PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Selasa, 31 Maret 2020

Sinopsis When the Weather is Fine Episode 9 Part 1

PS : All images credit and content copyright : JBTC
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe bulan ini 

Eun Seob memberanikan diri untuk mencium Hye Won meluapkan isi hatinya yang terpendam selama ini. Keduanya langsung menatap.
Flash Back
Seorang anak kecil berbaring dilantai, seperti Eun Seob saat masih kecil lalu terbangun dari tidurnya dan melihat sosok wanita yang menuruni tanga. Hye Won menuruni tangga dengan gaun putihnya lalu terlihat bingung ada anak laki-laki dirumahnya.
“Siapa kau?” tanya Hye Won. Eun Seob seperti sudah terkesima dengan sosok Hye Won
“Jika aku memberitahumu bahwa aku selalu mencintaimu  dari saat itu sampai sekarang, ekspresi apa yang akan muncul darimu?” gumam Eun Seob dan akhirnya mencium Hye Won kembali diatas buki.
"Episode 9, Rahasia Pemuda yang Benci Kumbang Kotoran"

Hye Won dan Eun Seob menuruni bukit, seperti tak terjadi apapun. Eun Seob hanya melihat Hye Won dari belakang agar tak terjatuh. Mereka pun berjalan untuk keluar dari hutan dan akan melewati sungai. Hye Won mengulurkan tangan.
“Pegang tanganku.” Ucap Hye Won. Eun Seob menatapnya lalu memegang tangan Hye Won untuk menyeberang sungai dan mengaku kalau menyukai Eun Seob.
Keduanya pun berjalan pulang seperti mencoba untuk menahan senyuman bahagia. Sampai di pertigaan jalan keduanya pun menatap. Eun Seob memberitahu kalau akan meneleponnya saat tiba di Seoul. Hye Won menganguk mengerti. Eun Seob pun menyuruh Hye Won pulang. 

Hye Wo pulang ke rumah dengan senyuman bahagia, Bibi Shim keluar melihat Hye Won yang baru pulang. Hye Won tersenyum melihat bibinya yang sudah pulang. Bibi Sim bertanya dari mana Hye Won. Hye Won tak menjawab malah langsung memeluk Gunbam.
“Gunbam... kau sangat menggemaskan.. Kemarilah... Hei.. Kau menggigitku? Tidak apa-apa. Kamu bisa menggigitku lagi... Gunbam, kamu sangat tampan. Siapa bilang kau terlihat lusuh padahal kamu setampan ini? Akan kuberi pelajaran serius kepada orang itu.” Ucap Hye Won. Bibi Sim yang melihat tingkah keponakanya hanya bisa melonggo bingung.

Eun Seob masuk ke dalam toko buku sambil bersandar didinding dan langsung bergumam “Tapi... Tapi masalahnya, Hye Won...”
Flash Back
Eun Seob duduk sendirian dalam kamar melihat anak ayam lalu memegangnya. Ia melihat seorang adik bayi dalam box lalu menyentuh pipinya.
Semua hal yang hangat dan manis membuatku gelisah. Aku khawatir momen bahagia yang berharga bisa menghilang dalam sekejap.”

Pagi hari banyak orang yang sudah lalu lalang di kota, pengantar susu pun berkerja mengantar sampai ke stasiun. Salah satu pegawai pun membuat kopi untuk menghangatkan tubuh berjaga di rumah sakit. Hwi mengayuh sepedanya dengan penuh semangat tapi tiba-tiba harus turun.
“Astaga, sadelku. Kumohon, jadilah lebih baik... Ada apa denganmu belakangan ini? Ayo Hentikan ini, ya?” ucap Hwi merasakan tempat duduk sepedanya yang terasa sakit.
Hye Won pun bangun dari tidurnya dengan senyuman bahagia menatap jendela berbeda dengan kemarin yang kecewa pada Eun Seob.

Hye Won pun makan dengan senyuman bahagia. Bibinya melihat Hae Won dengan suasana hatiny sedang bagus. Hye Won pikir seperti itu dan menurutnya tak ada salahnya seperti itu lalu bertanya alasan Bibi tiba-tiba mulai memasak. Bibi Sim terlihat bingung.
“Bibi memasak belakangan ini.” Ucap Hye Won heran. Bibi Sim menyruh Hye Won amkan saja. Makan saja.
“Bibi melakukannya untuk alasan penting.”kata Bibi Sim. Saat itu telp berdering. Keduanya langsung berdiri seperti sama-sama menunggu telp dari seseorang.

Akhirnya Bibi Sim menyuruh Hye Won untuk mengangkatnya. Hye Won pun mengangkat telp dengan senyuman bahagia karena berharap Eun Seob yang menelp, tapi wajahnya langsung berubah melihat seseorang yang berbicara lalu memberitahu bibinya kalau itu dari Ahli perbaikan listrik.
“Kalau begitu, bisa datang pekan depan? Ya, seseorang akan datang. Terima kasih.” Ucap Hye Won. 

Sementara Eun Seob pergi ke sebuah gudang. Seorang wanita berkomentar Eun Seob yang sudah lama tidak kemari, Eun Seob pikir sudah sekitar setahun. Si wanita mengatakan Ada banyak buku yang baru diliris karena tahun baru saja dimulai.
“Seperti yang kau tahu, buku-buku laris pada saat ini.” Ucap si wanita. Eun Seob mengetahuinya.
“Kepala redaksi menanyaiku.” Kata si wanita. Eun Seob ingin tahu  Tentang apa.
“Bukumu. Apa Kau sungguh tidak tertarik menerbitkannya?” ucap si wanita. Eun Seob mengaku belum.
“Kenapa tidak? Apa Naskahnya belum siap? Kudengar sudah siap untuk diserahkan.” Kata Si wanita.
“Aku tidak merasa perlu menerbitkannya karena sudah ada banyak buku bagus di dunia.”ucap Eun Seob
“Ayolah. Jangan berpikir begitu. Bukumu, di antara buku-buku bagus lainnya, akan memainkan perannya sendiri.”kata si wanita menyakinkan.
“Mungkin lain kali.” Kata Eun Seob. Si wanita mengeluh agar membiarkan mereka menerbitkannya.
“Kudengar kau selalu bermimpi menjadi novelis. Serahkan saja naskahnya, dan impianmu akan terwujud. Lalu Kenapa ragu?” ucap si wanita lalu meminta Eun Seob agar menunggu sebentar.
“Buku yang kau cari pasti ada di gudang lain. Jadi Akan kucari tahu.” Kata si wanita. Eun Seob menganguk mengerti. 


Eun Seob menatap ke ruangan luar gudang dan mulai menerawang jauh. Hye Won duduk di meja tamu menatap ke arah  telp seperti berharap agar Eun Seob bisa menelpnya.
“Tiap hari, matahari terbit dan terbenam. Sama dengan kehidupan. Ada hari-hari yang cerah dan gelap. Beberapa orang selalu terkena sinar matahari. Namun, ada beberapa yang hidup dalam kegelapan sepanjang hidup mereka.Kau tahu apa yang orang takutkan?”
Hye Won pun membaca buku untuk menghilangkan rasa bosanya. 

Eun Seob berdiri didepan gedung dan tak terkena matahari seperti sedang dalam kegelapan.
“Kehilangan matahari yang telah menyinariku selama ini. Cahaya memudar dan tidak bisa melihat matahari yang memesona lagi. Pasti lebih baik jika aku tidak pernah melihatnya”
Eun Seob bisa melihat senyuman Hye Won saat memegang tanganya menuruni bukit. Eun Seob yang ada dalam kegelapan akhirnya mencoba berjalan keluar dari kegelapan ke arah sinar matahari. Saat itu terdengar suara wanita yang memanggil Eun Seob.
“Aku tahu kehangatannya, dan aku mengerutkan dahi karena sinar matahari yang bersinar. Karena itulah aku takut. Meski begitu, Hye Won, aku menyukaimu.”

Hye Won duduk didepan telp seperti sangat berharap agar Eun Seob menelp, tapi belum juga berdering. Ia lalu teringat dengan yang dikatkanE Eun Seob “Kalau begitu... Aku akan meneleponmu saat tiba di Seoul.” Tapi belum juga menelpnya.
Hwi mengayuh sepedanya dengan penuh semangat. Saat itu Young Soo ikut mengayuh sepeda dan melewati Hwi. Hwi terlihat kesal dikalahan oleh Young Soo dan mencoba untuk mengalahkan dengan mengayuh sepedanya. sekuat tenaga.
Young Soo hanya bisa melonggo melihat tingkah Hwi. Akhirnya Hwi pun kelelahan lalu berhenti di tengah jalan. Young Soo langsung bisa melewati Hwi. Hwi pun mengeluh memarahi Sadel sepeda yang Benar-benar menyiksanya. 

Hye Won tertidur dengan buku yang menutupi wajahnya terdengar suara dari siaran TV.
“Peringatan salju lebat dikeluarkan untuk Provinsi Gangwon besok. Beberapa area diperkirakan akan menerima lebih dari 30 cm salju. Pastikan kalian bersiap untuk angin kencang.
Hye Won yang kesal akhirnya berteriak meminta agar bibinya bisa mematikan TV.
Pagi hari Eun Seob akhirnya kembali ke toko buku dengan mobilnya. Hye Won duduk dengan wajah kesal bertanya kapan sampai didesa. Eun Seob mengaku Baru saja lalu ingin membuat kopi. Hye Won pikir Eun Seob yan pergi naik kereta.
“Yah.. Benar. Aku berkendara ke stasiun dan meninggalkan mobilku di tempat parkir di sana.”ucap Eun Seob. Hye Won mengerti. 

“Aku akan pergi sekarang.” Ucap Hye Won membawa jaketnya. Eun Seob mengaku kalau ia juga harus segera pergi.
“Kau mau ke mana?”tanya Hye Won. Eun Seob menjawab  Jang Woo mengadakan acara, dan dia memaksanya datang.
“Oh.. Begitu rupanya... Bersenang-senanglah... Tapi Apa aku tidak boleh datang ke acara itu?” ucap Hye Won dengan nada dingin. Eun Seob terlihat bingung.
“Kau tidak mengajakku ikut denganmu.” Ucap Hye Won kesal. Eun Seob pun mempersilahkan kalau Hye Won juga boleh ikut.
“Kau Bersiaplah. Ayo pergi bersama.” Kata Eun Seob. Hye Won mengatakan tidak ikut saja.
“Kenapa tidak?” kata Eun Seob bingung. Hye Won mengaku tidak mau. Eun Seob memanggil Hye Won agar mendekat.
Hye Won menolak, tapi Eun Seob meminta agar segera mendekat saja. Akhirnya Hye Won pun mendekati Eun Seob. Eun Seob menatap Hye Won bertanya Kenapa memulai pertengkaran. Hye Won merasa tidak seperti itu. Tapi Eun Seob merasa seperti itu.
“Ya. Maksudku, tidak.” Kata Hye Won. Eun Seob akhirnya meminta agar Hye Won ikut denganya. Hye Won menolaknya. Eun Seob ingin tahu alasanya.
“Masalahnya, sepertinya kamu merasa tidak nyaman di dekatku.” Ucap Hye Won. Eun Seob seperti tak percaya mendengarnya.
“Ya... Sepertinya kau menyesalinya.” Ucap Hye Won. Eun Seob bingung bertanya Menyesali apa
“Yang terjadi di gunung. Jika menurutmu itu kesalahan, aku tidak keberatan. Aku tidak mau keadaan menjadi canggung. Jangan cemaskan aku. Itu bukan kesalahan. Bagaimana aku bisa percaya?” ucap Hye Won
“Mari lakukan lagi agar kau tahu itu bukan kesalahan.” Kata Eun Seob menatap Hye Won dan menciumnya.
Hye Won pun membiarkan Eun Seob menciumnya untuk yan kedua kalinya. Hye Won pikir kalau Eun Seob itu membencinya. Eun Seob rasa itu  Tidak mungkin. Hye Won pun memeluk Eun Seob meminta maaf.  Eun Seob pun juga minta maaf.



HyeWon dan Eun Seob berjalan ke sebuah gedung dengan spanduk terlihat jelas "Jumpa Penulis Shin Yeong Chun" beberapa oran pun berjalan dengan teratur masuk ke dalam gedung. Jang Wo memberitahu Acara budaya siang Hyecheon akan segera dimulai jadi meminta agar segera duduk.
“Hallo.. Acara budaya untuk warga Hyecheon, Siang Hari di Hyecheon. Suatu kehormatan bisa memandu  "Jumpa Penulis Shin Yeong Chun". Senang bertemu kalian semua.”ucap Tuan Cha. Hye Won dan Eun Seob duduk terlihat sangat bahagia.
“Penulis Shin Yeong Chun dikenal tidak pernah muncul di publik. Kalian penasaran melihat wajah Shin Yeong Chun, kan?”ucap Tuan Cha. Mereka membenarkan.
“Kalian seperti penonton di acara TV.” Komentar Tuan Cha. Semua pun hanya bisa tertawa.
“Dengan begitu, jika kalian mengizinkan kami menyita ponsel kalian untuk sesaat, Nona Shin bilang dia akan sangat senang menunjukkan wajahnya. Itu sebabnya kami menyiapkan acara kejutan ini.” Ucap Tuan Cha.
Hye Won berbisik kalau Ada banyak orang di sini. Eun Seob membenarkan. Saat itu Hye Won melihat dari sisi pintu kalau bibinya datang. Saat Jang Woo terlihat kaget karena Hye Won dan Eun Seob terlihat sangat dekat dan tak seperti biasanya.
“Baiklah. Mari kita sambut Penulis Shin Yeong Chun untuk naik ke panggung. Mari berikan tepuk tangan meriah.” ucapTuan Cha. 


Seorang wanita dengan mini dress dan rambut pendek seperti pria pun masuk dan naik ke atas panggung.  Hye Won berbisik Saat mendengar nama Shin Yeong Chun,maka ia membayangkan pria tua. Eun Seob juga berpikiran yang sama, Jang Woo yang melihatnya tak percaya keduanya terlihat sangat dekat.
“Omong-omong, Pak Cha, kenapa kau tidak memperkenalkan diri?” kata penulis Shin.
“Halo, aku Cha Yun Taek, kepala redaksi Penerbit Dain.” Ucap Tuan Cha. Penulis Shin berkomentar kalau Tuan Cha lebih seksi daripada dugaannya.
“Halo, kalian semua sangat ingin bertemu denganku?” ucap Penulis Shin dengan senyuman cerita. Semua menjawab “Ya” Penulis Shin mengoda kalau  tidak bisa mendengar mereka.
“Aku Shin Yeong Chun yang ingin kalian lihat. Senang bertemu kalian.” Ucap Penulis Shin. 

Saat itu Bibi Sim datang seperti melihat surat kontrak. Seorang pria bertanya kalau Bibi Sim itu satu universitas dengan Redaktur Cha Yun Taek, bibi Sim membenarkan dan ingin tahu alasan bertanya. Si pria mengaku tak apa-apa.
“Saat bukumu diterbitkan, kami dengar dia juga menerbitkan sebuah buku.” Ucap Si pria. Bibi Sim seperti tak peduli dan terus membacanya.
“Tiap kali menerbitkan buku dia menjual lebih dari 50.000 eksemplar. Jadi, kami penasaran apakah kau bisa memberi tahu kami sebelumnya.” Ucap Si wanita
“Perusahaan penerbitan itu menerbitkan novel Shin Yeong Chun akhir-akhir ini, kan?” bisik si pria. Bibi Sim menatap dingin
“Ya. Ini baru dua pekan, dan itu menjadi buku terlaris.” Kata si wanita. Si pria seperti baru tahu kalau sudah keluar.
“Aku yakin kita akan menjual lebih banyak.” Kata si pria. Bibi Sim mencoba tetap tenang sambil meminum kopinya. 

Saat bibi Sim keluar masih mengingat yang dibahas oleh dua pegawai itu  membahas kalau  Shin Yeong Chun dan Cha Yun Taek berpacaran. Si wanita kaget kalau Shin Yeong Chun itu wanita. Si pria membenarkan  bahkan masih muda.
“Shim Myeong Yeo.” Panggil Tuan Cha melihat Bibi Sim yang menuruni tangga. Bibi Sim mencoba tak mengubrisnya tapi akhirnya menatap Tuan Cha.


Jang Woo terdiam melihat  makanan diatas meja sambil membereskan meja. Salah satu teman memangil Jang Woo sambil membantu. Jang Woo pun mengeluh pada Min Jeong ada banyak yang tersisa dan membuatnya jadi sia-sia makanya sudah bilang jangan pesan ini.
“Kurasa aku melihat temanmu.” Ucap Min Jung. Jang Woo bingung siapa temanya.
“Apa Maksudmu, Eun Seop? Dia datang hari ini.” Kata Jang Woo.Min Jun mengaku ingin menyapanya.
“Kenapa tidak melakukanya? Apa Kau bertemu dengan Eun Seop hari ini?” ucap Jang Woo. Min Jung menganguk.
“Apa Kau lihat dia bersama siapa?” kata Jang Woo. Min Jun pikir Eun Seob datang bersama gadis yang sangat cantik.
“Ya, Hye Won cantik. Dia benar-benar berdandan hari ini.” Kata Jang Woo
“Sepertinya mereka berpacaran. Kurasa tidak pantas mengajaknya makan malam.” Ucap Min Jung
“Mereka berpacaran? Tidak mungkin. Mereka tidak berpacaran. Kamu bisa makan malam dengannya. Mereka tidak berpacaran. Mustahil.” Kata Jang Woo panik.
Saat itu telpnya berdering, Jang Woo mengeluh Kenapa orang-orang selalu meneleponku saat bersama Min Jung. Ia berbicara dengan seorang pria dan akan pergi ke restoran Mie. 


Bibi Sim bertemu dengan Tuan Cha di sebuah restoran, lalu berkomentar kalau Tuan Cha tampak seperti orang baru. Tuan Cha tak merasa seperti itu lalu berkomentar kalau Bibi Sim yang sudah cukup tua dan bertanya apakah masih sering menangis.
“Apa Kau masih mengumpat di tempat umum?” ejek Tuan Cha. Bibi Sim langsung membahas kalau mendengar Tuan Cha itu bercerai.
“Ya, tiga kali.” Ucap Tuan Cha. Bibi Sim mengaku iri dengan kecerobohannya. Tuan Cha heran dianggap ceroboh.
“Aku mencintai semua mantanku. Apa maksudmu?” ucap Tuan Cha. Bibi Sim kesal bertanya apa yang dinginkan Tuan Cha karena sudah membuatnya kesal.
“Kau mengunjungi Seoul baru-baru ini, kan? Kurasa aku melihatmu di depan rumahku. Apa aku keliru?” ucap Tuan Cha.
“Apa kau punya mata di belakang kepalamu?” keluh Bibi Sim. Tuan Cha pikir bibi Sim itu tidak pernah merasa pakaiannya agak tidak biasa.
“Aku hanya mampir. Ada banyak rumor tentang betapa kaya dan suksesnya kau, jadi, aku hanya ingin melihat seberapa besar rumahmu. Ukurannya sangat besar. Kau menyewanya?” ucap Bibi Sim
“Tidak, aku pemilik rumah itu.” Kata Tuan Cha bangga. Bibi Sim pikir itu bagus dengan wajah kesal dan meminta yang apa yang diinginkan oleh Tuan Cha. 



Ibu Eun Seob sedang menyetrika melihat suaminya keluar kamar dan bertanya apakah mau pergi sekarang. Tuan Im membenarkan lalu pamit pergi. Ibu Eun Seob menahan suaminya untuk pergi agar Pakai syal karena Dingin. Tuan Im menolak merasa Tidak perlu.
“Tidak apa-apa. Ini bahkan tidak dingin. Aku akan baik-baik saja.” Kata Tuan Im
“Kau menemui orang-orang dari mal, bukan?” kata Ibu Eun Seob. Tuan Im membenarkan.
“Kalau begitu, beri tahu mereka. Saat seseorang menghilang di gunung, suruh mereka berhenti meminta bantuan Eun Seop. Itu... Beri tahu mereka. Kau harus memberi tahu mereka agar tidak ada yang meminta bantuan Eun Seop mulai sekarang.” Ucap Ibu Eun Seob
“Tapi tetap saja...” kata Tuan Im. Ibu Eun Seob pikir  Sudah ada polisi dan paramedis.
“Untuk apa mereka membutuhkan Eun Seop?” kata Ibu Eun Seob. Tuan Im membenarkan dan mencoba bicara tapi ibu Eun Seob lebih dulu menyela.
“Kali terakhir, saat dia tiba-tiba menghilang, kau tahu kenapa dia pergi ke gunung? Dia bilang  melihat wanita itu.” Kata Ibu Eun Seob. Tuan Im kaget mendengarnya
“Dia melihat ilusi wanita itu dan mengikutinya. Dia tidak punya pilihan selain mengikutinya. Bagaimana bisa... Dia sudah meninggal.” Kata Ibu Eun Seob khawatir. Tuan Im membenarkan.
“Aku khawatir putra kita dirasuki oleh arwah gunung. Aku merasa takut.” Kata Ibu Eun Seob
“Baiklah. Aku akan memberi tahu mereka.” Kata Tuan Im. Ibu Eun Seob tak percaya mendengarnya.
“Ya, aku akan memberi tahu mereka hari ini.” Kata Tuan Im. Ibu Eun Seob pun mengucapkan terimkasih. Tuan Im pun meminta agar Jangan khawatir.
“Kau sebaiknya memakai syal.” Kata Ibu Eun Seob memaksa. Tuan Im menolak karena takut hilang.
Bersambung ke part 2

 Cek My Wattpad...  ExGirlFriend

      
Cek My You Tube Channel "ReviewDrama Korea"

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar