PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Selasa, 03 Maret 2020

Sinopsis When the Weather is Fine Episode 3 Part 2

PS : All images credit and content copyright : JBTC
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe bulan ini 


Hye Won sampai di depan "Rumah Hodu" dan melonggo melihat rumahnya keluar krystal es di atap seperti  membeku. Bibi Sim keluar rumah setelah mendengar suara gaduh lalu mengaku baru saja membaca pipa air bisa dilelehkan dengan obor las di internet.
“Tapi bukannya meleleh, pipa itu terbakar. Jadi... Itu bukan akhir tragedi. Tiba-tiba, semua pipa air mulai pecah... Dor...” cerita Bibi Sim.
“Apakah itu lucu?” keluh Hye Won melihat bibi Sim mulai melucu. Bibi Sim menceritakan pipa air tidak pecah hanya karena dingin.
“Berdasarkan semua kebocoran air yang gila itu, kita tidak bisa mengatakan itu hanya karena udara dingin. Mungkin karena pipanya sudah tua, seperti bibi. Hye Won, semuanya hancur. Jika ada barang berharga di sana, ambillah sekarang.” Ucap Bibi Sim.
“Apa Bibi sudah mengeluarkan semuanya?” tanya Hye Won. Bib Sim mengaku  tidak punya barang berharga jadi akan kabur dari sini sekarang.
Hye Won kaget mendengar bibinya akan kabur. Bibi Sim mengatakan  akan pergi ke tanah suci Su Jeong. Hye Won tak mengerti Apa maksudnya tanah suci Su Jeong. Saat itu Bibi Choi datang dengan mobil menyapa Hye Won dan menyuruh Bibi Sim masuk.
“Apa Maksudnya, rumah Bibi Su Jeong?” tanya Hye Won. Bibi Sim membenarkan.
“Di sana sangat hangat. Dia menyalakan pemanas seharian.” Kata Bibi Sim. Hye Won pun ingin tahu dengan nasibnya.
“Bukankah sebaiknya kamu menjaga dirimu sekarang? Kamu sudah dewasa. Bibi pergi, keponakanku tersayang.” Ucap bibi Sim, Hye Won mengeluh pada sikap bibinya.
“Hei, apa kau tahu bibi sakit kepala hingga ingin mati? Bibi tidak percaya hal seperti ini terjadi. Semuanya berakhir dengan baik. Semuanya hancur sekarang. Jadi, bibi akan tetap menjadi gelandangan seumur hidup.” Kata Bibi Sim terlihat bahagia.
“Apa Bibi sakit kepala?” tanya Hye Won khawatir. Bibi Sim membenarkan kalau Ini benar-benar membuatnya gila.
“Bibi bilang tidak sakit kepala... Bibi berbohong... Sampai jumpa, keponakanku.” Ucap Bibi Sim lalu pergi meninggalkan Hye Won.
“Apa Bibi sungguh akan pergi? Shim Myeong Yeo! Yang benar saja.” Keluh Hye Won kesal 




Hye Won menelp dari toko buku memberitahu pipa airnya pecah. Ternyata tukang pia meminta waktu datang Dalam sepekan. Hye Won kaget mendengarnya kalau seluruh rumah akan membeku. Tapi akhirnya tak bisa berkata-kata apa-apa lagi.
“Bagaimana perkembangannya?” tanya Eun Seob masuk toko. Hye Won pikir seluruh kota Hyecheon sedang sibuk.
“Halo, ini Rumah Hodu di Bukhyeon-ri...Kau sudah dengar. Apa Kau bisa datang? Baik, terima kasih.” Ucap Hye Won mencoba menelp lagi tukang pipa. 

Di depan rumah, Hwi terlihat bahagia melihat rumah Hye Won yang sudah menjadi es dan terus menyanyi “Let it Go” layaknya Elsa di negeri Es.  Sang ayah hanya bisa terdia melihat tingkah sang anak, akhirnya seorang kakek datang melihat rumah sudah seperti es.
“Hwi sudah menyanyikan lagu itu sejak dia melihat rumah ini.” Kata Tuan Sim.
“Tempat ini benar-benar membeku. Kacau sekali.” komentar kakek
“Lihatlah ke dalam. Air bocor dari pipa, tapi dingin sekali, jadi, airnya membeku. Astaga, ini seperti versi asli dari film "Frozen". Siapa yang menduga film favoritku menjadi nyata di hadapanku?” ucap Hwi bersemangat mulai mengajak ayahnya menari dan menyanyi Let it go.
“Hei, diamlah.” Keluh Tuan Hwi mengeluh tanganya yang sakit lalu bertanya Apakah tempat ini masih bisa diperbaiki
“Jika tukang reparasi datang dan melakukan keajaiban, mungkin ini akan segera pulih.”Kata kakek.
“Astaga, tapi biayanya akan mahal.” Ucap Tuan Im. Hwi mencoba selfie dengan dua pria paruh baya dibelakangnya.
 “Hentikan, ayah tidak bisa fokus berpikir karenamu.” Ucap Tuan Im mengeluh dengan tingkah anaknya tapi temanya menyuruh agar membiarkanya. 


Eun Seob bertanya apakah Mereka tidak bisa. Hye Won memberitahu kalau paling cepat bisa datang lima hari lagi den bertanya Apa rumahnya akan baik-baik saja sampai saat itu. Eun Seob pikir Asalkan tidak memburuk... tapi tiba-tiba adiknya datang dengan wajah penuh semangat.
“ Hei, Kalian! Berita besar! Mandor desa masuk ke rumah dan memukul salah satu pipa seperti ini untuk memperbaikinya. Kini air mengalir dari pipa itu.” Teriak Hwi. Hye Won kaget.
“Hye Won, kamu sebaiknya pergi untuk memotretnya.  Cepat! Omong-omong, apakah kamu punya gaun Elsa? Astaga, aku ingin berfoto memakai gaun itu.” Ucap Hwi. Eon Seob mengeluh agar adiknya pergi saja. 


Hye Won pikir tak perlu karena ini bukan ide bagus, Eun Seob memmberitahu kalau Ayahnya bilang tidak apa-apa dan Hye Won bisa tetap di sini dan ia akan tinggal dengan orang tuanya. Hye Won tahu dari Hwi kalau Eon Seob datang tadi malam.
“Karena itu, dia harus tidur di kamar orang tuamu, jadi...” ucap Hye Won terhenti saat Hwi masuk  sambil berteriak.
“Eun Seop, sebaiknya kau tidak datang hari ini. Jangan berani.” Teriak Hwi lalu bergegas perg.i
“Kalau begitu, aku akan tidur di lantai satu di sini. Di sini sangat hangat dan nyaman” ucap Eun Seob.
“Aku akan mencari tempat lain.. Ada motel di pusat kota.” Kata Hye Won.
“Bagaimana caranya kamu ke sini?” tanya Eon Seob. Hye Won pikir bisa naik bus.

“Butuh waktu satu jam. Dua jam bolak-balik.” Ucap Eun Seob. Hye Won pikir penginapan itu...
“Lupakan saja. Aku akan kembali ke Seoul.”kata Hye Won. Eun Seob kaget seperti tak ingin berpisah dengan Hye Won.
“Aku punya apartemen studio di Seoul. Lagi pula, aku berencana kembali pada musim semi. Bibiku terus mengomeliku agar aku mulai bekerja lagi. Jadi, ini bagus. Rumah itu berantakan, dan bibiku terus sakit kepala.” Ucap Hye Won
“Semua ini pasti pertanda bahwa aku harus kembali ke Seoul. Jika aku kembali ke Seoul...” kata Hye Won frustasi dan langsung disela oleh Eun Seob.
“Tenanglah, Hye Won... Ini bukan apa-apa... Maksudku, ini bukan masalah besar.” Kata Eun Seob.
“Apa maksudmu, itu bukan masalah besar?” tanya Hye Won heran. Eun Seo meminta Hye Won agar tetap disiniselama lima hari Lalu mereka bisa panggil teknisi.
“Dengan sedikit perbaikan, semuanya akan kembali normal.” Ucap Eun Seob. Hye Won pikir benar tapi...
“Sudah kubilang, di sini sangat hangat. Terkadang, aku tertidur saat menyusun buku-buku di sini.” Kata Eun Seob menyakinkan.
“Kalau begitu, aku akan tidur di lantai utama.” Kata Hye Won. Eun Seob melarangnya karena menurutnya di sini dingin.
“Kau bilang hangat.” Komentar Hye Won. Eun Seob tahu Tapi meurtnya sofanya tidak nyaman.
“Tadi kau bilang itu nyaman.” Kata  Hye Won. Eun Seob mengaku nyaman sekali.
“Tapi kau tidak akan merasa nyaman.” Ucap Eun Seob. Hye Won mengeluh kalau Eun Seob saja bilang dingin dan tidak nyaman.
“Lalu kenapa repot-repot? Aku akan kembali ke Seoul.” Ucap Hye Won. Eun Seob akhirnay memutuskan akan tidur di atas juga. Hye Won pun kaget.
“Ada dua kamar... Bagaimana?” ucap Eun Seob yang tak mau berpisah. Hye Won gugup akhirnya menyetujuinya kalau akan di sini lima hari saja.
“Hari ini terasa sangat lama.” Ungkap Eun Seob. Hye Won pun juga berpikir sangat lama.
“Astaga, sebaiknya dia tidak pulang malam ini.” Ucap Hwi mengayuh sepeda sambil menyanyikan lagu let it go. 


Hye Won mencuri rambutnya lalu mengeringkan dengan handuk. Ia membuka lemari lebih banyak peralatan pria, akhirnya kelaur kamar dan melihat sudah ada hairdryer yang ditinggalkan Eun Seob. Ia pun mengeringkan rambutany dan teringat dengan ucapan ibu Hyun Ji.
“Omong-omong, apakah bibimu sudah menemui dokter? Dia mengalami sakit kepala parah.” Ucap ibu Hyun JI.
“Apa Bibi sakit kepala?” tanya Hye Won memastikan. Bibi Sim pikir Hye Won tahu kalau ia sakit kepala parah sehingga ingin mati?
“Apa Bibi sakit kepala?” tanya Hye Won saat bibinya akan tinggal dirumah bibi Choi.
“Ini benar-benar membuat bibi gila... Bibi bilang tidak sakit kepala. Bibi berbohong.” Ucap Bibi Sim 


Hye Won pergi ke rumah mencari sesuatu di laci, Eun Seob datang dengan senter bertanya-tanya Apa yang dicari. Hye Won menjawab obat atau resep. Eun Seob ingin tahu alasanya. Hye Won menceritakan bibinya bilang dia terus sakit kepala.
“Aku khawatir dia mengidap penyakit parah yang tidak kuketahui. Siapa yang tahu? Aku mungkin menemukan wasiatnya. Kau tidak perlu ikut denganku.” Ucap Hye Won.
“Di sini gelap.”kata Eun Seob terus menerangi Hye Won dengan senter. Hye Won menemukan surat bertuliskan "Kepada Shim Myeong Yeo, Dari Shim Myeong Ju, PO Box 145-3901, Kantor Pos Cheongsan"
“Dari siapa?” tanya Eun Seob, Hye Won menjawab  dari ibunya lalu memasukan kembali ke laci dan mengajak Eun Seob pergi.

Eun Seob keluar rumah memberikan minuman hangat. Hye Won meminumnya sambil menerawang. Eun Seo pikir Beberapa orang tidak pernah berbagi kekhawatiran mereka seumur hidup. Hye Won bertanya apakah Bahkan dengan keluarga mereka. Eun Seob membenarkan.
“Seolah-olah mengatakan itu terlalu sulit atau terlalu menyakitkan. Mereka tidak pernah mengatakan itu dan memendam semuanya. Mungkin, sampai mereka mati. Mereka membangun pondok sendiri di dalam hati mereka dan tidak pernah meninggalkan pondok itu seumur hidup mereka.” Cerita Eun Seob.
“Bahkan saat kesepian, mereka tidak pernah mengakuinya. Sebenarnya, mereka lebih suka merenungkan kesepian mereka. Mereka lebih menyukainya daripada keluarga mereka sendiri. Mungkin Myeong Yeo adalah salah satu orang itu.” Ucap Eun Seob. 


Didepan "Halte Bus" Hwi bersembunyi dibalik dindin memberikan sinyal cintanya pada seseorang lalu menyoleknya dari jauh. Hyun Ji bertanya Ada apa dan Apa yang dilakukan di pusat kota. Hwi menyuruh Hyun Ji diam saja dan sedang mencoba melamun di sini.
“Lihat dirimu. Kamu terdengar seperti penguntit.” Kata Hyun Ji. Hwi mengeluh kalau tidak seperti itu
“Jangan tersenyum... Berpikirlah. Benamkan dirimu dalam pikiran.. Seperti ini, fokuslah. Ya, itu dia. Itulah wajah yang kusukai.” Kata Hwi melihat pria yang tak jauh dari dirinya sedang mengobrol.
“Kenapa kamu tidak mengobrol saja?” ucap Hyun JI. Hwi mengaku pernah mencobanya, tapi ditolak.
“Meski begitu, aku harus bersiap untuk pertarungan lain. Kau pasti menang jika mengenal musuh dan dirimu. Saat ini, aku tidak punya informasi tentang dia. Aku butuh informasi sebelum bisa bicara dengannya.” Kata Hwi.
“Aku sudah memberimu. Dia ingin masuk ke Universitas Nasional Seoul.” Kata Hyun Ji
“Benar juga... Aku mau pengembalian uang. Setelah kupikir-pikir, itu tidak masuk akal. Dia murid terbaik di kelas. Tentu saja dia ingin masuk ke sana. Itu universitas terbaik di negara ini. Siapa yang tidak tahu? Bawakan aku informasi baru.” Kata Hwi.
“Kuharap dia akan pindah dari tempatnya berdiri... Sedikit saja. Aku ingin melihatnya lebih jelas... Maju beberapa langkah... Ahh. Itu dia. Dia bergerak. Sulit dipercaya. Tapi Kenapa dia melambai kepadaku? Kenapa dia berjalan kemari? Dia terlalu dekat.” Ucap Hwi panik dan bergegas pergi.
Si pria melambaikan tanganya dan Hyun Ji hanya diam saja saat Hwi pergi, ternyata si pria hanya memanggil temanya yang ada dibelakang Hyun Ji untuk naik bus bersama. Hyun Ji berteriak memanggil Hwi padahal itu adalah bus mereka tapi malah kabur. 



Eun Seob mengemudikan mobilnya berbicara karena mereka akan pergi ke kota jadi apakah Hye Won ingin mengunjungi Bibi Su Jeong dan menyapa Myeong Yeo. Hye Won pikir Tidak usah. Eun Seob pikr  Lagi pula ada pertemuan di lingkungan itu jadi Hye Won boleh pergi.
“Ini pertemuan pemilik toko buku, dan akan butuh setidaknya beberapa jam.” Kata Eun Seob. Hye Won tak mempercayainya. 
“Aku akan menunggumu di kafe terdekat.” Kata Hye Won. Eun Seob pun menganguk mengerti
“Eun Seob.. Ada yang ingin kutanyakan kepadamu. Kenapa kau memanggil Myeong Yeo Nuna dengan nama depannya dan memanggil Bibi Su Jeong? Mereka seusia.” Kata Hye Won heran.
“Itu karena Myeong Yeo mau aku memanggilnya dengan nama depannya.” Kata Eun Seob gugup. Hye Won pun meminta maaf.
“Kau pegang Ini. Aku akan meneleponmu.” Kata Eun Seob memberikan ponselnya. Hye Wong menganguk mengerti.
“Jangan beri tahu Myeong Yeo...” kata Eun Seob, Hye Won mengerti. Eun Seob pikir Tidak perlu karena menyukainya. Hye Won tahu Eun Seob berbohong.


Hye Won duduk di cafe sambil membaca buku, saat itu telp Eun Seob  berdering, seorang wanita memanggil Eun Seob. Hye Won yang mengangkatnya memberitahu Eun Seop sedang ada pertemuan.
“Jika kau sebutkan namamu, aku akan bilang kamu menelepon.” Ucap Hye Won dan diseberang telp hanya terdiam. Hye Won pun memanggilnya.
“Hye Won, apa itu kau? Aku menelepon Eun Seop untuk meminta nomor teleponmu. Kurasa aku beruntung. Aku yakin masih ada kesalahpahaman di antara kita. Kapan kau punya waktu? Bisakah kita minum teh bersama?” kata Bo Yeong
“Masalahnya, cuaca terlalu dingin belakangan ini, Bo Yeong. Lain kali saja. Mari bertemu lain kali saat cuacanya membaik.” Ucap Hye Won
“Saat cuacanya membaik?” ucap Bo Yeong bingung. Hye Won membenarkan. “Mari bertemu saat cuaca lebih baik.” Kata Hye Won lalu terdiam. 


Danau didesa mulai mengeras dan berita di TV Pun memberitahu Karena salju yang dingin dan lebat,banyak penerbangan dan kereta yang ditunda atau dibatalkan.
“Ratusan sekolah di seluruh negeri juga telah ditutup. Suhu diperkirakan akan makin turun. Di wilayah Yeongseo, suhu akan turun di bawah minus 20 derajat Celsius. Cuaca dingin sepertinya akan bertahan untuk beberapa lama. Disarankan tetap di dalam ruangan sesering mungkin.”
“Menurut Kementerian Kesehatan dan Kesejahteraan, cuaca dingin ini bisa menyebabkan radang dingin dalam beberapa menit. Semua orang didesak untuk lebih berhati-hati. Provinsi Gangwon barat diduga akan mendapatkan salju setebal 15 cm akhir pekan ini.” 

Hye Won duduk di toko membaca buku "Orang yang Aku Suka"[ "Kepada Dafodil” Jangan menangis Menjadi kesepian adalah menjadi manusia. Jangan menangis. Menjadi kesepian adalah menjadi manusia.]
Flash Back
Disekolah Eun Seob membaca kutipan buku  "Kepada Dafodil" oleh Jeong Ho Seung.
"Jangan menangis. Menjadi kesepian adalah menjadi manusia. Hidup adalah menahan kesepian. Jangan menunggu panggilan yang tidak pernah datang. Sandpiper berdada hitam di lapangan alang-alang memperhatikamu.” Ucap Eun Seob
“Terkadang, bahkan Dewa pun menangis karena kesepian. Burung-burung duduk di ranting karena mereka kesepian. Kau duduk di dekat air karena kesepian. Bayangan gunung datang ke desa sekali sehari karena kesepian. Gemuruh lonceng berbunyi karena terlalu sepi."kata Eun Seob 
Saat itu Hye Won sempat terdiam mendengar Eun Seob membaca kutipan buku. Eun Seob menatap Hye Won tapi seolah tak peduli. Pak guru lalu memangil Min Hyuk untuk membaca buku yang lainya. 

Hye Won melamun lalu mendengar suara pintu terbuka dan berpikir Eun Seob yang datang, tapi ternyata Hwi yang datang yang mengagetkanya. Hwi langsung bercerita kalau menyukai anak bernama Kim Young Soo tapii yang Mengejutkannya, Young Soo tidak menyukainya.
“Bukankah itu konyol? Aku sangat menarik. Aku juga tidak punya teman.” Kata Hwi.
“Hae Won, bisakah kamu duduk di sini? Baiklah. Apa katamu?” kata Hye Won akhirnya ingin mendengarkan cerita Hwi tanpa mencari Eun Seob.
“Kubilang aku tidak punya teman. Seluruh sekolah membenciku. Itu sebabnya dia harus menyukaiku.” cerita Hwi
“Apakah itu masuk akal?” tanya Hye Won. Hwi pikir itu pasti. Hye Won pun ingin tahu alasan Young Soo yang tidak menyukainya.
“Entahlah... Aku bahkan tidak tahu kenapa aku tidak punya teman. Bagaimana aku tahu kenapa dia tidak menyukaiku? Hye Won, apa yang harus kulakukan?” ucap Hwi bingung.
“Omong-omong, apakah Eun Seop ada di rumah?” tanya Hye Won penasaran.
“Eun Seop? Entahlah. Aku tidak melihatnya di rumah.” Kata Hwi. Hye Won meminta Hwi agar menelp Eun Seob untuk mengetahui keberadanya.
 “Kenapa kamu mencarinya? Apakah dia berutang kepadamu?” kata Hwi heran.
“Tidak biasanya dia menghilang tanpa mengatakan apa pun.” Ucap Hye Won. Hwi pikir Hye Won Jangan khawatirkan dia.
“Entah di sini, di rumah, di arena seluncur es, atau di gunung.” Ucap Hwi. Hye Won kaget Eun Seob pergi ke gunung
“Pasti di sanalah dia berada.” Kata Hwi yakin. Hye Won ingin tahu Kenapa dia ada di gunung
“Dia selalu pergi ke sana seperti orang gila.” Ucap Hwi. Hye Won ingin tahu di gunung mana.
“Di belakang toko buku.” Kata Hwi. Hye Won menujuk gunung yang ada dibelakangnya Hwi pun membenarkanya.
Hye Won bergegas pergi. Hwi bertanya apakah Hye Won akan pergi kesana. Hye Won membenarkan. Hwi pikir Hye Won berani arena Gunung berbahaya pada malam hari. Hey Won pikir kalau Eun Seop ada di sana sekarang.
“Ayolah, dia sama saja seperti hewan liar. Kudengar manusia seperti kita akan mati jika ke gunung saat malam.” Ucap Hwi memperingati 

 Hye Won berdiri didepan jalur masuk hutan, seperti sangat menyeramkan karena gelap. Ia pun memilih untuk berbalik arah mengurungkan niatnya karena takut, sementara Eun Seob sudah sampai di rumah dalam hutan lalu duduk didepan pintu.
“Pada suatu hari, ada seorang pemuda. Orang-orang selalu menyakitinya. Karena dia polos, orang-orang selalu menipu atau mengkhianatinya. Pada akhirnya, dia memutuskan mencari tempat orang-orang jujur tinggal.”
“Apakah dia menemukan tempat seperti itu?” tanya Hye Wo mendengar cerita Eun Soeb
“Tidak... Dia tidak bisa menemukan tempat tinggal orang jujur. Jadi, anak itu akhirnya tinggal sendirian dalam kesepian dan mati.” 



Hye Won memberanikan diri masuk ke hutan, dan kembali ketakutan melihat sesuatu didepanya. Ia pikir sudah berjalan 500 meter dari pintu masuk, jadi... dan berpikia akan kembali, tapi kakinya tersandung dan mencoba untuk melangkah.
Ia berusaha keras untuk keluar dari hutan dengan wajah ketakutan, tiba-tiba seseorang menepuknya. Hye Won menjerit ketakutan tapi  ternyata yang datang adalah Eun Seob. Eun Seob bertanya sedang apa Hye Won dalam hutan.
“Aku kasihan kepadanya.” Ucap Hye Won mendengar cerita Eun Soeb. Eun Seob bertanya Kepada siapa
“Pemuda dengan bulu mata perak serigala. Dia pasti kesepian... Sangat kesepian. Pemuda itu pasti sangat kedinginan.” Kata Hye Won
“Apa yang bisa kita lakukan untuk pemuda itu?” tanya Eun Soeb. Hye Won menjawab kalau harus memeluknya.
“Peluk dia seerat mungkin. Dengan seluruh kekuatan kita, agar dia bisa merasa hangat. Kita harus memeluknya dengan erat.” Ucap Hye Won.
Hye Won menatap Eun Seob dan langsung memeluknya dengan erat, seperti tahu kalau itu cerita dari Eun Seob yang kesepaina. Eun Seob terdiam menerima pelukan dari Hye Won.
[Unggahan Blog Pribadi Toko Buku Good Night]
“Dia sedang tidur, seatap denganku Dia datang ke kamarku tadi, Dan berkata bahwa lampu lama di mejaku indah, Aku tiba-tiba merasakan kebahagiaan, Serta ingin berlutut dan memegang tangannya Dan menyatakan perasaanku kepadanya"
"Tapi aku tidak mau mengejutkannya, jadi, kuucapkan terima kasih Sesuatu yang sulit dipercaya akan terjadi kelak"
bersambung ke episode 4

Cek My Wattpad... Stalking 

      
Cek My You Tube Channel "ReviewDrama Korea"

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar