada hanya malah seperti sedih tapi tak bisa senang karena
kehilangan Yu Ri. Akhirnya Ia pergi berjalan seperti separuh jiwanya hilang.
Bersambung
ke episode 5
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar