PS : All images credit and content copyright : TVN
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
KANTOR KEPALA RUMAH SAKIT
Seorang
dokter keluar dari ruangan, Kepala rumah
sakit mengucapkan Terima kasih dan meminta bantuannya di Bagian Saraf pada
Dokter Min. Dokter Min pikir ia yang seharusnya
memohon bantuan pada kepala rumah sakit.
“Baru
beberapa hari, tetapi bisa kulihat kalian punya sistem dan staf medis yang
hebat. Terima kasih karena aku boleh bergabung. Mohon bantuanmu, Dokter Chae.”
Ucap Dokter Min pada Song Hwa
“Kalau begitu,
mari kita makan bersama! Kantin di sini enak.” Ucap Dokter Min. Dua dokter
lainya pun setuju.
“Jangan
terlalu formal, bicaralah dengan santai.” Kata Dokter Min memeluk seniornya.
Song Hwa
sedang dalam ruangan kepala rumah sakit, melihat berita tentang Dokter Min.
Kepala RS berkomentar Dokter Min lebih
tampan aslinya daripada di TV bahkan
muncul di banyak acara TV, tetapi tak pernah lalai operasi.
“Aku
mohon tangani operasi Gong Hyeong-u. Kondisinya tak parah, tetapi operasinya
rumit. Para wartawan mengawasi. Operasi ini harus berjalan baik. Ini kesempatan
bagus untukmu.” Ucap Kepala Rumah sakit.
“Pekan
depan jadwal operasiku padat. Aku tak bisa.” Kata Song Hwa menolak. Kepala RS
hanya bisa mengeluh.
Dokter
Min membahasa kalau Dokter Kim yang sebentar lagi anak ketiganya lahir. Dokter
Kim kaget bertanya darimana Dokter Min mengetahuinya. Dokter Min mengaku mendengar Dokter Kim
yang membahasnya.
“Cepatlah
pulang ke rumah. Aku bisa tangani panggilan daruratmu. Aku bisa bantu dua atau
tiga kali sebulan.” Ucap Dokter Min
“Terima
kasih atas niat baikmu.” Kata Dokter Kim, Dokter Min mengau Itu
bukan hanya niat.
“Kau
membuatku sedih... Terima kasih. Omong-omong, sampai kapan mereka di sini?”
kata Dokter Kim melihat kamera yang terus merekam mereka.
“Astaga,
menjadi sutradara TV pasti sulit. Tidak ada pekerjaan yang mudah. Pak, makan
saja dahulu. Aku tak ke mana-mana. Aku akan menuruti permintaanmu. Jadi,
makanlah.” Kata Dokter Min berbicara pada dua kameramen yang makan sambil terus
memastikan kamera mereka yang merekamnya.
“Dokter
Yong Seok-min, Han Seung-hyeok butuh penyaliran lumbar. Apa Sudah kau kerjakan?”
ucap Dokter wanita masuk rumah.
“Siapa?”
tanya Dokter Yong terbangun dari tidurnya. Dokter wanite mengulang Han
Seung-hyeok, kamar 7104.
“Dia
pasien Dokter Min Gi-jun, 'kan?” kata Dokter Yong. Dokter wanita membenakran.
Dokter Yong langsung menghela nafas.
Disebuah
ruang rawat.
“Ini Park
Jeong-su. Menurut hasil CT angio tadi pagi, dia mengalami aneurisma otak dan
mulai dirawat hari ini. Operasinya dijadwalkan pekan depan.” Ucap seorang
dokter mengunjungi pasienya.
“Kau
tampak lebih tampan dengan baju pasien.” Puji Dokter Min. Ibu Pasien memastikan
kalau operasinya tak sulit.
“Aku
sudah sering melakukan operasi ini. Kau tak perlu khawatir.” Ucap Dokter Min
dan bertanya Di mana letak aneurismanya?
“Aneurisma
paraclinoid kanan di atas arteri serebral.
Namun, lehernya tampak sempit.” Jelas Dokter. Dokter Min menganguk
mengert.
“Tidak masalah.
Ini operasi sederhana. Lalu Apa Kau punya pacar?” ucap Dokter Min menyapa.
Pasien menganguk tapi langsung mengubahnya tidak punya.
“Apa? Memang
Ibu melarangmu berpacaran?” goda Dokter Min. Sang ibu pun mengeluh kalau
anaknya membuatnya terlihat buruk. Dokter Min hanya tersenyum lalu pamit pergi.
Dokter
Min pun menyapa pasien lainya, ingin tahu keadaanya. Sementara di ruangan, Dokter Yong sedang
makan mie instan mengeluh tak mau peduli. Dokter Wanita bingung dan ingin tahu
kelanjutanya.
Dokter
Min kaget seperti baru tahu dan semua terekam kamera. Sang ibu mengeluh kalau
mereka para dokter hanya melakukan tes
darah dan memasang infus, kemudian tak datang lagi. Dokter Min hanya diam saja.
“Kalian
juga belum memberi tahu tanggal operasi atau informasi apa pun. Apa kalian
hanya menunggu anakku mati?” teriak sang ibu
“Mohon
maaf sebesar-besarnya. Tampaknya dokter residen kami lupa karena terlalu sibuk.
Aku meminta maaf untuknya. Aku sungguh mohon maaf.” Ucap Dokter Min menahan
emosi dan sempat melirik ke kamera.
“Tanggung
jawab siapa?” bisik Dokter Min berbisik dengan menahan emosinya.
Dokter
Yong pikir apakah harusnya ia sendiri yang melakukanya karena Han Seung-hyeok butuh penyaliran lumbar hari
ini. Dokter wanita memberitahu kalau Dokter Yong tak bisa putuskan sendiri
karena Dokter Min Gi-jun menyuruhnya bertanya sebelum bertindak.
“Kau
sudah merasakan akibatnya pekan lalu. Namun, setidaknya dia harus memberi
instruksi. Dia tak beri instruksi setelah pasien dirawat. Dia ramah di hadapan
pasien, tetapi tak peduli dengan mereka.” Jelas sang Dokter Wanita ikut kesal
“Seok-min,
jadwal operasi Lee Myeong-gi dimajukan. Minta persetujuan wali.” Kata Song Hwa
masuk ruangan. Dokter Yong langsung buru-buru menghabiskan makanan.
“Tidak
usah buru-buru. Kau Habiskan dahulu, lalu istirahat.” Ucap Song Hwa. Dokter
Yong mengaku kalau sudah habis.
“Kau bisa Pelan-pelan
makannya.” Kata Song Hwa. Saat itu Dokter Min masuk ruangan dengan wajah penuh marah
“Apa Kau
bisa makan sekarang? Dasar Berengsek, kau bisa makan? Kenapa tak lakukan
penyaliran lumbar pada Han Seung-hyeok? Kenapa, Berengsek? Apa Kau sebut dirimu
dokter? Berengsek, kau mengaku dokter?” teriak Dokter Min sambil mengcengkram
baju Dokter Yong
“Apa Kau
mau bertanggung jawab jika pasien memburuk karena hidrosefalusnya semakin
parah?” teriak Dokter Min
“Kau tak
memberi instruksi. Kenapa menyalahkanku?” ucap Dokter Yong dengan wajah
tertunduk.
“Apa Kau
sudah gila? Berani-beraninya melawan atasan? Hei! Apa Kau sebut dirimu Kepala
Residen? Kepala Residen apanya jika kau tak bisa putuskan hal kecil macam itu?”
teriak Dokter Min.
Song Hwa
melihat keadan makin memanas menyuruh dokter lainya menutup pintu dan berdiri
dibelakang jendela agar tak terlihat. Dokter Min masih berteriak marah karena
Dokter Yong yang berani menatap sinis padanya dan mereka ada di KANTOR MEDIS 3
BEDAH SARAF
“Terakhir,
komplikasi... Satu persen pasien mengalami perubahan kesadaran kejang,
diskenesia, dan lainnya. Kelanjutannya adalah penyakit menular, ensefalitis,
meningitis, dan abses otak. Ada pertanyaan?” ucap Dokter Yong dengan cepat pada
pasienya jam setengah tujuh.
“Sepertinya
tidak.” Kat Dokter Yong melihat pasienya hanya diam saja. Sang pasien bingung
karena bicara dengan cepat.
“Begini...
Terakhir, akibat kekurangan oksigen satu persen pasien bisa mengalami gagal
organ, cedera otak, dan...” ucap Dokter Yong. Sang Pria panik mendengar "Cedera otak"
“Apa yang
kau lakukan sampai tak tahu kalau ibu sakit? Operasi ibuku seserius itu,
Dokter?” ucap sang istri panik
“Bukan,
aku hanya memberi tahu bahwa ada kemungkinan seperti ini. Saat operasi bisa
terjadi cedera otot jantung. Jika parah, dia bisa meninggal.” Kata Dokter Yong.
Sang istri makin panik mendengar kata "Meninggal"
“Tadi dia
masih baik-baik saja.” Kata sang suaminya. Dokter Yong menjelaskan Bukannya dia
akan meninggal.
“Ini
hanya kemungkinan.” Jelas Dokter Yong, Sang istri menangis memikirkan kalau
meninggal saat dioperasi,
“Aku tak
bisa hidup tanpa ibu. Aku akan merindukannya! Aku tak bisa!.. Ibu. Kau!” jerit
San istri menangis. Dokter Yong
menenangkan si ibu kalau ibunya masih hidup.
RUANG
PERAWAT
Dokter
Yong melihat perawat yang sudah datang dan berpikir kalau masuk Shift malam lagi. Perawa mengaku
tidak. Dokter Yong pikir kalau perawat
itu sudah mau pulang. Perawat mengaku shiftnya pagi.
“Lalu
kenapa datang pukul 19.00?” ucap Dokter Yong heran. Perawat mengaku Karena ini
shift pagi.
“Sekarang
malam.” Ucap Dokter Yong. Perawat memberitahu kalau sekarang sudah pagi. Dokter
Yong melonggo melihat jendela dan baru sadar kalau sudah terang.
Jung Won
berlari ke ruangan IGD memakai jasnya lalu bertanya pada dokter jaga tentang
keadaan pasien. Dokter wanta memberitahu pasien sakit perut dan konstipasi, tetapi
sudah baik setelah dilakukan enema dan meminta maaf pada Jung Won.
“Maaf,
Dokter. Dokter magang kami kaget dan langsung menghubungimu. Maafkan aku.” Kata
Dokter jaga.
“Tidak
apa-apa.. Kau pasti kaget sekali.” kata Jung Won. Sang ibu hanya bisa diam saja
terlihat masih shock.
“Kau
kaget sekali, ya? Ini sering terjadi pada anak. Kau tak perlu khawatir. Banyak
anak seumuran Jeong-hu datang ke IGD karena konstipasi. Jeong-hu anak pertama,
'kan?” ucap Dokter wanita. Sang ibu membenarkan.
“Ibu dari
anak pertama sering kaget dan datang ke IGD. Ibu anak dua, tiga, atau empat
biasanya sudah ahli. Mereka datang ke IGD, minta obat, lalu mengobrol.” Jelas
Dokter. Sang ibu mengerti.
“Aku
sangat khawatir terjadi sesuatu pada anakku. Aku sangat tak berpengalaman
menjadi ibu.” Ungkap Sang ibu
“Ibu-ibu
berpengalaman pun awalnya kaget. Jangan terlalu menyesali karena kaget itu
wajar. Sekarang Jeong-hu sedang tidur. Bagaimana kalau kita minum kopi?” ucap
Dokter wanita.
Sang ibu
terlihat sudah bisa tenang pun menyetujuinya. Jung Won melihat dokter wanita
yang menenangi pasien terlihat bahagia.
Dokter wanita pun mengajak untuk pergi ke cafe.
Pagi
hari, Ik Jun menyiapkan air dalam wastafel dan memastikan hangat, lalu
mendorong pijakan. U Ju akhirnya bangun dengan mata tertutup. Ik Jun langsun
memasangkan celemek. U Ju pun mencuci
wajahnya sendiri dengan menaiki pijakan. Ik Jun pun sudah siap dengan makana
diatas meja.
“Dokter
Lee, setelah kulihat tiket, penerbangan pulangku bukan pekan ini, tetapi pekan
depan. Kau sudah membelikan tiket. Aku jadi makin merasa bersalah. Bagaimana
dengan U-ju? Siapa yang akan menjaganya?” tanya seorang wanita di telp.
“U-ju? Orang
tuaku akan datang sore ini. Mereka akan menjaganya. Kau tak perlu khawatir. Selamat
jalan-jalan dengan putrimu. Tiongkok sangat luas.” Ucap Ik Jun pada pengasuh
anaknya.
Ik Jun
panik melihat anaknya makan sup kimchi karena pasti pedas, tapi U Ju hanya diam
saja dengan mulutnya yang sudah memerah.
Ik Ju menyuruh anaknya makan sup yang sudah dibuatkan untuk sang anak.
Song Hwa
baru saja turun dari mobilnya menerima telp dari ibunya lalu mengeluh karena
harus ke sana dengan Dokter Jang. Ia menegaskan
tak bisa pergi karena ada urusan pribadi dan sudah putus dengan Dokter
Jang.
“Aku
sudah putus dengan Dokter Jang!”tegas Song Hwa. Ibunya panik dan ingin tahu
alasanya.
“Dokter
Jang selingkuh. Dokter Jang selingkuh... Si Berengsek Dokter Jang selingkuh! Pekan
lalu, saat selesai operasi, dia datang ke kantorkudan mengatakan segalanya. Katanya
dia mengencani wanita lain.”ucap San Hwa dengan nada nyaring. Ibunya seperti
khawatir dengan anaknya.
“Memang
aku masih umur 20 tahun? Tentu aku baik-baik saja. Itu Malah bagus karena aku
sibuk. Aku tak butuh pacar. Aku bisa cari yang baru. Ibu, aku harus masuk Ruang
Operasi. Sampai jumpa!” kata Son Hwa buru-buru menutup telp.
Saat itu
Song Hwa dikagetkan dengan sosok yang ada didepanya. Ik Jun baru saja datang
dengan sepeda dengan pakaian yang lengkap.
Song Hwa pikir kalau Ik Jun sedang berusaha melucu dan meminta agar
jangan dekat-dekat karena malu berjalan dengan temanya.
“Apa Dokter
Jang selingkuh?” tanya Ik Jun. Song Hwa heran Ik Jun yang mendengarnya.
“Kalau
tak dengar, aku harus ke THT. Omong-omong... Vokalisasimu bagus sekali! Tala
mutlak!”goda Ik Jun
“Karena
itu aku jadi vokalis band.” Ucap Song Hwa bangga. Ik Jun mengeluh mendengarnya.
Antrian
panjang terlihat di kedai kopi rumah sakit, Suk Hyung memesan Satu gelas es
Americano dingin. Jun Wan berkomentar kalau Es Americano itu pasti dingin. Suk
Hyung mengeluh kalau itu sama saja. Jun Wan pun menyuruh sebut salah satu saja
karena sama saja.
“Hei... Bayar
ini. Aku pergi!” ucap Jun Wan membawa makanan dan pergi. Suk Hyung hanya bisa
menatap sedih kearah temanya yang tak sopan.
“Maafkan
aku. Aku pesan es Americano dingin satu, susu cokelat Si Berengsek itu satu,
dan satu scone.” Ucap Suk Hyung.
“Aku ke
rumah sakit untuk hidup, bukan untuk mati! Apa Kau tahu? Kalau pasien
kesakitan, seharusnya kau beri analgesik, atau melihat daerah bekas operasi.
Apa Kau pikir cukup muncul satu atau dua kali sehari?Apa Itu cukup?” teriak
pasien kesal
“Permisi.
Kau ganggu pasien lain kalau berteriak seperti itu.” Kata Dokter Yong
“Sudah
kubilang aku kesakitan! Aku kesakitan. Kau harus melakukan sesuatu!.. Dokter...
Seharusnya kau mengganti perban sehari tiga kali. Dua kali tak cukup steril.”
Keluh pasien melihat Song Hwa baru datang.
“Aku akan
minta mereka untuk lebih baik. Jangan marah-marah.” Ucap Son Hwa bisa menahan
emosi. Sang pasien pun bisa tenang.
“Alangkah
baiknya kalau kalian berinisiatif dari awal.” Ucap sang pasien. Song Hwa pun bertanya pada pasien nenek yang
disampingnya apakah Buang air kecilnya lancar. Sang pasien menganguk.
“Buang
air kecilku cukup lancar.” Kata pasien. Song Hwa menganguk mengerti lalu keluar
ruangan.
Song
Hwa menyuruh agar mereka bisa memulangkan
pasien itu. Dokter Yong kaget dan
bingung. Song Hwa pikir kalau Song
Hwa tak dengar suaranya tadi, kalau tadi
suaranya sangat Kencang sekali.
“Dia sudah
pulih. Biarkan dia pulang.” Ucap Song Hwa. Dokter Yong menganguk mengerti.
“Nilai
INR pasien setinggi ini. Apa yang kau lakukan?” teriak Jun Wan marah. Dokter
Junior hanya bisa tertunduk meminta maaf.
“Apa Kau
pikir itu cukup? Aku sudah memintamu memberi dua FFP jika nilai INR lebih dari
dua, 'kan? Aku bahkan beri tahu jumlah FFP-nya karena kau belum bisa lakukan
sendiri. Kau seharusnya ikuti arahanku.” Teriak Jun Wan marah. Pasien yang ada
ditengah-tengah bingung.
“Dokter...
Aku datang karena sakit jantung, tetapi kini rasanya jantungku nyaris meledak.”
Kata Pasien. Jun Wan pun meminta maaf.
“Mohon
kerja yang benar!” teriak Jun Wan marah dan langsung keluar dari ruangan.
Sang
pasien merasa tak enak menanyakan keadaan Dokter junior, Dokter mengaku baik-baik saja dan memastikan
pasienya tak merasa sakit, Sang pasien mengaku baik-baik saja dan meminta Maaf
karena dimarahi gara-gara dirinya.
“Tidak.
Semua kacau karena kesalahanku.” Ucap dokter. Sang pasien bingung.
“Aku
pergi makan dahulu.” Ucap Sang dokter bisa tersenyum setelah dimarahi Jun Wan.
Dokter
akhirnya masuk ke ruangan bertanya apakah Dokter Yong Seok-min ada. Saat itu
hanya ada dua orang dalam ruangan, Dokter Yong masuk bertanya Sedang apa
temanya di bagian bedah saraf lalu memperkenalkan pada dua mahasiswa dokter.
“Perkenalkan
Dokter Do Jae-hak, Kepala Residen bedah torakoplastik.” Ucap Dokter Yong.
Keduanya pun menyapa dengan sopan.
“Mahasiswa
kedokteran? Ya. Kalian duduklah.” Kata Dokter Do ramah. Dokter Yang
memberitahu Mereka mahasiswa kedokteran
dan Pekan ini giliran bagian mereka.
“Dia
terlihat tua, 'kan? Angkatannya lebih tua daripada para dokter spesialis.” Ejek
Dokter Yon sambil sibuk mencari berkas.
“Tidak...
Aku ikut CSAT empat kali, dan ujian profesi enam kali. Harusnya kau ingat! Lalu
apa Kau tak makan?” tanya dokter Do
“Makan?
Apa itu? Aku harus ke konferensi operasi Gong Hyeong-u.” Ucap Dokter Yong
“Kalian
tahu Gong Hyeong-u Si Pahlawan, 'kan? Dia tunawisma di metro. Dia pahlawan
penolong ibu hamil yang jatuh ke rel. Kenapa tiba-tiba operasi itu diambil
Kepala Min?” ucap Dokter Do
“Gong
Hyeong-u adalah kasus TSA, dan Dokter Chae ahlinya, lalu Dokter Min
merebutnya.” Ucap Dokter Yong
“TSA.
Operasi dengan memasukan endoskop lewat hidung.” Jelas Dokter Do pada dua
mahasiswa baru.
“Aku
sudah mengumpulkan seluruh data pasien itu. Seharusnya aku lakukan ini dengan
Dokter Chae.” Keluh Dokter Yong. Dokter Do pun kembali bertanya apakah Dokter
Yong tak mau makan.
“Sudah
kubilang ada konferensi. Dan itu Itu Heo Seon-bin dan Ahn Chi-hong. Tiga tahun
menjadi dokter residen.” Ucap Dokter Yong menyapa dua dokter wanita dan pria
masuk ruangan.
“Dipikir-pikir,
Apa kalian juga pacaran?” tanya Dokter Yong. Keduanya menjawab bukan. Dokter
Hae menegaksan kalau mereka juga bukan.
“Lalu
kenapa kalian selalu bersama? Padahal Kapten Ahn lebih tua.” Ejek dokter Yong
“Dia
lulusan akademi militer. Orang-orang memang menarik.” Kata Dokter Do memberitahu.
“Kami
akrab. Kami satu angkatan.” Tegas Dokter Hae. Dokter Yong mengejek kalau merkea
itu pria dan wanita. Dua mahasiswa baru mengeluh kalau Dokter Yong itu seperti
ayah mereka.
“Seharusnya
aku yang bilang begitu! Ah... Apa yang harus kulakukan dengan operasi ini? Seon-bin,
antar mereka keliling, dan Chi-hong, ikut aku ke konferensi.” Ucap Dokter Yong
membagi tugas. Keduanya menganguk mengerti.
Dokter
Min duduk dibagian dengan gambar CT Scan, memberitahu kalau Ini tumor pituitari
besar, Menurutny sulit menghilangkan tumor secara menyeluruh dengan TSA Jadi,
akan mengangkat tumor dengan pendekatan pterional.
“Jika
begitu, dapat mengakibatkan banyak pendarahan. Bukankah itu membuat cedera
otak?”komentar Dokter lain
“Tumor
ini sangat besar dan ekstensi supraselar-nya parah. Pendekatan Pterional lebih
baik.” Kata Dokter Min yakin
“Tetap
saja TSA lebih baik. Dia harus mendapat radioterapi, tetapi mengingat dia
memiliki diabetes dan lukanya akan lama pulih, kraniotomi terlalu berlebihan.”jelas
Dokter lainya yang berkacamata.
“Kita harus
mengangkat tumor sekaligus. Wartawan pasti akan menanyakan proses operasi
terlebih dahulu. Wartawan akan menulis apa kalau kita bilang tumor masih
tersisa dan bisa ditambah radioterapi? Itu akan merusak reputasi rumah sakit.” Ucap
Dokter Min.
Dokter
Yong terlihat panik mencoba mengirimkan pesan.
“Menyelamatkan
pasien dan mengangkat tumor secara menyeluruh memang penting. Tapi jika begitu,
bagian saraf optik atau bagian batang kelenjar pituitari akan rusak.” Jelas Dokter
Kacamata.
“Mungkin
kalian khawatir karena belum banyak pengalaman. Aku sudah sering melakukan
operasi ini. Kualitas hidup memang penting, tetapi lebih penting membuat pasien
melihat bahwa tumor sudah hilang sepenuhnya. Efek samping yang dirasakan pasien-pasienku
selama ini sangat sedikit. Pemulihan mereka tak buruk.” Jelas Dokter Min yakin.
“Efek samping
yang sedikit tak cukup. Meski reputasi rumah sakit rusak sementara, kita harus
memikirkan kualitas hidup pasien.” Kata Kepala rumah sakit. Dokter Min hanya
bisa diam saja.
Dokter
Heo menyuruh keduanya duduk saja dulu karena harus pergi ke bank lebih dulu
lalu memanggil Dokter Do dengan panggilan “Pak Tua agar memberikan keduanya
petuah karena hidup dua kali lebih lama
daripada mereka.
“Apa
maksudmu "Pak Tua"? Umurku masih 30 tahunan.” Keluh Dokter Do. Dokter
Heo mengejek kalau Tahun depan sudah 40 tahun.
“Pertama-tama,
siapa nama kalian?” tanya Dokter Do. Sang pria menjawab namanya Jang Hong-do.
“Kau pasti
pandai gulat di sekolahmu. Hobimu apa? Kaligrafi?” ucap Dokter Do yakin
“Bukan.
Hobiku gitar. Aku main band di gereja.” Kata Hong Do. Dokter Dok tak percaya
kalau Hong Do bukan bermain alat musik tradisional seperti ingin mengodanya.
Tapi
keduanya tak tertawa, akhirnya Dokter Do pun hanya bisa meminta maaf dan
bertanya siapa nama yang wanita. Ia menjawab namanya. Yun-bok. Dokter Do
mengeluh agar Jangan mengejek orang tua. Yun Bok binggung.
Dokter
Yong bertanya apakah Dokter Ahn sudah menghubungi Dokter Chae, Dokter Ahn
memberitahu kalau sudah kirim pesan karena ponselnya mati. Doktr Yong tahu kalauHari
ini jadwal dia mengajar jadi pasti segera membalas.
“Apa Dia
mengajar juga?” tanya Dokter Ahn kaget. Dokter Yong membenarkan.
“Dia mengajar
dan melakukan operasi. Dia membantu menulis tesis dan menghadiri seminar. Lalu
dia haiking dan berkemah di akhir pekan, tetapi tak pernah terlambat masuk
kerja pukul 07.00.” ucap Dokter Yong
“Apa Itu
memungkinkan?” ucap Dokter Ahn tak percaya. Dokter Yong pun memberitahu Karena itu julukannya "Setan.” Dan ia yang
membuatnya.”
“Dia di
lobi bersama Perawat Hwang Jae-sin.” Ucap Dokter Ahn membaca pesan dari
ponselnya.
Dokter
Yong pikir ucapanya itu benar, menurutnya Apa lagi alasannya kalau bukan
"Setan?" lalu mengajak segera masuk ruangan lain.
Song Hwa
berjalan cepat di lorong rumah sakit. Perawat Hwang mengikutinya dari belakang
sambil berkomanta Song Hwa dijuluki
Setan, tetapi sepatumu aus. Song Hwa bingung dirinya diangap setan. Perawat
Hwang menjelaskan julukannya Setan.
“Kenapa?”
tanya Song Hwa heran. Perawat Hwang menjelaskan kalau Song Hwa itu bukan
manusia.
“Bagaimana
kondisi Kim Ju-chan setelah operasi?” tanya Song Hwa tak peduli dengan
julukanya.
“Lukanya
bersih. Sepertinya jahitannya bisa kita angkat. Pekan depan kau ulang tahun,
'kan? Biar kubelikan sepatu untukmu.” Kata perawat Hwang.
“Ini Masih
bisa untuk sepuluh tahun lagi.” Ucap Song Hwa. Perawat Hwang memberitahu Sepatu
itu sudah hampir sepuluh tahun.
“Kau
memakainya sejak masih dokter residen. Jadi Segera buang.” Ucap Perawat Hwang
“Lalu
Siapa yang membuatnya? Julukanku.” Tanya Song Hwa. Perawat Hwang menjawab Yong
Seok-min. Song Hwa pun menganguk mengerti.
Dokter Do
memberikan ramyun pada dua mahasiswa baru, lalu berkomentar Mungkin bagi mereka ini masih lama, tetapi menurutnya
saat menjadi residen lebih baik pilih GS. Keduanya bingung apa itu "GS". Dokter Do pikir mereka akan
berpikir “toserba GS"
“Jangan
bilang home shopping juga.” Kata Dokter Do. Yun Bok pun mengeritik maksudnya
General Surgery yaitu Bedah umum.
“Benar
sekali... Dokter residen bagian bedah lain pun tak banyak, tetapi dokter
residen bedah umum hanya sedikit di Korea. Namun... Hal ini bisa membuat
dinamika baru.” Jelas Dokter Do
“Jadi Dengar,
Jang-hwa dan Hong-ryeon.” Ucap Dokter Do. Yun Bok memberitahu namanya Hong-do
dan Yun-bok.
“Baik,
Hong-do dan Yun-bok... Dengar baik-baik. Dokter bedah umum di rumah sakit kita
saja ada 13 orang. Namun, hanya ada satu dokter residen.” Ucap Dokter Do.
Di sebuah
ruangan, Dokter wanta duduk sendirian. Seorang
Dokter memanggil Dokter Jang Gyeo-ul, sedang apa. Dokter Jang menatap seniornya
yang berusaha bersikap manis.
“Ini sama dengan putri satu-satunya
yang memiliki 13 ayah. Kalau begitu, siapa yang berkuasa? Bedah umum? Itu Boleh
juga sebagai pilihan”
“Dokter
Jang, kenapa kau datang pagi-pagi sekali? Kau boleh rehat hari ini.” Ucap Dokter
menyapa Dokter Jang.
“Dia
menyiapkan rapat bedah kolorektal sejak pagi. Dia sibuk. Jangan diganggu,
dan... enyahlah... Pergi.” ucap Ik Jun sudah ada diruangan lebih dulu menyuruh
rekan dokter pergi.
“Astaga.
Dokter Jang, kau sudah makan?”tanya Ik Jun menyapanya. Dokter Jang mengaku
sudah makan mi dadak tadi.
“Mi dadak?
Apa Hanya mi dadak? Ayo Pergi Ayo! Aku akan mentraktirmu. Kalau kau pingsan,
Bedah Umum ikut pingsan. Ayo!” ucap Ik Ju penuh semangat.
“Tidak
perlu.” Kata Dokter Jang. Ik Jun pun tak memaksa lalu kembali duduk bertanya apakah
sedang melihat rekam medis Lee Yong-chan
“Pasien
ini transplantasi hati besok. Aku ahli bedah utama transplantasi itu. Apa Kau mau
bergabung di tim operasiku? “ ucap Ik Jun bersikap manis.
“Dia
pasien kanker hati?” tanya Dokter Jang kembali menatap layar komputernya.
Saat itu
dokter lain datang memberitahu mau mengontrol pasien jad meminta agar ikut
denganya. Ik Jun langsung mendorong keluar kalau Ik Jun tak bisa melakukanya.
Ik Jun lalu kembali duduk memastikan kalau Dokter Jan bisa membantunya.
“Leherku
masih sakit karena mengoperasi sendirian kemarin.” Kata Ik Jun. Dokter Jang
mengatakan bisa bantu kalau pagi. Ik Jun
pun bahagia mendengarnya.
“Dokter
Jang, kau ada di sini? Apa kau bisa bantu aku operasi kanker payudara besok
pagi?” ucap Dokter senior datang. Dokter Jang menatap ke arah Ik Jun dan
akhirnya menyetujuinya.
“Kau...
Dokter Lee Ik-jun, 'kan? Bagaimana kau bisa menari sepandai itu? Ini kali
pertama aku melihat orang yang pandai menari, menyanyi, dan bersenang-senang
sepertimu.”ucap Dokter senior.
“Kau
berlebihan.” Ucap Ik Jun menahan amarahnya. Dokter Senior pun tak sabar dan akan
bertemu di perjamuan selanjutnya lalu keluar ruangan.
“Dokter
Jang, berarti kau tak menyertaiku besok pagi?” ucap Ik Jun menahan kecewa.
Dokter Jang pun hanya bisa meminta maaf.
“Besok
akan kusterilisasi semua, membuka dan menutup pasien sendirian. Namun, lain
kali, tolong...” ucap Ik Jun akan memberikan coklat dan menari “Pick Me” lagu
Produce 101.
Setelah
menari, Dokter Jang menerima telp dan
berkata akan segera pergi. Ik Jun bertanya mau kemana. Dokter Jang menjawab ada
Panggilan darurat. Ik Jun menawarkan untuk panggil Ahn Jeong-won karena sedang
tak sibuk. Dokter Jang mengaku Panggilan itu untuknya.
Ik Jun
menerima telp dari ibunya, terlihat kaget dan mengatakan segera ke sana jadi
Jangan khawatir dan menyuruhnya pergi.
Dokter
Heo memberitahu dua mahasiswa mengetahui tentang rumah sakit, berjalan bersama
menjelaskan urutanya Ruang Flebotomi,
Ruang Pindai CT, Ruang Rontgen, dan Ruang MRI lalu Lurus ke sana ada Ruang
Pindai PET. Ia pikir kalau mereka tahu PET, keduanya terlihat bingung.
“Tomografi
Emisi Positron?” kata Yun Bok. Dokter Heo bertanya Apa kegunaannya. Yun Bok
menjawab masih belum tahu itu.
“Kami
masih mahasiswa.” Kata Hong Do tersenyum bahagia. Dokter Heo mengejek keduanya benar-benar
belahan jiwa.
Hong Do
membenarkan tapi Yun Bok sepert tak suka. Dokter Heo mengejek kalau sudah
menduganya. Yun Bok seperti tak suka, lalu bertanya Apa merkea masuk ke Ruang
Operasi juga. Dokter Heo menjawab itu suatu saat.
Didepan
ruang IGD, Perawat sedang makan dengan
dokter jaga didepan meja receptionist. Dokter mengau Kemarin melihat Instagram
perawat makan panekuk souffle dan ingin tahu apakah enak. Perawat itu menjawab
sangat enak!
“Aku ke
kafe pukul 15.00 sepulang kerja dan tak antre. Kau juga harus ke sana.” Ucap perawat
“Aku bisa
pergi kalau ada waktu. Kita pergi bersama, ya? Kau sudah membantu dokter-dokter
magang. Biar kutraktir.” Ucap Dokter
“Kau
sudah sering mentraktir. Lain kali biar aku yang traktir. Hei.. Dokter,
makanlah kue ini.” Ucap perawat melihat Dokter Jang yang berdiri sendirian.
“Tidak.
Aku tak suka makanan manis.”kata Dokter Jang. Perawat mengerti dan Dokter Jang bertanya
Pasien umur berapa
“Usianya
tujuh tahun, kecelakaan lalu lintas. Kondisinya stupor. Karena itu, kupanggil
bedah umum.” Jelas perawat. Dokter Jang menganguk mengerti.
Perawat
menerima telp lalu memberitahu kalau pasien akan datang 20 menit lagi. Dokter
Jang pikir aka makan dahulu.
Dokter Heo
pergi ke kantin membeli kupon dari mesin lalu memberitahu Ini tak gratis tetapi
dipotong dari gajinya. Yun Bok bingung karena mereka tadi sudah makan mie, tapi
akhirnya Hong Do hanya bisa mengucapkan Terima kasih. Suk Hyung pun terlihat
bahagia mengambil kupon makanan.
“Pak,
beri aku sosis yang banyak.” Ucap Dokter Heo sudah siap dengan nampanya.
“Apa Kau
dokter residen?” tanya si paman. Dokter Heo membenarkan, si paman pun hanya
memberikan tiga sosis.
“Dia bilang
jangan beri lebih dari dua, tetapi kumaklumi karena kau residen. Lanjut!” ucap
Ik Jun yang berjaga dikantin.
“Apa Dokter
magang?” tanya Ik Jun melihat Yun Bok dan Hong Do. Keduanya menjawab Mahasiswa
kedokteran.
“Astaga!
Kalau begitu, kuberi lima.” Ucap Ik Jun memberikan lebih pada calon dokter.
“Hei... Sedang
apa kau di sini? “ ucap Suk Hyung heran. Ik Jun melihat Suk Hyung dokter
spesialis jadi hanya memberikan satu sosis.
“Dengan
begitu, aku bisa menyesuaikan jumlah sosis. Aku memberi banyak sosis kepada
mereka. Jadi, makin tinggi jabatan, makin sedikit sosisnya... Hei.. Jangan
berdiri. Jalanlah.” Ucap Ik Jun melihat temanya hanya diam saja.
“Aku
bersahabat dengan koki kantin di sini. Anaknya tiba-tiba dipanggil ke kantor polisi.
Aku pakai sarung tangan dan masker. Kenapa?” ucap Ik Jun kesal. Tapi Suk Hyun ternyata meminta sosis satu lagi.
Ik Jun tak peduli menyuruh temanya segera perg saja.
Saat itu
dokter senior datang, Ik Jun memberikan sosis satu saja. Sang dokter
menatapnya. Ik Jun pun menambahkanya tapi hanya sayuran sambil menjelaskan Dengan begini, penawaran dan permintaan sama
karean sudah memberi mereka banyak sosis.
“Jadi, kau
harus berkorban sedikit, Pak... Berikutnya.” Ucap Ik Jun. Sang dokter senior
pun tak bisa berkata-kata.
Dokter
Jang mengantri makananya, Ik Jun menyapa dengan senyuman memberikan banyak
sosis merasa kalau Dokter Jang pasti paham perasaannya. Dokter Jang pun
mengucapkan Terima kasih.
Dokter
Heo duduk dengan dua mahasiswanya menjelaskan di kantin tersedia makan pagi,
siang, malam, makanan ringan, sampai bekal saat sedang operasi. Hong Do tak
percaya kalau ada Bekal juga. Dokter Heo
menjelaskan .
“Mereka
membungkusnya seperti bekal karena kita tak bisa turun untuk makan.” Ucap Dokter
Heo.
“Setelah
makan, apa kita pergi ke Ruang Operasi?” tanya Yun Bok penasaran. Dokter Heo
mengaku Tidak tahu.
Saat itu
ponsel Dokter Jang yang duduk disebelah mereka berdering, Dokter Jang pun
langsung bergegas pergi tanpa menghabiskan makananya.
**
Bersambung
ke part 2
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
kak, mau ijin copy beberapa bagian untuk wattpadku boleh ga? aku sertain link dari sini juga 🙏🏼
BalasHapus