PS
: All images credit and content copyright : JBTC
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
“Aku mengenal
seseorang yang hangat. Saat berada di sampingnya, aku merasa hangat, seperti
ketel di atas kompor.”
Hye Won
mencari sosok Eun Seob, Sementara Jang Woo memberitahu Upacara pemadaman lampu Kota Hyecheon akan
segera dimulai. Jadi meminta aga berkumpul di lapangan sekolah untuk menyaksikan
upacara pemadaman lampu.
“Seperti
yang kukatakan sebelumnya, jika kita membuat permohonan saat lampu mati... Siapa
tahu? Saat lampu menyala kembali, keinginan kita mungkin benar-benar terwujud.”
Ucap Jang Woo
Hye Won
kebingungan mencari Eun Seob sampai suara seseorang memanggilnya. Eun Seob
menatap Hye Won dengan senyuman. Hye Won pun berlari saat Jang Woo menghitung
mundur dan akhirnya lampu semua desa mati dengan semua mobil jugai ikut
berhenti berjalan.
“Aku
menyukaimu... Aku menyukaimu, Eun Seop.” Ucap Hye Won. Eun Seob terdiam saja.
Hye Won menatap Eun Seob yang hanya diam saja.
Jang Woo
bertanya apakah mereka sudah membuat permohonan dan saat waktunya lampu
dinyalakan lalu meminta lampu dinyalakan kembali. Semua orang langsung bertepuk
tanganya, melihat semua kembali terang. Hye Won dan Eun Seob hanya saling
menatap dalam diam.
“Aku
menyukaimu, Eun Seop.” Ucap Hye Won kembali. Eun Seob yang masih shock hanya
menjawab “Ya...” Hye Won ingin bicara tapi Eun Seop kembali bicara.
“Baiklah.”
Kata Eun Seob. Hye Won binggung dan ingin bicara. Saat itu Jang Woo memanggil
kalau Pak Park datang.
“Aku
menyuruhmu datang... Hae Won juga di sini. Sedang apa kalian di sini? Aku
menyuruh kalian berkumpul di lapangan sekolah.” Ucap Jang Woo. . Eun Seob
langsung menariknya pergi.
“Ayo kita
bicara.” Kata Eun Seob. Jang Woo bingung kemana dan dimana. Hye Won bingung
melihatnya. Eun Seob pun bergegas pergi.
“Hae Won,
kau bilang kepada Eun Seop bahwa kau menyukainya dan ditolak?” ucap Hwi
ternyata mendengar dalam kegelapa.
“Tidak,
itu...” kata Hye Won bingung. Hwi tak percaya kalau Hye Won menyukai Eun Seob.
Hye Won kebingunga menjelaskan
“Astaga! Sulit
kupercaya!” kata Hwi lalu bergegas pergi. Hye Won pun kebingungan di tinggal
sendirian.
[“Episode 7, Jalan ke Pondok”]
Di dalam
mobil, Hye Won hanya diam saja melihat keluar jendela. Eun Sil membahas kalau Hujan
turun setelah acara berakhir dan itu aneh. Ji Yeon pun juga tak percaya. Eun
Sil pun membahas tadi Hyo Joon lucu yang berkata dengan logat aneh "Hai!
Hai, Teman-teman."
“Dia
belum berubah sedikit pun. Kapan kali terakhir kamu ke sini?” ucap Ji Yeon.
“Aku? Aku
tidak datang tahun lalu... Jadi, dua tahun lalu? Hye Won, kau ke sini tiap
tahun untuk liburan, bukan?” ucap Eun Sil.
Hye Won
hanya diam saja. Akhirnya Eun Sil berteriak memangginya. Eun Sil pun tersadar
dari lamunanya.
“Tunggu,
itu tidak benar. Setahuku, Hye Won tidak datang tiga sampai empat tahun.” Ucap
Ji Yeon
“Itu... Aku
datang ke sini saat nenekku meninggal, selama Chuseok...” kata Hye Won
“Omong-omong,
bagaimana dengan Yeong Woo hari ini? Beri tahu kami, Hae Won.” Kata Eun Sil
penasaran.
“Benar!
Kau bicara berdua dengan Yeong Woo tadi.” Kata Ji Yeon penasaran. Hye Won ingin
memberitahu Dia bilang...
“Apa yang
dia katakan?” tanya keduanya penasaran. Hye Won hanya bisa menyandarkan
kepalanya karena hari ini ditolak dan menolak pria wajahnya langsung berubah
cemberut. Keduanya pun penasaran apa yang dikatakan keduanya.
Hye Won
menaiki tangga melihat rumah yang gelap, lalu teringat saat mengakui perasaan
pada Eun Seob “Aku menyukaimu.” Tapi Eun Seob hanya mengatakan “Baiklah.”
Kalimat itu selalu terus berulang dan teringat terus oleh Hye Won.
Hwi
mengayuh sepeda dengan wajah bahagia, sebelumnya menelp Hey Won bertanya apakah
punya waktu hari ini. Sementara Bibi Sim sedang membersihkan lantai memanggil
Hye Won agr sapu kebunnya jika sudah bangun. Tapi tak ada sahutan dari lantai
atas.
“Masih ada banyak barang
tersisa di taman. Jadi, kita harus menyapu bersih seluruh tempat ini. Akan
bagus untuk berolahraga. Kau harus melakukannya...” ucap Bibi Sim dan hanya
bisa melonggo melihat Hye Won yang berlalu begitu cepat keluar dari rumah
Di taman,
Hye Won bertemu dengan Hwi. Hwi memberikan minum yoghurt seperti ingin
meredakan rasa cangung dengan senyuman. Ia lalu berkomentar kalau harus
menganggap dirinya beruntung. Hye Won tak percaya mendengarnya.
“Ditolak
oleh Eun Seop. Aku melihat semuanya.”akui Hwi. Hye Won pun ingin tahu
kelanjutanya.
“Harus
kuakui, aku berpengalaman dalam menyatakan cinta dan ditolak. Bagaimana, ya?
Aku punya caradan metode untuk mengatasi situasi seperti ini.” Ucap Hwi
“Apa Kau
punya cara?” kata Hye Won penasaran. Hwi pikir
saat mereka ditolak oleh seseorang yang kita suka, hal seperti ini
terlintas di pikirannya.
Flash Back
Malam
Harinya, Hye Won tak bisa tidur karena terus memikirkan Eun Seob saat
menyatakan cinta dan ditolak. Ia berpikir kalau ini adalah salahnya dan Hwi
pikir Tidak menurutnya Hye Won tidak melakukan kesalahan.
“Apa Menurutmu
begitu?” ucap Hye Won tak yakin. Hwi pun yakin dengan hal itu.
“Apa
kesalahanmu? Mengungkap perasaanmu. Apa salahnya? Ini bukan salah kita. Tapi Baiklah,
anggap saja ini salah kita. Meskipun kita memperbaiki kesalahan kita dan
kembali kepada orang-orang yang kita sukai, bisakah kau menjamin mereka akan
menyukai kita kembali?” jelas Hwi
“Tidak!
Meskipun aku menjadi gadis tercantik di dunia, Kim Young Soo tidak akan
menyukaiku.” Ucap Hwi. Hye Won tak percaya mendengarnya.
“Orang-orang
yang pernah menolakmu cenderung tidak pernah melihat masa lalu. Jadi, apakah
itu salah kita atau salah mereka? Ini salah mereka! Jadi, kita...” kata Hwi
menyakinkan.
“Tidak
ada yang salah.” Ucap Hye Won. Hwi pun membenarkan. Hye won pun percaya
mendengarnya.
“Bagus,
benar sekali... Lupakan harga dirimu yang rusak. Kesampingkan itu untuk saat
ini. Mari nikmati saja yoghurt ini. Bersulang.” Ucap Hwi menyakinkan.
Saat itu
Jang Woo memanggil dari dalam mobil dan terlihat Ji Yeon melambaikan tangan
disampingnya. Ketiganya akhirnya pergi kembali ke sekolah mereka. Jang Woo
menyapa perkerja yang sedang membereskan pelengkapan setelah pesta.
“Halo,
kamu sudah makan siang? Kita bisa mengirim ini, bukan?” ucap Jang Woo. Si
petugas menganguk lalu bertanya apakah Jang Woo sudah mendapat persetujuan.
Jang Woo mengaku sudah siap.
“Astaga,
Jang Woo. Kurasa kau menculik kami karena butuh bantuan kami.” Ejek Ji Yeon
melihat sudah banyak orang yang membantu.
“Ya, Ji
Yeon. Aku akan mengajakmu makan malam steik. Kau bisa makan sebanyak yang kau
mau.” Ucap Jang Woo.
“Apakah
kita harus membongkar semua tenda?”tanya Hye Won. Jang Woo mengeleng karena
mereka hanya turunkan saja bingkai bagian dalam.
“Jang
Woo, bukankah kamu membutuhkan lebih banyak orang...” ucap Ji Yeon.
“Ya, kita
membutuhkan lebih banyak orang.” Ucap Jang Woo langsung menyela.
“Kalau
begitu, haruskah kupanggil teman-teman?” kata Ji Yeon. Jang Woo menganguk
setuju.
“Ya,
tentu saja. Sebaiknya, teman dekatmu. Dan jika mungkin, salah satu wanita cantik
yang cuti dan datang ke sini untuk reuni...” ucap Jang Woo tersenyum. Ji Yeon
pun menganguk mengerti ucapan Jang Woo.
“Kalian
masuklah lebih dahulu.” Kata Ji Yeon. Jang Woo pun berjalan dengan Hye Won
bertanya mau makan daging sapi Tenderloin?
Sirloin? Daging sampil? Hanging tender?
“Hei. Kau
belum pergi ke Gangneung, kan? Keluarlah.” Ucap Ji Yeon menelp temanya.
Hwi
mengayuh sepedanya memanggil kakaknya dan masuk ke dalam toko. Sementara Jang
Woo sibuk menurunkan bingkai foto yang digantung dalam ruangan kelas mengajak
untuk menyelesikan semuanya. Ji Yeon pikir Jang Woo pasti tahu alasanya.
“Alasan
untuk apa?” tanya Jang Woo. Ji Yeon ingin tahu
Kenapa foto kelulusan Eun Seop tidak ada
“Saat
itu...” ucap Jang Woo melihat salah seorang foto kenagan seorang pria.
Flash Back
Guru
memanggil nama Park Sang Won. Si pria pun menyahut “Hadir” Guru memanggil Kang
In Han, In Ha pun menyahut “Hadir.” Guru memanggil “Lim Eun Seop.” Tak ada
sahutan. Hye Won pun melihat tempat duduk Eun Seob yang kosong.
“Apa Eun Seop tidak hadir lagi?” tanya Guru.
Temanya menjawab tidak. Hye Won sedih melihat bangku Eun Seob yang kosong.
“Eun Seop
sering bolos sekolah saat itu.” Ucap Jang Woo. Ji Yeon ingin tahu alasanya.
Jang Woo mengaku tak tahu.
“Aku
tidak pernah melihatnya sekitar tiga tahun setelah itu.” Ucap Jang Woo
diam-diam Hye Won terus mendengar pembicaran keduanya dan mengingat sesuatu.
Flash Back
Hye Won
mengemudikan mobil dengan bibinya membahas tentang tetangganya menurutnya Eun Seob seperti orang
yang berbeda. Bibi pun tak tahu kalau Eun Seob
Seperti orang lain. Hye Won membenarkan. Kalau Seolah-olah dia menghilang
sejenak dan kembali.
“Itu
mengingatkan bibi... Sudah lama bibi tidak melihatnya.” Ucap Bibi Sim. Hye Won
pun baru mengetahuinya.
“Lalu dia
kembali, menjalani wajib militer, dan membuka toko buku.” Cerita Jang Woo
“Apa Kau
tidak tahu kenapa dia tiba-tiba berkemas dan pergi?” tanya Ji Yeon penasaran.
“Aku
tidak tahu. Sebenarnya, kami teman dekat, tapi aku tidak tahu banyak tentangnya.
Hal-hal seperti kesukaan, keinginan, dan impiannya... Aku tidak tahu.” Ungkap
Jang Woo. Ji Yeon pikir benar melihat
foto guru mereka.
Flash Back
Eun Seob
mengatakan Tidak ada yang berharga baginya. Gurunya kaget mendengar ucapan Eun
Seob. Eun Seob mengulang Tidak ada yang
berharga baginya. Guru mengeluh bertanya apakah Eun Seob tidak bisa memikirkan apa pun yang berharga
baginya.
“Apa Tidak
satu pun?” tanya guru. Eun Seob membenarkan. Sang guru mengeluh lalu menyuruh Eun Seo duduk
saja.
Ji Yeon
pun mendengarnya dibangku depan tak percaya dengan Eun Seo seperti tak punya
tujuan hidup.
***
“Kupikir
dia aneh. "Dia berbeda dari orang lain." Ucap Ji Yeon. Hye Won pun
tahu kalau Eun Seob bilang Dia Tidak ada yang berharga baginya.
“Kurasa
itu benar. Dia tidak pernah peduli bahkan saat kehilangan sesuatu. Tapi Ada
sesuatu yang sangat dia sukai. Gantungan kunci... Kau tahu, benda di mobilnya.”
Ucap Jang Woo. Hye Won pun menatapnya.
Flash Back
Jang Woo
berjalan pulang melihat sepeda Eun Seob yang kosong ditepi sawah dan terlihat
panik. Tiba-tiba Eun Seob keluar tumpukan padi, seperti sedang menangkap
sesuatu. Jang Woo pun kaget melihat Eun Seob yang tiba-tiba keluar.
“Dia
pernah kehilangan itu. Dia berlarian seperti orang gila yang mencarinya.” Cerita
Jang Woo
“Eun
Seop, bisa katakan apa yang kamu cari agar aku bisa membantumu mencarinya?”
ucap Jang Woo. Eun Seob hanya diam saja mengayuh sepedanya dan tiba-tiba
berhenti.
“Astaga,
dasar orang gila... Eun Seop, ayo. Kurasa tidak ada di sini. Aku pergi!” ucap
Jang Woo melihat temanya meninggalkan sepedanya dan sibuk mencari seperti orang
gila.
Eun Seob
duduk di meja mengeluarkan buku dari dalam tasnya, terlihat ada gantungan yang
dimasukan ke dalam seperti tak ingin kehilanganya lagi. Seorang murid lain
datang dan foto punggung Eun Seob pun diambil tanpa terlihat wajahnya.
“Apa Kau
tidak ingat? Dia membawanya ke sekolah tiap hari.”ucap Jang Woo. Ji Yeon pikir
mana mungkin dirinya bisa tahu
“Seperti
apa benda itu? Boneka?” tanya Ji Yeon. Jang Woo menjawab Jang Woo membuatnya di
kelas metalurgi.
Hye Won
mengingat saat kelas Metalurgi mengamplas besi dengan design bulat dan bulan
sabit. Ji Yeon pikir agar bisa memberikan kepada teman sekelas yang duduk
dengannya.
“Tidak
butuh waktu lama karena kita bertiga melakukannya bersama. Karena sudah
selesai, ayo ke kantin...” ucap Jang Woo bergegas menuruni tanga
“Apa? Kau
bilang hanya perlu kita menurunkan bingkai.” Keluh Ji Yeon. Jang Woo
memberitahu Ada banyak persediaan makanan di sana.
“Hei, kau
mau berkelahi?” keluh Ji Yeon. Hye Won merasakan perasaanya yang bergejolak
akhirnya memilih untuk pamit pergi
Keduanya
bingung kemana Hye Won akan pergi, Hye Won terus berlari tanpa pengubrisnya.
Jang Woo pun panik tapi wajahnya terlihat gugup melihat Eun Sil yang
datang. Eun Seil dengan santai menyapa
Jang Woo dengan melambaikan tanganya.
“Aku di
sini... Aku harus pergi. Ada banyak persediaan makanan di kantin. Urus saja
itu. Aku sibuk. Aku harus pergi. Sampai jumpa!”ucap Jang Woo panik bergegas
pergi.
“Hei, kau
mau ke mana?” teriak Ji Yeon. Eun Sil pun heran dengan sikap Jang Woo seperti
ingin menghindar darinya.
“Astaga.
Lalu kenapa dia mau aku meneleponmu?” keluh Ji Yeon. Eun Sil bingung Jang Woo
yang menyuruh agar menelpnya.
“Kurasa dia
menyukaimu, tapi juga ketakutan... Astaga... Ikut aku. Aku harus ke kantin
untuk bekerja.” Ucap Ji Yeon. Eun Sil heran kenapa harus melakuanya. Ji Yeon
pikir karena Eun Sil sudah datang.
Flash Back
Hye Won
membaca pesan dari bibinya dari ponsel “Ibumu mau kamu berhenti mengiriminya
surat.” Saat kelas Metalurgi, Eun Sul memberitahu Jangan bekerja terlalu
keras.” Dan memberikan itu kepada teman sekelas yang duduk dengannya. Hye Won terlihat bingung.
“Kau
tidak tahu, bukan?” ucap Eun Sil. Hye Won bingung akan memberikan kepada siapa.
Di dalam
kelas, Eun Seob membaca buku dan sebagian sedang bermain dikelas. Buku Hye Won
jatuh dan Eun Seob langsung mengambil lalu menaruhnya dimeja. Eun Sil pikir Hye
Won bisa memberikan pada Eun Seob.
Hye Won
menaiki taksi seperti sangat yakin kalau dari dulu mereka punya kenangan.
Flash Back
Seluruh
anak sedang membereskan kelas, Eun Seob membersihkan jendela luar. Hye Won
memanggilnya memberitahu kalau membuat
gantungan kunci di kelas Metalurgi dan harus memberikan ini kepadanya.
Eun Seob
bingung tapi akhirnya akan mengambilnya, Hye Won berusaha menyerahkan dari
sela-sela bangku dan meja. Eun Seob diluar jendela pun berusaha meraihnya. Tapi
gantungan kunci malah jatuh dan membuat tangan mereka malah bersentuhan.
Flash Back
Hye Won
membahas kalau eun Seob bilang Irene adalah Hwi, Eun Seob membenarkan. Hye Won
mengaku tidak percaya karena Eun Seob seolah-olah bicara dengan pacarnya. Eun
Seob seperti gugup mencoba mencari alasanya.
“Itu
Pasti bukan Hwi... Ayolah.”goda Hye Won dengan senyuman bahagia.
Di dalam
toko buku, Eun Seob membuat kopi lalu teringat dengan ucapan Hye Won “Aku
menyukaimu... Aku menyukaimu, Eun Seop.” Ia pun hanya bisa terdiam lalu keluar
dari toko. Saat itu Hye Won datang membuat Eun Seob gugup.
“Kau
tidak bekerja hari ini, kan?” ucap Eun Seob. Hye Won mengaku teringat sesuatu.
“Begini...
Gantungan kunci di mobilmu. Apakah itu yang kuberikan kepadamu? Kelas metalurgi
di kelas 12. Kita membuat gantungan kunci dan menukarnya. Aku hanya ingin tahu
apakah itu yang kuberikan kepadamu saat itu. Aku tidak tahu karena terukir
huruf-huruf, tapi...”ucap Hye Won penasaran.
“Tidak,
bukan yang itu.” Kata Eun Seob. Hye Won kaget dan wajahnya langsung menahan
kecewa.
“Bukan
yang kau berikan kepadaku.” ucap Eun Seob. Hye Won pikir Saat itu, ia duduk di
sebelah Eun Seob dan ingat jelas...
“Kau
benar.. Aku tidak pernah memberikan milikku kepadamu.” Ucap Eun Seob. Hye Won
pun berpikir seperti itu.
“Maksudmu,
benda di mobilmu itu...”ucap Hye Won. Eun Seob membenarkan kalau ia yang membuatnya
dan tidak pernah diberikan oleh Hye Won.
Hye Won pun percaya mendengarnya.
Hye Won
ingin bicara tapi saat itu seseorang memanggil Eun Seob. Bo Yeong datang dengan
senyuman melihat keduanya berpikir akan menunggu didalam saja. Hye Won menatap
tak percaya kalau Eun Seon dan Bo Yeong terlihat sangat dekat. Eun Seob pun
menganguk. Bo Yeong akhirnya masuk ke dalam toko.
“Apa Kalian
sudah berjanji akan bertemu?” tanya Hye Won. Eun Seob membenarkan.
“Masuklah.
Aku akan pergi.” ucap Hye Won menahan amarah dan akhirnya bergegas pergi.
Eun Seob
akhirnya masuk ke dalam toko berkomentar Bo Yeong datang lebih awal. Bo Yeong mengaku masih
punya waktu. Eun Seo mencari buku lalu memberikan pada Bo Yeong. Bo Yeong
langsung mengucapkan Terima kasih.
“Itu
untukmu.” Ucap Bo Yeong menunjuk buket bunga. Eun Seob langsung tersenyum
kembali mengucapkan Terima kasih lalu menyuruh Bo Yeong bisa membaca buku itu
dan bergegas keluar dari toko
Eun Seob
keluar mencari Hye Won tak sudah tak terlihat. Ibunya berteriak memanggil Eun
Seop dengan banyak barang bertanya apakah sedang sibuk dan meminta agar
membantu Ibunya karena terlalu berat.
Eun Seob kebingungan akhirnya membantu sang aibu.
“Kenapa
kamu tidak memakai syal? Udaranya dingin.” Ucap Ibu Eun Seob. Eun Seob pun
membawakan barang-barang ibunya.
“Apa Kau
sudah makan?” tanya ibunya. Eun Seob menganguk
dan bertanya akan ditaruh dimana.
“Menuju
arena seluncur es.. Ayo Tutup jaketmu.” Ucap Ibu Eun Seob yang sangat perhatian pada sang
anak.
Jang Woo
menerima telp mengatakan baru selesai
dan sedang menuju ke tempatnya, lalu mengeluh kalau tempat itu mahal. Ia pun
mengerti akan segera ke sana dan menutup
telpnya. Tiba-tiba temanya memanggil agar datanglah ke restoran sashimi di
seberang jalan.
“Semua
orang menunggu.” Ucap temanya. Jang Woo bingung tiba-tiba diajak makan.
“Manajer
mentraktir kita makan malam untuk merayakan kesuksesan acara ini.” Ucap
Temanya.
“Aku
tidak bisa datang.”kata Jang Woo yang sudah punya janji. Temanya mengeluh agar Jangan
seperti itu.
“Ikut
saja denganku dan makan malam.” Ucap temanya terus mencoba merayu Jang Woo.
“Ini
akhir pekan, jadi, aku ingin pulang cepat dan istirahat. Aku tidak bisa.” Ucap
Jang Woo berusaha menolak
“Ada apa
denganmu? Omong-omong, di mana teman-temanmu tadi? Mereka sangat cantik. Bawa mereka bersamamu. Mereka bekerja keras
hari ini. Aku ingin menuangkan mereka minum.” Ucap Temanya yang gednil.
“Kurasa
tidak.” Tegas Jang Woo langsung menolak. Temanya bingung. Jang Woo mencoba
menjelaskan maksudnya tidak suka sashimi.
“Apa Kamu
tidak suka sashimi? Kamu tampak sangat menyukainya waktu itu.” Ucap Temanya tak
percaya.
“Benarkah?
Aku vegetarian.” Kata Jang Woo. Sang teman tak percaya ingin tahu Sejak kapan
bahkan melihatnya makan sosis kemarin. Jang Woo mengaku sejak pagi ini.
Sementara
di restoran daging, Jang Woo duduk dengan wajah gugup didepanya Eun Sil sibuk
membakar daging. Eun Sil pikir warna dagingnyaa sangat bagus dan tampak segar
lalu menyuruh Jang Woo makan saja. Jang Woo hanya bisa diam dan terlihat kaku.
“Ini
daging sampil.” Ucap Jang Woo melihat Eun Sil yang makan daging yang
dipilihnya.
“Ini juga
tampak sangat lezat.” Kata Eun Sil mengambil daging lain. Jang Woo tahu kalau
itu tenderloin sapi dan Eun Sil juga makan
sirloin.
“Apa Kau
membawa daging sancan? Aku memintamu memilih di antara tenderloin, sirloin,
daging sampil, dan sancan. Bagaimana bisa kau makan keempatnya?” keluh Jang Woo
kesal pada Ji Yeon yang datang membawa kotak daging yang baru.
“Ini lezat.
Cobalah, Jang Woo.”ucap Ji Yeon. Jang Woo mengaku tidak begitu berselera.
“Apa Kau
tidak berselera? Ayo Makan saja.” Kata Eun Sil dengan santai menyuapi Jang Woo.
Jang Woo pun melahapnya.
“Jang
Woo, Apa kau tidak punya pacar?” ucap Eun Sil. Jang Woo langsung terbatuk-batuk
dan mengaku tak punya.
“Tapi
kamu pernah punya pacar untuk beberapa saat. Selama beberapa tahun, kan? Bagaimana
dengan gadis toserba bernama Jeong Hyeon A? Kukira kalian sudah dekat.” Ucap Ji
Yeon. Jang Woo mengaku tidak seperti itu.
“Omong-omong,
kapan kau akan kembali?” tanya Jang Woo gugup. Eun Seil mengaku tidak ingin
kembali sama sekali.
“Aku
benci harus kembali bekerja!” teriak Eun Sil kesal. Ji Yeon heran Eun Seil yang bekerja di balai
kota Gangneung.
“Kau
terlalu banyak mengeluh. Anggaplah dirimu beruntung dan bekerja keras.
Berhentilah mengambil cuti hanya untuk berkeliling kota ini.” Ucap Ji Yeon
“Itu
mengingatkanku. Ada proyek yang kurencanakan sekarang. Namanya rute keliling. Di
Kota Hyecheon, kita akan menciptakan sesuatu seperti Jalur Jeju Olle...” ucap
Jang Woo penuh semangat.
“Hei...
Hentikan... Kau mengeluhkan betapa sibuknya dirimu dengan persiapan Reuni Gabungan
sampai beberapa hari lalu. Itu akhirnya selesai, Bodoh.” Ucap Ji Yeon.
“Jang
Woo, kamu pasti gila kerja... Apa Kau sangat menyukai pekerjaan?” tanya Eun
Sil. Jang Woo mengangguk dengan wajah gugup.
“Menurutku,
sangat menyenangkan. Melihat orang menikmati apa yang hanya kubayangkan.” Kata
Jang Woo.
Eun Sil
pun akhirnya menambah Satu porsi daging
sancan memanggil bibi. Ji Yeon memberitahu Mereka tidak mengantar dagingnya ke
meja jadi harus mengambil sendiri. Jang Woo hanya bisa berkomentar mereka bisa
makan banyak.
Bo Yeong
terus membaca buku di "Toko Buku Good Night" tanpa sadar malam mulai
gelap dan akhirnya menyalakan lampu. Ia membaca buku "Bepergian Setelah
Putus Cinta" wajahnya terlihat bahagia mengingat kenanganya.
Flash Back
Bo Yeong
sebelumnya bertemu dicafe dengan Eun Seob mengaku pergi ke Toko Buku Sandeul untuk membeli buku
itu, tapi Pak Park memberitahu kalau Eun Seob sudah membeli buku itu. Eun Seob
membenarkan kalau sudah membeli buku dari penerbit independen.
“Ya, aku
ingin membeli buku itu. Kurasa harganya sekitar 18 dolar.” Ucap Bo Yeong
“Aku akan
memeriksa dan memberitahumu. Jika kamu mengirimkan alamatmu, aku akan
mengirimkannya...” kata Eun Seob
“Tidak...
Aku ingin melihatnya sebelum membelinya. Apa Toko bukumu akan buka akhir pekan
ini?”tanya Bo Yeong. Eun Seob menganguk.
“Kalau
begitu, aku akan mampir pada Minggu sore ini. Bisakah aku ke sana” ucap Bo
Yeong. Eun Seob pun mempersilahkan lalu pamit pergi.
“Satu hal
lagi, Eun Seop... Aku ingin tahu apakah Hae Won bekerja di sana pada akhir
pekan.” Tanya Bo Yeong
“Dia
tidak bekerja.” Kata Eun Seob. Bo Yeong pun bisa bernafas lega karena Hye
Won sangat membencinya.
“Aku
khawatir suasananya akan tidak enak.. Sampai jumpa hari Minggu.” Kata Bo Yeong.
Eun Seob pun menganguk mengerti.
Bo Yeong
tersenyum mengingat kenangan lalu melihat ada yang datang dan berpikir pasti
Eun Seo. Eun Seob datang dengan membawa banyak buku meminta maaf kalau
membuatnya menunggu. Bo Yeong merasa Jangan khawatir.
“Apa
karena hanya ada satu? Mereka sangat peduli pada buku ini. Aku hanya membaca
awalnya, dan sudah menyukainya.” Kata Eun Seob melihat buku "Bepergian
Setelah Putus Cinta"
“Aku
penasaran. Bisa ceritakan lebih lanjut tentang buku ini?” kata Bo Yeong. Eun
Seob akhirnya duduk didepan Bo Yeong.
“Begini...
Pasangan bepergian setelah putus. Saat masih bersama, mereka menabung untuk
berwisata bersama suatu hari.” Ucap Eun Seob
“Apa
Mereka bepergian setelah putus? Bersama?” tanya Bo Yeong penasaran.
“Tidak,
secara terpisah.” Ucap Eun Seob. Bo Yeong itu penasaran Apa yang terjadi?
"Toko buku itu hangat dan ladang
musim dingin di kegelapan mengisi celah di pintu kaca seperti foto pemandangan.
Benda-benda dalam kegelapan menjadi gelap dan benda-benda berkilau menjadi
lebih bersinar dengan cara yang damai masing-masing."
Di rumah,
Bibi Sim sibuk memasak didapur lalu memangil Hye Won untuk makan tapi Hye Won
tak terlihat menuruni tangga.
Flash
Back
Hye Won
mengetik tulisan didalam blog lalu menanyakan pendapat Eun Seo. Eun Seob
membaca "Toko buku itu hangat..." lalu melihat kalau itu bagus. Hye
Won tak percaya mendengarnya lalu berpikir
bisa pakai ini sebagai perkenalan di situs web
“Hae
Won... Bisakah kita tambahkan sesuatu di akhir?” ucap Eun Seob. Hye Won ingin
tahu seperti apa.
"Jadi,
kuharap semua orang merasakan malam yang sangat indah." Kata Eun Seob.
Hye Won
terbaring ditempat tidurnya, sementara Eun Seob melamun didepan meja kerjanya
lalu keluar duduk sambil melamun di teras belakang.
***
Bersambung
ke part 2
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar