PS
: All images credit and content copyright : JBTC
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Hye Won
masih tertidur. Eun Seob melihat buku yang dibaca Hye Won "Burung biru" lalu bergegas pergi.
Saat itu Hye Won terbangun melihat toko buku
yang kosong. Tuan Bae dkk akhirnya datang menyapa Hye Won. Jang Woo pun
datang menyapa Hye Won
“Hye Won,
kamu sudah ke dokter? Saat kau pilek...” ucap Jang Woo. Tuan Bae khawatir
mendengar Hye Won yang pilek.
“Di mana
Eun Seop? Di mana kakakku yang gila?” tanya Hwi membawa obat. Eun Seob pun
keluar dari kamarnya seolah tak pernah melihat Hye Won.
“Sebaiknya
jangan suruh aku melakukan sesuatu untukmu lagi.” Kata Hwi memberikan obat.
“Kita
akan makan roti kacang merah.” Kata Seung Ho. Hwi pikir Pasti enak dengan susu.
Jang Woo
menyuruh mereka semua duduk dan bersama dengan Seung Ho merapihkan rak agar
bisa ada ruangan untuk duduk. Kakek Seung Ho sibuk membalikan roti yang
dipanggang. Nyonya Choi membagikan makan untuk semua anggota.
“Kakek
memanggang roti.” Kata Seung Ho bangga. Hwi pu mengajak untuk makan bersama.
Mereka pun senang makan yang dibuat oleh mereka sendiri.
Nyonya
Choi mengingat sesuatu dan langsung membuka koran dan melihat sebuah artikel
dengan gambar. "Harian Donghan - Perjalanan Spesial Pria Inggris Tua"
“Aku
baru-baru ini membaca artikel tentang kisah indah. Pria berusia 80 tahun yang
tinggal di Inggris memutuskan bepergian menurut pemandu wisata, yang dia miliki
seumur hidupnya. Jadi, dia terbang ke Jerman untuk pergi ke suatu tempat di
Bavaria.”
“Dia
diberitahukan bahwa itu kota yang ramai, tempat festival musik diadakan tiap
tahun. Tapi ada yang aneh.Dia mengikuti rute yang ada di panduan perjalanan,
tapi kota itu tidak ditemukan, dan tersesat di hutan lebat.”
“Setelah
mengembara hutan selama dua hari, dia akhirnya berhasil menemukan jalan keluar.
Lalu dia pulang menunjukkan peta itu kepada orang dan mengatakan ada yang
salah. Tapi seseorang yang melihat panduan perjalanan mengatakan ini.”
"Lihat.
Panduan perjalanan ini diterbitkan setelah Perang Dunia Pertama. Satu abad
telah berlalu sejak Perang Dunia Pertama berakhir. “komenta salah seorang pria
“Dia
pergi ke tempat yang dia ingin datangi sepanjang hidupnya, tapi itu terlihat
sangat berbeda dari yang dia lihat di peta yang dia pelajari berkali-kali.
Tuan Bae
membaca artikel "Perjalanan Spesial Pria Inggris Tua" lalu mengeluh
kalau Nyonya Choi mengangap ini indah karena menurutnya menyedihkan. Hyun Ji
pun juga seperti itu. Nyonya Choi merasa
itu indah, karena Rencananya gagal
“Tapi dia
melalui perjalanan sulit demi kebahagiaannya dan melakukan apa yang dia inginkan.
Kurasa itu saja sudah pantas dihargai. Seperti yang kalian tahu, impianku adalah
pergi ke negeri yang jauh seperti itu.”kata Nyonya Choi
“Menantang
dirimu seperti itu adalah tindakan berani dan indah, tapi artikel ini...” kata
Jang Woo
“Tunggu...
Bukankah cerita ini mengingatkan pada "Burung Biru"? Dalam buku itu, dua
bersaudara memulai perjalanan mencari burung biru kebahagiaan, tapi mereka
kembali tanpa menemukannya.”kata Hwi
“Aku
merasa kasihan kepada mereka, Hwi.” Kata Seung Ho. Hwi pikir tak perlu seperti
itu.
“Mereka
kembali dan menemukan burung biru kebahagiaan di rumah. Ceritanya berakhir
bahagia.” Kata Hwi
“Sejujurnya,
aku tidak terlalu suka cerita itu.” Ungkap Hyun Ji. Hwi heran temanya tidak
menyukainya
“Tidak
masuk akal. Kebahagiaan selalu ada, tapi kalian tidak tahu? Itu Sia-sia saja.”
Kata Hyun Ji
“Apa
salahnya dengan itu? Mungkin kamu tidak sadar. Benar, aku permata, tapi Kim
Young Soo tidak melihatnya. Seperti itulah.” Ucap Hwi
“Baginya,
kau bukan permata...” keluh Hyun Ji. Hwi menyuruh untuk diam saja menurutnya
Hyun Ji itu salah.
“Intinya, aku pribadi tidak menyukai cerita
itu.” Tegas Hyun Ji. Tuan Bae ingin bicara tapi Hye Won lebih dulu bicara.
“Aku
setuju denganmu. Kita pergi ke negeri yang jauh untuk mencari burung biru
kebahagiaan, tapi burung biru itu ada di rumah selama ini? Mungkin itu hanya
alasan yang kita buat untuk menghibur diri karena sulit mendapatkan
kebahagiaan. Aku pribadi merasa kebahagiaan tidak terjangkau.”kata Hye Won
dengan tatapan kosong.
“Hae Won,
tetap saja...” ucap Hwi sedih. Saat itu Eun Seob hanya bisa terdiam melihatnya.
“Benar,
itu hanya opini pribadiku.” Ucap Hye Won. Hwi mengaku bukan seperti itu tapi
dirinya sebagai permata. Semuanya hanya bisa tertawa.
Hye Won
pun terlihat kembali batuk. Hwi membahas melihatnya bersama Song Jae In... Jang
Woo bertanya-tanya siapa itu Song Jae In. Eun Seob menatap Hye Won seperti
sedih.
Didepan
rumah yang besar, Bibi Sim akan masuk tapi memilih untuk bersembunyi karena
melihat sepasang pria wanita keluar dari rumah. Sang pria bertanya apa
rencananya untuk acara penandatanganan itu. Si wanita mengatakan kalau itu
terserah pada pria itu.
“Kita
bisa melakukan sesuatu seperti, "Temui sang Penulis". Bagaimana menurutmu?” ucap Si pria. Sang
wanita pikir Kedengarannya bagus.
“Aku
tidak keberatan dengan apa pun saranmu, Sayang. Omong-omong, bisakah kita pergi
minum lagi?” ucap si wanita.
“Tentu,
sesuatu yang sederhana.” Kata si pria lalu pergi. Nyonya Sim mendengarkan
percakapan keduanya akhirnya melangkah pergi.
***
Semua
orang akhirnya pulang dari toko buku, Hye Won membawa jaketnya akan bergegas
pergi. Eun Seob menahanya pergi meminta agar menunggu lalu memberikan obat. Hye
Won bertanya apa itu. Eun Seob memberitahu kalau itu obat flu.
“Minumlah
sebelum tidur, dan kamu akan merasa lebih baik.” Ucap Eun Seob masih terlihat
dingin.
“Tidak
apa-apa.” Kata Hye Won lalu berjalan pergi. Eun Seob pun kebingungan.
Eun Seob
akhirnya mengejar Hye Won sampai keluar toko buku, meinta agar mengambil obatnya. Hye Won
menolak dengan wajah sinis. Eun seob memaksa, tapi Hye Won pun menolak karena
tidak akan minum obat lalu pamit pergi.
“Hae
Won.. Bawa saja” ucap Eun Seob. Hye Won tetap tak mau menurutnya Kondisi Eun
Seob membaik tanpa minum obat.
“Aku juga
tidak akan minum obat. Aku akan merasa lebih baik setelah tidur nyenyak.” Kata Hye
Won.
“Ambil
saja... Kumohon” kata Eun Seob. Hey Won pun bertanya Lalu apa yang akan Eun Seob bisa melakukan
sebagai balasannya
“Jika aku
minum obat ini, apa yang akan kau lakukan untukku sebagai balasannya?” ucap Hye
Won
“Aku harus
melakukan sesuatu sebagai balasannya?” tanya Eun Seob. Hye Won membenarkan.
“Aku mau
kau melakukan sesuatu.” Ucap Hye Won. Eun Seob ingin tahu contohnya.
“Misalnya,
kau bisa memberiku jawaban atas pengakuanku. Aku mau jawabanmu. Bisakah kau
melakukan itu untukku?” ucap Hye Won. Keduanya hanya terdiam dibawa lampu yang
kembali terang setelah diperbaiki oleh Eun Seob.
Hye Won pulang
ke rumah membawa obat dan menaruhnya diatas, meja lalu pergi ke lemari melihat
jaketnya. Setelah itu terdiam mengingat yang dikatakan Eun Seob.
“Maafkan
aku... Aku sungguh minta maaf.” Ucap Eun Seob. Hye Won hanya bisa menangis
karena ternyata Eun Seob tak bisa menerima perasanya.
Eun Seob
pulang ke rumah mengingat yang dikatakan Hye Won saat reuni “Aku menyukaimu, Eun Seop.” Ia mengingat saat
sekolah melihat Hye Won yang sedang memperbaiki sepedanya tapi mencoba
mengacuhkan dan akhirnya menyesal karena Yeong Woo yang membantunya.
Saat hujan
lebat, Hye Won kebingungan didepan sekolah. Eun Seob menatapnya dari jendela
kelas dan melihat Bo Yeong datang memberikan payung pada Hye Won. Saat itu Eun
Seob memegang payung seperti ingin memberikan pada Hye Won tapi terlambat.
Hye Won
pun terlihat marah dengan ucapan Eun Seob mengambil obat dan pergi. Eun Seob
hanya bisa diam saja seperti tak ingin mengakui perasaan yang sebenarnya.
Pagi
hari, Tuan Lim mengambil jaket dari lemari. Hwi berteriak memanggil ibunya
bertanya Di mana bukunya. Ibunya bingung Buku apa. Hwi memberitahu kalau itu
buku yang harus dibaca pekan ini. Jadi harus membawanya ke sekolah, tapi tidak
bisa ditemukan.
“Bukankah
kau memberikannya kepada Eun Seop? Kau meminta dia membaca dan menceritakannya
kepadamu.” Ucap Nyonya Yun.
“Benar.
Bagaimana ini? Aku harus bagaimana sekarang?” kata Hwi panik. Tuan Lim pikir
sudah pasti akan menelepon Eun Seop.
“Baiklah.
Aku akan berkemas.” Kata Hwi lalu bergegas masuk dan ayahnya pun menelp Eun
Seob.
Tuan Lim
membahas tentang buku yang diberikan Hwi
kepadanya tempo hari. Eun Seob membahas kalau yang dimaksud novel itu dan bertanya Apa judulnya. Tuan Lim
pun bertanya pada Hwi judul bukunya. Hwi menjawab “Rye sesuatu...”
“Dia
bilang, "Rye sesuatu".kata Tuan Lim. Eun Seob tahu judulnya. "The Catcher in the Rye" Tuan Lim
membenarkan.
“Baiklah...
Aku bisa berlari cepat ke sana.” Kata Eun Seob. Tuan Lim mengerti dan terlihat gugup.
“Apa
katanya? Di mana bukunya? Dia membawanya kemari? Apa katanya? Aku terburu-buru.”
Tanya Hwi penasaran.
“Masalahnya.....
Ayah, aku sungguh tidak mau ada hukuman lagi. Hidupku akan berakhir.” Kata Tuan
Lim. Hwi ingin tahu apa sebenarnya.
“Ada di
pegunungan. Ada di ranselnya yang dia tinggalkan di pegunungan. Dia tidak
mengembalikannya waktu itu...” kata Tun Lim
“Terserah.
Suruh dia mengambilnya sekarang. Suruh dia merangkak ke gunung seperti tupai
sekarang.” Ucap Hwi panik. Tuan Lim pun seperti ragu.
“Tidak!..
Tidak akan pernah! Dia tidak boleh mendaki gunung itu... Tidak boleh... Tidak
akan pernah.!!” Teriak Nyonya Yun masuk ke dalam rumah. Hwi mengeluh dengan
ibunya.
Hye Won
menatap ke arah jendela seperti enggan untuk datang ke toko buku. Sementara Nyonya
Yun datang langsung melarang Eun Seob pergi. Eun Seob bingung.
Nyonya
Yun menegaskan kalau akan bertanggung jawab atas apa yang terjadi kepada Hwi
jadi Eun Seob tidak boleh naik ke sana, Eun Seob mencoba menyakinkan.
“Kamu
sudah berjanji kepada Ibu, ingat? Kamu berjanji tidak akan ke sana lagi, bukan?”
ucap Nyonya Yun. Eun Seob membenarkan dan mencoba menyakinkan.
“Bagaimana
kalau ibu yang pergi? Bagaimana? Atau kita berdua pergi ...” kata Nyonya Yun
“Ibu
tidak boleh pergi ke sana.”ucap Eun Seob. Nyonya Yun pun meminta agar Eun Seob jangan
pergi ke sana sama sekali.
Hye Won
saat itu baru saja datang melihat Nyonya Yun didalam toko. Nyonya Yun menyapa
Hye Won dan bertanya apa punya waktu sekarang dan sibuk. Eun Seob panik menarik
ibunya agar bicara saja denganya. Nyonya Yun tak peduli ingin bicara dengan Hye
Won
“Situasinya
tidak tepat.” Ucap Eun Seo. Nyonya Yun tak peduli tetap ingin bicara dengan Hye
Won. Hye Won pun terlihat bingung. Eun Soeb menarik ibunya agar Bicara saja
kepadanya.
Hye Won
akhirnya keluar dari toko, Eun Seob ikut
keluar lalu meminta agar melupakan perkataan ibunya yang khawatir
karenatiba-tiba menghilang jadi meminta Hye Won agar menemaninya.
“Aku bisa
pergi ke sana sendirian. Aku akan memberi tahu ibuku bahwa kau pergi denganku.”
Ucap Eun Seob.
“Eun
Seop... Kita bisa melakukan itu, tapi aku tidak pernah berbohong seperti itu
sebelumnya. Aku akan ikut denganmu. Itu bukan masalah besar.” Kata Hye Won lalu
melangkah pergi.
Keduanya
pun berjalan ke hutan dalam diam, Hye Won melihat sesuatu lalu bertanya apakah
Eun Seob tahu kalau ada disini. Eun Seub
membenarkan. Hye Won pikir ini Seperti kuburan. Eun Seob memberitahu kalau Di
sinilah kecurigaan menjadi kenyataan.
“Kecurigaan?”
tanya Hye Won bingung. Eun Seob menjawab
Jika curiga sesuatu akan terjadi saat berdiri di sini, itu sering kali
menjadi kenyataan.
Flash Back
Eun Seob
berjalan pulang dengan teman-temanya, saat itu Nyonya Lim dan Hwi menunggu
didepan pintu dengan wajah terlihat gugup.
“Kurasa saat di SMA... Aku mengkhawatirkan
ayahku menggunakan kultivator.”
Eun Seob
menyapa Hwi dan juga Nyonya Lim bertanya ada apa datang ke sekolahnya. Nyonya
Yun memberitahu Kultivator ayah Eun
Seob. Eun Seob langsung berlari dengan sangat kencang.
“Pada akhirnya, dia terluka... Itu
menakutkan. Itu artinya kemalangan akan benar-benar terjadi.. Tidak. Terkadang,
kecurigaan baik juga menjadi kenyataan.”
Eun Seob
duduk di tempat B3 saat pemilih tempat duduk. Eun Sil bertanya dimana Hye Wo
duduk. Hye Won menunjuk akan duduk di C3 lalu duduk tempat disamping Eun Seob.
Eun Seob hanya terdiam melihat senyuman Hye Won yang duduk disampingnya.
Hye Won
mengaku belum pernah melihat batu nisan dengan Tanggal kelahiran dan kematian
orang ini tidak diketahui. Eun Seob pun memperingatakan Hye Won Jangan
mencurigai apa pun karena nanti bisa terwujud sambil merapihkan kuburan dari
daun.
Akhirnya
Hye Won pun sampai di rumah dan Eun Seob kedalam mengambil buku. Hye Won
melihat ada tebing diatas dan memberitahu Eun Seob karena bisa kembali lebih
dahulu dan melihat Puncak sudah di sebelah sana jadi ingin melihatnya.
Hye Won
akhirnya berjalan sendiri, Eun Seob melihat Hye Won mengunakan sepatu biasa
bukan sepatu gunung. Hye Won menyebrangi sungai, saat itu Eun Seob datang masuk
ke sungai lebih dulu mengulurkan tangan.
“Ini licin...
Jadi Pegang tanganku.” Ucap Eun Seob. Hye Won terdiam tapi akhirnya memegang
tangan Eun Seob menyeberangi sungai.
Keduanya akhirnya
sampai diatas, Hye Won mengaku tidak
tahu hanya butuh satu jam untuk melihat pemandangan ini yang menurutnya sangat
indah. Eun Seob hanya bisa diam saja. Hye Won mengaku sejujurnya, tidak bisa
menatap mata Eun Seob secara langsung.
“Aku
hanya perlu menerima kenyataan bahwa kau tidak menyukaiku. Tapi ini sangat sulit
bagiku. Maafkan aku.” Ucap Hye Won menahan air matanya. Eun Seob pikir tak
perlu seperti itu.
“Kau
orang yang hangat... Kau begitu hangat kepadaku.” ungkap Hye Won mengingat
kenangan dengan Eun Seob.
Saat
pertama kali datang ke rumahnya. Eun Seob memberikan banyak selimut agar tak
kedinginan. Eun Seob juga mengantarnya pulang. Hye Won pun terlihat sangat
bahagia saat lampu dijalan sudah menyala kembali.
“Kurasa
itu sebabnya aku mencurigai perasaanmu kepadaku. Tapi aku tidak akan melakukan
itu lagi. Karena kau melarangku, aku tidak akan mencurigai apa pun... Tidak
akan pernah... Tapi Eun Seop... Lupakan saja. Ayo pergi.” ucap Hye Won memilih
untuk pergi.
Saat itu
tangan Eun Seob menahan Hye Won untuk pergi. Hye Won bingung. Eun Seob
menjatuhkan tasnya lalu mencium Hye Won seperti mengutarkan semua perasaan yang
hanya dipendamnya selama ini.
Flash Back
Bibi Sim
bercerita kalau Burung biru memang ada. Hae Won mengeluh meminta agar Jangan
berbohong. Bibi Sim yakin kalau Itu bukan kebohongan dan bisa bisa memercayainya.
Hye Won pikir bibinya itubelum pernah melihatnya.
“Itu
karena kau biasanya tidak bisa melihatnya. Tapi Terkadang muncul.” Ucap Bibi
Sim.
“Bagaimana
rupanya?” tanya Hye Won. Bibi Sim menjawab Seperti keajaiban. Hye Won bingung
apa itu Keajaiban.
***
Eun Seob
melepaskan ciuman lalu keduanya saling menatap, Hye Won seperti tak percaya
kalau Eun Seob ternyata menerima perasaan cintanya dan menjawab dengan ciumanya. Keduanya pun kembali
berciuan diatas tebing.
“Kecurigaanku benar-benar menjadi kenyataan.”
Gumam Hye Won
“ Saat sesuatu yang kau yakini mustahil terwujud menjadi kenyataan.
Siapa yang mewujudkannya? Burung biru itu. Selalu saja burung biru di sisimu
yang melakukannya. Itu mewujudkan keajaiban.” Ucap Sang bibi.
"Unggahan Blog Pribadi Toko Buku Selamat
Malam"
"Ada hal-hal yang lebih jelas terlihat
saat kau sendirian. Tidak buruk belajar dari kesepian. Makin sedikit yang kamu
harapkan, hari-harimu makin tenang. Sangat menyakitkan saat menginginkan
sesuatu Tapi tidak menyakitkan jika tidak punya hasrat”
“Aku mencium Irene di gunung. Aku hampir
pingsan Aku tidak bisa bercanda lagi, yang artinya serius Kini dialah yang
terpenting bagiku"
***
Bersambung ke episode 9
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Gomawo eonni. Uda liat drama nya tetep aja penasaran sama sinopsisnya ❤🙏
BalasHapus