PS
: All images credit and content copyright : JBTC
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Nyonya
Sim masuk kamar menyalakan lampu dan melihat sekeliling, saat itu Hye Won masuk
melihat ibunya. Nyonay Sm bertanya Kapan masuk. Hye Won mengaku baru saja dan
langsung menutup kotak miliknya dan bertanya Kenapa Ibunya benar-benar di sini?
“Ibu tidak
punya alasan untuk datang. Aku ragu Ibu datang untuk menemui aku atau Bibi. Ini
bukan hari peringatan kematian Nenek atau peringatan kematian Ayah. Jadi,
kenapa Ibu datang?” ucap HyeWon. Nyonya Sim hanya diam saja.
“Ibu
meninggalkan sesuatu? Seharusnya Ibu memberitahuku. Aku bisa mengirimkannya dan
membantu Ibu dari masalah. Aku bahkan tidak tahu alamat rumah Ibu.” Kata Hye
Won menyindir.
“Apa Kau
mau bertengkar dengan ibu?” balas Nyonya Sim. Hye Won pikir Untuk apa
“Apa Ibu
pernah bertengkar denganku? Kurasa tidak pernah.Benar, bukan?” kata Hye Won.
Nyonya Sim membenarkan.
“Jadi
Kenapa Ibu di sini? Apa Ibu tidak akan memberitahuku?” ucap Hye Won penasaran.
“Tidak
ada hubungannya denganmu.” Ucap Nyonya Sim. Hye Won hanya bisa tertawa
mendengarnya.
“Kenapa
kamu tertawa?” kata Nyonya Sim heran. Hye Won mengulang ucapan ibunya "Tidak ada hubungannya denganmu."
“Aku
sering mendengar Ibu mengatakan itu kepadaku. Tapi tahukah Ibu apa yang lucu? Itu
bukan perkataan orang tua kepada seorang anak, tapi biasanya itu perkataan
seorang anak kepada orang tua. Tapi Ibu mengatakan itu bukan hanya kepadaku. Ibu
mengatakan itu kepada Bibi, Nenek, dan bahkan Ayah.” Kata Hye Won
“Itu
tidak...” kata Nyonya Sim yang langsung disela oleh Hye Won. Hye Won
mengatakan Ada hubungannya dengannya.
“Ibu benar.
Aku tahu... Kalau begitu, apa yang harus kita bicarakan? Aku sangat ingin tahu.
Apa yang bisa kutanyakan kepada Ibu? Selama ini, aku belum menanyakan apa pun. Apakah
aku pernah menanyakan sesuatu?” ucap Hye Won . Nyonya Sim hanya diam saja.
“Di mana
Ibu tinggal saat ini, dengan siapa Ibu tinggal, apakah Ibu tinggal sendiri, kenapa
Ibu tidak tinggal denganku. Aku tidak pernah bertanya kenapa kita hanya bertemu
dua kali setahun padahal Ibu bilang kita keluarga.” Ungkap Hye Won
“Kenapa...
Kenapa Ibu selalu menolak menemuiku saat aku berkunjung dan tidak pernah
membalas surat-suratku? Kenapa dahulu Ibu melakukan itu kepada Ayah? Apakah
rumor itu benar?” kata Hye Won penasaran.
“Sudah
cukup.” Kata Nyonya Sim. Hye Won ingin tahu apakah Ibunya benar-benar membunuh
ayahnya atau itu hanya kecelakaan dan Ibu dipenjara karena merasa bersalah
kepada Ayah
“Aku
tidak pernah bertanya, kan?” kata Hye Won. Nyonya Sim meminta agar
menghentikanya.
“Saat
itu, aku juga kesulitan. Saat itu, hatiku begitu sakit. Aku tahu rasa sakitnya tidak
sebesar yang dialami Ibu, tapi aku juga sangat ingin mati. Aku ingin menangis
tersedu-sedu dan bertanya kepada seseorang apa salahku sehingga menerima
hukuman seperti ini.” Ucap Hye Won
“ Tapi
aku tidak melakukannya. Karena tidak ada yang bisa kutanyai. Semua orang sibuk
merawat luka mereka dan meninggalkanku. Meninggalkanku sendirian. Itu sebabnya
melihat Ibu datang tiba-tiba seperti ini membuatku merasa tidak nyaman dan
canggung.” Tegas Hye Won
“Jadi,
kembalilah besok. Jika Ibu akan datang lagi, hubungi aku sebelumnya.” Ucap Hye
Won lalu keluar dari rumah. Nyonya Sim hanya dam saja.
Eun Seob
pulang ke rumah tak melihat Hye Won hanya melihat ada bunya camelia didalam pot
bunga berisi air, lalu hanya terdiam seperti mengetahui sesuatu.
Pagi hari
Hwi
mengayuh sepeda dengan wajah cemberut, sementara di rumah Bibi Choi sibuk
memasak bertanya pada bibi Sim mau satu atau dua telur.Bibi Sim menjawab ingin
Satu saja dan bertanya keberadaan kakaknya. Bibi Choi mengaku tak tahu tapi
Nyonya Sim sudah pergi saat bangun tidur.
Tuan Bae
sibuk membersihkan kaca tokonya sambil menyanyi lalu melihat para anaknya
bercanda di trotoar, ia pun memperingati anak-anak agar bisa berhati-hati
dengan mobil. Eun Seob pun menikmati pagi hari membaca buku didepan toko.
Nyonya
Sim datang memanggil Eun Seob, Eun Seob kaget melihat Ibu Hye Won datang dan
menyapanya. Ibu Hye Won meminta Nyonya Sim bisa memanggilnya dengan santai.
“Kau
punya waktu untuk bicara sebentar?” ucap Nyonya Sim. Eun Seob bingung. Nyonya
Sim menegaskan kalau ingin berbicara dengan Eun Seob.
Hye Won
bertemu dengan bibinya, Bibi Sim ingin tahu apakah Hye Won bertanya kenapa dia
datang. Hye Won membenarkan. Bibi Sim ingin tahu apa yang dikatakan. Hye Won
mengaku tak tahu tapi ibunya akan kembali besok. Bibi Sim kaget kalau Nyonya
Sim Besok akan pergi.
“Kenapa
dia datang tanpa menelepon?” ucap bibi Sim heran. Hye Won mengaku tidak
mengerti.
“Tapi Ada
yang bisa kubantu?” tanya Hye Won. Bibi Sim mengaku tak ada.
“Hei.
Perbaikannya selesai besok. Kamu tahu, bukan?” kata Bibi Sim. Hye Won mengaku
sudah tahu. Bibi Sim pun sibuk mengontrol rumah yang sedang diperbaiki.
“Bagaimana
dengan dapurnya? Kamu bisa merobohkan seluruh ruangan.” Teriak bibi Sim pada
tukang.
Nyonya Sim
menunggu di teras belakang, Eun Seob keluar membawakan minuman. Nyonya Sim
melihat Eun Seob bertanya apakah tidak akan duduk. Eun Seob mengaku tidak
dengan terus berdiri didepan ibunya Hye Won. Nyonya Sim pun membahas tentang Eun Seob dan Hye Won berteman.
“Ya, kami
berteman sejak sekolah.” Kata Eun Seob. Nyonya Sim ingin tahu apakah Hye Won pernah...
Eun Seob terlihat bingung.
“Lupakan
saja... Tapi Aku akan berterus terang.” Kata Nyonya Sim. Eun Seob pun
mempersilahkan.
“Myeong
Yeo memberitahuku bahwa kau mengenal Park Hin Dol.” Kata Nyonya Sim. Eun Seob
mengaku mengenalnya.
“Bisakah
kamu memastikan dia menerima ini?” kata Nyonya Sim memberikan tumpukan
surat. Eun Seob melihat surat "Dari
Park Hin Dol"
“Aku
tidak bisa mengembalikannya sendiri. Maksudku, dia bahkan tidak menulis
alamatnya.” Kata Nyonya Sim
“Tentu,
akan kupastikan dia menerima ini.” Kata Eun Seob. Nyonya Sim mengaku Ada yang
ingin dikatakan kepadanya.
“Bisa
sampaikan pesan itu?” kata Nyonya Sim. Eun Seob menegaskan tidak bisa melakukan
itu. Nyonya Sim kaget mendengarnya.
“Begini...
Apa Itu bukan kabar baik?” kata Eun Seob. Nyonya Sim membenarkan.
“Kalau
begitu, akan kukirimkan ini saja kepadanya.” Ucap Eun Seob. Nyonya Sim pun
menganguk mengerti lalu pamit pergi.
“Omong-omong,
bukankah kita pernah bertemu? Aku merasa kita pernah bertemu.” Ucap Nyonya Sim
sebelum meninggalkan toko
“Ya... Kita
pernah bertemu.” Ucap Eun Seob. Nyonya Sim pun bisa tahu kalau itu Eun
Seob. Eun Seob membenarkan.
“Lihatlah
dirimu, kau sudah dewasa.” Komentar Nyonya Sim lalu berjalan pergi.
Nyonya
Sim keluar dari toko saat itu Hye Won datang melihat ibunya yang bertemu dengan
Eun Seob dan wajahnya pun langsung berubah. Ia lalu bertanya Mau apa ibunya
datang ke toko. Eun Seob menjawab kalau Nyonay Sim hanya mampir.
“Apa Kalian
saling mengenal?” tanya Hye Won. Eun Seob mengaku tidak tapi mereka pernah
bertemu. Hye Won ingin tahu Kapan?
“Itu... Usiaku
sekitar 10 tahun saat itu? Aku melihatnya di terminal bus.” Kata Eun Seob.
**
Flash Back
"Terminal Bus Hyecheon"
Eun Seob
duduk disamping Nyonya Sim yang mengunakan kacamata hitam dan terus menatapnya.
Nyonya Sim bertanya kenapa Eun Seob menatapny dan berpikir kalau terpesona
kepadanya. Eun Seob membenarkan. Nyonya Sim
ingin tahu alasan Eun Seob terpesona.
“Karena
Anda cantik... Dan itu juga keren.”ucap Eun Seob melihat Nyonya Sim yang
memakai kacamata hitam.
“Ini yang
dipakai oleh orang-orang modis. Ini seperti kacamata biasa” kata Nyonya Sim.
Eun Seob menganguk mengerti
“Apa
wajah Anda cantik?” tanya Eun Seob, Nyonya Sim mengaku cantik dan ingin tahu
alasan Eun Seob mengatakan hal itu.
“Apa Kau
ingin melihat mataku?” ucap Nyonya Sim. Eun Seob menganguk menurutnya Mata
Nyonya Sim pasti sangat indah.
“Apa Menurutmu
begitu? Kalau begitu... Sayang, karena kamu ingin melihat mataku, akan
kutunjukkan kepadamu.” Ucap Nyonya Sim membuka kacamatnya.
Eun Seob
terdiam melihat ada luka memas dimata Nyonya Sim. Hye Won pun ingin tahu
Bagaimana penampilan ibunya. Nyonya Sim pun ingin tahu pendapat Eun Seob
tentang penampilanya apakah masih cantik.
Eun Seob
mengaku kalau wajah Nyonya Sim cantik. Hye Won memepercayainya lalu mengaku
Sejujurnya, suasana hatinya tidak baik kemarin. Eun Seob ingin tahu alasanya. Hye
Won mengaku melihat Eun Seob di pusat kota.
“Kau
bersama Bo Yeong.. Apa Boleh aku bertanya?” kata Hye Won penasaran.
Nyonya
Sim pergi ke sebuah pohon lalu menaruh bunga dan menyapanya “Bagaimana kabarmu?”
setelah itu menyiramnya dengan air. Seperti sedang berkunjung ke pemakaman.
Bibi Sim sedang ada didalam rumah melihat bunga camelia dan menatap ke arah
kalender menemukan hari ini tanggal "22
Desember"
“Ini
bunga favoritmu. Aku membawanya karena ini hari ulang tahunmu.” Ucap Nyonya Sim
lalu menatap ke arah tempat duduk.
Flash
Back
Nyonya
Sim yang masih mudah melihat ada pot bunga dengan seorang pria didepanya lalu
bertanya paakah membawa itu ke sini. Si
pria mengaku Hari ini ulang tahunnya jadi akan membahagiakan Nyonya Sim seumur
hidupnya.
“Maukah
kamu menikah denganku?” ucap Sang pria berlutut melamar Nyonya Sim
“Aku
masih.. membencimu. Dan aku benci hari ini karena saat itulah kemalanganku
dimulai.” Akui Nyonya Sim menatap pohon tempat makam suaminya.
Nyonya
Sim membawa banyak barang dari kamar, Bibi Sim bertanya apakah kakaknya datang
untuk mengambil pakaian. Nyonya Sim membenarkan. Bibi Sim pikir Jika Kakaknya
bisa memberitahu maka bisa mengirimkannya kepada Kakaknya.
“Aku
ingin memilih mana yang akan dibawa. Lain kali, hubungi aku dahulu agar aku
bisa berbelanja. Aku sering lupa ulang tahunnya karena ada di kalender masehi. “
ucap Bibi Sim
“Selain
itu, kami tidak pernah merayakan ulang tahunnya. Dia tidak pernah melupakan dan
ulang tahunmu dan Hye Won...” ucap Bibi Sim.
Nyonya
Sim mengeluh mendengarnya, Bibi Sim hanya bisa menghela nafas. Nyonya Sim
akhirnya pamit pergi. Nyonya Sim lalu membahas kalau Hye Won tampak marah
kepada Nyonya Sim bahkan sudah marah
kepada Kakak selama 30 tahun terakhir.
“Tapi lakukanlah
satu hal agar dia berhenti marah.” Ucap Bibi Sim. Nyonya Sim ingin tahu Apa itu
“Surat...
Tulis surat untuknya seperti yang kau lakukan kepadaku.” ucap Bibi Sim.
Hye Won
dan Eun Seob berjalan bersama, Eun Seob menceritakan kalau Bo Yeong tiba-tiba meminta agar bisa menemuinya.
Flash Back
Saat Hye
Won pergi kepasar, Eun Seob menerima telp dan itu dari Bo Yeong. Bo Yeong bertanya
Apa Eun Seob senggang nanti, Apakah mereka bisa bertemu, karena ingin meminta
bantuannya. Akhirnya mereka bertemu saat Hye Won melihat dari depan toko bunga.
Bo Yeong
sempat menatap dirinya di cermin sebelum bertemu dengan Eun Seob, lalu menyapa
Eun Seob dan menawarkan minuman tapi Eun Soeb langsung menyela ada apa ingin
bertemu denganya.
“Aku
ingin tahu apakah kamu bisa membantuku.” Kata Bo Yeong. Eun Seob ingin tahu apa
yang bisa dibantu.
“Aku
ingin kembali berteman dengan Hye Won. Tapi Hye Won tidak mau mendengarkanku.
Dia terus salah paham. Aku ingin kembali berteman dengan Hae Won. Ini sudah 10
tahun. Rasanya salah jika terus begini. Itulah yang kurasakan. Bisakah kau membantuku?”
kata Bo Yeong. Eun Seob pun menganguk mengerti.
“Aku
tidak suka orang-orang yang datang ke rumahku setelah aku menolaknya. Beberapa
orang menganggapnya romantis, tapi aku tidak setuju. Aku merasa mereka
mengabaikan perasaanku dan ingin berbuat sesuka mereka.” Ucap Hye Won
“Mereka
harus menghargai perasaanku jika aku menolak mereka. Mereka harus menerimanya
jika aku tidak mau memaafkan. Apa aku salah?” kata Hye Won. Eun Seob pikir Hye
Won benar
“Sikap Bo
Yeong membuatku tidak nyaman. Aku tidak suka.” Ucap Hye Won. Eun Seob bisa mengerti.
“Hye
Won... Mau melakukan sesuatu yang bisa menghiburmu?” kata Eun Seob.
Eun Seob
menurunkan layar di tokonya, mereka menonton film Song Hye Jin dengan pakaian
seragam jaman dahulu dan juga menari bersama. Eun Seob menonton film bersama
Hye Won langsung berkhayal dansa dengan Hye Won.
Hye Won
menyadarkan khayalan Eun Seob, Eun Seob pun tersadar dari lamuannnya mengaku ini
bukan apa-apa.
Seorang
pria mengemudikan mobilnya, dari kaca spion terlihat pria tampan. Ia berbicara
telp dengan kakaknya lalu mengaku akan kesana dan hampir sampai.
“Apa
Kakek di balai desa? Kenapa Kakek tidak menanyai Ayah tentang itu? Baik, sampai
jumpa lagi.” Ucap Si pria lalu tersadar kemana harus pergi dengan mobilnya.
"Hal kecil dan sepele terkadang
masuk ke tubuhku."
Hwi
berjalan dengan wajah cemberut dan tak sengaja menabrak temanya. Temanya marah
mengumpat Hye Won itu buta dan kurang ajar lalu menarik Hwi. Hwi yang tak sadar
terlihat kaget saat itu Young Soo datang menghentikanya.
“Apa yang
kau lakukan?” teriak Young Soo. Hwi kaget melihat Youn Soo seperti membelanya.
"Seperti
biji cocklebur yang berduri. Atau seperti jari Min Seok yang sedikit menyentuh
ketiakku."
Young Soo
seperti ketakutan juga melihat sang wanita, sambil mengeluarkan tanganya
memberitahu kalau Jae In mencarinya. Si wanita pun akhirnya memilih pergi
menemui pacarnya. Hwi seperti merasa diselamatkan oleh Young Soo
"Atau sakit gigi yang
menggangguku tiap kali aku melupakannya. Seperti aroma jjajangmyeon yang kita
makan setelah kelas."
Tuan Park
membaca surat-surat yang dikembalikan oleh Nyonya Sim melalui Eun Seob
Flash Back
Tuan Park
yang menunggu bus tersadar akhirnya menaiki bus dan berdiri disamping Nyonya
Sim. Siku mereka saling bersentuhan karena bus yang bergerak.
"Hal kecil dan sepele
terkadang masuk ke tubuhku. Hal kecil dan sepele bahkan tidak tahu tubuhku adalah
penjaranya dan masuk ke tubuhku untuk terkadang memelukku dengan erat. Ditulis
oleh An Do Hyeon Puisi ini berjudul "Sesuatu yang Kecil dan Remeh."
Pertemuan
club buku pun selesai Jang Woo menatap ke arah Hwi hanya diam dengan wajah
cemberut. Semua sibuk membereskan bangku yang digunakan, Jang Woo memuji Tuan
Bae kalau Itu puisi yang luar biasa.Tuan
Bae mengaku bersenang-senang, seperti biasanya.
“Semuanya,
bawalah painya untuk dibawa pulang” kata Nyonya Choi. Tuan Bae pikir Nyonya Choi
tidak perlu menyiapkan itu.
“Ada apa
dengan adikmu?” bisik Jang Woo pada Eun Seob yang sibuk membersihkan gelas. Eun
Seob mengaku tak tahu dan Hwi selalu begitu.
“Aku
takut sekali. Adikmu benar-benar membuatku takut. Dia sangat ceria dan
tiba-tiba marah. Itu membuatku sangat takut.” Akui Jang Woo. Eun Seob mengaku
juga takut.
Mereka
pun semua pamit pergi dan akan jumpa pekan depan. Hwi pun keluar dengan wajah
cemberut. Hye Won pun menyapa adik Eun Seob dengan lembut, Hwi pun membalasnya
walaupun dengan wajah cemberut.
“Aku
sangat takut. Maksudku, sangat ketakutan.” Ungkap Jang Woo melihat Hwi yang
masih cemberut
“Kurasa
karena ibuku, aku fobia terhadap perempuan marah.” Kata Eun Seob.
“Sebaiknya
aku pulang. Sampai jumpa besok... Terserah, sampai jumpa suatu hari nanti.”
kata Jang Woo
“Kenapa
kamu sibuk sekali belakangan ini?” tanya Eun Seob. Jang Woo mengaku menyiapkan
reuni gabungan SMA Hyecheon.
“Apa Kita
benar-benar mengadakannya?” ucap Eun Seob heran. Jang Woo heran Eun Seob tidak menerima SMS
“Dua hari
lagi, untuk merayakan hari jadi ke-50 sekolah kita. Kalian berdua harus datang.
oke?” kata Jang Woo
“Tapi
kenapa kamu menyiapkannya sendirian?” tanya Hye Won heran. Jang Woo mengaku Sebenarnya,
saat pertemuan ketua OSIS,
“Aku
menyarankan reuni gabungan seperti di luar negeri untuk mengadakan pertemuan. Mereka
menyuruhku menyiapkannya. Aku menyiapkannya berhari-hari. Aku tidak bisa tidur
karena menelepon semua orang. Aku terus menyiapkan acara itu, dan itu
melelahkan. Ini sangat melelahkan, tapi masih banyak yang harus kuurus. Sampai
jumpa.” Akui Jang Woo.
Hye Won
menyuruh Jang Woo agar bersabar dengan wajah tersenyum. Jang Woo akhirnya pergi
lebih dulu. Eun Soeb pun mengajak Hye Won agar bisa masuk ke dalam, tiba-tiba
terdengar ada seseorang yang masuk. Eun Seob pikir kalau seseorang meninggalkan
sesuatu.
Saat itu
seorang pria masuk ke dalam toko seperti mencari sesuatu, Hye Won hanya bisa
terdiam melihat sosok pria yang cukup tampan didepanya. Sang pria pun terdiam
melihat Hye Won yang ada didepanya.
Flash Back
Hye Won
sedang berjalan, tiba-tiba beberapa anak berlari ketakutan. Saat itu Oh Young
Woo mengunakan pakaian taekwondo terlihat sangat menakutkan.
“Kau Mok
Hye Won.. Apa Kau tahu siapa aku?” ucap Young Woo dengan gaya tengilnya.
“Tunggu
sebentar... Kau Mok Hye Won.” Ucap Young Woo yang sama saat masih SMA menyapa
Hye Won.
Hye Won
pun hanya bisa terdiam, saat itu Eun Seob menatap kearah Hye Won.
"Unggahan Blog Pribadi Toko
Buku Good Night"
"Aku memikirkan ucapanku kepada Irene.
Apa Semua cinta pertama telah berlalu? Kenapa aku mengatakan hal seperti itu?
Berkat perbaikan di Rumah Hodu Dia dan aku tinggal bersama. Jika dia bertanya
lagi, aku bisa mengatakan..."
"Semua cinta pertama telah berlalu,
kecuali cinta pertamaku. Aku belum menyelesaikan apa pun.. N.B. Irene membawa pulang bunga kamelia.. Saat
kutanya alasannya, dia bilang itu bunga favorit mendiang ayahnya.. Dia sering
menceritakan keluarganya... Dan rasanya aku makin dekat dengannya"
bersambung ke episode 3
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
kak nama blognya itu ada ga sih?? kalau ada akuau tau dong hehe
BalasHapus