PS
: All images credit and content copyright : JBTC
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Musim
semi disebuah sekolah, banyak pelajar yang lalu lalang berjalan dengan temanya.
Saat itu Hye Won berjalan sendirian melihat lokernya, saat itu temanya
memanggil meminta agar membawa ke ruangan. Gimnasium.
“Hei.
Siapa yang menyuruh kalian bermain bola
di dalam ruangan?” teriak temanya marah melihat mereka bermain di ruangan
kelas.
“Teman-teman!
Tidak ada pertemuan akhir hari ini. Kita
bisa pulang.” Ucap seorang dalam ruangan olahraga.
Beberapa
anak pun berlari keluar dari ruangan gym, Hye Won pun menyingkir karena tak
ingin tertabrak. Saat itu Young Hoon sedang memegang kayu meliha Hye Won yang
datang langsung memanggilnya. Hye Won kaget kalau Oh Yeong Woo.yang
mengenalnya.
“Tunggu
sebentar... Kau Mok Hye Won.” Ucap Young Hoon kembali. Hye Won kaget melihat
teman SMAnya datang. Eun Seob pun menatap keduanya.
“Aku agak
tersesat sekarang. Kau tahu di mana balai desa?” ucap Oh Yeong Woo.
“Kau
salah tempat.” Ucap Eun Seob. Yeong Woo mengerti dan ingin tahu dimana balai
desa. Eun Seob pun akan mengantarnya. Sementara Hye Won masih terdiam melihat
Yeong Woo datang ke desa.
"Episode 6. Mencari Sang Legenda"
Flash Back
Bo Yeong
berjalan dengan Hye Won, terlihat kaget kalau Choi Young Hoon mengajaknya
berkencan. Hye Won membenarkan. Bo Yeong pun ingin tahu kelanjutanya dan apa
yang dikatakan Hye Won. Hye Won hanya diam saja terlihat bingung.
“Bagaimana?
Choi Young Hoon tidak buruk. Ayahnya dokter di RS Kota Hyecheon. Dia bahkan
seorang manajer.” Ucap Bo Yeong
“Kau tahu
segalanya, ya?” ejek Hye Won. Bo Yeong pikir Hye Won harus tahu tiga pria
terbaik di sekolah mereka. Hye Won bingung.
“Choi
Young Hoon adalah nomor tiga di antara mereka. Kau telah menyia-nyiakan
keberuntunganmu.” Ucap Bo Yeong
“Tidak
terlihat seperti itu bagiku.” Kata Hye Won seperti tak begitu suka dengan pria
yang terlalu terkenal.
“Apa Kau
tidak ingin tahu siapa dua terbaik?” ucap Bo Yeong. Hye Wong mengaku tak ingin.
“Ayolah...
Kau tetap harus tahu karena semua orang di sekolah kita tahu. Pertama, dia
salah satu dari dua teratas...Lee Jang Woo.”ucap Bo Yeong menunjuk ke arah Jang
Woo yang sedang berjalan dengan teman lalu memberikan salam pada guru dengan
sopan.
“Dia
selalu menjadi murid terbaik dengan nilai sempurna dan dia bahkan ketua OSIS
kita. Ayahnya adalah anggota dewan kota.” Ucap Bo Yeong. Hye Won mengerti tapi
seperti tak begitu tertarik.
“Bukankah
ini menarik?”ucap Bo Yeong. Hye Won mengaku tidak juga. Bo Yeong heran karena menurutnya itu sangat
menarik.
“Baiklah.
Saatnya mengungkap pria nomor satu. Dia biasanya berada di sekitar sini... Coba
liat Di sana. Itu dia.” Ucap Bo Yeong menunjuk ke arah Yeong Woo seperti anak
berandal yang suka menindas.
“Dia agak
menakutkan.” Ucap Hye Won. Bo Yeong juga berpikir seperti itu kalau juga
menakutkan.
“Tapi dia
nomor satu. Namanya Oh Yeong Woo. Dia juga pindah dari Seoul. Dia langsung
menjadi nomor satu setelah dipindahkan. Aku tidak tahu pekerjaan orang tuanya,
tapi dia sangat tampan.” Ungkap Bo Yeong. Hye Won hanya menatapnya seperti tak
peduli.
“Omong-omong,
aku menyukai orang lain.” Aku Bo Yeong, Hye Won tak percaya ingin tahu siapa
orangnya.
“Ayolah,
beri tahu aku. Siapa yang kamu sukai?” rengek Hye Won. Bo Yeong menjawab Ini
rahasia. Hye Won mengeluh. Bo Yeong meminta agar bersabar dan akan memberitahu.
“Lupakan
saja. Kau tidak perlu memberitahuku.” Kata Hye Won. Bo Yeong tertawa melihat
Hye Won seperti marah. Hye Won mengelak.
Hye Won
dan Bo Yeong berjalan pulang bersama, lalu tiba-tiba terdengar suara berteriak
“Hei, Mok Hye Won!” Keduanya menengok tapi tak ada orang yang seperti
memanggilnya. Hye Won pun memilih untuk pergi dan tak mengubrisnya.
Hye Won
membuka loker, kembali mendengar suara yang memanggilnya. Ia mencoba mencari
asa suara tapi tak ada siapapun. Hye Won dan Bo Yeong berjalan bersama saat istirahat,
lalu kembali mendengar seseorang seperti memanggilnya.
“Apa yang
terjadi?”ucap Bo Yeong bingung. Hye Won juga tak tahu. Bo Yeong heran karena
pernah terjadi juga. Saat itu terlihat Yeong Woo berjalan tak jauh dari
keduanya.
“Hei.. Bo
Yeong, kamu mengerjakan PR?” tanya Hye Won berjalan ke arah meja Bo Yeong. Bo
Yeong mengak belum.
“Hei.. Mok
Hae Won, dia ingin menemuimu.” Ucap salah satu teman pria Hye Won. Hye Won
bertanya siapa.
“Oh Yeong
Woo.” Kata Si pria lalu bergegas pergi mengejar temanya yang menjahilinya. Hye
Won terlihat bingung.
“Oh Yeong
Woo? Oh Yeong Woo yang itu? Pria paling populer di sekolah kita? Kenapa dia
ingin bertemu denganmu? Kenapa?” ucap Bo Yeong kaget.
“Aku juga
tidak tahu.” Kata Hye Won. Bo Yeong menyuruh agar bersiap. Hye Won mencoba
untuk tak peduli.
Hye Won
berjalan sendirian melihat tempat Yeong Woo sudah menunggu. Yeong Woo sedang
dengan anak lainya, seperti seorang preman yang sdang memberikan pelajaran pada
teman lainya. Hye Won hanya menatap dalam diam.
Yeong Woo
melihat Hye Won datang dan menyuruhnya naik ke atas tangga saja. Hye Won
menatap dengan wajah ketakutan malah memilih untuk melangkah mundur. Yeong Woo
bingung dan mengejarnya tapi Hye Won memilih untuk pergi.
Hye Won
dan Bo Yeong berjalan pulang bersama, saat itu Bo Yeong melihat busnya datang
dan pamit pergi lebih dulu. Hye Won pun melambaikan tanganya, saat itu Yeong
Woo datang dengan kayu untuk eskul, tapi seperti sengaja akan mengenai wajah
Hye Won.
Hye Won
pun mencoba menghindar dan hanya bisa menatap jauh. Esok harinya, Bo Yeong dan
Hye Won baru saja membuang sampah melihat Yeong Woo duduk seperti sedang
mengoda dengan seorang gadis. Bo Yeong heran dengan sikap Yeong Woo karena
berpikir tertarik pada Hye Won.
“Tidak,
dia tidak pernah.” Ucap Hye Won. Bo Yeong tak percaya menurutnya kalau Yeong
Woo itu tertarik pada Hye Won.
“Dia
mengirim teman-temannya untuk bilang ingin menemuimu, kan?” kata Bo Yeong. Hye Won tak ingin membahasnya
mengajak Bo Yeong pergi saja. Bo Yeong mengelu kalau ini sangat menyebalkan sekali.
Sepeda
Hye Won rusak dan mencoba memperbaikinya, Eun Seob melihat dari kejauhan. Saat
itu Jang Woo melihat Eun Seob memanggilnya bertanya apakah mau pulang sekarang.
Eun seob memilih untuk kabur. Jae Woo pun mengejarnya.
“Eun
Seop... Ibuku terus bilang dia mau aku segera menikah. Usiaku baru 18 tahun.
Apa itu masuk akal? Aku tahu dia ingin segera punya cucu. Dia mau aku menikah
begitu mulai kuliah. Dia bilang aku harus punya anak sebanyak mungkin.” Cerita
Jang Woo.
“Ibuku
sangat ingin menjadi nenek. Aku mengerti semua itu, tapi itu berlebihan.
Maksudku, aku masih remaja. Bukankah ibuku keterlaluan?” keluh Jang Woo
Saat itu
Eun Seob tiba-tiba berhenti, Jae Woo bingung bertanya ada apa. Eun Seob
menyuruh Jang Woo pergi dulu saja dan memberikan sepedanya. Jang Woo binggung
karena itu sepeda Eun Seob. Eun Seob tak peduli langsung meninggalkanya. Jang
Woo akhirnya menuntun sepeda karena ak bisa menaiki sepeda.
Eun Seob
berlari ke tempat parkiran sepeda, seperti ingin membantu Hye Won, tapi saat
itu sudah ada Yeong Woo menyinari dengan senter dari ponselnya. Eun Seob
seperti kecewa karena sudah terlambat. Yeong Woo yang terpaksa bertanya apakah
sudah selesai.
Hye Won
berusaha memperbaiki rantai sepedannya. Yeong Woo mengeuh menyuruh agar Hye Won
lebih cepat. Hye Won pun berusaha memperbaikinya, akhirnya selesai juga. Yeong
Woo melihat Eun Seob yang langsung pergi. Hye Won melihat sepedanya sudah
kembali normal mengucapkan terima kasih.
Hye Won
membaha kalau merasa Yeong Woo datang untuk reuni. Eun Seob juga berpikir
seperti itu. Hye Won pikir banyak orang
datang untuk reuni itu. En Seob pikir kalau itu mungkin saja. Hye Won juga
merasa Toko buku juga akan sibuk. Eun Seob membenarkan seolah tak ada gairah
hidup.
“Selamat
malam.” Ucap Eun Seob masuk kamar. Hye Won menganguk dan hanya diam saja.
Melihat sikap Eun Seob yang berubah.
Hwi
berlari menarik earphone temanya memanggil Kwon Hyun Ji, memberitahu kalau sudah
memutuskan. Hyun Ji bingung masalah apa. Hwi mengaku sudah merelakan Kim Young
Soo. Hyun Ji pun tak peduli dan tak pecaya.
“Hei, aku
serius. Aku benar-benar memutuskan untuk merelakannya.” Ucap Hwi
“Kenapa
tiba-tiba berubah pikiran?” tanya Hyun Ji heran. Hwi menceritakan kejadian
kemarin.
“Kemarin,
saat si perisak hendak memukuliku, dia tiba-tiba muncul dan menyelamatkanku.”
Cerita Hwi.
“Bukankah
itu akan membuatmu makin jatuh cinta kepadanya?”kata Hyun Ji heran
“Astaga.
Hei, harga diriku adalah segalanya.” Tegas Hwi. Hyun Ji tak mengerti maksudnya.
“Aku bisa
menyelamatkan diri sendiri.” Ucap Hwi.Hyun Ji mengeluh kalau itu hanya Omong kosong.
“Jadi Bantu
aku tingkatkan semangatku di mesin capit nanti.” ucap Hwi. Hyun Ju mengeluh
kalau siapa yang masih pergi kesana.
“Orang
buangan tidak mengikuti tren.” Kata Hwi lalu mengayuh sepedanya lebih dulu.
Saat itu terliha spanduk besar didepan sekolah
"Reuni Gabungan Hari Jadi ke-50 SMA Hyecheon"
“Tinggal di perdesaan ini terasa
membosankan. Dari musim semi dan musim panas hingga musim gugur dan musim
dingin, hal yang sama terjadi selama empat musim.”
Beberapa
orang nenek berjalan dengan trolly membawa barang dan seorang kakek membantu
karena ada barang yang terjatuh. Nyonya Jang sibuk dengan banyak pasien yang
datang memeriksa keadaanya dan melihat kakek yang datang karena sakit punggung
lagi.
“Kau bertemu orang yang sama.
Segalanya menjadi hidup di kota kecil ini dua kali setahun. Ini sekitar Tahun
Baru dan Chuseok.”
Nyonya
Jang pun memberikan obat dan meminta agar meminumnya hanya saat rasa sakitnya
kambuh. Saat itu Yeong Woo pun masuk seperti baru pertama kali datang ke apotik
kota.
Tuan Bae
menunggu dihalte terlihat sangat gugup, saat itu seorang wanita dan anak
laki-laki turun dari bus. Mereka pun saling berpelukan seperti baru saja
berkumpul kembali dan meluapkan rasa rindu.
“Hanya beberapa kali orang-orang
mengunjungi kota ini. Tapi ini bukan Tahun Baru dan Chuseok.. Benar. Keadaan di
kota kecil ini terasa cukup ramai.”
Bus
jurusan "Hyecheon, Seoul" beberapa orang turun dengan barang bawan
yang banyak seperti mengunjungi kampung halaman dan terlihat sangat bahagia.
Sebuah poster ditempel kalau akan ada acara reuni besar-besaran.
“Itu karena reuni gabungan yang
diadakan sebentar lagi.”
Bibi Sim
datang ke apotik. Nyonya Jang pun memberikan obat agar bibi Sim bisa meminunya
sekarang. Bibi Sim langsung meminumnya. Nyonya Jang pikir kalau Bibi Sim tidak
bisa terus begini tapi harus ke dokter dan melakukan diagnosis.
“Kau
harus mencari tahu kenapa kau terus sakit kepala.” Jelas Nyonya Jang. Bibi Sim menganguk
mengerti dan akan mengingatnya.
“Omong-omong,
Apa kau tidak akan menghadiri reuni? Kau juga bersekolah di sana.” Ucap Nyonya
Jang. Bibi Sim membenarkan.
“Tapi aku
tidak berencana menghadiri reuni.” Ucap Bibi Sim. Nyonya Jang heran kenapa bibi
Sim tak mau datang.
“Aku
mendengar dari selentingan kau cukup terkenal di sekolah.” Kata Nyonya Jang.
“Aku
tidak ingin menunjukkan gadis populer hidup seperti pecundang sekarang. Reuni
tidak cocok untuk orang sepertiku. Reuni hanya untuk orang-orang itu.” Ucap
Bibi Sim melirik ke arah luar apotik.
“Tidak
peduli seperti apa masa lalu mereka, setidaknya mereka sukses sekarang.” Ucap
Bibi Sim melihat Tuan Park Hin Dol menyapa dua pria seperti akan jadi kolega
bisnisnya.
Eun Seob
memberikan surat "Dari Park Hin
Dol, Kepada Shim Myeong Ju" Tuan Park heran Eun Seob yang membawa surat
itu. Eun Seo mengaku kalau Nyonya Si
tidak tahu alamat Tuan Park , jadi memintanya untuk mengembalikan pada Tuan
Park. Tuan Park menganguk mengerti.
“Omong-omong,
apa dia mengatakan hal lain?” ucap Tuan Park penasaran. Eun Seob terdiam mengingat yang dikatakan
Nyonya Sim.
Flash Back
“Ada yang
ingin kukatakan kepadanya. Bisa sampaikan pesan itu?” ucap Nyonya Sim.
“Tidak...
Kurasa aku tidak bisa melakukan itu.” Ucap Eun Seob menolaknya.
“Tidak...
Dia tidak mengatakan hal lain.” Ucap Eun Seob berbohong. Tuan Park pun percaya.
“Dia mau
aku menyampaikan pesan.” Akui Eun Seo mengingat kembali saatbertanya apakah Itu
bukan kabar baik. Nyonya Sim membenarkan.
“Tapi....
Maaf, Pak Park.” Kata Eun Seob merasa tak enak hati. Tuan Park mengerti merasa
Eun Seob tidak perlu meminta maaf.
“Terima kasih
sudah mengantar surat ini. Kalau begitu... Sampai jumpa lagi.” Kata Tuan Park
lalu bergegas pergi meninggalkan cafe.
Eun Seob
berdiri dan saat itu Bo Yeong datang, Bo
Yeong mengaku kalau hanya lewat dan
melihat Eun Seob dan meminta izin untuk duduk. Eun Seob pun hanya diam saja.
Sementara di kamar Hye Won sedang membereskan barang-barang ke dalam tasnya dan
juga buku "Andai Aku Bisa Menjadi Biasa Sehari Saja"
Hye Won
akhirnya turun dari lantai satu ke toko buku dan kaget melihat Yeong Woo sudah
ada dilantai satu. Yeong Woo heran bertanya Sedang apa Hye Won di toko buku dan
apakah tinggal disana.
“Tidak,
aku tinggal di Rumah Hodu.”ucap Hye Won. Yeong Woo mengaku sudah tahu.
“Tapi Boleh
minta kopi?” kata Yeong Woo melihat ada mesin kopi. Hye Won menganguk mengerti.
“Apa Kau
datang untuk membeli buku?” tanya Hye Won. Yeong Woo mengaku bukan.
Hye Won
pun ingin tahu alasanya tapi bingung dengan mesin kopi yang tak pernah
digunakan selain Eun Seob. Yeong Woo melihatnya bertanya apakah Hye Won tidak
tahu cara membuatnya. Hye Won mengaku biasanya bukan ia yang membuatnya.
Yeong Woo
pun menyuruh Hye Won duduk saja, dan tanganya langsung membuat kopi dengan
mesin dan membawakan dua cangkir kopi diatas meja. Hye Won pikir Jika Yeong Woo tidak mau
membeli buku, kenapa... Tapi Yeong Woo lebih dulu bicara seperti ada rasa
penasaran.
“Kenapa
kau di toko ini jika tidak tinggal di sini?” ucap Yeong Woo. Hye Won mengaku
sedang bekerja di sini.
“Lalu
kenapa...” ucap Hye Won. Yeong Woo mengambil kertas dan langsung menuliskan
nomor. Hye Won bingung apa maksudnya.
“Nomorku..
Kau bisa Simpan itu.”kata Yeong Woo. Hye won mengaku tidak punya ponsel. Yeong
Woo kaget mendengarnya.
“Aku
membuangnya.” Akui Hye Won. Yeong Woo makin kaget Hye Won yang membuangnya.
“Apa Kau
kemari untuk memberiku ini?”tanya Hye Won memastikan. Yeong Woo membenarkan.
Hye Won kaget dan tak percaya
“Aku
kemari untuk memberimu ini.” Akui Yeong Woo. Hye Won masih tak percaya dan
kembali ingin memastikan.
“Kau
belum berubah sedikit pun, Hye Won... Aku juga... Semuanya masih sama bagiku.”
Ucap Yeong Woo. Hye Won tak mengerti maksudnya.
“Perasaanku.”
Akui Yeong Woo. Hye Won hanya bisa terdiam. Yeong Woo pun pamit pergi dan
meminta Hye Won agar memikirkannya dan menghubunginya.
Hwi
berlari dengan Seung Hoo seperti terburu-buru, saat itu Eun Seob baru datang,
Hwi mengeluh dengan sang kakaknyayang datang lama sekali pada mereka sangat
sibuk di sini.
“Apa Kau
lihat betapa pucat wajahku? Cepat parkir.” Ucap Hwi dan terdengar teriakan
ibunya memanggil Hwi cepat datang.
“Ada
orang yang menunggu. Ayo.” Ucap Hwi bergegas pergi ke ladang yang dijadikan tempat ski.
Eun Seob
didalam mobil terlihat bingung tapi akhirnya melihat keluaganya sangat sibuk di
ladang.
Hye Won
berjaga sendirian di "Toko Buku Good Night" Eun Seob akhirnya pulang
dimalam hari. Hye Won pun menyapanya. Eun Seob bertanya Bagaimana hari Hye Won
di toko buku. Hye Won memberitahu kalau ada tiga orang datang.
“Kita
harus berterima kasih kepada Jang Woo. Semua yang datang hari ini berasal dari
luar kota. Aku tidak tahu acara seperti ini akan menarik banyak orang.” Ucap
Hye Won. Eun Seob pikir seperti itu.
“Area
seluncur juga sangat sibuk hari ini. Kau Naik dan beristirahatlah. Biar
kuselesaikan. Apa Kau lapar?” ucap Eun Seob melepaskan jaketnya.
“Aku akan
pulang hari ini.” Kata Hye Won. Eun Seob mengerti dan mencoba menutupi rasa
kecewa
“Terima
kasih untuk semuanya... Aku pergi sekarang.” Ucap HyeWon. Eun Seob menganguk
mengerti
Hye Won
berjalan sendiran dan saat itu melihat ada sinar lampu dibelakangnya. Eun Seob
datang membawa senter mengatakan kalau Gelap dan membawakan tas Hye Won juga. Hye
Won tersenyum melihat Eun Seob yang datang.
Hye Won
akhirnya sampai di depan "Rumah Hodu" dan pamit untuk masuk sekarang.
Eun Seob menganguk memberikan tasnya,
Hye Won pun mengucapkan Terima kasih lalu pamit masuk lebih dulu. Eun
Seob melihat jarak rumah Hye Won dan toko bukunya cukup dekat.
Hye Won
akan pulang tapi rumahnya masih kosong. Eun Seob akhirnya kembali ke toko buku
melihat sekeliling rumah, seperti merasa kehilangan Hye Won dan jejaknya dalam
rumahnya.
Bus dari
Seoul datang dan banyak orang yang turun dan terlihat spanduk "Reuni Gabungan SMA Hyecheon” beberapa
anak pun mengejar bus yang akan pergi. Di rumah, Nyonya Choi sedang
bersiap-siap, sang anak mengeluh meminta agar membelikan jaket.
“Ayolah,
Ibu... Aku harus memakainya agar terlihat cantik di foto.” Keluh sang anak.
“Jaket atau
apa pun itu, tidak hari ini.” Tegas Nyonya Choi. Sang anak merengek terus pada
ibunya.
“Karena
ibu sibuk hari ini... Ini hari yang penting.” Ucap Nyonya Choi bahagia.
“Entah
apa yang dia rencanakan dengan mengumpulkan semua lulusan lama.” Keluh Hyun Ji
“Apa Kau
tahu? Saat kita mengadakan reuni kelak, aku akan berdandan begitu cantik. Jadi,
saat Kim Young Soo melihatku, dia akan berkata, "Astaga. 'Lim' seperti
'limbo', dan 'Hwi' seperti 'siulan'? Lim Hwi?”ucap Hwi penuh semangat
“Dia
terlihat jauh lebih cantik sekarang. Seharusnya aku bersikap lebih baik
kepadanya saat itu. Haruskah aku bicara dengannya sekarang?'" Lalu saat
dia berbicara kepadaku, aku akan menolaknya.” Kata Hwi penuh semangat.
“Aku ragu
itu akan terjadi.” Komentar Hyun Ji. Hwi pikir itu tujuan dari reuni
“Bertemu
teman-temanmu dari masa lalu dan mengeluarkan emosi yang masih melekat.
"Astaga, kau memesona. Apa? Kau juga. Bagaimana dengan kafe itu? Tempat
itu tampak bagus." Di situlah kafe kami muncul. Lalu mereka akan membuka
dompet.” Kata Hwi
“Omong-omong,
Apa kau membawanya? Taplak meja. Kamu tidak lupa, bukan?” ucap Hyun Ji
“Tentu
saja, aku membawanya. Kau menganggapku apa? Bagaimana mungkin aku lupa
membawanya? Astaga. Habislah aku. Aku harus pulang. Sial.” Ucap Hwi bergegas
pergi. Hyun Ji berteriak memanggil temanya.
Bo Yeong
baru saja keluar dari tempat kerjanya menerima telp dari ibunya. Seperti sang
ibu meminta melakukan sesuatu. Bo Yeong meminta agar menyuruh Bo Guk melakukan
itu karena ada reuni hari ini jadi akan pulang untuk berganti pakaian.
“Bo Guk
berkeliaran di rumah. Kenapa Ibu bertanya...” ucap Bo Yeong dan akhirnya
mengeluh karena telpnya di tutup.
Eun Seob
terbangun dari tidurnya dengan bunyi pesan yang masuk. Jang Woo mengirimkan
pesan
“Pesta reuni gabungan SMA Hyecheon akan
diadakan di lapangan sekolah pukul 22.00 nanti. Karena ini pesta reuni gabungan
pertama kita, semua lulusan SMA Hyecheon diundang. Semoga kalian bisa
berpartisipasi untuk menghormati acara.”
Eun Seob
tak peduli memilih untuk kembali tidur.
Bersambung ke part 2
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar