PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Rabu, 18 Maret 2020

Sinopsis When the Weather is Fine Episode 6 Part 1

PS : All images credit and content copyright : JBTC

Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe bulan ini 
Musim semi disebuah sekolah, banyak pelajar yang lalu lalang berjalan dengan temanya. Saat itu Hye Won berjalan sendirian melihat lokernya, saat itu temanya memanggil meminta agar membawa ke ruangan. Gimnasium.
“Hei. Siapa yang menyuruh kalian  bermain bola di dalam ruangan?” teriak temanya marah melihat mereka bermain di ruangan kelas.
“Teman-teman! Tidak ada pertemuan  akhir hari ini. Kita bisa pulang.” Ucap seorang dalam ruangan olahraga.
Beberapa anak pun berlari keluar dari ruangan gym, Hye Won pun menyingkir karena tak ingin tertabrak. Saat itu Young Hoon sedang memegang kayu meliha Hye Won yang datang langsung memanggilnya. Hye Won kaget kalau Oh Yeong Woo.yang mengenalnya. 


“Tunggu sebentar... Kau Mok Hye Won.” Ucap Young Hoon kembali. Hye Won kaget melihat teman SMAnya datang. Eun Seob pun menatap keduanya.
“Aku agak tersesat sekarang. Kau tahu di mana balai desa?” ucap Oh Yeong Woo.
“Kau salah tempat.” Ucap Eun Seob. Yeong Woo mengerti dan ingin tahu dimana balai desa. Eun Seob pun akan mengantarnya. Sementara Hye Won masih terdiam melihat Yeong Woo datang ke desa.
"Episode 6. Mencari Sang Legenda"

Flash Back
Bo Yeong berjalan dengan Hye Won, terlihat kaget kalau Choi Young Hoon mengajaknya berkencan. Hye Won membenarkan. Bo Yeong pun ingin tahu kelanjutanya dan apa yang dikatakan Hye Won. Hye Won hanya diam saja terlihat bingung.
“Bagaimana? Choi Young Hoon tidak buruk. Ayahnya dokter di RS Kota Hyecheon. Dia bahkan seorang manajer.” Ucap Bo Yeong
“Kau tahu segalanya, ya?” ejek Hye Won. Bo Yeong pikir Hye Won harus tahu tiga pria terbaik di sekolah mereka. Hye Won bingung.
“Choi Young Hoon adalah nomor tiga di antara mereka. Kau telah menyia-nyiakan keberuntunganmu.” Ucap Bo Yeong 

“Tidak terlihat seperti itu bagiku.” Kata Hye Won seperti tak begitu suka dengan pria yang terlalu terkenal.
“Apa Kau tidak ingin tahu siapa dua terbaik?” ucap Bo Yeong. Hye Wong mengaku tak ingin.
“Ayolah... Kau tetap harus tahu karena semua orang di sekolah kita tahu. Pertama, dia salah satu dari dua teratas...Lee Jang Woo.”ucap Bo Yeong menunjuk ke arah Jang Woo yang sedang berjalan dengan teman lalu memberikan salam pada guru dengan sopan.
“Dia selalu menjadi murid terbaik dengan nilai sempurna dan dia bahkan ketua OSIS kita. Ayahnya adalah anggota dewan kota.” Ucap Bo Yeong. Hye Won mengerti tapi seperti tak begitu tertarik.
“Bukankah ini menarik?”ucap Bo Yeong. Hye Won mengaku tidak juga.  Bo Yeong heran karena menurutnya itu sangat menarik.

“Baiklah. Saatnya mengungkap pria nomor satu. Dia biasanya berada di sekitar sini... Coba liat Di sana. Itu dia.” Ucap Bo Yeong menunjuk ke arah Yeong Woo seperti anak berandal yang suka menindas.
“Dia agak menakutkan.” Ucap Hye Won. Bo Yeong juga berpikir seperti itu kalau juga menakutkan.
“Tapi dia nomor satu. Namanya Oh Yeong Woo. Dia juga pindah dari Seoul. Dia langsung menjadi nomor satu setelah dipindahkan. Aku tidak tahu pekerjaan orang tuanya, tapi dia sangat tampan.” Ungkap Bo Yeong. Hye Won hanya menatapnya seperti tak peduli.
“Omong-omong, aku menyukai orang lain.” Aku Bo Yeong, Hye Won tak percaya ingin tahu siapa orangnya.
“Ayolah, beri tahu aku. Siapa yang kamu sukai?” rengek Hye Won. Bo Yeong menjawab Ini rahasia. Hye Won mengeluh. Bo Yeong meminta agar bersabar dan akan memberitahu.
“Lupakan saja. Kau tidak perlu memberitahuku.” Kata Hye Won. Bo Yeong tertawa melihat Hye Won seperti marah. Hye Won mengelak. 

Hye Won dan Bo Yeong berjalan pulang bersama, lalu tiba-tiba terdengar suara berteriak “Hei, Mok Hye Won!” Keduanya menengok tapi tak ada orang yang seperti memanggilnya. Hye Won pun memilih untuk pergi dan tak mengubrisnya.
Hye Won membuka loker, kembali mendengar suara yang memanggilnya. Ia mencoba mencari asa suara tapi tak ada siapapun. Hye Won dan Bo Yeong berjalan bersama saat istirahat, lalu kembali mendengar seseorang seperti memanggilnya.
“Apa yang terjadi?”ucap Bo Yeong bingung. Hye Won juga tak tahu. Bo Yeong heran karena pernah terjadi juga. Saat itu terlihat Yeong Woo berjalan tak jauh dari keduanya.
“Hei.. Bo Yeong, kamu mengerjakan PR?” tanya Hye Won berjalan ke arah meja Bo Yeong. Bo Yeong mengak belum.
“Hei.. Mok Hae Won, dia ingin menemuimu.” Ucap salah satu teman pria Hye Won. Hye Won bertanya siapa.
“Oh Yeong Woo.” Kata Si pria lalu bergegas pergi mengejar temanya yang menjahilinya. Hye Won terlihat bingung.
“Oh Yeong Woo? Oh Yeong Woo yang itu? Pria paling populer di sekolah kita? Kenapa dia ingin bertemu denganmu? Kenapa?” ucap Bo Yeong kaget.
“Aku juga tidak tahu.” Kata Hye Won. Bo Yeong menyuruh agar bersiap. Hye Won mencoba untuk tak peduli. 


Hye Won berjalan sendirian melihat tempat Yeong Woo sudah menunggu. Yeong Woo sedang dengan anak lainya, seperti seorang preman yang sdang memberikan pelajaran pada teman lainya. Hye Won hanya menatap dalam diam.
Yeong Woo melihat Hye Won datang dan menyuruhnya naik ke atas tangga saja. Hye Won menatap dengan wajah ketakutan malah memilih untuk melangkah mundur. Yeong Woo bingung dan mengejarnya tapi Hye Won memilih untuk pergi. 

Hye Won dan Bo Yeong berjalan pulang bersama, saat itu Bo Yeong melihat busnya datang dan pamit pergi lebih dulu. Hye Won pun melambaikan tanganya, saat itu Yeong Woo datang dengan kayu untuk eskul, tapi seperti sengaja akan mengenai wajah Hye Won.
Hye Won pun mencoba menghindar dan hanya bisa menatap jauh. Esok harinya, Bo Yeong dan Hye Won baru saja membuang sampah melihat Yeong Woo duduk seperti sedang mengoda dengan seorang gadis. Bo Yeong heran dengan sikap Yeong Woo karena berpikir tertarik pada Hye Won.
“Tidak, dia tidak pernah.” Ucap Hye Won. Bo Yeong tak percaya menurutnya kalau Yeong Woo itu tertarik pada Hye Won.
“Dia mengirim teman-temannya untuk bilang ingin menemuimu, kan?” kata  Bo Yeong. Hye Won tak ingin membahasnya mengajak Bo Yeong pergi saja. Bo Yeong mengelu kalau ini sangat menyebalkan sekali.

Sepeda Hye Won rusak dan mencoba memperbaikinya, Eun Seob melihat dari kejauhan. Saat itu Jang Woo melihat Eun Seob memanggilnya bertanya apakah mau pulang sekarang. Eun seob memilih untuk kabur. Jae Woo pun mengejarnya.
“Eun Seop... Ibuku terus bilang dia mau aku segera menikah. Usiaku baru 18 tahun. Apa itu masuk akal? Aku tahu dia ingin segera punya cucu. Dia mau aku menikah begitu mulai kuliah. Dia bilang aku harus punya anak sebanyak mungkin.” Cerita Jang Woo.
“Ibuku sangat ingin menjadi nenek. Aku mengerti semua itu, tapi itu berlebihan. Maksudku, aku masih remaja. Bukankah ibuku keterlaluan?” keluh Jang Woo
Saat itu Eun Seob tiba-tiba berhenti, Jae Woo bingung bertanya ada apa. Eun Seob menyuruh Jang Woo pergi dulu saja dan memberikan sepedanya. Jang Woo binggung karena itu sepeda Eun Seob. Eun Seob tak peduli langsung meninggalkanya. Jang Woo akhirnya menuntun sepeda karena ak bisa menaiki sepeda. 


Eun Seob berlari ke tempat parkiran sepeda, seperti ingin membantu Hye Won, tapi saat itu sudah ada Yeong Woo menyinari dengan senter dari ponselnya. Eun Seob seperti kecewa karena sudah terlambat. Yeong Woo yang terpaksa bertanya apakah sudah selesai.
Hye Won berusaha memperbaiki rantai sepedannya. Yeong Woo mengeuh menyuruh agar Hye Won lebih cepat. Hye Won pun berusaha memperbaikinya, akhirnya selesai juga. Yeong Woo melihat Eun Seob yang langsung pergi. Hye Won melihat sepedanya sudah kembali normal mengucapkan terima kasih.

Hye Won membaha kalau merasa Yeong Woo datang untuk reuni. Eun Seob juga berpikir seperti itu.  Hye Won pikir banyak orang datang untuk reuni itu. En Seob pikir kalau itu mungkin saja. Hye Won juga merasa Toko buku juga akan sibuk. Eun Seob membenarkan seolah tak ada gairah hidup.
“Selamat malam.” Ucap Eun Seob masuk kamar. Hye Won menganguk dan hanya diam saja. Melihat sikap Eun Seob yang berubah. 

Hwi berlari menarik earphone temanya memanggil Kwon Hyun Ji, memberitahu kalau sudah memutuskan. Hyun Ji bingung masalah apa. Hwi mengaku sudah merelakan Kim Young Soo. Hyun Ji pun tak peduli dan tak pecaya.
“Hei, aku serius. Aku benar-benar memutuskan untuk merelakannya.” Ucap Hwi
“Kenapa tiba-tiba berubah pikiran?” tanya Hyun Ji heran. Hwi menceritakan kejadian kemarin.
“Kemarin, saat si perisak hendak memukuliku, dia tiba-tiba muncul dan menyelamatkanku.” Cerita Hwi.
“Bukankah itu akan membuatmu makin jatuh cinta kepadanya?”kata Hyun Ji heran
“Astaga. Hei, harga diriku adalah segalanya.” Tegas Hwi. Hyun Ji tak mengerti maksudnya.
“Aku bisa menyelamatkan diri sendiri.” Ucap Hwi.Hyun Ji mengeluh kalau itu hanya  Omong kosong.
“Jadi Bantu aku tingkatkan semangatku di mesin capit nanti.” ucap Hwi. Hyun Ju mengeluh kalau siapa yang masih pergi kesana.
“Orang buangan tidak mengikuti tren.” Kata Hwi lalu mengayuh sepedanya lebih dulu. Saat itu terliha spanduk besar didepan sekolah  "Reuni Gabungan Hari Jadi ke-50 SMA Hyecheon"


“Tinggal di perdesaan ini terasa membosankan. Dari musim semi dan musim panas hingga musim gugur dan musim dingin, hal yang sama terjadi selama empat musim.”
Beberapa orang nenek berjalan dengan trolly membawa barang dan seorang kakek membantu karena ada barang yang terjatuh. Nyonya Jang sibuk dengan banyak pasien yang datang memeriksa keadaanya dan melihat kakek yang datang karena sakit punggung lagi.
“Kau bertemu orang yang sama. Segalanya menjadi hidup di kota kecil ini dua kali setahun. Ini sekitar Tahun Baru dan Chuseok.”
Nyonya Jang pun memberikan obat dan meminta agar meminumnya hanya saat rasa sakitnya kambuh. Saat itu Yeong Woo pun masuk seperti baru pertama kali datang ke apotik kota. 

Tuan Bae menunggu dihalte terlihat sangat gugup, saat itu seorang wanita dan anak laki-laki turun dari bus. Mereka pun saling berpelukan seperti baru saja berkumpul kembali dan meluapkan rasa rindu.
“Hanya beberapa kali orang-orang mengunjungi kota ini. Tapi ini bukan Tahun Baru dan Chuseok.. Benar. Keadaan di kota kecil ini terasa cukup ramai.”
Bus jurusan "Hyecheon, Seoul" beberapa orang turun dengan barang bawan yang banyak seperti mengunjungi kampung halaman dan terlihat sangat bahagia. Sebuah poster ditempel kalau akan ada acara reuni besar-besaran.
“Itu karena reuni gabungan yang diadakan sebentar lagi.” 

Bibi Sim datang ke apotik. Nyonya Jang pun memberikan obat agar bibi Sim bisa meminunya sekarang. Bibi Sim langsung meminumnya. Nyonya Jang pikir kalau Bibi Sim tidak bisa terus begini tapi harus ke dokter dan melakukan diagnosis.
“Kau harus mencari tahu kenapa kau terus sakit kepala.” Jelas Nyonya Jang. Bibi Sim menganguk mengerti dan akan mengingatnya.
“Omong-omong, Apa kau tidak akan menghadiri reuni? Kau juga bersekolah di sana.” Ucap Nyonya Jang. Bibi Sim membenarkan.
“Tapi aku tidak berencana menghadiri reuni.” Ucap Bibi Sim. Nyonya Jang heran kenapa bibi Sim tak mau datang.
“Aku mendengar dari selentingan kau cukup terkenal di sekolah.” Kata Nyonya Jang.
“Aku tidak ingin menunjukkan gadis populer hidup seperti pecundang sekarang. Reuni tidak cocok untuk orang sepertiku. Reuni hanya untuk orang-orang itu.” Ucap Bibi Sim melirik ke arah luar apotik.
“Tidak peduli seperti apa masa lalu mereka, setidaknya mereka sukses sekarang.” Ucap Bibi Sim melihat Tuan Park Hin Dol menyapa dua pria seperti akan jadi kolega bisnisnya. 

Eun Seob memberikan surat  "Dari Park Hin Dol, Kepada Shim Myeong Ju" Tuan Park heran Eun Seob yang membawa surat itu. Eun Seo mengaku  kalau Nyonya Si tidak tahu alamat Tuan Park , jadi memintanya untuk mengembalikan pada Tuan Park. Tuan Park menganguk mengerti.
“Omong-omong, apa dia mengatakan hal lain?” ucap Tuan Park penasaran.  Eun Seob terdiam mengingat yang dikatakan Nyonya Sim. 

Flash Back
“Ada yang ingin kukatakan kepadanya. Bisa sampaikan pesan itu?” ucap Nyonya Sim.
“Tidak... Kurasa aku tidak bisa melakukan itu.” Ucap Eun Seob menolaknya.
“Tidak... Dia tidak mengatakan hal lain.” Ucap Eun Seob berbohong. Tuan Park pun percaya.
“Dia mau aku menyampaikan pesan.” Akui Eun Seo mengingat kembali saatbertanya apakah Itu bukan kabar baik. Nyonya Sim membenarkan.
“Tapi.... Maaf, Pak Park.” Kata Eun Seob merasa tak enak hati. Tuan Park mengerti merasa Eun Seob tidak perlu meminta maaf.
“Terima kasih sudah mengantar surat ini. Kalau begitu... Sampai jumpa lagi.” Kata Tuan Park lalu bergegas pergi  meninggalkan cafe. 

Eun Seob berdiri dan saat itu Bo Yeong datang,  Bo Yeong mengaku kalau  hanya lewat dan melihat Eun Seob dan meminta izin untuk duduk. Eun Seob pun hanya diam saja. Sementara di kamar Hye Won sedang membereskan barang-barang ke dalam tasnya dan juga buku "Andai Aku Bisa Menjadi Biasa Sehari Saja"
Hye Won akhirnya turun dari lantai satu ke toko buku dan kaget melihat Yeong Woo sudah ada dilantai satu. Yeong Woo heran bertanya Sedang apa Hye Won di toko buku dan apakah tinggal disana.
“Tidak, aku tinggal di Rumah Hodu.”ucap Hye Won. Yeong Woo mengaku sudah tahu.
“Tapi Boleh minta kopi?” kata Yeong Woo melihat ada mesin kopi. Hye Won menganguk mengerti.
“Apa Kau datang untuk membeli buku?” tanya Hye Won. Yeong Woo mengaku bukan.
Hye Won pun ingin tahu alasanya tapi bingung dengan mesin kopi yang tak pernah digunakan selain Eun Seob. Yeong Woo melihatnya bertanya apakah Hye Won tidak tahu cara membuatnya. Hye Won mengaku biasanya bukan ia yang membuatnya.
Yeong Woo pun menyuruh Hye Won duduk saja, dan tanganya langsung membuat kopi dengan mesin dan membawakan dua cangkir kopi diatas meja.  Hye Won pikir Jika Yeong Woo tidak mau membeli buku, kenapa... Tapi Yeong Woo lebih dulu bicara seperti ada rasa penasaran.
“Kenapa kau di toko ini jika tidak tinggal di sini?” ucap Yeong Woo. Hye Won mengaku sedang bekerja di sini.
“Lalu kenapa...” ucap Hye Won. Yeong Woo mengambil kertas dan langsung menuliskan nomor. Hye Won bingung apa maksudnya.
“Nomorku.. Kau bisa Simpan itu.”kata Yeong Woo. Hye won mengaku tidak punya ponsel. Yeong Woo kaget mendengarnya.
“Aku membuangnya.” Akui Hye Won. Yeong Woo makin kaget Hye Won yang membuangnya.
“Apa Kau kemari untuk memberiku ini?”tanya Hye Won memastikan. Yeong Woo membenarkan. Hye Won kaget dan tak percaya
“Aku kemari untuk memberimu ini.” Akui Yeong Woo. Hye Won masih tak percaya dan kembali ingin memastikan.
“Kau belum berubah sedikit pun, Hye Won... Aku juga... Semuanya masih sama bagiku.” Ucap Yeong Woo. Hye Won tak mengerti maksudnya.
“Perasaanku.” Akui Yeong Woo. Hye Won hanya bisa terdiam. Yeong Woo pun pamit pergi dan meminta Hye Won agar memikirkannya dan menghubunginya. 




Hwi berlari dengan Seung Hoo seperti terburu-buru, saat itu Eun Seob baru datang, Hwi mengeluh dengan sang kakaknyayang datang lama sekali pada mereka sangat sibuk di sini.
“Apa Kau lihat betapa pucat wajahku? Cepat parkir.” Ucap Hwi dan terdengar teriakan ibunya memanggil Hwi cepat datang.
“Ada orang yang menunggu. Ayo.” Ucap Hwi bergegas pergi ke ladang yang  dijadikan tempat ski.
Eun Seob didalam mobil terlihat bingung tapi akhirnya melihat keluaganya sangat sibuk di ladang. 

Hye Won berjaga sendirian di "Toko Buku Good Night" Eun Seob akhirnya pulang dimalam hari. Hye Won pun menyapanya. Eun Seob bertanya Bagaimana hari Hye Won di toko buku. Hye Won memberitahu kalau ada tiga orang datang.
“Kita harus berterima kasih kepada Jang Woo. Semua yang datang hari ini berasal dari luar kota. Aku tidak tahu acara seperti ini akan menarik banyak orang.” Ucap Hye Won. Eun Seob pikir seperti itu.
“Area seluncur juga sangat sibuk hari ini. Kau Naik dan beristirahatlah. Biar kuselesaikan. Apa Kau lapar?” ucap Eun Seob melepaskan jaketnya.
“Aku akan pulang hari ini.” Kata Hye Won. Eun Seob mengerti dan mencoba menutupi rasa kecewa
“Terima kasih untuk semuanya... Aku pergi sekarang.” Ucap HyeWon. Eun Seob menganguk mengerti
Hye Won berjalan sendiran dan saat itu melihat ada sinar lampu dibelakangnya. Eun Seob datang membawa senter mengatakan kalau Gelap dan membawakan tas Hye Won juga. Hye Won tersenyum melihat Eun Seob yang datang.
Hye Won akhirnya sampai di depan "Rumah Hodu" dan pamit untuk masuk sekarang. Eun Seob menganguk memberikan tasnya,  Hye Won pun mengucapkan Terima kasih lalu pamit masuk lebih dulu. Eun Seob melihat jarak rumah Hye Won dan toko bukunya cukup dekat.
Hye Won akan pulang tapi rumahnya masih kosong. Eun Seob akhirnya kembali ke toko buku melihat sekeliling rumah, seperti merasa kehilangan Hye Won dan jejaknya dalam rumahnya. 

Bus dari Seoul datang dan banyak orang yang turun dan terlihat spanduk  "Reuni Gabungan SMA Hyecheon” beberapa anak pun mengejar bus yang akan pergi. Di rumah, Nyonya Choi sedang bersiap-siap, sang anak mengeluh meminta agar membelikan jaket.
“Ayolah, Ibu... Aku harus memakainya agar terlihat cantik di foto.” Keluh sang anak.
“Jaket atau apa pun itu, tidak hari ini.” Tegas Nyonya Choi. Sang anak merengek terus pada ibunya.
“Karena ibu sibuk hari ini... Ini hari yang penting.” Ucap Nyonya Choi bahagia.
 Di rumah, Tuan Bae juga sudah bersiap di depan cermin terlihat sangat bahagia lalu keluar dari toko lampu. Sementara Hyun Ji membawa banyak perlengkapan sambil mengeluh kenapa mereka mengadakan acara ini. Hwi pikir  Tanya Lee Jang Woo karena Dia yang merencanakannya.
“Entah apa yang dia rencanakan dengan mengumpulkan semua lulusan lama.” Keluh Hyun Ji
“Apa Kau tahu? Saat kita mengadakan reuni kelak, aku akan berdandan begitu cantik. Jadi, saat Kim Young Soo melihatku, dia akan berkata, "Astaga. 'Lim' seperti 'limbo', dan 'Hwi' seperti 'siulan'? Lim Hwi?”ucap Hwi penuh semangat
“Dia terlihat jauh lebih cantik sekarang. Seharusnya aku bersikap lebih baik kepadanya saat itu. Haruskah aku bicara dengannya sekarang?'" Lalu saat dia berbicara kepadaku, aku akan menolaknya.” Kata Hwi penuh semangat.
“Aku ragu itu akan terjadi.” Komentar Hyun Ji. Hwi pikir itu tujuan dari reuni
“Bertemu teman-temanmu dari masa lalu dan mengeluarkan emosi yang masih melekat. "Astaga, kau memesona. Apa? Kau juga. Bagaimana dengan kafe itu? Tempat itu tampak bagus." Di situlah kafe kami muncul. Lalu mereka akan membuka dompet.” Kata Hwi
“Omong-omong, Apa kau membawanya? Taplak meja. Kamu tidak lupa, bukan?” ucap Hyun Ji
“Tentu saja, aku membawanya. Kau menganggapku apa? Bagaimana mungkin aku lupa membawanya? Astaga. Habislah aku. Aku harus pulang. Sial.” Ucap Hwi bergegas pergi. Hyun Ji berteriak memanggil temanya. 


Bo Yeong baru saja keluar dari tempat kerjanya menerima telp dari ibunya. Seperti sang ibu meminta melakukan sesuatu. Bo Yeong meminta agar menyuruh Bo Guk melakukan itu karena ada reuni hari ini jadi akan pulang untuk berganti pakaian.
“Bo Guk berkeliaran di rumah. Kenapa Ibu bertanya...” ucap Bo Yeong dan akhirnya mengeluh karena telpnya di tutup.
Eun Seob terbangun dari tidurnya dengan bunyi pesan yang masuk. Jang Woo mengirimkan pesan
“Pesta reuni gabungan SMA Hyecheon akan diadakan di lapangan sekolah pukul 22.00 nanti. Karena ini pesta reuni gabungan pertama kita, semua lulusan SMA Hyecheon diundang. Semoga kalian bisa berpartisipasi untuk menghormati acara.”
Eun Seob tak peduli memilih untuk kembali tidur.
Bersambung ke part 2

Cek My Wattpad... Stalking 

      
Cek My You Tube Channel "ReviewDrama Korea"

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar