PS
: All images credit and content copyright : JBTC
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Hye Won
sampai di depan "Rumah Hodu" dan melonggo melihat rumahnya keluar
krystal es di atap seperti membeku. Bibi
Sim keluar rumah setelah mendengar suara gaduh lalu mengaku baru saja membaca
pipa air bisa dilelehkan dengan obor las di internet.
“Tapi bukannya
meleleh, pipa itu terbakar. Jadi... Itu bukan akhir tragedi. Tiba-tiba, semua
pipa air mulai pecah... Dor...” cerita Bibi Sim.
“Apakah
itu lucu?” keluh Hye Won melihat bibi Sim mulai melucu. Bibi Sim menceritakan pipa
air tidak pecah hanya karena dingin.
“Berdasarkan
semua kebocoran air yang gila itu, kita tidak bisa mengatakan itu hanya karena
udara dingin. Mungkin karena pipanya sudah tua, seperti bibi. Hye Won, semuanya
hancur. Jika ada barang berharga di sana, ambillah sekarang.” Ucap Bibi Sim.
“Apa Bibi
sudah mengeluarkan semuanya?” tanya Hye Won. Bib Sim mengaku tidak punya barang berharga jadi akan kabur
dari sini sekarang.
Hye Won
kaget mendengar bibinya akan kabur. Bibi Sim mengatakan akan pergi ke tanah suci Su Jeong. Hye Won tak
mengerti Apa maksudnya tanah suci Su Jeong. Saat itu Bibi Choi datang dengan
mobil menyapa Hye Won dan menyuruh Bibi Sim masuk.
“Apa
Maksudnya, rumah Bibi Su Jeong?” tanya Hye Won. Bibi Sim membenarkan.
“Di sana
sangat hangat. Dia menyalakan pemanas seharian.” Kata Bibi Sim. Hye Won pun
ingin tahu dengan nasibnya.
“Bukankah
sebaiknya kamu menjaga dirimu sekarang? Kamu sudah dewasa. Bibi pergi,
keponakanku tersayang.” Ucap bibi Sim, Hye Won mengeluh pada sikap bibinya.
“Hei, apa
kau tahu bibi sakit kepala hingga ingin mati? Bibi tidak percaya hal seperti
ini terjadi. Semuanya berakhir dengan baik. Semuanya hancur sekarang. Jadi,
bibi akan tetap menjadi gelandangan seumur hidup.” Kata Bibi Sim terlihat
bahagia.
“Apa Bibi
sakit kepala?” tanya Hye Won khawatir. Bibi Sim membenarkan kalau Ini
benar-benar membuatnya gila.
“Bibi
bilang tidak sakit kepala... Bibi berbohong... Sampai jumpa, keponakanku.” Ucap
Bibi Sim lalu pergi meninggalkan Hye Won.
“Apa Bibi
sungguh akan pergi? Shim Myeong Yeo! Yang benar saja.” Keluh Hye Won kesal
Hye Won
menelp dari toko buku memberitahu pipa airnya pecah. Ternyata tukang pia
meminta waktu datang Dalam sepekan. Hye Won kaget mendengarnya kalau seluruh
rumah akan membeku. Tapi akhirnya tak bisa berkata-kata apa-apa lagi.
“Bagaimana
perkembangannya?” tanya Eun Seob masuk toko. Hye Won pikir seluruh kota
Hyecheon sedang sibuk.
“Halo,
ini Rumah Hodu di Bukhyeon-ri...Kau sudah dengar. Apa Kau bisa datang? Baik,
terima kasih.” Ucap Hye Won mencoba menelp lagi tukang pipa.
Di depan
rumah, Hwi terlihat bahagia melihat rumah Hye Won yang sudah menjadi es dan
terus menyanyi “Let it Go” layaknya Elsa di negeri Es. Sang ayah hanya bisa terdia melihat tingkah
sang anak, akhirnya seorang kakek datang melihat rumah sudah seperti es.
“Hwi
sudah menyanyikan lagu itu sejak dia melihat rumah ini.” Kata Tuan Sim.
“Tempat
ini benar-benar membeku. Kacau sekali.” komentar kakek
“Lihatlah
ke dalam. Air bocor dari pipa, tapi dingin sekali, jadi, airnya membeku. Astaga,
ini seperti versi asli dari film "Frozen". Siapa yang menduga film
favoritku menjadi nyata di hadapanku?” ucap Hwi bersemangat mulai mengajak
ayahnya menari dan menyanyi Let it go.
“Hei,
diamlah.” Keluh Tuan Hwi mengeluh tanganya yang sakit lalu bertanya Apakah tempat
ini masih bisa diperbaiki
“Jika
tukang reparasi datang dan melakukan keajaiban, mungkin ini akan segera
pulih.”Kata kakek.
“Astaga,
tapi biayanya akan mahal.” Ucap Tuan Im. Hwi mencoba selfie dengan dua pria
paruh baya dibelakangnya.
“Hentikan, ayah tidak bisa fokus berpikir
karenamu.” Ucap Tuan Im mengeluh dengan tingkah anaknya tapi temanya menyuruh
agar membiarkanya.
Eun Seob
bertanya apakah Mereka tidak bisa. Hye Won memberitahu kalau paling cepat bisa
datang lima hari lagi den bertanya Apa rumahnya akan baik-baik saja sampai saat
itu. Eun Seob pikir Asalkan tidak memburuk... tapi tiba-tiba adiknya datang
dengan wajah penuh semangat.
“ Hei,
Kalian! Berita besar! Mandor desa masuk ke rumah dan memukul salah satu pipa seperti
ini untuk memperbaikinya. Kini air mengalir dari pipa itu.” Teriak Hwi. Hye Won
kaget.
“Hye Won,
kamu sebaiknya pergi untuk memotretnya. Cepat!
Omong-omong, apakah kamu punya gaun Elsa? Astaga, aku ingin berfoto memakai gaun
itu.” Ucap Hwi. Eon Seob mengeluh agar adiknya pergi saja.
Hye Won
pikir tak perlu karena ini bukan ide bagus, Eun Seob memmberitahu kalau Ayahnya
bilang tidak apa-apa dan Hye Won bisa tetap di sini dan ia akan tinggal dengan
orang tuanya. Hye Won tahu dari Hwi kalau Eon Seob datang tadi malam.
“Karena itu,
dia harus tidur di kamar orang tuamu, jadi...” ucap Hye Won terhenti saat Hwi
masuk sambil berteriak.
“Eun
Seop, sebaiknya kau tidak datang hari ini. Jangan berani.” Teriak Hwi lalu
bergegas perg.i
“Kalau
begitu, aku akan tidur di lantai satu di sini. Di sini sangat hangat dan
nyaman” ucap Eun Seob.
“Aku akan
mencari tempat lain.. Ada motel di pusat kota.” Kata Hye Won.
“Bagaimana
caranya kamu ke sini?” tanya Eon Seob. Hye Won pikir bisa naik bus.
“Butuh
waktu satu jam. Dua jam bolak-balik.” Ucap Eun Seob. Hye Won pikir penginapan
itu...
“Lupakan
saja. Aku akan kembali ke Seoul.”kata Hye Won. Eun Seob kaget seperti tak ingin
berpisah dengan Hye Won.
“Aku punya
apartemen studio di Seoul. Lagi pula, aku berencana kembali pada musim semi. Bibiku
terus mengomeliku agar aku mulai bekerja lagi. Jadi, ini bagus. Rumah itu
berantakan, dan bibiku terus sakit kepala.” Ucap Hye Won
“Semua
ini pasti pertanda bahwa aku harus kembali ke Seoul. Jika aku kembali ke
Seoul...” kata Hye Won frustasi dan langsung disela oleh Eun Seob.
“Tenanglah,
Hye Won... Ini bukan apa-apa... Maksudku, ini bukan masalah besar.” Kata Eun
Seob.
“Apa
maksudmu, itu bukan masalah besar?” tanya Hye Won heran. Eun Seo meminta Hye
Won agar tetap disiniselama lima hari Lalu mereka bisa panggil teknisi.
“Dengan
sedikit perbaikan, semuanya akan kembali normal.” Ucap Eun Seob. Hye Won pikir
benar tapi...
“Sudah kubilang,
di sini sangat hangat. Terkadang, aku tertidur saat menyusun buku-buku di
sini.” Kata Eun Seob menyakinkan.
“Kalau
begitu, aku akan tidur di lantai utama.” Kata Hye Won. Eun Seob melarangnya
karena menurutnya di sini dingin.
“Kau
bilang hangat.” Komentar Hye Won. Eun Seob tahu Tapi meurtnya sofanya tidak
nyaman.
“Tadi kau
bilang itu nyaman.” Kata Hye Won. Eun
Seob mengaku nyaman sekali.
“Tapi kau
tidak akan merasa nyaman.” Ucap Eun Seob. Hye Won mengeluh kalau Eun Seob saja
bilang dingin dan tidak nyaman.
“Lalu
kenapa repot-repot? Aku akan kembali ke Seoul.” Ucap Hye Won. Eun Seob akhirnay
memutuskan akan tidur di atas juga. Hye Won pun kaget.
“Ada dua
kamar... Bagaimana?” ucap Eun Seob yang tak mau berpisah. Hye Won gugup
akhirnya menyetujuinya kalau akan di sini lima hari saja.
“Hari ini
terasa sangat lama.” Ungkap Eun Seob. Hye Won pun juga berpikir sangat lama.
“Astaga,
sebaiknya dia tidak pulang malam ini.” Ucap Hwi mengayuh sepeda sambil
menyanyikan lagu let it go.
Hye Won
mencuri rambutnya lalu mengeringkan dengan handuk. Ia membuka lemari lebih
banyak peralatan pria, akhirnya kelaur kamar dan melihat sudah ada hairdryer
yang ditinggalkan Eun Seob. Ia pun mengeringkan rambutany dan teringat dengan
ucapan ibu Hyun Ji.
“Omong-omong,
apakah bibimu sudah menemui dokter? Dia mengalami sakit kepala parah.” Ucap ibu
Hyun JI.
“Apa Bibi
sakit kepala?” tanya Hye Won memastikan. Bibi Sim pikir Hye Won tahu kalau ia
sakit kepala parah sehingga ingin mati?
“Apa Bibi
sakit kepala?” tanya Hye Won saat bibinya akan tinggal dirumah bibi Choi.
“Ini
benar-benar membuat bibi gila... Bibi bilang tidak sakit kepala. Bibi
berbohong.” Ucap Bibi Sim
Hye Won
pergi ke rumah mencari sesuatu di laci, Eun Seob datang dengan senter
bertanya-tanya Apa yang dicari. Hye Won menjawab obat atau resep. Eun Seob
ingin tahu alasanya. Hye Won menceritakan bibinya bilang dia terus sakit
kepala.
“Aku khawatir
dia mengidap penyakit parah yang tidak kuketahui. Siapa yang tahu? Aku mungkin
menemukan wasiatnya. Kau tidak perlu ikut denganku.” Ucap Hye Won.
“Di sini
gelap.”kata Eun Seob terus menerangi Hye Won dengan senter. Hye Won menemukan
surat bertuliskan "Kepada Shim Myeong Yeo, Dari Shim Myeong Ju, PO Box
145-3901, Kantor Pos Cheongsan"
“Dari
siapa?” tanya Eun Seob, Hye Won menjawab
dari ibunya lalu memasukan kembali ke laci dan mengajak Eun Seob pergi.
Eun Seob
keluar rumah memberikan minuman hangat. Hye Won meminumnya sambil menerawang.
Eun Seo pikir Beberapa orang tidak pernah berbagi kekhawatiran mereka seumur
hidup. Hye Won bertanya apakah Bahkan dengan keluarga mereka. Eun Seob
membenarkan.
“Seolah-olah
mengatakan itu terlalu sulit atau terlalu menyakitkan. Mereka tidak pernah
mengatakan itu dan memendam semuanya. Mungkin, sampai mereka mati. Mereka
membangun pondok sendiri di dalam hati mereka dan tidak pernah meninggalkan
pondok itu seumur hidup mereka.” Cerita Eun Seob.
“Bahkan
saat kesepian, mereka tidak pernah mengakuinya. Sebenarnya, mereka lebih suka
merenungkan kesepian mereka. Mereka lebih menyukainya daripada keluarga mereka
sendiri. Mungkin Myeong Yeo adalah salah satu orang itu.” Ucap Eun Seob.
Didepan "Halte
Bus" Hwi bersembunyi dibalik dindin memberikan sinyal cintanya pada
seseorang lalu menyoleknya dari jauh. Hyun Ji bertanya Ada apa dan Apa yang
dilakukan di pusat kota. Hwi menyuruh Hyun Ji diam saja dan sedang mencoba
melamun di sini.
“Lihat
dirimu. Kamu terdengar seperti penguntit.” Kata Hyun Ji. Hwi mengeluh kalau
tidak seperti itu
“Jangan
tersenyum... Berpikirlah. Benamkan dirimu dalam pikiran.. Seperti ini,
fokuslah. Ya, itu dia. Itulah wajah yang kusukai.” Kata Hwi melihat pria yang
tak jauh dari dirinya sedang mengobrol.
“Kenapa
kamu tidak mengobrol saja?” ucap Hyun JI. Hwi mengaku pernah mencobanya, tapi
ditolak.
“Meski
begitu, aku harus bersiap untuk pertarungan lain. Kau pasti menang jika
mengenal musuh dan dirimu. Saat ini, aku tidak punya informasi tentang dia. Aku
butuh informasi sebelum bisa bicara dengannya.” Kata Hwi.
“Aku
sudah memberimu. Dia ingin masuk ke Universitas Nasional Seoul.” Kata Hyun Ji
“Benar
juga... Aku mau pengembalian uang. Setelah kupikir-pikir, itu tidak masuk akal.
Dia murid terbaik di kelas. Tentu saja dia ingin masuk ke sana. Itu universitas
terbaik di negara ini. Siapa yang tidak tahu? Bawakan aku informasi baru.” Kata
Hwi.
“Kuharap
dia akan pindah dari tempatnya berdiri... Sedikit saja. Aku ingin melihatnya
lebih jelas... Maju beberapa langkah... Ahh. Itu dia. Dia bergerak. Sulit
dipercaya. Tapi Kenapa dia melambai kepadaku? Kenapa dia berjalan kemari? Dia
terlalu dekat.” Ucap Hwi panik dan bergegas pergi.
Si pria
melambaikan tanganya dan Hyun Ji hanya diam saja saat Hwi pergi, ternyata si
pria hanya memanggil temanya yang ada dibelakang Hyun Ji untuk naik bus
bersama. Hyun Ji berteriak memanggil Hwi padahal itu adalah bus mereka tapi
malah kabur.
Eun Seob
mengemudikan mobilnya berbicara karena mereka akan pergi ke kota jadi apakah
Hye Won ingin mengunjungi Bibi Su Jeong dan menyapa Myeong Yeo. Hye Won pikir
Tidak usah. Eun Seob pikr Lagi pula ada
pertemuan di lingkungan itu jadi Hye Won boleh pergi.
“Ini
pertemuan pemilik toko buku, dan akan butuh setidaknya beberapa jam.” Kata Eun
Seob. Hye Won tak mempercayainya.
“Aku akan
menunggumu di kafe terdekat.” Kata Hye Won. Eun Seob pun menganguk mengerti
“Eun
Seob.. Ada yang ingin kutanyakan kepadamu. Kenapa kau memanggil Myeong Yeo Nuna
dengan nama depannya dan memanggil Bibi Su Jeong? Mereka seusia.” Kata Hye Won
heran.
“Itu
karena Myeong Yeo mau aku memanggilnya dengan nama depannya.” Kata Eun Seob
gugup. Hye Won pun meminta maaf.
“Kau
pegang Ini. Aku akan meneleponmu.” Kata Eun Seob memberikan ponselnya. Hye Wong
menganguk mengerti.
“Jangan
beri tahu Myeong Yeo...” kata Eun Seob, Hye Won mengerti. Eun Seob pikir Tidak
perlu karena menyukainya. Hye Won tahu Eun Seob berbohong.
Hye Won
duduk di cafe sambil membaca buku, saat itu telp Eun Seob berdering, seorang wanita memanggil Eun Seob.
Hye Won yang mengangkatnya memberitahu Eun Seop sedang ada pertemuan.
“Jika kau
sebutkan namamu, aku akan bilang kamu menelepon.” Ucap Hye Won dan diseberang
telp hanya terdiam. Hye Won pun memanggilnya.
“Hye Won,
apa itu kau? Aku menelepon Eun Seop untuk meminta nomor teleponmu. Kurasa aku
beruntung. Aku yakin masih ada kesalahpahaman di antara kita. Kapan kau punya
waktu? Bisakah kita minum teh bersama?” kata Bo Yeong
“Masalahnya,
cuaca terlalu dingin belakangan ini, Bo Yeong. Lain kali saja. Mari bertemu lain
kali saat cuacanya membaik.” Ucap Hye Won
“Saat
cuacanya membaik?” ucap Bo Yeong bingung. Hye Won membenarkan. “Mari bertemu
saat cuaca lebih baik.” Kata Hye Won lalu terdiam.
Danau
didesa mulai mengeras dan berita di TV Pun memberitahu Karena salju yang dingin
dan lebat,banyak penerbangan dan kereta yang ditunda atau dibatalkan.
“Ratusan sekolah di seluruh negeri
juga telah ditutup. Suhu diperkirakan akan makin turun. Di wilayah Yeongseo, suhu
akan turun di bawah minus 20 derajat Celsius. Cuaca dingin sepertinya akan
bertahan untuk beberapa lama. Disarankan tetap di dalam ruangan sesering
mungkin.”
“Menurut Kementerian Kesehatan dan
Kesejahteraan, cuaca dingin ini bisa menyebabkan radang dingin dalam beberapa
menit. Semua orang didesak untuk lebih berhati-hati. Provinsi Gangwon barat
diduga akan mendapatkan salju setebal 15 cm akhir pekan ini.”
Hye Won
duduk di toko membaca buku "Orang yang Aku Suka"[ "Kepada
Dafodil” Jangan menangis Menjadi kesepian adalah menjadi manusia. Jangan
menangis. Menjadi kesepian adalah menjadi manusia.]
Flash Back
Disekolah
Eun Seob membaca kutipan buku
"Kepada Dafodil" oleh Jeong Ho Seung.
"Jangan
menangis. Menjadi kesepian adalah menjadi manusia. Hidup adalah menahan
kesepian. Jangan menunggu panggilan yang tidak pernah datang. Sandpiper berdada
hitam di lapangan alang-alang memperhatikamu.” Ucap Eun Seob
“Terkadang,
bahkan Dewa pun menangis karena kesepian. Burung-burung duduk di ranting karena
mereka kesepian. Kau duduk di dekat air karena kesepian. Bayangan gunung datang
ke desa sekali sehari karena kesepian. Gemuruh lonceng berbunyi karena terlalu
sepi."kata Eun Seob
Saat itu
Hye Won sempat terdiam mendengar Eun Seob membaca kutipan buku. Eun Seob
menatap Hye Won tapi seolah tak peduli. Pak guru lalu memangil Min Hyuk untuk
membaca buku yang lainya.
Hye Won
melamun lalu mendengar suara pintu terbuka dan berpikir Eun Seob yang datang,
tapi ternyata Hwi yang datang yang mengagetkanya. Hwi langsung bercerita kalau menyukai
anak bernama Kim Young Soo tapii yang Mengejutkannya, Young Soo tidak
menyukainya.
“Bukankah
itu konyol? Aku sangat menarik. Aku juga tidak punya teman.” Kata Hwi.
“Hae Won,
bisakah kamu duduk di sini? Baiklah. Apa katamu?” kata Hye Won akhirnya ingin
mendengarkan cerita Hwi tanpa mencari Eun Seob.
“Kubilang
aku tidak punya teman. Seluruh sekolah membenciku. Itu sebabnya dia harus
menyukaiku.” cerita Hwi
“Apakah
itu masuk akal?” tanya Hye Won. Hwi pikir itu pasti. Hye Won pun ingin tahu
alasan Young Soo yang tidak menyukainya.
“Entahlah...
Aku bahkan tidak tahu kenapa aku tidak punya teman. Bagaimana aku tahu kenapa
dia tidak menyukaiku? Hye Won, apa yang harus kulakukan?” ucap Hwi bingung.
“Omong-omong,
apakah Eun Seop ada di rumah?” tanya Hye Won penasaran.
“Eun
Seop? Entahlah. Aku tidak melihatnya di rumah.” Kata Hwi. Hye Won meminta Hwi
agar menelp Eun Seob untuk mengetahui keberadanya.
“Kenapa kamu mencarinya? Apakah dia berutang
kepadamu?” kata Hwi heran.
“Tidak
biasanya dia menghilang tanpa mengatakan apa pun.” Ucap Hye Won. Hwi pikir Hye
Won Jangan khawatirkan dia.
“Entah di
sini, di rumah, di arena seluncur es, atau di gunung.” Ucap Hwi. Hye Won kaget
Eun Seob pergi ke gunung
“Pasti di
sanalah dia berada.” Kata Hwi yakin. Hye Won ingin tahu Kenapa dia ada di
gunung
“Dia
selalu pergi ke sana seperti orang gila.” Ucap Hwi. Hye Won ingin tahu di
gunung mana.
“Di
belakang toko buku.” Kata Hwi. Hye Won menujuk gunung yang ada dibelakangnya
Hwi pun membenarkanya.
Hye Won
bergegas pergi. Hwi bertanya apakah Hye Won akan pergi kesana. Hye Won
membenarkan. Hwi pikir Hye Won berani arena Gunung berbahaya pada malam hari.
Hey Won pikir kalau Eun Seop ada di sana sekarang.
“Ayolah,
dia sama saja seperti hewan liar. Kudengar manusia seperti kita akan mati jika ke
gunung saat malam.” Ucap Hwi memperingati
Hye Won berdiri didepan jalur masuk hutan, seperti sangat menyeramkan karena gelap. Ia pun memilih untuk berbalik arah mengurungkan niatnya karena takut, sementara Eun Seob sudah sampai di rumah dalam hutan lalu duduk didepan pintu.
“Pada
suatu hari, ada seorang pemuda. Orang-orang selalu menyakitinya. Karena dia
polos, orang-orang selalu menipu atau mengkhianatinya. Pada akhirnya, dia
memutuskan mencari tempat orang-orang jujur tinggal.”
“Apakah
dia menemukan tempat seperti itu?” tanya Hye Wo mendengar cerita Eun Soeb
“Tidak...
Dia tidak bisa menemukan tempat tinggal orang jujur. Jadi, anak itu akhirnya
tinggal sendirian dalam kesepian dan mati.”
Hye Won
memberanikan diri masuk ke hutan, dan kembali ketakutan melihat sesuatu
didepanya. Ia pikir sudah berjalan 500 meter dari pintu masuk, jadi... dan
berpikia akan kembali, tapi kakinya tersandung dan mencoba untuk melangkah.
Ia
berusaha keras untuk keluar dari hutan dengan wajah ketakutan, tiba-tiba
seseorang menepuknya. Hye Won menjerit ketakutan tapi ternyata yang datang adalah Eun Seob. Eun
Seob bertanya sedang apa Hye Won dalam hutan.
“Aku
kasihan kepadanya.” Ucap Hye Won mendengar cerita Eun Soeb. Eun Seob bertanya
Kepada siapa
“Pemuda dengan
bulu mata perak serigala. Dia pasti kesepian... Sangat kesepian. Pemuda itu
pasti sangat kedinginan.” Kata Hye Won
“Apa yang
bisa kita lakukan untuk pemuda itu?” tanya Eun Soeb. Hye Won menjawab kalau harus
memeluknya.
“Peluk
dia seerat mungkin. Dengan seluruh kekuatan kita, agar dia bisa merasa hangat.
Kita harus memeluknya dengan erat.” Ucap Hye Won.
Hye Won
menatap Eun Seob dan langsung memeluknya dengan erat, seperti tahu kalau itu
cerita dari Eun Seob yang kesepaina. Eun Seob terdiam menerima pelukan dari Hye
Won.
[Unggahan Blog Pribadi Toko Buku
Good Night]
“Dia
sedang tidur, seatap denganku Dia datang ke kamarku tadi, Dan berkata bahwa
lampu lama di mejaku indah, Aku tiba-tiba merasakan kebahagiaan, Serta ingin berlutut
dan memegang tangannya Dan menyatakan perasaanku kepadanya"
"Tapi
aku tidak mau mengejutkannya, jadi, kuucapkan terima kasih Sesuatu yang sulit
dipercaya akan terjadi kelak"
bersambung ke episode 4
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar