PS : All images credit and content copyright : TVN
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Di
ruangan ICU, terlihat pasein yang kehilangan detak jantungnya lalu dua dokter ingin tahu berapa norepinefrin
yang diberikan. Sementara di ruangan ICU sampingnya, Song Hwa dengan tenang
memeriksa pasienya, setelah itu keluar ruangan dan melihat seorang ibu yan
hanya bisa menatap anaknya dari luar ruangan tanpa bisa masu.
“Putraku
sedang menunggu transplantasi hati.” Ucap ibu pasien bertemu Song Hwa di dalam
lift.
“Oh
Begitu. Pantas aku merasa sering melihatmu.” Ucap Song Hwa.
“Dia
bolak-balik rumah sakit selama enam bulan serasa sudah tinggal di sini. Tiga hari lalu, kondisinya mulai memburuk.
Putraku... Mungkin harus kurelakan.” Kata Ibu pasien seperti pasrah.
“Jangan
begitu... Bu, dia bisa sembuh.” Ucap
Song Hwa. Ibu pasien mengaku terlalu fokus pada putranya sampai tak tahu ibunya
sakit dan merasa kalau semua adalah salahnya.
“Kondisi
putramu seperti itu. Ibu mana yang tak akan fokus padanya? Tak satu pun bisa
menyalahkanmu.” Ucap Song Hwa.
Saat itu
pesan masuk ke ponsel sang ibu pasien [KAU SUDAH BUATKAN MAKAN MALAM UNTUK
IBUKU? CEPAT PULANG!] Ia pu mengeluah nafas bertanya pada Song HwaApa di dunia
ini ada wanita lain semalang dirinya.
“Aku
menikah sudah 40 tahun, dan suamiku menguras habis uang yang tersisa di rumah
untuk berbisnis. Aku hidup karena putraku satu-satunya yang sangat baik. Aku
merasa ibu dan putraku sakit karena aku pembawa sial.” Ucap Ibu pasien.
“Aku...benar-benar
sial dalam hidup. Aku sungguh tak ingin hidup sama sekali. Aku hanya ingin
mati.” Jerit Ibu Pasien menangis didalam lift menumpahkan keluh kesahnya. Sang
Hwa pun hanya bisa menenangkanya.
Dua
dokter akan masuk lift, Tapi Song Hwa menyuruh keduanya naik lift nanti agar
sang ibu tak tergangu. Keduanya hanya bisa menganguk mengerti.
Song Hwa
mengantri cukup panjang untuk membeli kopi. Pesan masuk kedalam ponselnya
“AMERICANO DINGIN UNTUKKU” Song Hwa mencari seseorang dan melihat seoran dokter
melambaikan tanganya diseberang. Akhirnya keduanya duduk di ruangan tunggu
pasien.
“Aku yang
mengoperasi saraf ibumu. Seharusnya kau yang belikan aku kopi. Bukan
sebaliknya.” Keluh Sang Hwa.
“Saat ayahmu
masuk IGD tengah malam karena kaki patah, aku datang meski itu bukan jadwal
piketku. Lalu apa? Hanya Americano dingin?” balas temanya.
“Itu
cukup. Teman dilarang memberi lebih karena bisa tak nyaman.” Kata Song Hwa.
Temanya mengeluh kalau Song Hwa itu pandai sekali berbicara.
“Tampaknya
IGD santai sampai kau bisa belanja di toserba.” Ejek Song Hwa.
“Hati-hati
kalau bicara! Jangan pernah katakan itu.” Keluh temanya lalu terlihat berita di
TV
“Terjadi
kecelakaan beruntun antara sebuah truk dan empat mobil di dekat persimpangan
Bupyeong di tol Gyeongin. Kecelakaan ini mengakibatkan enam orang luka parah, termasuk
pengemudi truk berusia 52 tahun.Mereka sedang dilarikan... Dua di antaranya
dalam keadaan kritis”
“ Mereka
akan segera tiba. Aku pergi!” ucap temanya lalu pergi ke IGD.
Pasien
pun masuk pertama memberitahu Pasien
hilang kesadaran, Saat ditemukan tekanan darah 30/60, dan saturasi oksigen
turun ke 70. Bahkan Pendarahan laserasinya parah. Dokter pun meminta agar Pasangkan infus dan beri larutan garam.
Semua
terlihat sangat sibuk dengan pasien yang datang dan terlihat sebuah keluarga
datang dengan pria yang mengunakan topi.
Sang ibu
yang sebelumnya menangis datang menemui Song Hwa lalu memberitahu kalau
Akhirnya putranya bisa dioperasi dan merasa seperti mimpi. Ia mengaku hampir
menyerah karena putranya di urutan ketiga jadi membuatnya tak dapat mempercayainya.
“Katanya
pasien sebelumnya tak dapat dioperasi... Ya Tuhan, terima kasih.” Ucap sang ibu
“Syukurlah,
Bu. Itu kabar baik.” Ungkap Song Hwa. Sang ibu mengaku merasa bersalah kepada
donor yang sudah meninggal.
“Entah
apa aku boleh merasa senang. Hati manusia memang jahat sekali.” kata Sang Ibu
“Siapa
dokter penanggung jawab anakmu?” tanya Song Hwa. Sang iu mengaku Dia sangat
terkenal dan juga pernah muncul di acara... Good Doctors.
“Dokter
Kwon Sun Jung?” kata Song Hwa. Sang ibu membenarkan. Sang Hwa mengaku dekat
dengannya.
“Dia juga
orang yang kuhormati. Tapi setahuku Dokter Kwon pergi hari ini.” Kata Song Hwa
“Begitu
dengar berita ini, katanya dia akan segera kembali kemari setelah operasi di
Milyang, dan operasi akan segera dilakukan begitu Dokter Kwon tiba. Apa tak
masalah, Apa dia tak lelah?” ucap Sang ibu. Song Hwa hanya bisa menganguk saja.
Dokter
masuk rumah sakit, seorang ibu langsung menghadangnya memebritahu kalau di sana juga ada pasien
karena Anak yang mengoleskan lem super di helm lalu Ayahnya tak tahu dan
memakai helm itu. Jadi, helm tak bisa lepas dari kepala ayahnya.
“Kami
juga terdesak , Mohon periksa kami dulu.” Ucap Si wanita
“Saat ini
ada situasi darurat... Jadi, mohon tunggu sebentar.” Kata sang dokter.
“Kami
juga darurat! Dia nyaris mati karena malu!” teriak Si ibu kesal dan akhirnya
terlihat pasien dengan bersimadarah masuk ke rumah sakit.
“Pak, apa
kita pergi ke rumah sakit lain?” kata si ibu. Tapi si anak dan cucunya masuk ke
rumah sakit.
“Kau mau
ke mana? Kita belum dipanggil. U-ju, hentikan ayahmu!” Teriak si ibu.
“Ayah
sedang marah, Bi. Dia bilang akan menghancurkan semuanya.” Ucap U Ju.
Di ruangan
IGD, Dokter lain datang terlihat panik bertemu dengan Dokter Kwon dan bertanya
apa yang terjadi. Dokter Kwon mengaku Ini bukan dislokasi bahu jadi tak perlu
khawatir dan hanya Jemarinya sulit digerakan.
“Kurasa
ini fraktur radius distal. Lakukan tes sinar-X dan hubungi bedah ortopedi. Bagaimana
dengan bedah saraf?” ucap Dokter IGD. Song
Hwa pun datang dengan memakai sarung tanganya.
“Ini
buruk.” Ucap Dokter Kwon dengan mata yang diperiksa oleh Song Hwa.
“Dokter
Kwon, bagaimana operasinya?” tanya Song Hwa. Dokter Kwon heran Song Hwa bisa
mengetahuinya.
“Segera
hubungi dokter lain, Pasien harus segera dioperasi.” Ucap Song Hwa
“Kalau
ada, Apa kau pikir aku mau menyetir kemari setelah bergadang? Tidak ada dokter
lain.” Ucap Dokter Kwon
“Transfer
saja ke rumah sakit lain.” Ucap Dokter IGD. Song Hwa pikir Kalau tak bisa operasi, mereka hanya akan
mengambil lever dan Ini kesempatan terakhirnya.
“Operasi
ini tak mudah. Harus menggunakan prosedur long midline incision.” Kata Dokter
Kwon. Song Hwa mengeluh kalau keadan sekarang benar-benar genting.
Sementara
sang ibu terlihat gugup menunggu karena dokter Kwon yang belum datang. Saat itu
perawat datang memberitahu, sang ibu langsung jatuh lemas. Song Hwa terlihat
memikirkan dan lalu menemukan cara. Dokter IGD ingin tahu caranya.
“Ada dia.”
Ucap Song Hwa menunjuk ke depan. Dokter IGD kalau Song Hwa menujuk dirinya.
“Jangan
bercanda! Aku memang bergelar ganda, tapi sudah lima tahun tak mengoperasi. Operasi
transplantasi hal serius!” keluh Dokter IGD.
“Bukan
kau.” Kata Song Hwa lalu meminta agar bergeser, saat itu terlihat pria dengan
topi yang menempel di kepalanya.
Lee Ik Jun
memanggil anaknya menyuruh agar memberikan salam pada temannya. U Ju langsung
membungkuk. Ik Ju menahan malu muji sang anak yang pintar.
Ik Jun
akhirnya mencuci tangan dan sudah berganti pakain dengan baju operasi lalu
merasa khawatir kalau Kepala Rumah Sakit tahu, Apa kita baik-baik saja, perawat
mengatakan Dokter Chae sudah mengurusnya.
“Aku juga
harus meminta persetujuan keluarga dan menjelaskannya. Dokter Chae kenal mereka
dan mendapat persetujuan hanya dalam lima menit.”ucap Perawat
“Apa Dokter
penanggung jawabnya tak marah? Kalau aku pasti marah.” Ucap Ik Jun heran.
“Dokter
Chae sudah membicarakan segalanya.” Kata Perawat. Ik Jun mengeluh mendengarnya.
“Lebih
baik dia bantu aku melepas benda ini.” Keluh Ik Jun akhirnya masuk ke ruang
operasi
“Mohon
bantuannya! Mari kita selamatkan pasien ini.” Kata Ik Jun dan beberapa tim
menatap kosong.
Di bagian
atas ruangan terlihat [ OPERASI SEDANG BERLANGSUNG] Orang tua pasien pun
menunggu dengan wajah khawati.
Song Hwa
tidur dengan U Ju disofa, saat itu Kepala
menelpnya bertanya apakah masih
di rumah sakit. Song Hwa membenarkan. Kepala memberitahu kalau Dia meninggal.
Song Hwa kaget memastikan kalau Operasi
Kim Dong-hyeok gagal.
“Apa
maksudmu? Presdir yang meninggal.” Kata Kepala. Song Hwa pun menganguk
mengerti.
“Dia di
rumah duka nomor 201. Ke sanalah lebih dahulu. Aku pulang sebentar untuk ganti
baju dan segera menyusul.” Kata Kepala Ruma sakit. Song Hwa pun menganguk
mengerti.
Song Hwa
pun melihat berita di internet [ PRESDIR AHN BYEONG-UTELAH MENINGGAL DI USIA 78
TAHUN] Rumah duka sudah penuh dengan pelayat dan juga karangan bunga, seorang
pria masuk memberikan hormat terakhir.
“Aku
turut berduka.” Ucap si pria. Nyonya Jung pikir kalau suaminya itu paling
menyukai pria itu.
“Karena
itu... sekarang aku... sangat sedih.” Ucap Sang pria menangis. Nyonya Jung pikir Ternyata masih tersisa air
mata di umur mereka ini lalu menyapa empat anak Tuan Ahn.
“Belakangan
ini, kita sering bertemu.” Ucap Si pria lalu menepuk bahu anak terakhir Tuan
Ahn. Ternyata Jung Won berdiri menyambut tamu yang datang melayat sebagai anak
dari Tuan Ahn.
U Ju
sedang makan dengan lahap, sementara Song Hwa, Jun Wan dan Suk Hyung seperti
tak percaya kalau Jung Won itu anak dari Tuan Ahn, yaitu pemilik rumah
sakit. Jun Wan pikir Suk Hyun dan Jung
Won itu berteman sejak kecil.
“Kukira
kau juga kenal keluarganya... Kau sudah tahu, 'kan?” kata Jun Wan. Suk Hyung
membenarkan.
“Kenapa
tak bilang?”keluh Song Hwa. Suk Hyung mengaku kalau meeka itu tak pernah
bertanya tapi tahu Jung-won kaya.
“Tapi aku
tak tahu sekaya ini. Bahkan kupikir bisnis keluarganya sudah bangkrut. Dia
sudah tahunan menumpang di rumahku. Orang kaya memang lebih kejam. Teganya dia
merahasiakan selama 20 tahun. Memang kita akan minta pekerjaan atau pinjam uang
kalau tahu?” keluh Jun Wan kesal.
Keduanya langsung
menjawab itu bisa saja terjadi. Jun Wan
mengerti kalau itu alasan dia tak bilang lalu bertanya Apa Ik-jun belum datang. Song Hwa menjawab
kalau Ik Jun masih operasi dan sebentar lagi pasti beres.
“Operasinya
amat sulit. Jadi, memakan waktu.” Kata Song Hwa. Jun Won mana mungkin dia
operasi?
“Dia
melakukan operasi mendesak di rumah sakit kami.” Ucap Song Hwa. Jun Won pikir Dia
pasti tahu. Song Hwa mengaku tidak.
“Hei.. Kepala
Rumah Sakit datang.” Ucap Song Hwa dan mereka pun langsung berdiri menyapanya.
“Kenapa
kau ada di sini?” sapa kepala rumah sakit pada Jun Wan lalu memperkenalkan pada
istrinya.
“Kenalkan.
Dia dulu muridku.” Ucap kepala rumah sakit. Jun Wan pun langsung memberikan
hormat.
“Apa Kau
kenal Dokter Ahn, putra Presdir?” tanya Kepala RS. Jun Wan mengaku kenal dan
Jung Won itu teman terdekatnya. Song Hwa hanya bisa menghela nafas dengan
tingkah temanya.
Jung Won
akhirnya duduk dengan tiga temanya mengucapkan terima kasih sudah datang. Song
Hwa mengeluh kalau sudah seharusnya mereka datang karena ayah seorang teman
wafat.
“Apa Kau
sungguh anak Presdir? Apa Kenapa tak pernah bilang? Apa Kau takut kami minta
uang?” ucap Jun Wan kesal.
“Tak ada
kesempatan untuk beri tahu. Maaf... Aku tak berniat merahasiakannya. Tapi ini Sungguh.
Aku tak bohong. Aku tak punya uang. Sumpah.” Ungkap Jung Won. Song Hwa mengeluh
kalau Itu lebih menyebalkan.
“Lalu Apa
sekarang rumah sakit menjadi milikmu?” tanya Jun Wan penasaran.
Jung Won memikirkan
tentang Rumah sakit lalu tiba-tiba terdengar suara sirene ambulance, Semua
langsung terlihat tegang. Jun Wan mengaku nyaris keguguran. Suk Hyung mengaku
Jantungnya hampir copot. Jun Wan mengeluh kalau Jung Won itu ingin pamer kalau
dirinya dokter dengan bunyi nada deringnya.
“Jantung
copot itu mengerikan. Jangan asal bicara!” keluh Jun Wan pada Suk Hyung.
“Kau juga
jangan asal bicara karena keguguran sangat menyedihkan! Kau tak punya kasih
sayang seorang ayah.” Ucap Suk Hyung
“Tolong
hentikan. Kepalaku nyaris pecah.” Keluh Jung Wan. Song Hwa mengeluh kalau
kepalanya pecah itu pasti sudah mati.
Kakak
laki-laki Jung Won memanggil kalau sang Paman datang. Jung Won pun bangun
menyapa pamanya. Kakak Jung Won melihat teman adiknya menyapa dan meminta agar
membantu sang adik juga. Jung Won pun pergi dengan kakaknya.
“Kenapa kau
tak menerima telepon?” keluh sang kakak. Jung Won meminta maaf mengaku menggunakan
mode getar.
Junior
masuk keruangan Song Hwa memberitahu kalau hasilnya sudah keluar. Ik Jun menelp
dengan anak yang sudah terlelap di pangkuan Song Hwa.Song Hwa lalu memberitahu
kalau akan segera ke sana. Suk Hyung pun bertanya apakah Operasinya berhasil.
Song Hwa menganguk.
“Kalau
begitu, suruh dia segera kemari.” Kata Jun Won. SongHwa mengaku Ada yang harus
kulakukan jadi pergi dulu sebentar.
Keduanya
menganguk mengerti, lalu membuka jas agar menjadi bantal dan juga selimut untuk
U Ju.
Song Hwa
sudah ada didepan kamar ganti berbicara dengan Ik Jun kalau ia yang mengoperasinya
jadi dia saja yang bilang. Ik Jun mengeluh
Dengan penampilan seperti ini menurutnya ini Tidak karena Jika melihat penampilanya jadi ibu pasien
pasti tak mungkin percaya.
“Tadinya
aku ingin minta tolong dokter residen untuk bicara, tapi kurasa lebih baik kau
yang bicara. Cepat pergilah. Dia pasti menunggu lama.” Ucap Ik Ju. Song Hwa pun
akhirnya setuju dengan menahan tawa hanya melihat bayanga Ik Jun yang masih memakai
topi yang menempel dikepalanya.
Song Hwa
akhirny menemui ibu pasien memberitahu kalau Operasi berjalan lancar. Ia
membeirtahu Operasinya cukup sulit, tapi kini pendarahan sudah banyak
berkurang, dan kondisi lever yang diterima sangat baik. Jadi Sekarang dia
dipindahkan ke Unit Perawatan Intensif.
“Terima
kasih... Terima kasih, Dokter.” Ucap sang ibu dengan wajah haru lalu memeluk
sang suami karena anak mereka bisa sembuh.
“Hasil tes
ibumu juga sudah keluar, dan syukurlah baru stadium satu. Setelah radioterapi,
ibumu akan sehat selama sepuluh tahun ke depan. Ini kabar baik. Kenapa kau
menangis?” kata Song Hwa.
Sang ibu
kembali menangis tak percaya karena anak
dan ibunya bisa sembuh juga. Sang ibu
langsung mengucapkan Terima kasih banyak Song Hwa.
“Aku
wanita paling beruntung di dunia ini... Tidak ada yang seberuntung aku... Aku
beruntung sekali... Aku orang paling bahagia. Karena itu, aku bisa bertemu dokter
baik sepertimu dan ibuku bisa sehat kembali. Aku sungguh beruntung.” Ungkap Sang
ibu menangis haru.
Nyonya
Jung akan keluar dari rumah duka dan terlihat kesal melihat Tuan Ju datang sambil
mengeluh Kenapa dia kemari dan menurutnya pasti sudah gila. Tapi Tuan Ju tetap
memberikan hormat dan masuk ke rumah duka.
Esok
harinya, Nyonya Jung membersihkan ruangan suaminya dengan papan nama “PRESDIR
AHN BYEONG-U” Jung Won membantu ibunya lalu bertanya paakha Foto keluarga juga dimasukkan ke dalam kadus.
Nyonya Jung menyuruh agar menyimpa di tasnya saja.
“Wah.. Kenapa
biaya rumah sakitnya mahal sekali?” komenatr Jung Won melihat nota di tas
ibunya.
“Ini
bangsal VIP... Ayahmu seorang VIP.” Kata Nyonay Jung. Jung Won bertanya
apakah Ini termasuk biaya pemakaman
“Tidak.
Hanya biaya kamar rawat.” Ucap Nyonya Jung santai. Jung Won menjerit tak
percaya kalau ini Mahal sekali!
“Kurang
dari sepekan, tapi biayanya lebih dari 10 juta won?” kata Jung Won tak percaya.
“Kau
berlebihan. Itu tak seberapa ketimbang kamar VIP rumah sakit lain. Uang tak
penting bagi pasien VIP. Mereka pasti rela membayar tiga atau empat, bahkan
sepuluh kali lipat, selama bisa sehat kembali.” kata Nyonya Jung
“Ibu memangnya
punya uang?” tanya Jung Won polos. Nyonya Jung heran dengan sikap anaknya.
“Meski
begini, ibu menikah demi kenyamanan. Tidak ada cinta dalam pernikahan
kami, tapi ibu cukup bahagia.” Akui Nyonya
Jung
“Ibu,
terlalu banyak info.” Kata Jung Won cepat. Nyonya Jung tak mendengarnya ingin
tahu apa yang dikatakan Jung Won.
“Tidak.
Jangan hiraukan.” Kata Jung Won. Pengacara Pyun datang memberitahu Pak Ju sudah
datang.
Jung Won
mengaku segera ke sana. Nyonya Jung akan pergi langsung memukul kepala anaknya.
Jung Won mengaduh kesakitan karena mendengar ucapan anaknya.
Tuan Ju
bertemu dengan Jung Won dengan wajah serius. Jung Wo mengaku Kakaknya sudah setuju dan juga sudah
membujuk Ibunya. Sementara Nyonya Jung bertemu dengan pengacara Pyun di ruangan
lainya. Pengacara Pyun ingin memastikan.
“Besok
kau juga akan datang ke rapat direksi, 'kan?” kata Pengacara Pyun. Nyonya Jung menjawabTidak.
“Jung-won
pasti kecewa.” Komentar Pengacara Pyun. Nyonya Jung seolah tak peduli.
“Aku
mengerti selama ini kau sudah bekerja keras. Maafkan aku. Kumohon bantuanmu.” Kata
Jung Won. Tuan Ju yang tadinya cemberut hanya bisa tertawa.
“Keluargamu
memang unik.”komentar Ju masih terus tertawa. Sementara Pengacara Pyun pikir semua sudah
beres. Nyonya Jung membenarkan kalau sudah beres dan Selesai.
“Apa Presdir
Hwang setuju?” tanya Pengacara Pyun tak percaya.
“Jeong-won
memohon kepada Presdir Hwang untuk memilih Pak Ju, bukan dirinya. Kuminta dia
memikat Presdir Hwang. Astaga, aku salah mendidik anak. Semua usahaku untuk
membesarkan anak sia-sia.” Kata Nyonya Jung kesal.
“Baiklah...
Tapi rapat direksi diadakan besok. Bagaimana aku bisa percaya?” kata Tuan Ju
tersenyum bahagia.
“Ini lembar
persetujuan para direksi yang diminta oleh Presdir Hwang, juga pernyataan
pengunduran diriku dan ibu dari jabatan direktur.” Kata Jung Won. Tuan Ju sudah
siap melihatnya.
“Tapi... Aku
memiliki satu syarat.” Kata Jung Won. Tuan Ju melihat surat
[YAYASAN YULJE, SELURUH KEUNTUNGAN BANGSAL
VIP MENJADI MILIK PIHAK PERTAMA. HAK PENGGUNAAN DAN PENGELOLAAN PUN MENJADI
MILIK PIHAK PERTAMA]
“Maaf
kelancanganku, tapi bolehkah aku boleh bertanya uang itu untuk apa?” tanya Tuan
Ju penasaran.
“Sama
seperti konglomerat lainnya. Semua punya uang simpanan.” Kata Jung Won
“Konsep bangsal
VIP sangat lucu, kan? Jumlah ruangnya hanya empat.Itu Bisa diperbanyak, tapi
tak perlu. Begitu diperbanyak, makatak ada yang menginginkannya.” Ucap Tuan Ju
“Tempat
itu berharga tinggi agar orang-orang yang berkelas tinggi datang. Kita hanya
membutuhkan dokter-dokter terbaik. Namun, sulit mencari dokter yang baik. Kudengar
sekarang rumah sakit kita sedang kekurangan dokter.” Ucap Tuan Ju
“Aku akan
mengatasi masalah itu. Kau hanya perlu menyiapkan gaji yang banyak.” Ungkap Jung
Won.
Bersambung
ke part 3
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar