PS
: All images credit and content copyright : JBTC
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Eun Seob
memberanikan diri untuk mencium Hye Won meluapkan isi hatinya yang terpendam
selama ini. Keduanya langsung menatap.
Flash
Back
Seorang
anak kecil berbaring dilantai, seperti Eun Seob saat masih kecil lalu terbangun
dari tidurnya dan melihat sosok wanita yang menuruni tanga. Hye Won menuruni
tangga dengan gaun putihnya lalu terlihat bingung ada anak laki-laki
dirumahnya.
“Siapa kau?”
tanya Hye Won. Eun Seob seperti sudah terkesima dengan sosok Hye Won
“Jika aku
memberitahumu bahwa aku selalu mencintaimu
dari saat itu sampai sekarang, ekspresi apa yang akan muncul darimu?”
gumam Eun Seob dan akhirnya mencium Hye Won kembali diatas buki.
"Episode 9, Rahasia Pemuda yang Benci
Kumbang Kotoran"
Hye Won
dan Eun Seob menuruni bukit, seperti tak terjadi apapun. Eun Seob hanya melihat
Hye Won dari belakang agar tak terjatuh. Mereka pun berjalan untuk keluar dari
hutan dan akan melewati sungai. Hye Won mengulurkan tangan.
“Pegang
tanganku.” Ucap Hye Won. Eun Seob menatapnya lalu memegang tangan Hye Won untuk
menyeberang sungai dan mengaku kalau menyukai Eun Seob.
Keduanya
pun berjalan pulang seperti mencoba untuk menahan senyuman bahagia. Sampai di
pertigaan jalan keduanya pun menatap. Eun Seob memberitahu kalau akan
meneleponnya saat tiba di Seoul. Hye Won menganguk mengerti. Eun Seob pun
menyuruh Hye Won pulang.
Hye Wo
pulang ke rumah dengan senyuman bahagia, Bibi Shim keluar melihat Hye Won yang
baru pulang. Hye Won tersenyum melihat bibinya yang sudah pulang. Bibi Sim
bertanya dari mana Hye Won. Hye Won tak menjawab malah langsung memeluk Gunbam.
“Gunbam...
kau sangat menggemaskan.. Kemarilah... Hei.. Kau menggigitku? Tidak apa-apa.
Kamu bisa menggigitku lagi... Gunbam, kamu sangat tampan. Siapa bilang kau
terlihat lusuh padahal kamu setampan ini? Akan kuberi pelajaran serius kepada
orang itu.” Ucap Hye Won. Bibi Sim yang melihat tingkah keponakanya hanya bisa
melonggo bingung.
Eun Seob
masuk ke dalam toko buku sambil bersandar didinding dan langsung bergumam “Tapi... Tapi
masalahnya, Hye Won...”
Flash Back
Eun Seob
duduk sendirian dalam kamar melihat anak ayam lalu memegangnya. Ia melihat
seorang adik bayi dalam box lalu menyentuh pipinya.
Semua hal yang hangat dan manis
membuatku gelisah. Aku khawatir momen bahagia yang berharga bisa menghilang
dalam sekejap.”
Pagi hari
banyak orang yang sudah lalu lalang di kota, pengantar susu pun berkerja
mengantar sampai ke stasiun. Salah satu pegawai pun membuat kopi untuk
menghangatkan tubuh berjaga di rumah sakit. Hwi mengayuh sepedanya dengan penuh
semangat tapi tiba-tiba harus turun.
“Astaga,
sadelku. Kumohon, jadilah lebih baik... Ada apa denganmu belakangan ini? Ayo Hentikan
ini, ya?” ucap Hwi merasakan tempat duduk sepedanya yang terasa sakit.
Hye Won
pun bangun dari tidurnya dengan senyuman bahagia menatap jendela berbeda dengan
kemarin yang kecewa pada Eun Seob.
Hye Won
pun makan dengan senyuman bahagia. Bibinya melihat Hae Won dengan suasana
hatiny sedang bagus. Hye Won pikir seperti itu dan menurutnya tak ada salahnya
seperti itu lalu bertanya alasan Bibi tiba-tiba mulai memasak. Bibi Sim
terlihat bingung.
“Bibi
memasak belakangan ini.” Ucap Hye Won heran. Bibi Sim menyruh Hye Won amkan
saja. Makan saja.
“Bibi
melakukannya untuk alasan penting.”kata Bibi Sim. Saat itu telp berdering.
Keduanya langsung berdiri seperti sama-sama menunggu telp dari seseorang.
Akhirnya
Bibi Sim menyuruh Hye Won untuk mengangkatnya. Hye Won pun mengangkat telp
dengan senyuman bahagia karena berharap Eun Seob yang menelp, tapi wajahnya
langsung berubah melihat seseorang yang berbicara lalu memberitahu bibinya
kalau itu dari Ahli perbaikan listrik.
“Kalau begitu,
bisa datang pekan depan? Ya, seseorang akan datang. Terima kasih.” Ucap Hye
Won.
Sementara
Eun Seob pergi ke sebuah gudang. Seorang wanita berkomentar Eun Seob yang sudah
lama tidak kemari, Eun Seob pikir sudah sekitar setahun. Si wanita mengatakan Ada
banyak buku yang baru diliris karena tahun baru saja dimulai.
“Seperti
yang kau tahu, buku-buku laris pada saat ini.” Ucap si wanita. Eun Seob
mengetahuinya.
“Kepala
redaksi menanyaiku.” Kata si wanita. Eun Seob ingin tahu Tentang apa.
“Bukumu.
Apa Kau sungguh tidak tertarik menerbitkannya?” ucap si wanita. Eun Seob
mengaku belum.
“Kenapa
tidak? Apa Naskahnya belum siap? Kudengar sudah siap untuk diserahkan.” Kata Si
wanita.
“Aku tidak
merasa perlu menerbitkannya karena sudah ada banyak buku bagus di dunia.”ucap
Eun Seob
“Ayolah.
Jangan berpikir begitu. Bukumu, di antara buku-buku bagus lainnya, akan
memainkan perannya sendiri.”kata si wanita menyakinkan.
“Mungkin
lain kali.” Kata Eun Seob. Si wanita mengeluh agar membiarkan mereka menerbitkannya.
“Kudengar
kau selalu bermimpi menjadi novelis. Serahkan saja naskahnya, dan impianmu akan
terwujud. Lalu Kenapa ragu?” ucap si wanita lalu meminta Eun Seob agar menunggu
sebentar.
“Buku
yang kau cari pasti ada di gudang lain. Jadi Akan kucari tahu.” Kata si wanita.
Eun Seob menganguk mengerti.
Eun Seob
menatap ke ruangan luar gudang dan mulai menerawang jauh. Hye Won duduk di meja
tamu menatap ke arah telp seperti
berharap agar Eun Seob bisa menelpnya.
“Tiap
hari, matahari terbit dan terbenam. Sama dengan kehidupan. Ada hari-hari yang
cerah dan gelap. Beberapa orang selalu terkena sinar matahari. Namun, ada
beberapa yang hidup dalam kegelapan sepanjang hidup mereka.Kau tahu apa yang
orang takutkan?”
Hye Won
pun membaca buku untuk menghilangkan rasa bosanya.
Eun Seob
berdiri didepan gedung dan tak terkena matahari seperti sedang dalam kegelapan.
“Kehilangan matahari yang telah
menyinariku selama ini. Cahaya memudar dan tidak bisa melihat matahari yang
memesona lagi. Pasti lebih baik jika aku tidak pernah melihatnya”
Eun Seob
bisa melihat senyuman Hye Won saat memegang tanganya menuruni bukit. Eun Seob
yang ada dalam kegelapan akhirnya mencoba berjalan keluar dari kegelapan ke
arah sinar matahari. Saat itu terdengar suara wanita yang memanggil Eun Seob.
“Aku tahu kehangatannya, dan aku
mengerutkan dahi karena sinar matahari yang bersinar. Karena itulah aku takut. Meski
begitu, Hye Won, aku menyukaimu.”
Hye Won
duduk didepan telp seperti sangat berharap agar Eun Seob menelp, tapi belum
juga berdering. Ia lalu teringat dengan yang dikatkanE Eun Seob “Kalau
begitu... Aku akan meneleponmu saat tiba di Seoul.” Tapi belum juga menelpnya.
Hwi
mengayuh sepedanya dengan penuh semangat. Saat itu Young Soo ikut mengayuh
sepeda dan melewati Hwi. Hwi terlihat kesal dikalahan oleh Young Soo dan
mencoba untuk mengalahkan dengan mengayuh sepedanya. sekuat tenaga.
Young Soo
hanya bisa melonggo melihat tingkah Hwi. Akhirnya Hwi pun kelelahan lalu
berhenti di tengah jalan. Young Soo langsung bisa melewati Hwi. Hwi pun
mengeluh memarahi Sadel sepeda yang Benar-benar menyiksanya.
Hye Won
tertidur dengan buku yang menutupi wajahnya terdengar suara dari siaran TV.
“Peringatan
salju lebat dikeluarkan untuk Provinsi Gangwon besok. Beberapa area
diperkirakan akan menerima lebih dari 30 cm salju. Pastikan kalian bersiap
untuk angin kencang.
Hye Won
yang kesal akhirnya berteriak meminta agar bibinya bisa mematikan TV.
Pagi hari
Eun Seob akhirnya kembali ke toko buku dengan mobilnya. Hye Won duduk dengan
wajah kesal bertanya kapan sampai didesa. Eun Seob mengaku Baru saja lalu ingin
membuat kopi. Hye Won pikir Eun Seob yan pergi naik kereta.
“Yah.. Benar.
Aku berkendara ke stasiun dan meninggalkan mobilku di tempat parkir di sana.”ucap
Eun Seob. Hye Won mengerti.
“Aku akan
pergi sekarang.” Ucap Hye Won membawa jaketnya. Eun Seob mengaku kalau ia juga harus
segera pergi.
“Kau mau
ke mana?”tanya Hye Won. Eun Seob menjawab
Jang Woo mengadakan acara, dan dia memaksanya datang.
“Oh..
Begitu rupanya... Bersenang-senanglah... Tapi Apa aku tidak boleh datang ke
acara itu?” ucap Hye Won dengan nada dingin. Eun Seob terlihat bingung.
“Kau
tidak mengajakku ikut denganmu.” Ucap Hye Won kesal. Eun Seob pun
mempersilahkan kalau Hye Won juga boleh ikut.
“Kau Bersiaplah.
Ayo pergi bersama.” Kata Eun Seob. Hye Won mengatakan tidak ikut saja.
“Kenapa
tidak?” kata Eun Seob bingung. Hye Won mengaku tidak mau. Eun Seob memanggil Hye
Won agar mendekat.
Hye Won
menolak, tapi Eun Seob meminta agar segera mendekat saja. Akhirnya Hye Won pun
mendekati Eun Seob. Eun Seob menatap Hye Won bertanya Kenapa memulai
pertengkaran. Hye Won merasa tidak seperti itu. Tapi Eun Seob merasa seperti
itu.
“Ya.
Maksudku, tidak.” Kata Hye Won. Eun Seob akhirnya meminta agar Hye Won ikut
denganya. Hye Won menolaknya. Eun Seob ingin tahu alasanya.
“Masalahnya,
sepertinya kamu merasa tidak nyaman di dekatku.” Ucap Hye Won. Eun Seob seperti
tak percaya mendengarnya.
“Ya...
Sepertinya kau menyesalinya.” Ucap Hye Won. Eun Seob bingung bertanya Menyesali
apa
“Yang
terjadi di gunung. Jika menurutmu itu kesalahan, aku tidak keberatan. Aku tidak
mau keadaan menjadi canggung. Jangan cemaskan aku. Itu bukan kesalahan.
Bagaimana aku bisa percaya?” ucap Hye Won
“Mari
lakukan lagi agar kau tahu itu bukan kesalahan.” Kata Eun Seob menatap Hye Won
dan menciumnya.
Hye Won
pun membiarkan Eun Seob menciumnya untuk yan kedua kalinya. Hye Won pikir kalau
Eun Seob itu membencinya. Eun Seob rasa itu
Tidak mungkin. Hye Won pun memeluk Eun Seob meminta maaf. Eun Seob pun juga minta maaf.
HyeWon
dan Eun Seob berjalan ke sebuah gedung dengan spanduk terlihat jelas
"Jumpa Penulis Shin Yeong Chun" beberapa oran pun berjalan dengan
teratur masuk ke dalam gedung. Jang Wo memberitahu Acara budaya siang Hyecheon
akan segera dimulai jadi meminta agar segera duduk.
“Hallo.. Acara
budaya untuk warga Hyecheon, Siang Hari di Hyecheon. Suatu kehormatan bisa
memandu "Jumpa Penulis Shin Yeong
Chun". Senang bertemu kalian semua.”ucap Tuan Cha. Hye Won dan Eun Seob
duduk terlihat sangat bahagia.
“Penulis
Shin Yeong Chun dikenal tidak pernah muncul di publik. Kalian penasaran melihat
wajah Shin Yeong Chun, kan?”ucap Tuan Cha. Mereka membenarkan.
“Kalian
seperti penonton di acara TV.” Komentar Tuan Cha. Semua pun hanya bisa tertawa.
“Dengan
begitu, jika kalian mengizinkan kami menyita ponsel kalian untuk sesaat, Nona
Shin bilang dia akan sangat senang menunjukkan wajahnya. Itu sebabnya kami
menyiapkan acara kejutan ini.” Ucap Tuan Cha.
Hye Won
berbisik kalau Ada banyak orang di sini. Eun Seob membenarkan. Saat itu Hye Won
melihat dari sisi pintu kalau bibinya datang. Saat Jang Woo terlihat kaget
karena Hye Won dan Eun Seob terlihat sangat dekat dan tak seperti biasanya.
“Baiklah.
Mari kita sambut Penulis Shin Yeong Chun untuk naik ke panggung. Mari berikan
tepuk tangan meriah.” ucapTuan Cha.
Seorang
wanita dengan mini dress dan rambut pendek seperti pria pun masuk dan naik ke
atas panggung. Hye Won berbisik Saat
mendengar nama Shin Yeong Chun,maka ia membayangkan pria tua. Eun Seob juga
berpikiran yang sama, Jang Woo yang melihatnya tak percaya keduanya terlihat
sangat dekat.
“Omong-omong,
Pak Cha, kenapa kau tidak memperkenalkan diri?” kata penulis Shin.
“Halo,
aku Cha Yun Taek, kepala redaksi Penerbit Dain.” Ucap Tuan Cha. Penulis Shin
berkomentar kalau Tuan Cha lebih seksi daripada dugaannya.
“Halo,
kalian semua sangat ingin bertemu denganku?” ucap Penulis Shin dengan senyuman cerita.
Semua menjawab “Ya” Penulis Shin mengoda kalau
tidak bisa mendengar mereka.
“Aku Shin
Yeong Chun yang ingin kalian lihat. Senang bertemu kalian.” Ucap Penulis Shin.
Saat itu
Bibi Sim datang seperti melihat surat kontrak. Seorang pria bertanya kalau Bibi
Sim itu satu universitas dengan Redaktur Cha Yun Taek, bibi Sim membenarkan dan
ingin tahu alasan bertanya. Si pria mengaku tak apa-apa.
“Saat
bukumu diterbitkan, kami dengar dia juga menerbitkan sebuah buku.” Ucap Si
pria. Bibi Sim seperti tak peduli dan terus membacanya.
“Tiap
kali menerbitkan buku dia menjual lebih dari 50.000 eksemplar. Jadi, kami
penasaran apakah kau bisa memberi tahu kami sebelumnya.” Ucap Si wanita
“Perusahaan
penerbitan itu menerbitkan novel Shin Yeong Chun akhir-akhir ini, kan?” bisik
si pria. Bibi Sim menatap dingin
“Ya. Ini
baru dua pekan, dan itu menjadi buku terlaris.” Kata si wanita. Si pria seperti
baru tahu kalau sudah keluar.
“Aku
yakin kita akan menjual lebih banyak.” Kata si pria. Bibi Sim mencoba tetap tenang
sambil meminum kopinya.
Saat bibi
Sim keluar masih mengingat yang dibahas oleh dua pegawai itu membahas kalau Shin Yeong Chun dan Cha Yun Taek berpacaran.
Si wanita kaget kalau Shin Yeong Chun itu wanita. Si pria membenarkan bahkan masih muda.
“Shim
Myeong Yeo.” Panggil Tuan Cha melihat Bibi Sim yang menuruni tangga. Bibi Sim
mencoba tak mengubrisnya tapi akhirnya menatap Tuan Cha.
Jang Woo
terdiam melihat makanan diatas meja
sambil membereskan meja. Salah satu teman memangil Jang Woo sambil membantu.
Jang Woo pun mengeluh pada Min Jeong ada banyak yang tersisa dan membuatnya
jadi sia-sia makanya sudah bilang jangan pesan ini.
“Kurasa
aku melihat temanmu.” Ucap Min Jung. Jang Woo bingung siapa temanya.
“Apa Maksudmu,
Eun Seop? Dia datang hari ini.” Kata Jang Woo.Min Jun mengaku ingin menyapanya.
“Kenapa
tidak melakukanya? Apa Kau bertemu dengan Eun Seop hari ini?” ucap Jang Woo.
Min Jung menganguk.
“Apa Kau
lihat dia bersama siapa?” kata Jang Woo. Min Jun pikir Eun Seob datang bersama gadis
yang sangat cantik.
“Ya, Hye
Won cantik. Dia benar-benar berdandan hari ini.” Kata Jang Woo
“Sepertinya
mereka berpacaran. Kurasa tidak pantas mengajaknya makan malam.” Ucap Min Jung
“Mereka
berpacaran? Tidak mungkin. Mereka tidak berpacaran. Kamu bisa makan malam
dengannya. Mereka tidak berpacaran. Mustahil.” Kata Jang Woo panik.
Saat itu
telpnya berdering, Jang Woo mengeluh Kenapa orang-orang selalu meneleponku saat
bersama Min Jung. Ia berbicara dengan seorang pria dan akan pergi ke restoran
Mie.
Bibi Sim
bertemu dengan Tuan Cha di sebuah restoran, lalu berkomentar kalau Tuan Cha tampak
seperti orang baru. Tuan Cha tak merasa seperti itu lalu berkomentar kalau Bibi
Sim yang sudah cukup tua dan bertanya apakah masih sering menangis.
“Apa Kau
masih mengumpat di tempat umum?” ejek Tuan Cha. Bibi Sim langsung membahas
kalau mendengar Tuan Cha itu bercerai.
“Ya, tiga
kali.” Ucap Tuan Cha. Bibi Sim mengaku iri dengan kecerobohannya. Tuan Cha
heran dianggap ceroboh.
“Aku
mencintai semua mantanku. Apa maksudmu?” ucap Tuan Cha. Bibi Sim kesal bertanya
apa yang dinginkan Tuan Cha karena sudah membuatnya kesal.
“Kau
mengunjungi Seoul baru-baru ini, kan? Kurasa aku melihatmu di depan rumahku.
Apa aku keliru?” ucap Tuan Cha.
“Apa kau
punya mata di belakang kepalamu?” keluh Bibi Sim. Tuan Cha pikir bibi Sim itu
tidak pernah merasa pakaiannya agak tidak biasa.
“Aku
hanya mampir. Ada banyak rumor tentang betapa kaya dan suksesnya kau, jadi, aku
hanya ingin melihat seberapa besar rumahmu. Ukurannya sangat besar. Kau
menyewanya?” ucap Bibi Sim
“Tidak,
aku pemilik rumah itu.” Kata Tuan Cha bangga. Bibi Sim pikir itu bagus dengan
wajah kesal dan meminta yang apa yang diinginkan oleh Tuan Cha.
Ibu Eun
Seob sedang menyetrika melihat suaminya keluar kamar dan bertanya apakah mau
pergi sekarang. Tuan Im membenarkan lalu pamit pergi. Ibu Eun Seob menahan
suaminya untuk pergi agar Pakai syal karena Dingin. Tuan Im menolak merasa Tidak
perlu.
“Tidak
apa-apa. Ini bahkan tidak dingin. Aku akan baik-baik saja.” Kata Tuan Im
“Kau
menemui orang-orang dari mal, bukan?” kata Ibu Eun Seob. Tuan Im membenarkan.
“Kalau
begitu, beri tahu mereka. Saat seseorang menghilang di gunung, suruh mereka berhenti
meminta bantuan Eun Seop. Itu... Beri tahu mereka. Kau harus memberi tahu
mereka agar tidak ada yang meminta bantuan Eun Seop mulai sekarang.” Ucap Ibu
Eun Seob
“Tapi
tetap saja...” kata Tuan Im. Ibu Eun Seob pikir
Sudah ada polisi dan paramedis.
“Untuk
apa mereka membutuhkan Eun Seop?” kata Ibu Eun Seob. Tuan Im membenarkan dan
mencoba bicara tapi ibu Eun Seob lebih dulu menyela.
“Kali
terakhir, saat dia tiba-tiba menghilang, kau tahu kenapa dia pergi ke gunung?
Dia bilang melihat wanita itu.” Kata Ibu
Eun Seob. Tuan Im kaget mendengarnya
“Dia
melihat ilusi wanita itu dan mengikutinya. Dia tidak punya pilihan selain
mengikutinya. Bagaimana bisa... Dia sudah meninggal.” Kata Ibu Eun Seob
khawatir. Tuan Im membenarkan.
“Aku
khawatir putra kita dirasuki oleh arwah gunung. Aku merasa takut.” Kata Ibu Eun
Seob
“Baiklah.
Aku akan memberi tahu mereka.” Kata Tuan Im. Ibu Eun Seob tak percaya
mendengarnya.
“Ya, aku
akan memberi tahu mereka hari ini.” Kata Tuan Im. Ibu Eun Seob pun mengucapkan
terimkasih. Tuan Im pun meminta agar Jangan khawatir.
“Kau
sebaiknya memakai syal.” Kata Ibu Eun Seob memaksa. Tuan Im menolak karena
takut hilang.
Bersambung
ke part 2
Cek My Wattpad... ExGirlFriend
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar