PS : All images credit and content copyright : TVN
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Jun Wan
dkk melihat surat didepan mereka “KONTRAK KERJA TIM MEDIS KHUSUS BANGSAL VIP”
Jung Won yakin empat temanya itu pasti setuju. Ik Jun mengeluh kalau panjang
sekali dan meminta agar menjelaskan saja.
“Singkatnya,
kita harus setuju jika pihak pertama membutuhkan operasi darurat, meski di
akhir pekan, dan wajib melakukan operasi yang ditentukan oleh pihak pertama.”
Jelas Sung Hwa
“Siapa
pihak pertama?”tanya Jun Wan. Sung Hwa menunjuk itu Jung Won.
“Kau akan
membayar kami sebesar apa? Kau meminta kami jadi budakmu.”keluh Jun Wan kesal
“Dua kali
pendapatan tahunan.” Ucap Jung Won. Ik Jun langsung berteriak marah.
“Lain
kali tulis hal semacam itu di bagian paling atas! Dia memang anak konglomerat, uangnya
banyak!” keluh Ik Jun langsung memberikan tanda tangan.
“ Aku tak
mungkin mengundurkan diri. Baik.” Ucap Song Hwa yang ikut juga tanda tanganya.
“Apa Ada
tinta merah? Aku harus mengecap ibu jari.” tanya Jun Wan yang ikut tanda tangan
dan memberikan cap
“Bagaimana
denganmu?”tanya Jung Won pada Suk Hyung. Suk Hyung mengatakan kalau mau ada
waktu luang.
“Astaga,
hidupmu mewah sekali! Kau sudah dua bulan di Korea setelah selesai beasiswa.
Apa Kau tak cari kerja?” ejek Ik Jun.
“Aku
masih ingin bercengkerama dengan ibu.” Kata Suk Hyung santai. Jung Won akan memberikan gaji dua kali lipat dan
parkir khusus.
“Lantas,
kami?” teriak tiga dokter tak bisa terima. Jung Won menyuruh tiga yang lainya
diam saja. Suk Hyung seperti tak peduli.
“Parkir
khusus dan laboratorium khusus. Ditambah ruang kerja pribadi!” ucap Jung Won.
“Lalu
kami? Kau kira kami siapa?” teriak Ik Jun kesal. Jun Won juga marah karena
dianggap bodoh yang setuju saja.
“Aku tak
butuh itu... Aku hanya minta satu syarat.” Kata Suk Hyung. Jung Won ingin tahu
karena akan mengabulkan apapun.
“Band.”
Ucap Suk Hyung, semua melonggo mendengarnya. Jun Wan mengeluh kalau Suk Hyun
bahkan baru bisa berkirim pesan dengan ponselnya.
“Aku tak
mau! Pokoknya tidak.” Tegas Jung Wan. Ik Jun setuju karena menyukainya.
“Aku juga
sibuk. tak ada waktu. Aku tak bisa.” Kata Sung Hwa. Jung Won pun memastikan
kalau Suk Hyung akan setuju kalau mengabulkanya
“Tentu.
Bagaimana kau mengelola bangsal VIP tanpa dokter obstetri dan ginekologi? Itu
tak mungkin terjadi.” Kata Suk Hyung
Jun Wan
kesal akhirnya memilih untuk pergi dan lebih baik upakan pembicaraan hari ini
dan menurutnya Lebih baik bekerja saja. Sesampai di pintu Ia memanggil Song Hwa
karena tak punya akses jadi meminta agar membantunya turun.
“Aku juga
sudah menegaskan. Aku tak ada waktu untuk band.” Ucap Song Hwa lalu keluar
ruangan. Jung Won memanggilnya tapi Sung Hwa tak mengubrisnya.
“Masalahnya
adalah Song-hwa.” Ucap Jung Won sambil menghela nafas. Suk Hyung pikir Jun-wan
lebih bermasalah.
“Jun-wan?
Aku hanya perlu meneleponnya.” Kata Jung Won santai. Ik Jun dan Suk Hyung
saling berpandangan.
Jung Won
berbicara di telp dengan Jun Wan memastikan kalau ia tetap tak mau melakukanya,
Jun Won menegaskan tidak mau karena sudah tak muda lagi. Jung Waon mengaku
Kemarinmembuka akun Cyworld lamanya dan
menemukan satu foto indah di album foto.
“Di
Hawaii...” ucap Jung Won dan Jun Wan langsung menyetujuinya. Jung waon langsung
tersenyum setelah menutup telp.
“Jun-wan
setuju.” Kata Jung Won. Ik Jun yang bersadar dibahu Suk Hyung langsung
terkejut, begitu juga Suk Hyung.
“Jun-wan
melakukan dosa apa sampai langsung setuju?” ucap Ik Jun heran. Jung Won
pun berpikir Sekarang hanya tersisa
Song-hwa.
“Song-hwa
selalu serius dengan perkataannya. Bagaimana ini? Apa Kau tak tahu kelemahan
Song-hwa?” kata Jung Won
“Astaga,
Apa ini strategimu? Kenapa kau hanya memikirkan hal negatif seperti kelemahan
seseorang? Kau cukup memberi apa yang dia inginkan. Coba cara itu.” Ucap Ik Jun
“Aku
tahu.” Kata Suk Hyung. Keduanya temanya langsung melonggo Suk Hyung memberitahu Song hwa mau kalau menjadi vokalis.
“Ini Sudah
gila. Vokalis? Dia masih ingin menjadi vokalis?” keluh Ik Jun tak percaya.
“Aku
bicara lebih dulu dengannya, dan dia bilang mau kalau menjadi vokalis.” Kata
Jung Won
“Yang benar
saja. Song-hwa pekak nada dan tak berirama! Dia bahkan butuh lima tahun untuk
belajar bas.” Keluh Ik Jun kesal
“Suk-hyung,
kau ingin mendapat Grammy dari band kita?” tanya Jung Won. Suk Hyung terlihat
bingunga
“Apa Kau
tak mau tampil di Wembley?” tanya Jung won. Suk Hyung mengaku tidak.
“Kalau
begitu... Song-hwa boleh jadi vokalis!” kata Jung Won santai. Ik Jun langsung
berteriak kesal
“Aku tak
masalah. Aku hanya ingin melakukan sesuatu bersama teman-temanku. Aku merasa
suara Song-hwa menarik.” Ucap Suk Hyung santai.
“Ya
ampun, kalian jahat sekali.” keluh Ik Jun kesal. Suk Hyung tetap merasa Suaranya unik.
“Astaga!
Kalian benar-benar gila! Kalian tak boleh mengejek orang begitu! Kita harus
bimbing dia ke jalan yang benar. Jangan begitu jika kalian peduli pada
Song-hwa!” kata Ik Jun kesal
“Baiklah!
Sudah beres... Ik-jun, kau peduli pada Song-hwa. Berarti kau tak keberatan
dengan ini. Kita akan mulai band. Kau mulai bekerja pekan depan. Selamat
bergabung, Dokter Yang!” kata Jung Won menjabat tangan temanya.
“Aku
sering dengar kau dipanggil "Buddha". Kata Suk Hyung dengan senang
hati menerima kontrak kerjanya.
“Agamaku
Katolik.” Kata Jung Won. Suk Hyung terlihat malu dan melepaskan tangan temanya.
Song Hwa
minum telur mentah dalam gelas, lalu seperti melonggarkan tengorokanya. Ik Jun
yang sudah bersiap mengeluh menyuruh Song Hwa cepat karena mereka bisa
dipanggil kapan saja. Song Hwa pun siap didepan mic tapi malah bersendawa. Ik Jun
mengeluh kalau bau mulut Song Hwa yang amis.
“Kau tak
masuk akal.” Keluh Ik Jun. Song Hwa pun ingin tahu mereka itu akan memainkan
lagu apa.
“Suk-hyung
sudah memilih. Kau pasti tahu begitu dengar.” Kata Jung Won sudah siap duduk di
depan drum.
Suk Hyung
pun siap dengan keyboard mulai memaikannya. Song Hwa sudah tahu dengan bas
ditanganya dan mulai menyanyi. Ik Jun dan Jun Wan yang ada disampingnya hanya
bisa menahan telinga mereka karena suara Sung Hwa yang sumbang.
Flash Back
Lagu yang
sama dinyanyikan diatas panggung, seorang pria menyanyi dengan suara yang
sumbang. Di depan terlihat spanduk “UNIVERSITAS NASIONAL SEOUL ORIENTASI MAHASISWA
KEDOKTERAN BARU” Setelah menyanyi ketua meminta mereka semua memberikan Tepuk
tangan. Jung Won dan Suk Hyun duduk sambil terus minum bir.
“Lagunya
membuatku merinding, wajahnya lebih membuatku merinding lagi. Siapa yang ingin
maju selanjutnya?” tanya Ketua. Teman yang duduk didepan Jung Won mengangkat
tangan.
“Aku akan
menirukan Nam Bo-won dalam Acara Nam Bo-won” ucap Si pria dengan percaya diri.
Jung Won memilih untuk bergegas keluar perlahan.
“Hei! Kau
mau ke mana?” bisik Suk Hyung. Jung Won pikir Lebih baik putus sekolah daripada
melakukannya. Keduanya pun akhirnya keluar dari ruangan seperti bahagia.
“Kalian
mau ke mana?” tanya senior yang berjaga diluar. Jung Won kaget dan mengaku
akan Ke toilet
“Dia
mabuk berat.” Kata Jung Won sambil berpura-pura memapang Suk Hyung. Suk Hyung
pun pura-pura sedang mabuk.
“Kenapa
mereka tak masuk? Menyebalkan!” keluh Jung Won bersembunyi di depan pintu
melihat dua senior yang masih berjaga.
“Di sini
dingin sekali. Apa kita diam di toilet saja?” kata Suk Hyung. Jung Won
mengatakan kalau disana bau.
“Apa tak
ada tempat lain?” kata Suk Hyung. Jung Won mencoba mencari tempat
persembunyian.
Jung Won
melihat ruangan yang terkunci dan mencoba untuk membukanya, tapi saat
membukanya terlihat dua pria lain yang juga bersembunyi. Jun Wan masih dengan logat busanya bertanya siapa
mereka. Ik Jun pikir siapa lagi.
“Seperti
kita, mereka pura-pura ke toilet, lalu kabur karena di sana membosankan.” Kata
Ik Jun
“Mereka
orang Jepang?” ucap Suk Hyung yang mendengar logat yang berbeda. Jun Wan
langsung mengeluh kalau Suk Hyung memang bodoh.
“Apa Kami
boleh masuk?” tanya Jung Won. Ik Jun tak percaya kalau Dialek Seoulnya keren.
“Seperti
mendengar radio... Dia bilang "Boleh masuk?" kata Jun Wan. Ik Jun
menyuruh mereka masuk.
“Meski
agak sempit, diam di sini lebih baik daripada acara tak jelas itu.” Kata Ik
Jun.
Mereka
berempat pun duduk dengan berdempetan. Jung Won pun memperkenalkan diri dan
juga Suk Hyung sebagai temanya. Ik Jun pun menyapa dengan bahasa jepang untuk
mengejek.
Jun-wan
mengeluh dengan sikap Ik Jun, lalu memperkenalkan diri dengan temanya Ik Jun
lalu mengaku kalau mereka berdua dari Changwon.
“Kami
teman satu SMA. Apa Kalian juga satu SMA?” tanya Ik Jun. Jung Won mengaku
mereka satu SD dan SMP lalu merasa kalau kakinya kram. Ik Jun mengeluh Jung Won
tak akan mati dan jadi anak manja.
“Tapi
sampai kapan kita di sini? Di sini sempit.” Kata Suk Hyung. Ik Jun pikir mereka
beruntung hanya berempat.
Saat itu
pintu terbuka dan Song Hwa ikut kabur dari acara dan duduk siamping Ik Jun yang
mencoba agar tak sempit. Jung Won pun memperkenalkan empat teman lainya yang
baru dikenalnya. Song Hwa pun
memberitahu namanya Chae Song-hwa lalu bertanya apakah mereka semua berteman.
Semua langsung menjawab tidak.
“Kami
baru kenal lima menit.” Kata Jung Won. Song Hwa heran melihat mereka yang panik
padahal hanya bilang tidak saja sudah cukup.
“Pertemuan
ini sudah takdir. Bagaimana kalau foto bersama?” kata Song Hwa. Semua langsung
mengeluh kalau itu tak mungkin.
“Baiklah...
Kameranya bisa disimpan di atas kursi itu.” Kata Jung Won. Song Hwa pun menaruh
diatas kursi lalu memberitahu kalau Lampunya berkelip sebelum memotret.
“Itu Sudah
mulai!” kata Song Hwa dan mereka pun foto bersama saat masih kuliah pertama
kali.
Mereka
pun selesai berlatih Ik Jun memberitahu
kalau Lagu berikutnya "Love over a
Thousand Years". Song Hwa tahu temanya itu mengejek dan akhirnya mengejar
bersama dengan Ik Jun sebelum masuk mobik. Suk Hyung mengantar temanya masuk
mobil.
Jun Won
langsung mengambil sepatu Song Hwa dan msauk mobil. Song Hwa mengeluh meminta
agar mengembalikanya lalu meminta tolong Suk Hyung, tapi Suk Hyung memilih
untuk masuk ke dalam rumah. Song Hwa meminta tolong Jung Won tapi Jung Won
sudah masuk mobil.
Jung Won
mendengar bunyi sirine di ponselnya lalu membuka ponsel yang lainya dengan
bunyi sirine dan menerima pesan [SELAMAT MALAM, MALAIKAT PENOLONG! EUN-A SUDAH
SEHAT DAN BOLEH PULANG.] wajahnya langsung tersenyum puas.
[TERIMA
KASIH. KURASA KE DEPANNYA AKU BISA MEMBANTU LEBIH BANYAK PASIEN.] Jung Won
membalasnya dan ponsel yang lainya pun berdering.
“Aku tak
punya uang. Aku Baru saja menerima uang pengobatan pasien jantung anak. Aku
sungguh tak punya uang! Kau pastor, tapi minta traktir anggur setiap hari. Hiduplah
dengan filosofi nonkepemilikan? Seharusnya kau bersyukur bisa setingkat dengan
Bopjong. Masa bodoh! Aku tak punya uang! Kau pastor, bukan somelier!” ucap Jung
Won kesal.
Saat itu
diluar mobil Song Hwa sedang sibuk meminta Jun Wan agar mengembalikan
sepatunya.
Nyonya
Jung bertemu dengan pria tua dengan kotak besar ditanganya lalu terlihat
bingung. Si pria memberitahu kalau Pak Ju dengar soal kondisi istrinya dan
nyonya Jung tahu kalau Tuan Ju rela berkorban demi istrinya. Nyonya Jung
mengaku merasa sangat bersalah.
“Kenapa?”
tanya Si pria. Nyonya Jung pikir Jong-su pasti kewalahan, dan sekarang harus
memimpin yayasan.
“Bagaimana
aku menghadapinya? Jong-su nama depan Pak Ju. Kami berteman sejak kecil. Aku
sudah bilang tak perlu datang ke pemakaman karena istrinya sakit, tetapi dia
keras kepala.” Ucap Nyonya Jung
“Bukan
Pak Ju kalau tak datang... Astaga... Dia selalu diam dan tak berekspresi. Tapi
seJujur, kupikir takkan bisa menebak pikirannya. Jadi, aku sering
mencurigainya. Tapi setelah tahu...” kata si bapak tua
“Dia tak
punya rencana... Dia juga begitu saat berumur lima tahun. Dan Juga saat pernikahannya.
Dia sering diam sehingga orang berpikir kalau dia menyembunyikan sesuatu. Dia
tak punya niat tersembunyi.” Kata Nyonya Jung
“Benar...
Aku baru ingat. Sekitar dua hari sebelum Presdir wafat, dia datang ke rumahku.
Dia datang larut malam. Jadi, kupikir dia meminta suaraku di rapat direksi. Ini
agak menyebalkan, tapi harus kukabulkan karena anakmu memohon kepadaku.” cerita
Si bapak Tua.
“Lalu
Jong-su bilang apa?” tanya Nyonya Jung. Bapak Tua hanya tertawa tapi Nyonya
Jung tahu bagaimana sikap temanya.
“Dia tak
bilang apa-apa. Dia hanya memandang pohon bunga di halaman rumahku cukup lama, lalu
berkata bahwa istrinya suka bunga, dan meminta bunga dari pohon itu.” Ucap si
bapak tua.
“Dia tak
bisa mengatakan hal semacam itu... Dasar naif... Dasar bodoh.” Ucap Nyonya
Jung.
“Astaga,
sudah pukul 20.00 lebih... Masuklah, Nyonya. Sepertinya dia sedang menunggumu.”
Ucap Si pria.
“Dia
menyuruhku masak. Terakhir aku membuat bekal 30 tahun lalu.” Keluh Nyonya Jung
akhirnya masuk.
Nyonya
Jung masuk ke dalam ruangan melihat Tuan Ju yang duduk sambil tertidur menunggu temanya yang terbaring di
rumah sakit. Akhirnya Tuan Ju pun tertidur pulas dengan diatas tangan temanya
dan kotak makan ditaruh diatas meja,sementara Nyonya Jung pun sudah pergi.
Terdengar
suara dari pengeras suara “Kode biru, lantai tiga. CPR di Unit Perawatan
Intensif. Gedung utama lantai tiga.” Sang Ibu menangis melihat anaknya meminta
agar bertahan. Dokter terus memberikan CPR pada Min Yeong. Jung Won pun berlari
masuk ruangan ICU.
“Berapa
lama?” tanya Jung Won. Dokter memberitahu Sepuluh menit tapi Jantungnya tak
kembali. Akhirnya Jung Won melihat Min Yeong yang berikan CPR.
“Tempo
hari kau berhasil!”ucap Ibu Min Yeong sambil terus menangis. Jung Won dengan
menahan tangis memberitahu ibu pasien.
“Bu, kau
harus merelakan...” ucap dokter. Ibu Min Yeong meminta agar bisa melakukan
lagi.
“Biar
kulakukan. Akan kami coba lagi.” Kata Jung Won. Ibu Min Yeong terus menangis
meminta agar anaknya bertahan.
“Min-yeong
pasti merasa kesakitan, Bu. Kita harus biarkan dia beristirahat.” Kata Jung Won
menahan tangis.
“Min-yeong-ku,
kau mau pergi sekarang? Tapi ibu tak rela. Tapi kurasa kau akan kesakitan jika
tetap di sini meski sejenak. Ibu masih ingin melihatmu. Maaf, Min-yeong. Maafkan
ibu karena membuatmu sakit. Min-yeong.. ibu sangat mencintaimu. Putriku... Ibu
sayang padamu.” Ucap Sang ibu terus menangis didepan anaknya yang sudah tak
bernyawa lalu mengecup bibirnya.
“26 Maret
2019, pukul 14.29... Kunyatakan Kim Min-yeong meninggal dunia.” Kata Jung Won.
Sang ibu pun menangis histeris.
Didalam
ruangan terlihat foto Min Yeong saat masih sadar dan sempat ulang tahun
bersama, foto dengan Jung Won dan senyuman sangat lebar. Di lorong rumah sakit,
dua dokter dan dua perawat berkumpul. Dokter perempuan bertanya apakah Dia
ingin bertemu mereka semua
“Dia
pasti akan marah-marah lagi.” Kata si dokter wanita. Perawat juga berpikir
seperti itu karena Wajahnya berubah.
“Bagaimana
lagi? Apa pun yang dia katakan, kita harus maklum.” Kata perawat. Dokter pria
mengaku mengerti.
“Aku juga
mengerti, tapi kita juga sudah berusaha sebaik mungkin. Dokter Ahn bahkan tak
istirahat selama tiga bulan karena Min-yeong.” Kata dokter. Saat itu mereka
melihat Jung Won yang datang.
“Terima
kasih atas kerja keras kalian selama ini. Kalian boleh pergi.” ucap Jung Won.
Semua hanya bisa melonggo mendengarnya.
“Biar aku
yang menemuinya sendiri. Kalian pergi saja. Pekerjaan kalian banyak, 'kan?”
ucap Jung Won. Semua akhirnya pergi.
Saat itu
Ibu Min Yeong datang memanggil Jung Won dan langsung mengucapkan Terima kasih
atas bantuannya selama ini. Jung Won tak percaya kalau Ibu Min Yeong yang tak
marah lagi. Ibu Min Yeong pikir kalau anaknya iytu kesakitan karena dirinya
yang ingin terus melihatnya
“Tetapi
dia bahagia selama tiga tahun ini berkat perawat dan dokter yang baik hati. Terima
kasih atas kerja kerasnya. Terima kasih kalian telah menyayangi dan mengobati
Min-yeong. Terima kasih banyak, Dokter.” Ucap ibu Min Yeong menangis.
Jung Won
akhirnya sendirian di lorong menangis seperti menahanya sedari dulu.
Jung Won
pergi ke gereja dan langsung masuk bilik pengakuan dosa memberitahu pastur
kalau Hari ini seorang anak pergi ke surga dan mereka merayakan 100 harinya serta hari ulang
tahunnya setiap tahun jadi memiliki banyak kenangan bersama.
“Hanya
tiga tahun... Min-yeong pergi ke surga... setelah tiga tahun. Aku anak-Nya...
tapi kecewa pada-Nya. Aku membenci-Nya, dan kecewa pada-Nya. Setiap hari terasa
melelahkan, Pastor. Aku harus bagaimana?” ucap Jung Won sambil menangis.
Saat itu
sebuah kertas diberikan oleh pastor. Jung Won membacanya [KE RESTORAN AYAM
GORENG DEKAT GANG POS POLISI]
Di dalam
restoran, Jung Won mengeluh kaau sudah mengatakan tak ingin jadi dokter dan
ingin jadi pastor juga. Sang kakak pertama sibuk makan mie sambil terus
mendengarkan ocehan adiknya. Jun Won kesal pada semua kakaknya.
“Tapi
kalian bilang, "Kau bisa menjadi pastor kapan pun, tapi tidak dengan
dokter." Aku lama menjadi dokter karena kalian! Sekarang aku akan
melakukan apa pun yang kuinginkan. Mengerti? Apa Kau mengerti?” ucap Jun Won
marah dan terlihat mabuk.
“Aku...
tak pantas menjadi dokter. Aku... tak bisa mengontrol perasaan ini. Aku mudah
berempati. Orang bilang... aku akan terbiasa setelah waktu berlalu. Tapi aku...
Aku terlalu menyayangi semua pasien. Aku menggila karena mereka.” Jerit Jung
Won
“Aku tak
menangis saat ayah meninggal. Belum lama ini ayahku meninggal, Pastor. Tapi...
hari ini ibu Min-yeong mengucapkan terima kasih atas bantuanku selama ini,
dan... Astaga! Ibu pasien menghiburku! Aku dokternya!” ucap Jung Won
“Tapi... ketika
itu... aku merasakan... perasaan yang tak pernah aku rasakan di dunia ini. Aku
merasa bersyukur, sekaligus merasa bersalah. Pokoknya, aku tak pantas menjadi
dokter. Aku lelah. Aku tak bisa. Aku akan berhenti menjadi dokter!” ucap Jung
Won
“Aku memang
rencana berhenti tahun ini. Aku juga berniat menyerahkan pekerjaan kepada
temanku. Semua sudah berakhir. Aku akan segera mengundurkan diri besok!” teriak
Jung Won kesal.
“Andrea,
jika kau benar-benar tak sanggup, aku akan menyuruhmu berhenti nanti. Oleh
karena itu, bertahanlah setahun lagi saja.” Kata Kakak Jung Won yang akhirnya berhenti makan
dan memberikan saran setelah curhat panjang adiknya.
Flash Back
[SATU TAHUN LALU]
Jung Wan
duduk sendiran dengan wajah tertunduk menangis, tapi akhirnya mendekati
kakaknya bercerita Min-u menulis surat untuknya. Ia menangis menceritakan
Padahal Min U masih belum pandai menulis tapi menulis surat untuknya sebelum
mati.
“Aku...
tak pantas menjadi dokter! Aku tak berbakat dan tak punya apa-apa. Aku akan
berhenti jadi dokter. Besok aku akan segera mengundurkan diri!” ucap Jung Won
menangis.
“Andrea...
Coba tahan setahun lagi.” Kata Kakak Jung Won yang sedari tadi makan lalu
kembali makan.
[DUA TAHUN LALU]
Jung Won
menceritakan kalau Min Ji pasienya pad sang kakak, lalu pasien itu hari ini
bangun bahkan bisa bernapas spontan lalu mengedipkan mata kepadanya.
“Min-ji
mengedipkan mata kepadaku. Mari kita bersulang-sulangan. Ini hari paling
bahagia dalam hidupku! Bersulang!” teriak Jung Won bahagia.
[TIGA TAHUN LALU]
Jung Won
berteriak kalau akan berhenti dan bukan dokter tapi dokter palsu. Ia mengumpat
dirinya kalau lebih baik mati saja. Kakaknya langsung memberikan nasehat pada
Andrea agar bisa Bertahanlah setahun lagi.
Song Hwa
membuat kopi dengan pegiling manual. Jung Wan datang bertanya Menu sarapan apa yang enak di rumah
sakit ini. Song Hwa tak percaya kalau Jung Wan datang lebih cepat. Jung Wan
mengaku belum pulang dan pulang setelah sarapan.
“Apa Kau
bisa menyetir setelah begadang?” tanya Song Hwa. Jung Wan mengaku bisa naik
taksi lalu pamit pergi.
“Akhir
pekan ini kau ke simposium, 'kan? Hotel J?” kata Song Hwa. Jung Wan heran Song
Hwa bisa tahu.
“Ah...
Dokter Jang? Akan kutitipkan salammu padanya. Aku pamit.” Kata Jung Wan lalu
pamit pergi.
Jung Wan
keluar rumah sakit dan melihat sang pacar yang menjemputnya. Baru saja masuk ia
langsung turun dan menyuruh sang pacar turun dari mobil. Sang pacara mengeluh
kalau sudah sadar dan terus menyakinkan. Jung Wan marah mendengarnya.
“Kau
bercanda? Aku cium bau alkohol setiap kau bicara.”kata Jung Won. Sang pacar
mengelak kalau sudah lama minum dan memang bau alkohol.
“Kau juga
sedang minum saat kita bicara di telepon dini hari tadi. Itu lima jam lalu dan
kau mabuk berat. Ini melanggar hukum.” Kata Jung Wan
“Aku
baik-baik saja sekarang... Sudahlah. Ayo kita pergi. Tidak ada satu pun yang
tahu! Ada apa denganmu?” keluh sang pacar
“Kau
lihat sauna itu, 'kan? Tidurlah di sana.” Kata Jung Wan. Sang pacar mengeluh
meminta Jung Wan berhenti mempermasalahkanya.
“Kenapa
kau marah karena hal kecil?” keluh sang pacar. Jung Wan akhirnya mengambil
kunci mobil
“Aku akan
mengantarkan mobil ke rumahmu. Kita bicara lagi nanti. Saat itu... kita putus.”
Ucap Jun Won akhirnya mengemudikan mobil pacarnya.
Jung Won
akhirnya datang dengan ke HOTEL INTERNASIONAL J didepan terlihat spanduk “SIMPOSIUM TORAKOPLASTIK” Ia
berjalan di parkiran dan melihat sebuah mobil yang dikenalnya lalu menunggu
didepan lift.
Saat
pintu lift terbuka, Jung Wan terdiam melihat sosok pria sedang mengecup pipi
seoran wanita yang ada disampingnya. Dokter Jang kaget melihat Jung Wan yang
ada didepanya. Jung Wan menatap sinis melihat pacar temanya itu ternyata
berselingkuh.
Bersambung
ke episode 2
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar