PS
: All images credit and content copyright : JBTC
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Hwi
mengayuh sepedanya dengan penuh semangat sampai kesekolah, Ia lalu melihat
Young Soo yang sedang berjalan kesekolah dengan penuh keyakinkan mengatakan
sudah tidak menyukai Young Soo sejak dua
hari lalu. Young Soo melonggo bingung.
“Aku
hanya memberitahumu. Kalau begitu, sampai jumpa.” Ucap Hwi akan bergegas pergi.
“Berhenti...
Kenapa kamu tiba-tiba berhenti menyukaiku?” tanya Young Soo heran.
“Ini agak
rumit. Jadi, sederhananya, kau harus menganggapnya sebagai masalah harga diri.”
Ucap Hwi. Young Soo mengerti tapi wajahnya terlihat berbeda.
“Kenapa?
Apa Kau kecewa setelah mengetahui aku tidak menyukaimu lagi?” ejek Hwi
“Tidak...
Rasanya agak aneh, tapi aku tidak kecewa. Terima kasih.” Ucap Young Soo. Hwi
terlihat kesal dan menyuruh minggir lalu mengayuh sepedanya lebih dulu.
Eun Seob
sedang ada di dalam selimut mengambil ponselnya. Hye Won terbangun karena ada
bunyi telp lalu menuruni tangga. Eun Seob yang terbaring sambil terbatuk-batuk
memberitahu agar Jangan bekerja hari ini. Hye Won bingung.
“Kurasa
aku tidak akan membuka toko buku hari ini. Mungkin sampai besok atau lusa.”
Ucap Eun Seob.Hye Won mengerti dan akan bertemu lagi nanti, wajahnya tapi
terlihat kesal.
Hye Won
akhirnya bergegas pergi ke "Toko Buku Good Night" mencoba masuk tapi
pintu dikunci dan mencoba mengedor pintu tapi tak ada sahutan dari dalam rumah.
Bibi Sim
baru saja pulang berbelanja memangil Hye Won tapi tak ada sahutan dari lantai
atas. Tapi Hye Won datang dari pintu
depan. Bibi Sim bertanya Dari mana saja Hye Won pagi-pagi sekali. Hye Won
terlihat kesal mengeluh dengan sang bibi. Bibi Sim bingung.
“Kenapa
Bibi... Kenapa Bibi memelihara anjing?” ucap Hye Won melirik anjing yang baru
saja selesai makan. Bibi Sim bingung.
“Apa Bibi
tidak tahu betapa sedihnya keluarga setelah Hodu meninggal? Kenapa Bibi
memelihara anjing lain?” ucap Hye Won marah
“Tapi itu
putra Hodu.” Kata Bibi Sim. Hye Won pun kesal
Bibi Sim yang membesarkannya jika itu anak laki-laki
“Ibuku
saja tidak membesarkanku. Apa anak laki-laki sepenting itu? Nama macam apa
Gunbam untuk anjing?” ucap Hye Won kesal. Bibi Sim heran Apa salahnya nama
itu...
“Kenapa
namanya Gunbam? Aku yakin dia bahkan membenci namanya sendiri. Nama jelek apa
itu Gunbam? Terdengar sangat jelek dan norak.” Ucap Hye Won melampiaskan
amarahnya. Bibi Sim pun bertanya-tanya Ada apa dengannya.
Bo Yeong
sibuk memeriksa lembar soal anak-anaknya, salah satu guru memanggil Bo
Yeong bertanya Sedang apa dan tidak akan
ke kantor. Bo Yeong mengaku masih punya waktu sebelum kelasnya dimulai jadi datang
untuk minum teh.
“Begitu
rupanya. Semoga harimu menyenangkan... Buku apa ini? Pasti buku yang bagus.
Judulnya juga unik.” Ucap teman Bo Yeong melihat buku yang ada disampingnya.
“Aku juga
belum menamatkannya.” Kata Bo Yeong.temanya pun mengerti lalu pamit untuk ke
kantor. Hye Won pun melihat buku "Bepergian Setelah Putus Cinta"
Eun Seob
mengambil ponsel dalam selimutnya. Bibi Choi mengamkat telp dari Eun Seob toko
buku. Nyonya Jang pun sedang menangani pasien lalu menerima telp dari bibi
Choi. Saat itu Tuan Bae berjalan melewati apotik. Nyonya Jang berteriak
memanggilnya.
“Geun
Sang... Pertemuan klub buku malam ini dibatalkan.” Ucap Nyonya Jang. Tuan Bae
terdiam.
“Seung
Ho, kakekmu akan tiba satu jam lagi. Kau bisa tetap bersamaku.” Ucap sang bibi
pada Seung Ho yang sedang makan diodeng di pinggir jalan.
“Seung
Ho! Pertemuan klub buku malam ini dibatalkan.. Beri tahu kakekmu.” Teriak Tuan
Bae dari seberang jalan. Seung Ho menganguk mengerti.
“Tunggu,
Pak Bae... Kenapa dibatalkan?” tanya Seung Ho. Tuan Bae pun berbalik memanggil
Nona Jang ingin tahu alasanya.
Nyonya
Choi menelp bibi Sim bertanya Apa Hae Won tahu. Bibi Sim pikir tahu karena Hye
Won bekerja di sana. Nyonya Choi pun membahas
Di reuni, Sang Ho memberitahuku bahwa Yun Taek bercerai. Bibi Sim pun
bertanya memangnya kenapa.
“Dia
bercerai atau tidak, tidak ada hubungannya denganku. Aku harus pergi.” ucap
Bibi Sim. Nyonya Choi pun tak banyak berkata-kata.
Ibu Eun
Soeb masuk kedalam rumah memanggil anaknya, Eun Seob masih berbaring. Ibu Eun
Seob pikir anaknya yang masih tidur. Eun Seob pun melihat ibunya yang datang
mencoba untuk duduk tapi badanya lemah dan terus batuk.
“Astaga,
dasar bodoh..Yang benar saja! Bangunlah.. Pulanglah bersama ibu.” Ucap Ibu Eun
Seob. Eun Soeb mengaku baik-baik saja.
“Ibu
tidak menyangka kamu tidak menelepon sampai sesakit ini. Astaga, kenapa kamu
melakukan ini?” keluh sang ibu kesal melihat anaknya.
Hye Won
melampiaskan amarahnya dengan memotong kayu. Bibi Sim keluar berkatakalau punya
banyak kayu bakar dan memberitahu kalau pertemuan klub buku dibatalkan. Hye Won
mengaku tahu dan ingin tahu Kenapa dibatalkan
“Eun Seop
tidak enak badan.” Ucap Bibi Sim. Hye Won pun kaget kalau Eun Seob ternyata
sakit.
“Bibi
dengar dia pilek berat.” Kata Bibi Sim. Hye Won makin panik mendengarnya lalu
mengumpat kesal. Bibi Sim kaget mendengarnya melihat Hye Won langsung pergi.
Hwi
pulang ke rumah membanting sepedanya lalu berlari memanggil Ibu! Ayahnya dan
bertanya Ibu di mana. Ia lalu membuka pintu kamar dan melihat Eun Seob
terbaring dikamar terlihat sedang sakit. Ibu Hye Won mengajak Hwi untuk keluar.
“Ibu, apa
dia sakit parah? Ada apa dengannya? Apa terjadi sesuatu?” tanya Hwi mengikuti
ibunya keluar dari rumah.
“Entahlah...
Dia tidak mengatakan apa pun kepada ibu sampai dia sakit. Astaga, si bodoh gila
itu.” Ucap Ibu Hye Won kesal.
“Apa Ibu
sedang membuat obat herbal untuk Kak Eun Seop sekarang?” tanya Hwi
“Mau
bagaimana lagi? Dia tidak akan mau ke rumah sakit atau minum obat teratur. Dia menuruti
ibu mengenai hal lain. Jadi, entah kenapa dia selalu menolak minum obat. Sama
seperti Ayah yang selalu menolak menanyakan arah saat pergi ke suatu tempat
yang tidak dia kenali.” Keluh Ibu Eun Seob.
“Ibu juga
mengabaikanku saat aku meminta Ibu membuatkan teh obat untuk membantuku
belajar. Tapi bagi Kak Eun Seop...” keluh Hwi
“Kalian
berdua berbeda.” Ucap Ibu Eun Seob. Hwi kesal menurutnya mereka bedua itu
anak-anak Ibunya.
“Astaga.
Istri dan putriku, aku pulang.” Ucap Tuan Lim masuk rumah menuntun sepeda
anaknya.
“Aku akan
memberi tahu Ayah.” Ucap Hwi akan mengadu. Ibu Eun Seob tak pedui menyuruh
memberitahukan saja.
“Jangan
taruh sepedamu di luar.” Ucap Tuan Lim melihat anaknya yang mendekat.
“Ayah!
Ibu terus memarahiku.” Keluh Hwi. Tuan Lim heran dan ingin tahu Apa lagi
masalahnya lalu menyuruhnya masuk saja. Hwi mengeluh kalau Ibu hanya
memedulikan Eun Seop.
“Astaga,
perasaanku sangat terluka. Aku ingin segera pindah.” Teriak Hwi kesal.
“Apa yang
terjadi? Apa terjadi sesuatu? Dia tampak sangat kesal.” Tanya Tuan Lim
mendekati istrinya.
“Aku
hanya teringat pada masa itu. Saat Eun Seop menghilang untuk sesaat dan
kembali. Dia menolak minum obat atau menemui dokter. Itulah yang dia lakukan sekarang.
Saat itu, kukira kita akan kehilangan dia.” Ucap ibu Eun Seob sedih
“Jangan
berusaha terlalu keras. Dia tidak akan pernah mengatakan yang ingin kau dengar.
Tidak akan pernah. Dia memendam semuanya sendiri.” Ucap Tuan Lim
“ Dia
tidak perlu mengatakannya. “ kata Ibu Eun Seob. Tuan Kim pikir istrinya ingin mendengarnya.
“Tidak...
Dan aku tidak perlu mendengarnya.” Tegas ibu Eun Seob.Tuan Lim pikir mereka
bisa lupakan saja lalu mencoba mengoda istrinya sambil menyanyi. Eun Seob pun
masih terbaring dikamarnya.
Hye Won
dan bibi Sim makan siang bersama, Bibi Sim bertanya apakah Hye Won tidak
bekerja hari ini. Bibi Sim menjawab tidak. Hye Won bertanya Bagaimana rasanya.
Hye Won terlihat bingung.
“Aku memasak
untuk kali pertama setelah sekian lama. Jadi, aku tidak yakin.” Ucap Bibi Sim
“Entahlah...
Enak.” Kata Hye Won santai. Bibi Sim mengakuingin menanyakan sesuatu karena
sangat penasaran.
“Maukah
kamu menjawab pertanyaan Bibi?” ucap Bibi Sim. Hye Won pun mempersilahkan.
“Apa Kau
merasa kurang sehat?” kata Bibi Sim. Hye Won mengaku baik-baik saja.
Spanduk
besar terlihat di depan gedung "Gangwon
yang Sejahtera dan Dama Departemen Kebudayaan, Olahraga, dan Pariwisata" Eun
Sil menaiki tangga membawa tas dorong terlihat kelelahan. Jang Woo sedang
berbicara dengan seniornya.
Seniornya
memberithu kalau akan memeriksanya lagi di pertemuan mereka berikutnya. Eun Sil
menatap ke Jang Woo yang sibuk. Jang Woo gugup melihat Eun Sil yang tiba-tiba
datang ke kantornya.
“Ji Yeon
pergi menemui mertuanya. Karena itulah, aku datang untuk mengantarkan ini. Kamu
harus mengingat semuanya, ya?” ucap Eun Sil membaca banyak kotak makan diatas
meja.
“Ini
adalah salad mentimun dan pollack kering berbumbu. Lalu Itu untukmu. Dan Ini adalah
bayam berbumbu dan pakis. Itu untuk Ji Yeon.. Tumpukan ini untuk Hae Won. Ini
kimchi gat dan... Apa yang satu lagi?” ucap Eun Sil. Jang Woo menatap Eun Sil
seperti terkesima.
“Aku
tidak ingat.. Ini untuk So Min. Dia mendapat tiga. Ini semua untuk Jung Hee.
Empat orang dari sini ke sini. Ini untuk Eun Seop... Hei Apa Kau mendengarkan?
Apa Kau ingat semuanya?” tanya Eun Sil menatap Jang Woo seperti tak fokus.
“Ya... Salad
mentimun dan pollack kering berbumbu adalah milikku. Ikan bayam dan pakis untuk
keluarga Ji Yeon. Kimchi gat dan yang lainnya untuk Hae Won. Tiga kotak ini
untuk So Min, dan empat kotak ini untuk Jung Hee. Dan tiga kotak ini untuk
keluarga Eun Seop.”kata Jang Woo dengan lancar.
“Kurasa
kau tidak curang saat masuk ke Universitas Nasional Seoul... Baiklah. Pastikan
semua orang mendapatkan ini... Aku akan pergi. Maaf mengganggumu bekerja.” Ucap
Eun Sil
“Omong-omong,
adakah tempat untuk menyimpan ini?” tanya Eun Sil Jang Woo sudah selesai hari ini, jadi bisa membawanya
sekarang.
“Kenapa
kamu pergi sekarang?” tanya Eun Sil. Jang Woo mengaku mengambil cuti siang.
“Kenapa?
Apa Kau juga tidak enak badan?”ucap Eun Sil menatap lebih dekat. Jang Woo
terlihat gugup karena jarak Eun Sil yang lebih dekat.
“Kau
tidak terlihat sakit.” Komentar Eun Sil. Jang Woo mengaku tidak sakit.
“Aku
baik-baik saja, tapi aku ingin pulang dan beristirahat.” Kata Jang Woo. Eun Sil
mengerti meminta agar Hati-hati jangan
sampai kena flu.
“Kudengar
Eun Seop sakit flu berat. Semua orang membicarakannya.” Kata Eun Sil. Jang Woo
kaget kalau Eun Seop sakit. Eun Sil pun pamit pergi.
“Jang
Woo... Apa yang kita makan kemarin?” tanya Eun Sil kembali datang. Jang Woo
menjawab Daging sancan dan sampil.
“Ya, itu
benar... Jika kau beri tahu orang lagi bahwa aku menyukaimu dan menyebarkan
rumor palsu, maka aku akan menjadikanmu daging sampil dan sancan, jadi, awas
saja... Aku pergi. Sampai jumpa!” ucap Eun Sil mengancam.
Jang Woo
menganguk mengerti lalu mengucap dada karena Eun Sil itu Sangat menakutkan.
Eun Seob
terlihat sudah bisa bangun dan duduk didepan kamar lalu bersadar menutup
matanya. Ia tiba-tiba merasakan ada yang memanggil nama “Jin Ho.” Lalu melihat
di depan pintu seorang anak berlari keluar dari pintu. Eun Seob pun memakain
sepatunya.
“Bu Yun,
aku datang... Aku membawakan lauk dari toko Eun Sil.” Ucap Jang Woo datang.
“Dia meneleponku..
Tapi Bisakah kamu menjodohkan Eun Seop dengan salah satu kolegamu?” ucap Bibi
Yun.
“Eun Seop
tidak tertarik mengencani siapa pun.” Kata Jang Woo. Bibi Yun pun memanggil
anaknya memberitahu kalau Jang Woo datang
Jang Woo
pun memanggil Eun Seob dari depan pintu tapi heran Kenapa tidak menjawab, lalu
membuka pintu tak melihat siapapun. Iapun memberitahu kalau Eun Seop tidak ada
di sini.
Jang Woo
akhirnya pergi ke toko buku mengetuk pintu bertanya apakah ada di dalam tapi
tak ada sahutan. Hye Won tiba-tiba datang bertanyaApa Eun Seop ada di dalam.
Jang Woo kaget melihat Hye Won dengan gugup berkata sepertinya tidak ada.
“Apa Dia
menghilang?” tanya Hye Won berjalan dengan Jang Woo. Jang Woo membenarkan
dengan tiba-tiba saja.
“Apa kau
menemuinya hari ini?” tanya Jang Woo. Hye Won mengaku tidak. Jang Woo ingin
tahu keberadaan Eun Seob sekarang.
“Kudengar
dia sakit.” Ucap Hye Won. Jang Woo membenarkan dan menurutnya Eun Seob jarang
sakit. Hye Won heran Eun Seon yang menghilang.
“Ya. Aku
penasaran ke mana dia pergi. Apa Kau sudah meneleponnya?” tanya Jang Woo. Hye
Won mengaku Belum.
“Sepertinya
dia menaruh ponselnya di rumah. Apa dia di gunung?” kata Jang Woo. Hye Won
hanya diam saja.
Nyonya
Yun sibuk menelp dari buku telp "Park Hin Dol, Toko Buku Sandeul"
lalmenelp bertanya Apakah Eun Seop ada di toko bukunya. Ia pun mengerti lalu
menutup telpnya. Nyonya Yun pani mencoba mencari dari buku-buku telp "Teman-teman
Eun Seop"
“Ibu, dia
pasti di gunung.” Kata Hwi yakin. Nyonya Yun khawatir kalau Eun Seob tak ada
disana.
“Benar.
Aku sangat yakin. Tiap kali dia menghilang dan tidak bisa dihubungi, dia pergi
ke mana? Ke gunung.” Ucap Hwi. Nyonya Yun tak peduli mencoba menelp telp Eun
Seob.
“Hai, Ji
Yeon... Ini ibu Eun Seop... Aku ingin tahu apakah kamu melihat Eun Seop hari
ini. Apa Kau di rumah mertuamu? Jika kamu melihatnya, bisakah kamu meneleponku?”tanya
Nyonya Yun
Hwi
sedang menonton tv membesarkan volumenya. Nyonya Yun mengeluh meminta agar
mengecilkan volumenya. Hwi berkomentar Entah apa yang Ibu khawatirkan
menurutnya ibunya tidak perlu mengkhawatirkan Eun Soeob yakin baik-baik saja
sekarang.
“Itu
sebabnya dia pergi ke sana. Seperti burung pipit yang tidak bisa melewati
penggilingan begitu saja. "Halo, aku ingin tahu apakah ada yang bisa
dimakan." Kata Hwi
“Saat
Ayah pulang, mari kita cari dia di gunung kita bertiga.” Kata Nyonya Yun. Hwi
ingin tahu alasanya dan menegaskan tidak bisa diganggu.
“Kakakmu
hilang. Kamu tidak mengkhawatirkannya?” keluh Nyonya Yun. Hwi yakin Dia akan
kembali dan meminta agar menghentikan!
Tuan Lim
sedang duduk dengan teman-temannya menerima telp meminta agar mereka diam
karena sang istri menelpnya. Ia kaget istrinya ingin ke sana sekarang lalu
mengaku tidak bisa datang sekarang. Sang
istri bisa tahu apa yang akan dilakukan suaminya.
“Kenapa
kau minum sampai mabuk? Untuk apa minum jika aku tidak mabuk?” ucap Tuan Lim
sengaja menjauhkan ponselnya karena sang istri sedang marah.
“Dia
menghilang. Aku tidak bisa menemukannya atau bahkan menghubunginya. Lalu
Seberapa mabuk kau? Kau bahkan tidak bisa berjalan?” jerit Nyonya Yun panik.
Hwi
melihat ibunya berbicara di telp akhirnya mengirimkan pesan “Hei, aku harus
menunda pemeriksaan di ruang mesin capit. Eun Seop berada di gunung lagi. Jika
aku keluar sekarang, ibuku akan pingsan. Astaga, kenapa dia membuat kami
khawatir seperti ini?”
“Apa Kau
lihat betapa tinggi demamnya. Bagaimana bisa kamu keluar dan minum?” teriak
Nyonya Yun
“Aku
tidak yakin. Aku butuh istirahat, tapi manajer mau aku masuk. Mungkin aku akan
terjebak di sini setidaknya dua sampai tiga jam. Haruskah aku bicara dengan
manajernya?” ucap Jang Woo melihat managernya dari kejauhan.
“Tidak,
itu tidak perlu... Jangan khawatir.”ucap Hye Won yang menelp dari rumah.
“Aku
yakin dia di gunung. Dia akan segera kembali. Dia tidak bisa menahan diri untuk
pergi ke gunung sesekali. Dia akan baik-baik saja. Dia pria dewasa.” Ucap Jang
Woo dan melihat rekan kerjanya menatap.
“Bu, aku
bekerja di pemerintah kota. Kamu bisa menghubungi pusat layanan masyarakat
bandara.. Ya, Bu. Selamat malam.” Ucap Jang Woo berpura-pura. Hye Won bingung
akhirnya menutup telp.
Hye Won
berjalan sendirian ke hutan sebelumnya menelp Hwi karena ingin menanyakan
sesuatu. Apakah pondok tempat Eun Seop pergi jauh dari rumahnya. Hwi menjawab
tidak
“Jika
mengikuti jejak, hanya butuh sekitar 30 menit. Satu-satunya masalah adalah
jejaknya cukup kasar. Kau tidak akan ke sana sekarang, kan? Jangan... Lihatlah
langit, Penuh awan gelap. Jika kau ke sana sendirian dan hujan turun, kau bisa
mati.”ucap Hwi.
Hye Won
mengunakan sepatu yang berikan Eun Seob meminta agar Hwi Jangan khawatir
menegaksan tidak akan pergi ke sana bahkan Tidak akan pernah. Ia pun berjalan
memasuki hutan memanggil Eun Seob dengan wajah panik.
Flash Back
“Sewaktu
kecil, ibuku sering meninggalkanku sendirian di rumah. Dan pada hari-hari itu, aku
merasa cemas seharian untuk alasan yang aneh. Saat mencarimu tadi, aku
merasakan hal yang sama.” Akui Hye Won saat melihat Eun Seob yang akhirnya
kembali dari hutan.
**
Flash Back
“Beberapa
orang tidak pernah berbagi kekhawatiran mereka seumur hidup. Mereka membangun
pondok sendiri di dalam hati mereka dan tidak pernah meninggalkan pondok itu
seumur hidup mereka. Bahkan saat kesepian, mereka tidak pernah mengakuinya.” Ucap
Eun Seob
“Sebenarnya,
mereka lebih suka memikirkan kesepian mereka. Mereka menyukai kesendirian lebih
dari keluarga mereka.” Kata Eun Seob dan saat itu Hye Won melihat rumah di
dalam hutan dengan lampu yang menyala.
***
Flash Back
“Manusia
lebih bodoh dari binatang.” Ucap Hye Won kesal membaca buku. Eun Seob ingin
tahu alasanya.
“Mereka
terus menjadi bodoh karena menyukai sesuatu.” Kata Hye Won. Eun Seob bertanya
apakah Itu yang tertulis dalam buku itu. Hye Won membaca buku "Menuju
Malam Putih"
“Saat
menyukai sesuatu, mereka terus melompat ke depan bahkan saat tahu mereka akan
mati. Bodoh sekali.. Dasar Bodoh...” ungkap Hye Won.
“Kalau
begitu, mereka bisa berhenti menyukai sesuatu.” Kata Eun Seob.
Hye Won
akhirnya masuk ke dalam rumah mencari Eun Seob,tapi tak ada siapapun didalam
rumah.
“Mereka
bisa berhenti memberikan hati mereka Mereka bisa merelakan kebahagiaan yang
akan mereka dapatkan dari menyukai sesuatu. Karena kebahagiaan dan penderitaan
seperti dua sisi koin. Jika tidak bahagia, kau juga tidak akan menderita.”ucap Eun
Seob.
“Jika
tidak punya apa-apa, kau juga tidak akan kehilangan,.. Hae Won. Kau bisa menghilang selamanya agar orang itu tidak
pernah menemuimu.”
Hye Won kebingungan mencari
Eun Seob yang tak ada di rumah pondok
"Unggahan Blog Pribadi Toko Buku Selamat
Malam"
"Irene bilang kepadaku, 'Aku menyukaimu.
Aku membeku di tempat itu dan tidak bisa mengatakan apa pun, Inikah yang kau
sebut waktu yang terasa seperti keabadian? Dengan kata-kata dari mulutnya. Seluruh
alam semesta, termasuk aku, berhenti Aku hampir tidak sadar, tapi hanya bisa
bilang, 'Baiklah.' Apa yang kulakukan? Ini malam yang pahit"
Bersambung
ke episode 8
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar