PS : All images credit and content copyright : TVN
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Song Hwa
sudah masuk ke ruang operasi lalu memberitahu kalau Adhesinya parah. Jadi,
butuh waktu lama untuk pisahkan tumornya dan meminta bantuan perawat serta
timnya. Ia pun bertanya Tanda vitalnya
bagaimana. Perawat memberitahu Tekanan darah 120, dan detak jantung stabil dari
70 hingga 80.
“Dokter,
ada para mahasiswa kedokteran.” Ucap Ass Song Hwa. Song Hwa menyuruh agar mereka
lihat lebih dekat.
“Lihatlah
lebih dekat.” Kata Ass Song Hwa. Dokter Heo pun mengucapkan Terima kasih.
“Kalian
dilarang melewati garis ini. Dan hati-hati, jangan menabrak peralatan.”jelas
Dokter Heo Keduanya pun menganguk mengerti.
“Lihat
baik-baik... Kalau ada pertanyaan, silakan tanya.” Pesan Song Hwa. Keduanya pun
menganguk mengerti.
“Dengan
begitu, banyak yang memilih bedah saraf.” Ucap Song Hwa yakin.
“ Hari
ini tumor dasar tengkorak, 'kan?” ucap Dokter Heo bertanya pada dokter
anastesi. Dokter membenarkan.
“Perkiraan
berapa jam?” tanya Dokter Heo. Dokter pikirKarena Dokter Chae Song-hwa adalah
ahlinya jadi sekitar 13 jam.
“Luar
biasa. Kecepatan tinggi?” komentar Dokter Heo. Terlihat di layar operasi sudah
berjalan selama 1 jam.
Ik Jun
masuk ruangan menyapa semua timnya sambil memakai baju operasi berkomentar
kalau Hari ini sendiri, tetapi ada rekan
dokter kompeten yang membantunya. Dokter Jong meliriknya. Ik Jun mengejek kalau
istilahnya? "terhormat".
“Aku
merasa terhormat... Terima kasih banyak, Dokter Jong. Hanya kau yang
membantuku. Nanti makanlah roti mahal dengan uangmu sendiri, ya? Jadi Mari kita
selamatkan nyawa yang berharga.”ucap Ik Jun mengodanya.
Mereka
pun bersiap. Ik Jun pun akan mulai
operasinya dengan meminta Pisau bedah.
Di
ruangan Dokter Kim Jun Wan, Perawat
memanggil pasien No Jin-hyuk. Jun Wan melihat pasienya ini Operasi tahun 2015 dan bertanya-tanya kenapa
dia kembali dan mengingat mahasiswa yang dioperasi cacat septum atrial olehnya
empat tahun lalu.
“Ya, yang
kau rawat di Pusat Medis Kangwoon. Dia seperti orang lain karena pakai jas.”
ucap perawat. Seorang pria akan masuk ruangan.
“Ada apa?
Aku jadi khawatir. Persilakan dia masuk.” Ucap Jun Wan penasaran.
Jun Wan
hanya bisa melonggo melihat [SURAT PERMOHONAN KARTU KREDIT] Tuan No ingat Jung
Won itu sudah menutup lubang di jantungnya jadi memohon agar tutup lubangnya sekali lagi. Jun Wan akhirnya
terpaksa memberikan tanda tangan.
Suk Hyung
melihat hasil CT Scan, Seorang pasien pikir
karena ingin segera menyiapkan baju bayi jad ingin tahu Kalau anaknya
besar, apa dia akan jadi BTS atau Blackpink. Dua dokter yang dibelakangnya
bingung.Suk Hyung pun hanya bisa melonggo.
“Sharp.”
Ucap Suk Hyung. Pasienya bingung siapa itu. Suk Hyun dengan wajah datang
menyuruk anak itu jadi Sharp.
“Sharp
itu siapa?” kata Pasien bingung. Suk Hyung pikir pasien itu tak tahu Sharp.
“Kalau
begitu... ZAM?” kata Suk Hyung. Si pasien makin bingung. Akhirny Ass Dokter
memberitahu kalau anaknya bisa jadi Akdong Musician, AKMU. Sang ibu akhirnya
menganguk mengerti.
[PUSAT
MEDIS YULJE]
Jung Won
dan Jun Wan berjalan pulang. Jung Won pikir mereka harus beli sesuatu di jalan.
Jun Wan menolak karena malas jadi lebih baik pesan antar saja. Sementara Waktu
operasi sudah berjalan 8 jam, Son Hwa terlihat masih mengoperasi.
Sementara
Dua mahasiswa tertidur dengan posisi tertidur. Ass dokter pun diganti. Mata
Song Hwa berair dan tetap mengopeasi tanpa berkedip. Di kedai kopi, Suk Hyun
memesan satu gelas es Americano dingin. Jung Won ikut memeasn satu gelas hangat
caffe latte panas.
Jun Wan
pun datang mengambil kue meminta agar Suk Hyung yang membayarnya.
Akhirnya
WAKTU OPERASI tepat 13 jam, Song Hwa pun melepaskan punggungnya karena akhirnya
selesai juga lalu memastikan kalau Hasilnya bagus, Perawat memuji Song Hwa yang
sudah bekerja keras, Song Hwa pun membalas mereka juga semua sudah berkerja
keras.
“Apa Kalian
masih belum pulang?” ucap Song Hwa melihat dua anak kembar yang masih duduk
menunggu. Keduanya menganguk.
“Aku
sudah bilang mereka bisa pulang dari tadi. Mengagumkan.”komentar Dokter Heo.
“Siapa
nama kalian?” tanya Song Hwa. Keduanya menjawa Jang Yun-bok dan Jang Hong-do.
“Apa
hubungan kalian?” tanya Song Hwa. Yun Bok mengaku mereka kembar tapi Kembar
nonidentik.
“Omong-omong,
Dokter. Apa kau... ibadah di Gereja Sanggye-dong?” tanya Yun Bok.Song Hwa
membenarkan.
“Primadona
tim paduan suara! Benar, 'kan?” ucap Yun Bok. Song Hwa bingung dirinya dianggap
primadona. Yun Bok membenarkan.
“Kami
main band di gereja. Dokter, kau amat terkenal.” Ucap Hong Do penu semangat.
Dokter Heo mendengarnya ingn tahu Dia terkenal kenapa
“Dia menyanyikan
gita puja sangat keras dan tariannya heboh. Konon itu karena dia stres di rumah
sakit.” Ucap Hong Do polos. Dokter Heo tak enak hati akhirnya mendorong
keduanya untuk cepat pulang. Song Hwa
pun hanya bisa melonggo bingung.
Dokter
Yong masuk ruangan dengan senyuman meminta Maaf karena Song Hwa jadi harus melakukan operasi berturut-turut
karena dirinya. Song Hwa sedang melepaskan diri sambil meminum kopi mengaku
Tidak apa-apa jadi masih ada waktu.
“Persiapan
operasi sudah dimulai, Dokter Min akan turun saat persiapan sudah selesai. Aku
akan menghubungimu saat memasuki sinus sphenoidalis. Silakan tidur dahulu.”
Ucap Dokter Yong penuh semangat.
“Seok-min..
Sebelum mulai operasi... kau harus minta maaf dahulu. Minta maaf kepadanya.”
Kata Song Hwa. Dokter Yong kaget dan menganguk mengerti.
“Aku akan
segera naik dan minta maaf kepada Dokter Min.” Kata Dokter Yong.
“Bukan
Dokter Min. Minta maaflah kepada pasien, atau kau tak kuizinkan masuk Ruang
Operasi.”kata Song Hwa mengancam. Dokte Yong langsung panik dan menganguk
mengerti.
Di depan
ruang operasi, Pasien terlihat tegang memegang tangan sang ibu. Dokter Yong
dengan mengumpulkan semua keberanianya akhirnya membungkuk meminta maaf yang sebesar-besarnya.
Song Hwa mempelajari kondisi pasien dan akhirnya masuk ruang operasi.
Dokter
Min pun keluar dari ruang operasi memuji semua yang sudah membantunya. Dokter
Yong dengan senyuman memberitahu Tumornya
sudah hilang dengan baik, dan bagian batang kelenjar pituitari tampak aman.
“Seok-min...
Mendekatlah.”kata Song Hwa. Dokter Yong pun berjalan mendekat.
“Dokter
Yong Seok-min... Jaga bicaramu... Kau melakukannya karena tesis, 'kan? Kenapa kau
memakai alasan demi pasien? Sekali lagi kau bicara begitu kepada pasien, maka
aku tak akan memaafkanmu. Paham?” ucap Song Hwa menahan emosi.
“Ya, aku
paham. Aku mohon maaf.” Ucap Dokter Yong
panik menganguk mengerti.
Ik Jun
masuk ruangan bertanya kenapa Suk Hyung
tak bisa dihubungi dan Song-hwa juga. Jung Won sedang berbaring
memberitahu Suk Hyung menangani pasien
sampai sore ini. Dan Song-hwa sedang ada operasi dan tak percaya Chae Song-hwa
yang luar biasa.
“Tentu.
Beda dengan dokter berandal seperti kalian.” Komentar Jun Won. Jung Won tak
terima dianggap selevel dengan Ik-jun
“Tentu
saja. Konglomerat tak bisa dipercaya. Selalu berbohong!” keluh Jun Wan.
“Dia
bukan konglomerat? Dia miskin. Dia masih menumpang di rumahmu.” Kata Ik Jun
“Kau
janjikan ruang kerja pribadi.”kata Jun Wan lalu mengumpat bergantian dengan Ik
Jun.
“Aku
seruangan dengan pemain gim profesional. Dokter Ban main FreeCell seharian...
Tidak. Lupakan... Seok-hyeong paling menderita Sudah lihat ruangannya? ” Ucap
Ik Jun sedih.
Suk Hyung
masuk ruangan terlihat banyak berkas yang menumpuk dan meja yang ditata
sembarangnya, bahkan beberapa berkas pun terjatuh karena tak bisa menopangnya.
Jung Won membela diri kalau Dokter Ban hanya main FreeCell seharian
“Dia
manusia tak kasatmata. Apa bedanya itu dengan ruangan pribadi? Ucap Jung Won
“Orang
pikir dia adalah "Buddha".Keluh Ik Jun. Jun Wan pun menanyakan
nasibnya.
“Kau dan
aku satu paket.” Kata Jung Won bangga. Jun Wan mengeluh dianggap Satu paket
dengan berteriak marah lalu menerima telp.
“Tekanan
sistolenya berapa? Apa Sudah diberi norepinefrin? Beri vasopressin. Hubungi aku
bila tekanannya tak naik. Aku segera ke sana.” Ucap Jun Wan.
“Senangnya
punya dokter residen.” Keluh Ik Jun sambil memakan coklat. Jun Wan pikir mereka juga pasti ada.
“Memang
ada. Dokter Musim Dingin Panjang. Kapan aku bisa bekerja dengan Dokter Jang
Gyeo-ul?” ucap Ik Jun mengeluh
“Kau tak
pernah bekerja dengan Dokter Jang Gyeo-ul, 'kan?” kata Jung Won. Ik Jun tak
percaya kalau Jung Won sudah pernah.
“Tentu.
Aku beberapa kali bertemu karena belakangan banyak pasien IGD. Aku tak cocok
dengannya.” Kata Jung Won mengeluh kesal.
“Menurutku,
dia rajin meski tampak dingin.” Komentar Ik Jun.
Dokter
IGD berlari masuk ke ruangan bertanya pada petugas tentang keadan pasien. Petugas memberitahu Pasien tunawisma dan
Ditemukan di situs konstruksi dan terkena radang dingin dengan Kakinya
membusuk.
“Aku akan
memeriksa suhu tubuh. Permisi.” Ucap Dokter IGD memeriksa suhu tubuh pasien dan
ingin membuka celananya. Sang pasien terlihat menahan sakit. Dokter IGD
memangil Perawat Hui-su agar membantunya.
Di
ruangan, Jung Won mengeluh menurutnya Memang ada yang tak rajin karena semua
dokter residen pasti rajin. Dokter IGD masuk memanggil Jung Won dan melihat dua
pria lainy ada diruangan. Jung Won pun bertanya ada apa memanggilnya.
“Apa Kau
tahu Malaikat Penolong?” tanya Dokter IGD. Jung Won terlihat gugup lalu megaku
tak tahu.
“Apa
Tidak tahu? Dia terkenal di rumah sakit sebelumnya.” Kata Dokter IGD. Jung Won
pura-pura tak tahu dan ingin tahu alasan membahasnya.
“Seorang
produser kenalanku ingin mewawancarainya.”kata Dokter IGD. Jung Won langsung
menjawab Tidak mau.
“Tidak
mau apa? Memang kau siapa?” kata Dokter IGD curiga. Jung Won pikir kalau Dia
pasti tak mau.
“Tadi Katanya
kau tak tahu?” ucap Dokter IGD. Jung Won mengaku kenal dia tapi mengaku dia
tidak bisa dan tidak mau. Dokter IGD pun mengerti.
Dokter
IGD menerima telp dan berkata agar segera ke sana lalu meminta untuk
berjaga-jaga, panggil juga Dokter Jang Gyeo-ul. Jung Won yang mendengarnya
bertanya ada apa. Dokter IGD memberitahi
kalau itu telp Dari Dokter Bae Jun-hui.
“Seorang tunawisma
masuk IGD dengan kaki membusuk karena radang dingin. Aku rasa kakinya dibiarkan
selama beberapa bulan. Kakinya membusuk karena edema akibat radang dingin. Dan
kakinya...” ucap Dokter IGD.
“Kakinya
kenapa?” tanya Jung Won panik. Dokter IGD memberitahu kalau Penuh belatung.
Dokter
Bae dan perawat ketakutan melihat kaki yang penuh belatung da sang pasien
terlihat menahan rasa sakit terus menerus. Dokter bae bingung cara mereka
membuangnya. Saat itu Dokter Jang datang melihat keadaan pasien.
“Dia
terluka di situs konstruksi. Kulitnya membusuk karena radang dingin. Kini
dipenuhi belatung. Aku tak pernah lihat belatung sebanyak itu. Kita harus
singkirkan belatung itu untuk mensterilkan luka. Penyedot ada di mana?” tanya Dokter Bae.
Perawat pikir akan mencarinya.
“Dokter
Bae Jun-hui! Pakai pinset untuk...”ucap Dokter IGD terdiam melihat Dokter Jang
mengambil belatung dengan sarung tangan.
Perawat
yang melihatnya pun mau tak mau membantunya dengan mata sedikit tertutup.
Dokter IGD melihat Dokter Jang itu Orang yang unik. Jung Won yang melihatnya
hanya bisa terdiam.
PUSAT
MEDIS YULJE
Jun Wan
masuk ruangan bertanya apakahtak pulang.
Song Hwa mengatakan Teman SMAnya operasi tumor metastasis besok jadi
mempelajari bahannya lalu menyuruh Jung Won Pergi saja. Jung Wan pun pamit pergi.
Dokter
Yong berbicara dengan perawat Lebih baik sif pagi atau malam?. Perawat menjawab
Malam lebih baik. Song Hwa memanggil Dokter Yong bertanya apa sudah terima persetujuan
operasi untuk Gal Ba-ram. Dokter Yong tahu kalau yang dimaksud itu teman SMAnya.
“Belum.
Suaminya masih belum datang. Operasinya besok. Bagaimana ini?” kata Dokter
Yong bingung. Song Hwa menghembuskan
nafasnya.
Nenek
yang duduk disamping Ba Ram terus menatapnya. Ba Ram memanggilnya dan bertanya
apak Setakjub itu hanya melihatnya. Sang nenek tersadar dan bingung. Ba Ram
menyindir apakah setakjub melihat wanita dengan payudara palsu.
“Tidak
begitu... Kenapa kau bicara begitu?” keluh sang nenek. BO Ram tahu kalau Nenek
itu selalu meliriknya setiap hari.
“Apa Kau
pikir hewan kebun binatang? Apa Kau senang?” ucap Ba Ram sinis. Sang nenek
menjawab itu karena Ba Ram cantik.
“Di mataku
kau terlihat amat cantik.” Ucap Sang nenek. Ba Ram memberitahu kalau Sebelah
payudaranya tak ada.
“Aku tak
cantik.” Kata Ba Ram. Sang nenek tetap merasa Ba Ram itu tetap cantik yaitu Cantik
seperti bunga.
“Meski
sebelah payudaramu tak ada, kau cantik karena muda.”komentar Sang nenek. Nenek
lain pun ikut membenarnkan.
“Orang
tua seperti kita, meski sudah operasi, diobati, kemudian sembuh, wajah kami tak
akan cantik. Benar, 'kan? Aku tak masalah meski payudaraku tak ada, Aku senang
sekali jika bisa kembali muda 20 tahun sepertimu...” komentar Nenek lain.
“ Ah.. Tidak. Aku tak muda.” Ucap Ba Ram. Si
nenek melihat Ba Ram itu masih muda.
“Jika aku
seumurmu, aku akan menceraikan suamiku, pergi keliling dunia, melakukan segala
yang kuinginkan, dan jalani hidup sepuasnya. Namun, sekarang sudah tak bisa.
Kakiku sakit dan penglihatanku kurang baik. Bahkan Kepala juga sakit.” Ucap
sang nenek. Ba Ram tersenyum mendengarnya.
“Ya
ampun. Kau lebih cantik saat senyum. Semua yang muda terlihat cantik. Di
umurmu, kau terlihat cantik secara natural.” Komentar sang nenek.
Saat itu
pintu terbuka, Suami Ba Ram datang menangis memanggil istrinya. Keduanya pun berpelukan, Ba Ram pun menangis
ketakutan kalau mati padahal tak ingin
mati. Suami Ba Ram menegaskan istriya tak akan mati dan akan menyelamatkannya.
“Maafkan
aku, Istriku... Maafkan aku... Maafkan aku, Istriku.” Ucap Sang Suami memeluk
istri dengan terus menangis. Saat itu Song Hwa dan Dokter Yong tersenyum
melihat dari depan pintu ruang rawat.
Dokter
Yong pikir Song Hwa itu pasti iri dan menyuruh agar mencari pacar. Song Hwa
kesal menolaknya karena lebih senang
sendiri dan memberitahu kalau suaminya sudah datang jadi mereka tinggal minta
persetujuannya. Dokter Yong menganguk mengerti.
Song Hwa
menahan Dokter Yong yang ingin bergegas masuk menyuruhnya agar nanti saja. Dokter Yong mengerti dan masuk ruangan. Song
Hwa menerima pesan [BERITA DUKA UNTUK KEMATIAN ISTRI JU JONG-SU]
Semua
berkumpul di rumah duka, Song Hwa pkir Belakangan hal semacam ini sering
terjadi. Jun Wan pikr Berarti umur mereka sudah saatnya. Son Hwa pikir Direktur
Ju pasti sangat sedih karena Mereka saling mengasihi,
“Ya,
sangat... Sejak dua atau tiga pekan sebelum meninggal, dia selalu berada di
samping istrinya.” Cerita Jung Won.
Saat itu
Dokter Ju dan Ibu Jung Won datang, keduanya pun berdiri menyapa. Dokter Ju
pikir merek sibuk jadi lebih baik pergi. Jung Won mengaku tak masalah dan bertanya apakah Dokter Ju itu
sudah tidur.
“Belum.
Aku membawanya kemari karena dia menyapa tamu seharian. Jong-su, makanlah
sesuatu.” Ucap Ibu Jun Won.
“Tidak
usah. Aku tak nafsu makan... Kalau butuh sesuatu, bilang saja. Apa Kalian tak
minum?” ucap Dokter Ju
“Tidak,
terima kasih. Jangan khawatirkan kami.” Kata Jung Won. Ibunya pikir Dokter Jun
itu kenal Jung Won sejak kecil jad bisa bicaralah dengan santai.
“Benar.
Aku mohon bicaralah dengan santai.” Kata Jung Won. Dokter Ju pikir makan
mungkin bisa melakukannya
“Mereka
yang menafkahi rumah sakit kita.” Kata Dokter Ju. Sung Hwa pikir Di rumah sakit boleh begitu,
“Tetapi di
sini kau teman ibu Jeong-won. Bicaralah dengan santai. Kami juga lebih nyaman.”
Kata Song Hwa. Direktur Ju pun menganguk mengerti.
“Jadi,
kalian berlima sahabat dekat?” tanya Dokter Ju. Jung Won membenarkan mereka satu
angkatan.
“Kelas kami
berbeda, tetapi jadi dekat karena satu dan lain hal.” Kata Jung Won. Dokter Ju
pikir itu bagus.
“Bagus
apanya? Mereka membuat orang tua khawatir karena belum menikah.” Ucap Ibu Jung
Won mengeluh
Suk Hyung
mengaku pernah menikah. Ik Jun mengaku sudah menikah. Ibu Jung Won pikir
kecuali mereka berdua. Dokter Ju pikir mereka cantik dan tampan dan ingn tahu
apakah tak pernah terjadi apa pun. Semua terlihat binggung.
“Kenapa
kau lakukan itu? Kenapa mengusik danau yang tenang?”keluh Ibu Jung Won. Tuan Ju
seperti tak menyadarinya.
“Soal
percintaan? Apa Pernah?” tanya Jun Wan menatap Jung Won, lalu Jung Won menatap
Song Hwa dan Song Hwa menatap Ik Jun. Ik Jun pun menatap Suk Hyung.
“Aku
pernah ditolak mentah-mentah oleh Song-hwa.” Akui Suk Hyung. Semua melonggo dan
ingin tahu kapan.
“Aku
bahkan tak ingat kemarin.” Akui Song Hwa. Suk Hyung mengaku A nyatakan cinta
saat tingkat satu, di hari ulang tahunnya, hanya untuk ditolak.
“Dia
bilang apa?” tanya Ik Jun. Suk Hyung menceritakan Song Hwa yang menyukai orang
lain.
“Luar
biasa. Kau benar-benar tak berubah.” Komentar Jun Wan. Ik Jun pikir Itu ucapan
biasa saat menolak, "Aku suka orang lain."
“Tidak.
Memang begitu adanya.” Kata Song Hwa. Ibu Jung Won pikir Saat mereka mudajuga
begitu.
“Kita tak
mungkin bicara terus terang, "Aku tak suka kau." Ucap Ibu Jung
Won.Semua setuju. Suk Hyung gugup memilih untuk makan sup. Song Hwa hanya bisa
terdiam. Mereka pun meminta agar mengubah topik.
Flash Back
Tahun
2008
Song Hwa
meminta maaf dengan wajah gugup dan
menaku ingin tetap berteman baik dengan Suk Hyung seperti biasa. Ia pun tak
ingin suasana jadi aneh karena masalah ini. Suk Hyung hanya diam sja. Son hwa meminta
agar Suk Hyung Jangan diam saja dan katakanlah sesuatu.
“Aku tak
apa-apa... Song-hwa, maaf aku mengatakan hal aneh.” Kata Suk Hyung
“Tidak.
Bukan hal aneh... Sudahlah. Lupakan! Ini ulang tahunku, 'kan? Bagus! Ayo kita
menggila hari ini! Ayo kita pergi! Cepat!” kata Song Hwa lalu mengandeng tangan
Suk Hyung. Keduanya pun berjalan
bersama.
Ik Jun
menegaskan Hanya hari ini saja jadi bsia maklumi karena Song Hwa sedang ulang
tahun. Song Hwa dkk pun berlatih band dengan lirik lagu
“Jika ada
orang yang baik Tolong perkenalkan dia kepadaku Kadang bagai air, kadang bagai
api Aku harap dia orang yang dapat Mencintaiku dengan tulus. Aku ingin orang
yang dewasa dan jujur. Cinta pun butuh berlatih<
Song Hwa
menyanyikan lagu yang sama saat masih kuliah didalam mobilnya. Ibunya saat itu
menelp mengucapkkan Selamat ulang tahun, Song Hwa pu mengucapkan terimakasih
pada ibunya yang sudah melahirkannya.
“Seharusnya
aku melahirkan satu putri lagi kalau tahu itu menyenangkan.” Ucap Ibunya.
“Belum terlambat.
Aku senang punya adik lebih muda 40 tahun.” Kata Song Hwa.
“Ayahmu
kabur... AyoSini! Bicaralah dengan putrimu.” Panggil Ibu Song Hwa.
“Bu, Aku
menyetir. Aku hubungi lagi saat sampai rumah sakit.” Kata Song Hwa. Ibunya
mengerti lalu mematikan ponselnya.
Song Hwa
masih saja menyanyikan lagu yang sama seperti membuat kenangan di masa
lalu. Saat masuk ke dalam ruangan
melihat sebuat kotak dan membukanya, ternyata isinya sepatu baru dengan model
yang sama.
Ia
menatap sepatunya dan penasaran siapa yang memberikanya.
DUA PEKAN LALU
Jun Wan
datang keruangan Dokter Jang, Dokter Jang mengajak untuk bicara diluar. Jung
Won menolak untuk bicara diruangan saja. Akhirnya keduanya duduk berhadapan.
Dokter Jang mengaku kalau ini kali pertama.
“Aku tak
peduli itu pertama atau berapa kali. Bicaralah kepada Song-hwa... Aku bilang
beri tahu Song-hwa. Entah kau selingkuh sebentar atau serius, Song-hwa tetap
harus tahu. Bukan begitu? Jangan buat dia seperti orang bodoh. Telepon
sekarang.” Ucap Jung Wan
“Baiklah.
Biar kuatur sendiri.” Kata Dokter Jang. Jung Wan mengancam kalau ia saja yang
bilang.
“Aku yang
bilang... Kau keterlaluan. Ini masalah hubungan kami. Siapa kau beraninya
memerintahku?Apa Kau suka Song-hwa? Aku tahu kalian berteman, tetapi ini
berlebihan.” Keluh Dokter Jang marah
“Kau tak
punya teman, ya?” sindir Jun Wan. Dokter Jang mengaku punya dengan nada tinggi.
“Namun,
kalian lawan jenis.” Ucap Dokter Jang. Jun Wan pikir sikapnya itu Tidak aneh
karena Dokter Jang itu kolot sekali.
“Kau
sungguh tak selevel Song-hwa.” Sindir Jun Wan lalu keluar ruangan.
Bersambung
ke episode 3
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar